Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Syahwat Birahi: Wanita-Wanita Idaman

Bimabet
Makin dibikin penasaran nih ama suhu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wahai kisanak, kau sungguh penjahat :konak:
Angkat ane jd muridmu wahai suhu :sembah:
 
asik om laju
PART XVI
PERMAINAN BARU

Setelah bertemu Dokter Ara, aku merasa terus menerus dipertemukan dengan wanita-wanita yang memenuhi syahwat birahi. Sebagai seorang pemula, empat wanita rasanya sudah luar biasa. Apalagi mereka ternyata memiliko tipe yang berlainan. Sebenarnya aku merasa terjerumus tapi ya sudahlah dinikmati saja. Aku belum berusaha untuk berhenti, tapi juga tak getol mencari. Seingatku, hanya Milly yang memang kucari. Lainnya bagai rezeki yang turun tiba-tiba.

Ternyata pertemuan dengan Milly belum bisa diulangi. Aku malah kembali bercinta dengan Tiwi sekitar dua minggu setelah itu. Jangan tanya soal Mbak Rani, Ia seperti menjadikanku suaminya selama di sini. Tentu kami tetap sembunyi-sembunyi dan selalu waspada.

Suatu hari, selepas habis-habisan memeras keringat karena tak bercinta sepuluh hari, kami terlibat pada sebuah perbincangan.

"Aku makin gila bercinta sama kamu, Wang," sebuah statemen membanggakanku keluar dari mulutnya

"Tapi kamu masih ikhlas melayani suamimu kan, Mbak?" aku khawatir

"Jelas. Kalau ada perubahan bisa-bisa dia curiga," Ia berbicara dengan wajah yang menggairahkan

"Bagus kalau gitu," aku tersenyum lega

"Tapi kok aku merasa nggak pernah puas ya" Ia meringis, menggemaskan

"Mau coba nambah laki-laki?" kupancing saja

"Aku masih nggak siap kalau harus ada laki-laki selain kamu sama suamiku. Jangan bilang kamu suruh aku main sama dua laki-laki" Ia langsung menangkap maksud pembicaraanku

Aku tertawa. Ia memukulku. Kami berpelukan.

Tak ada niat untuk bermain threesome dengan laki-laki lain bersama Mbak Rani. Kalau dengan wanita lain baru ada. Dan rasanya, yang paling memungkinkan untuk mewujudkan fantasi itu saat ini adalah Mbak Rani. Jadi, mari kita coba lain kali.

Kami berpisah hari itu, seperti biasa. Ia meninggalkan hotel lebih dulu, aku menyusul kemudian.

"Galaaang lagi dimana?"

Ada pesan masuk. Milly. Hanya dia yang memanggilku dengan nama Galang.

"Lagi di kosan lah. Ada apa nih?"

"Kamu weekend ini ada acara?"

"Belum sih. Why?"

"Aku rencana mau ke B. Ikut yuk?"

"Pasti ada sesuatu yang nggak biasa"

"Ih kamu jangan berpikiran buruk dong HAHAHA"

"Berangkat jam berapa?"

"Aku cuti hari jumat. Jadi berangkat Jumat pagi"

"Aku nyusul malam kalau gitu"

"Deal"

"Soal di sana?"

"Beres. Yang penting kamu nyusul"

"Oke tuan puteri"

"Kabar-kabar lagi ya"

"Oke"

Entah apa yang menggerakkan jariku untuk menyetujui ajakan Milly. Bodo amat. Lihat nanti saja. Kesempatan main keringat sama Milly sayang sekali kalau dilewatkan.

Meski masih terus berpikir tapi aku tak sabar menanti akhir pekan. Hari ini sudah Kamis sih.

Aku sudah di bandara. Siap menuju B menemui Milly si wanita binal.

"Udah boarding Lang?"

"Ini mau naik. Jadi jemput?"

"Jadi. Nanti kamu nyasar lagi"

"Gapapa siapa tahu nemu cewek sana"

"Laki binal"

Percakapan kami melalui pesan instan membuatku sedikit tertawa. Pikiranku masih kacau tentang apa yang akan terjadi di sana.

Sampai di bandara. Aku langsung menuju tempat yang kami sepakati. Celingak-celinguk, ada wanita cantik dengan rambut panjang berwarna pirang dengan pakaian sedikit terbuka. Kuhampiri wanita itu, terlihat Ia bersama seorang laki-laki dan seorang wanita lain. Perasaanku mulai tak enak.

"Akhirnya datang juga ya"

Kami bersalaman. Milly mengenalkan dua orang yang dibawa bersamanya.

"Agil"

"Putri"

"Oh ini yang namanya Putri" aku tersenyum

Milly mencubitku. Ingin tertawa sekeras-kerasnya jika ingat kejadian pergumulanku dengan Milly dan tiba-tiba ada telepon masuk dari Putri. Si Putri hanya bisa tersenyum kecut menanggapi senyumanku.

Aku tak tahu akan dibawa kemana oleh mereka. Ini sudah jam 20.15, kami mampir ke salah satu resto untuk memesan makan tapi di bawa pulang. Tak ada percakapan yang patut diceritakan. Aku juga belum berani bertanya. Mobil kembali berjalan. Aku makin deg-degan.

"Kamu nggak tanya kita mau kemana?" Milly tiba-tiba bertanya

Aku tertawa. Memandang Milly yang duduk di sebelahku. Putri menengok ke belakang sebentar, sedangkan Agil masih fokus mengemudi.

"Aku percaya sama kamu kok. Kalian nggak akan nyulik aku kan?" Aku melempar senyum

"Ih ngapain" Milly dan Putri kompak mencibir, Agil hanya tertawa, aku juga.

"Sebenarnya agenda ini udah lama kurencanakan sama Putri dan temanku Lang. Tapi entah kenapa aku kepikiran ngajak kamu. Hitung-hitung kangen-kangen sama kamu lagi lah" Milly mulai bercerita sambil menggelayuti tanganku

Aku tahu arahnya kemana ini. Tapi sengaja aku tak bertanya lebih lanjut. Biar kusaksikan di lokasi saja apa yang akan ditunjukkan oleh mereka.

Kami tiba. Sebuah villa yang cukup tersembunyi, sepertinya di tepi pantai. Jalan masuk yang kami lalui tadi juga cukup rumit dan sempit. Kami turun membawa beberapa belanjaan. Aku menenteng tas milikku. Agil membuka pintu.

"Duh lama amat sih" seorang wanita menyambut kami

Dilihat dari fisiknya, sepertinya usianya berada di atasku. Mungkin tiga puluhan atau bahkan empat puluhan. Wanita itu mengambil alih belanjaan yang berada di tangan Putri.

"Ini Galang Tan," Milly mengenalkanku pada wanita itu

"Hallo Galang selamat datang. Aku Maya" Ia menyodorkan tangan untuk bersalaman

"Galang Tan," aku menerima tangannya dengan sedikit kaku

"Lama amat kalian pasti main duluan ya" tiba-tiba seorang wanita keluar dari dapur

"Macet buk. Mau main di mobil?" Putri dengan santai menjawab pertanyaan wanita itu

"Ini Ta lelaki itu?" Wanita tadi menatapku dengan sedikit meledek

"Iya doong. Jangan dilihat luarnya, rasain sendiri lho nanti," Milly alias Okta terlihat membelaku.

Aku hampir lupa kalau Milly namanya Okta. Mungkin hanya aku di sini yang mengenal nama Milly.

"Sari" wanita yang meledekku tadi memperkenalkan dirinya

"Galang" kami bersalaman sebentar, ia berlalu begitu saja.

Sudah ada empat wanita. Milly, Putri, Tante Maya, dan Sari. Aku hanya melihat Agil, laki-laki selain diriku. Nampaknya makin terlihat kemana arah pertemuan ini.

"Galang nggak mau mandi dulu?" tanya Tante Maya tiba-tiba

"Boleh Tante. Saya bisa mandi dimana ini?" badanku sudah lengket semua memang.

"Di kamar depan aja deh Lang. Nggak ada siapa-siapa kan tadi Sar?" Ia bertanya pada Sari memastikan kamar yang ia sarankan kosong.

"Kayaknya kosong Tan," Sari menimpali

Tante Maya mempersilakan aku memakai kamar yang letaknya di bagian depan Villa ini. Aku masuk setelah sebelumnya berpamitan pada mereka.

"Oh Sorry kata Tante Maya tadi kamarnya kosong" aku kaget, ternyata di dalam kamar ada wanita lain lagi yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk.

"No problem. Aku juga minta maaf nggak kunci kamarnya" Ia membalas dengan santai.

Cantik sekali wanita ini. Putih dan lumayan tinggi. Bahkan lebih tinggi dari Milly. Aku merasa makin kecil. Sepertinya, diantara semua wanita yang posturnya lebih kecil dariku hanya Sari. Tante Maya? Seukuran lah denganku.

"Temennya Okta?" Ia melempar pertanyaan padaku sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer

"Iya. Galang" Aku menyodorkan tangan untuk bersalaman

"Anti" Ia menyambut.

"Aku permisi ke kamar mandi dulu ya," Aku memilih pamit

Akhirnya tubuhku terguyur di bawah shower. Menenangkan. Setelah perjalanan darat dan udara yang cukup melelahkan. Juga setelah berdesakan di tenganh macet di kota wisata ini. Pikiranku kembali melayang-melayang. Jika yang kupikirkan benar, artinya aku sudah masuk ke dunia ini. Tahapanku makin meningkat. Pengalamanku makin beraneka macam. Aku tak tahu apakah nanti bisa keluar dari dunia ini atau tidak. Sedari awal, aku hanya ingin menikmati perjalanannya. Kuanggap sebagai mainan baru yang selalu kumainkan terus menerus hingga bosan. Kalau bosan ya berarti cari mainan baru lagi. Aku tak tahu dan tak ingin tahu perihal hitam dunia ini. Aku hanya ingin menikmati. Itu saja. Mudah-mudahan langkah yang kuambil tak salah. Agar aku bisa dengan mudah keluar, kapan pun aku mau.

Keluar dari kamar mandi, Anti sudah tak ada di kamar. Lekas ku berpakaian dan keluar ke ruang tengah, di mana orang-orangtadi berkumpul.

"Seger?" Milly menyambutku dengan senyuman menenangkan

"Lumayan. Setelah bermacet-macet tadi" aku membalas dan segera berada di sampingnya, kami duduk di sofa

Terlihat ada seorang lagi laki-laki yang sepertinya berusia diatasku. Aku hanya melempar senyum. Aku tak menemukan keberadaan Agil di antara mereka.

"Lang, ini Mas Wira, keponakan Tante Maya," Milly mengenalkanku pada laki-laki tadi

"Galang, Mas" aku memperkenalkan diri

"Masih bingung, Lang?" Ia memahami kebingunganku, "Kamu nggak ngasih tahu apa-apa, Ta?" lalu ia bertanya pada Milly

"Belum, Mas. Aku cuma minta dia nyusul kesini dan dia mau. Galang juga nggak tanya apa-apa sih" Milly tersenyum tak mau disalahkan

Aku makin bingung. Semoga ini bukan perkumpulan jahat atau apapun itu yang mengancam keselamatanku. Pikiranku mulai macam-macam.

"Jangan mikir aneh-aneh dulu, Lang" Mas Wira tertawa, disusul oleh Milly, Putri, dan Anti.

"Iya Galang. Tante bukan bandar narkoba kok, apalagi mafia," tiba-tiba Tante Maya muncul entah dari mana, Ia langsung duduk di sebelahku.

Menyusul Tante Maya, Agil dan Sari juga bergabung. Mereka mengambil tempat masing-masing. Di ruang tamu yang cukup besar ini sudah ada delapan orang. Lima wanita dan tiga laki-laki. Sebagai laki-laki normal, aku jelas berpikir ke arah sana. Mungkin kalian juga. Tapi tak ada yang buka suara yang mengatakan secara gamblang soal itu. Aku belum tenang.

"Jadi kami sering ngadain acara kumpul-kumpul begini dua atau tiga bulan sekali. Personilnya sih bisa ganti-ganti sesuai siapa saja yang bisa. Sekadar melepas penat dari kerjaan," Tante Maya mulai bercerita

"Okta ini juga dulu awalnya diajak Putri kesini. Putri diajak Wira. Mereka semua kenalnya ya di sini," Ia melanjutkan dengan cerita yang meyakinkan.

Aku masih belum menangkap benar maksudnya. Mau tanya juga tak enak.

"Kamu tahu kan semua orang punya kebutuhan yang kadang nggak bisa dipenuhi sama pasangan masing-masing. Dan kami mewujudkannya di sini," Tante Maya masih belum selesai

"Jadi nikmati saja, Lang. Okta sudah cerita sedikit soal kamu. Dan, Tante Maya tuh yang paling penasaran," Sari ikut menimpali

"Awas lho ya Sr nanti kalau kamu yang jadi ketagihan" semua tertawa, aku juga.

Benar. Dugaanku benar. Acara ini jelas untuk memuaskan nafsu semua orang yang ada di sini. Aku tak menyangka petualangan seks Milly sampai seperti ini. Dia tak bilang apa-apa dan anehnya aku nurut saja. Insting petualangku kian terasah nampaknya. Ini pengalaman pertama, kalau aku tak berhasil menunjukkan penampilan yang memuaskan rasanya ini akan jadi yang terakhir juga. Mari kita lihat, sampai mana aku bertahan. Sebenarnya agak canggung juga bercinta ramai-ramai dan ada laki-laki lain selain diriku. Aku memang punya fantasi threesome tapi dengan dua wanita. Aku hanya takut kemampuanku tak ada apa-apanya dibandingkan dua laki-laki disini. Secara fisik, jelas mereka lebih baik. Aku harus mengingat kalimat yang diucapkan Milly kepada Sari tadi, "Jangan dilihat luarnya, rasain sendiri lho nanti." Aku harus bikin Sari ketagihan. Dan tentu Tante Maya sebagai pemegang kendali, sepertinya.

Kami menuju ruang makan. Tante Maya mengajak kami mengisi tenaga sebelum pertempuran. Aku sebenarnya tak terlalu lapar. Tapi nampaknya malam ini akan berlangsung lebih panjang, dan membutuhkan tenaga ekstra.

"Buat para laki-laki, karena kalian kalah jumlah, kayaknya tenaga kalian harus dobel-dobel. Minum ini dulu," Tante Maya meminta kami minum semacam ramuan.

Rasanya manis, tak seperti yang kubayangkan. Sepertinya Ia yang paling berpengalaman dan mengendalikan permainan ini.

"Apalagi malam ini ada Sari dan Anti. Duh Mas Wira bakal kerja berat ini," Putri mulai aktif berbicara

Semua tertawa. Anti, dia tak banyak bicara. Tampaknya wanita ini menyimpan sesuatu yang sangat menarik. Dan Mas Wira sepertinya adalah jagoan di sini. Kurasa begitu.

"Agil sama Galang juga dong. Bisa pingsan aku kalau kalian hajar sendirian," Mas Wira menatap aku dan Agil. Kami tersenyum.

"Sari makin penasaran sama Galang nih kayaknya," Milly kali ini ikut memojokkan Sari

Aku yang berasa di seberangnya melemparnya dengan kacang. Kami tertawa, Sari menggelitiki Milly. Suasana mulai cair. Makanan juga sudah tandas.

Kami berbincang kesana kemari. Saling bercerita bagaimana aktivitas masing-masing. Aku yang duduk dekat Tante Maya mendapatkan sedikit cerita soal bagaimana permainan ini bermula. Di bagian lain saja akan kuceritakan.

Ruangan ini penuh canda tawa. Kalau dilihat sekilas, tak ada tanda-tanda ini merupakan perkumpulan birahi. Kami seperti kawan lama yang jarang bertemu. Aku juga mulai akrab dengan Mas Wira dan Agil. Mas Wira adalah idola di perkumpulan ini. Karena ia berdomisili di sini bersama Tante Maya, mereka nyaris tak pernah absen. Dan benar memang Ia keponakan Tante Maya. Semua ini juga bermula dari hubungan gelap mereka berdua. Kisah ini panjang sekali dan cukup kompleks sepertinya. Aku jadi ingin menggali lebih banyak nanti.

Di meja seberang, Putri nampaknya sudah mulai on. Ia dan Mas Wira mencuri start. Mereka sudah berciuman.

"Eits stop dulu. Bukan di sini tempatnya. Ayo kita ke atas," nampak raut kekecewaan di wajah Putri da Mas Wira ketika adegan mereka dihentikan Tante Maya.

Tante Maya mengajak kami ke lantai dua. Putri nampak ingin memuli semuanya dengan Mas Wira. Mereka berjalan sambil berpelukan. Milly berjalan di sampingku.

"Gimana? Menegangkan atau menyenangkan?" Milly berbisik di telingaku

"Gila kamu Mil," aku mencubit bokongnya

Ia sedikit menjerit tertahan. Matanya melotot, lidahnya mejulur.

"Semangat ya, buktikan ceritaku memang benar," Ia kembali berbisik menggodaku

Kini giliranku melotot. Sialan Milly. Aku tak tahu apa yang sudah Ia ceritakan tentangku. Kalau terlalu tinggi, bisa-bisa mereka juga berekspektasi tinggi. Itu yang bahaya.

Kami sampai di sebuah kamar yang cukup besar. Ada ranjang ukuran besar, satu set sofa, televisi ukuran besar, dan balkon. Permainan akan segera dimulai.

"Selamat datang semuanya. Terutama buat Galang yang baru pertama kali bergabung. Tante kangen sama kalian semua. Dan kali ini kita akan bikin sedikit permainan," Tante Maya membuka permainan dengan manis sekali

"Wira tolong ambilkan kainnya. Masing-masing satu ya. Kain ini harus kalian pakai. Buat tutup mata ya buka yang lain. Kita akan main gelap-gelapan" Ia ternyata menggairahkan.

"Permainannya, tiap putaran hanya ada satu orang yang matanya terbuka. Dia akan memilih gambar dan adegan secara random. Dan itu harus dipraktekkan ke nama-nama yang juga dipilih secara random. Tetap ya laki ke wanita dan sebaliknya. Tante nggak suka ada adegan gay disini," ucapan Tante Maya disambut gelak tawa kami semua

"Tapi kalo lesbi nggak apa-apa, jumlah wanitanya kan lebih banyak," Ia tersenyum melanjutkan.

"Dan terkahir, yang mendapat jatah enak haru menebak siapa orang yang sedang mengerjainya. Kalau salah, ada hukumannya dong," belum selesai arahan dari Tante Maya

"Hukumannya apa dong Tan?" Sari langsung protes

"Tidak dapat giliran satu putaran"

"Yaaah" semua kompak dengan nada kecewa

Jadi?

"Mulaaiii" kami koor bersamaan

Sepertinya menantang. Dan menegangkan.

asyik om, lanjutkan :papi:
 
Selamat Malam Suhu.

Membaca komentar suhu-suhu sekalian, jadi semangat untuk menyelesaikan cerita. Selain itu juga akhir pekan ini sedikit senggang, akhirnya bisa rampung lebih cepat.

Kali ini hadir lebih cepat updatenya. Semoga memenuhi keinginan suhu sekalian. Kalau belum ya harap maklum. Namanya juga pemula dan sedang belajar. Semua ditulis lewat ponsel dan di notepad forum ini.

Sekali lagi mengingatkan, semua foto di sini adalah ilustrasi demi memenuhi keinginan suhu semua. Mohon jangan disalahgunakan. Kalau ada yang tidak mengenakkan mungkin cerita ini disudahi saja. Oh ya, Semua foto hasil hunting dari media sosial sebelah. Terima kasih.

Semoga berkenan dan Salam Semprot.
 
Selamat Malam Suhu.

Membaca komentar suhu-suhu sekalian, jadi semangat untuk menyelesaikan cerita. Selain itu juga akhir pekan ini sedikit senggang, akhirnya bisa rampung lebih cepat.

Kali ini hadir lebih cepat updatenya. Semoga memenuhi keinginan suhu sekalian. Kalau belum ya harap maklum. Namanya juga pemula dan sedang belajar. Semua ditulis lewat ponsel dan di notepad forum ini.

Sekali lagi mengingatkan, semua foto di sini adalah ilustrasi demi memenuhi keinginan suhu semua. Mohon jangan disalahgunakan. Kalau ada yang tidak mengenakkan mungkin cerita ini disudahi saja. Oh ya, Semua foto hasil hunting dari media sosial sebelah. Terima kasih.

Semoga berkenan dan Salam Semprot.
 
PART XVII
PUTARAN PERTAMA

Dugaanku mendekati kebenaran. Perkumpulan birahi ini memang nyata. Entah bagaimana mereka saling menemukan, nanti saja kutanyakan. Tapi ini benar-benar menakjubkan. Aku tak percaya akan mengalaminya.

Demi memudahkan kalian memahami cerita ini, aku akan menceritakan fisik setiap orang di sini sesuai dengan alur cerita. Tak akan kuceritakan di depan. Dari pada kalian bolak-balik mencari bagaimana ciri-ciri fisik orang yang kumaksud.

Permainan dipimpin oleh Tante Maya. Kami memilih siapa yang akan bermain lebih dulu. Bagaimana semua ini disiapkan? Mungkin hanya Tante Maya dan Mas Wira yang tahu. Aku tak peduli.

Aku penasaran sekali. Kami semua mengambil urutan, tak ada yang tahu selain diri sendiri. Kubuka, nomor tiga. Lumayan tengah-tengah. Selanjutnya, kami semua menutup mata. Aku hanya bisa menunggu. Posisi kami melingkar di atas karpet. Semua kuceritakan atas apa yang aku lihat dan rasakan. Jika aku tak terpilih, aku juga tak bisa tahu apa yang dilakukan oleh yang lain.

Tak ada suara. Terdengar gerakan-gerakan lembut yang sepertinya dari seseorang yang mendapat giliran pertama. Gila. Permainan ini menegangkan. Sepertinya juga hanya Tante Maya dan Mas Wira yang tahu apa saja adegan yang harus dilakukan oleh peserta. Mudah-mudahan saja tak aneh-aneh.

Aku mulai mendengar gesekan-gesekan tubuh dengan karpet. Aku penasaran. Ingin rasanya membuka penutup mata ini. Tak lama kemudian terdengar desahan. Siapa yang tahan kalau sudah begini. Tapi permainan harus berlanjut. Seingatku, di sebelah kananku ada Anti dan sebelah kiriku Tante Maya. Terdengar suara Tante Maya yang nampak gelisah.

Desahan itu kian jelas. Aku menebak itu suara Putri. Desahan makin hilang dan tertahan. Peraturannya, yang menebak pun harus berbisik kepada pelaku. Tak ada orang lain yang boleh mendengar. Ketika benar, si pelaku akan menekan musik, begitu pun ketika salah. Musiknya berbeda. Dan kami sudah diberi tahu sebelumnya. Permainan akan berlanjut setelah itu. Pelaku akan kembali menutup mata, penebak juga tak boleh membuka mata. Setiap giliran mendapat jatah waktu, dan semua tertulis di kertas yang diambil. Waktu habis ditandai dengan musik, setelah sebelumnya pelaku menekan tombol tertentu ketika memulai.

Sambil membayangkan, tiba-tiba terdengar musik bahwa jawaban salah. Shit. Kami tak ada yang tahu siapa bermain. Semua kembali seperti semula. Orang yang mendapat giliran kedua memulai permainan. Aku makin deg-degan. Pemain kedua nampaknya laki-laki, sebab aku mendengar desahan perempuan di sebelahku. Sepertinya itu Anti. Desahannya kian jelas. Anti mengerang. Bunyi musik bahwa tebakan benar. Kutebak sih Mas Wira yang sedang mengerjai Anti.

Detak jantungku makin cepat. Iya. Sekarang giliranku. Aku menunggu tanda bahwa aku bisa memulai. Perasaanku makin tak karuan. Permainan ini benar-benar gila.

Tanda berbunyi. Aku membuka penutup mata pelan-pelan. Mataku buram, perlu penyesuaian dengan cahaya. Aku melihat sekeliling. Putri penuh dengan keringat. Tebakanku benar, Ia yang mengambil urutan pertama. Anti masih terluhat ngos-ngosan dengan baju yang awut-awut. Dengan memakai baju terusan, aku tak bisa menebak perlakuan apa yang baru saja Ia dapatkan. Dan aku salah, nampaknya yang baru saja mengerjai Anti adalah Milly. Ia nampak berkeringat dan belepotan. Shit. Ternyata erangan dua orang perempuan yang baru saja terjadi.

Kini giliranku. Aku mengambil undian dengan tangan gemetar. Kubuka pelan.

"Lakukan Quicky Sex Selamat 5 menit tanpa foreplay, posisi doggy style.

Kata yang boleh diucapkan:
1. Sex
2. Penetrasi
3. Doggy Style
4. Tanpa Foreplay

Target: ambil undian di kertas berwarna merah"

Gila. Aku sih yakin para wanita di sini sudah basah vaginanya karena suasana birahi yang cukup mendukung. Tapi apa yang bisa kulakukan dengan 5 menit tanpa penetrasi. Kalau lawannya adalah wanita yang sulit keluar bisa hancur reputasi. Tapi kan perintahnya tak harus orgasme. Sialan. Perintah ini benar-benar menjebak. Aku harus mengambil undian lagi. Kuambil dengan tangan lebih gemetar dibanding tadi.

"Sari"

Shit. Aku benar-benar mendapatkan targetku. Kepalaku pusing memikirkan cara agar berhasil membuat Sari menyerah. Apalagi, doggy style adalah posisi terlemahku. Aku paling tak bisa bertahan lama dengan posisi ini. Apa aku harus berdoa agar diberika kekuatan? Yang benar saja. Sudahlah, mari kita mulai.

Aku melepas celana pendekku. Melirik sebentar, sepertinya Tante Maya paham bahwa aku yang mengambil giliran.

Sebelumnya, akan kudeskripsikan bagaimana fisik Sari sepengamatanku yang baru bertemu tadi malam.

269557730abc3d47afcc77198191ed626fbd6cc5.png


26955776dade496ccbf2ea41a964c91dfe95664a.png

viewfile.php

Sari memiliki tubuh ideal. Cenderung kurus dan sekitar 160cm. Tak jauh beda dengan tinggi badanku. Payudaranya terlihat besar dengan ukuran tubuhnya. Aku tak bisa menebak berapa ukurannya. Tubuhnya putih dengan tipe menggairahkan. Apalagi bibirnya. Maka sayang sekali perintahnya adalah tanpa foreplay. Aku ingin sekali menikmati bibir dan payudaranya. Rambutnya yang lurus menambah pesona yang dimiliki. Sari nampak ideal secara fisik, entah performa seksnya.

Aku mendekati Sari. Sesuai perintah, aku membisikkan empat kata tadi. Entahlah, mudah-mudahan Ia tak mengenali suaraku. Sari tak butuh waktu lama untuk memahami perintahku. Ia berbalik. Wanita-wanita di sini terlihat sudah khatam dengan permainan yang akan mereka lakukan. Terutama soal pakaian yang dikenakan. Sari juga memakai terusan, berkancing dan berwarna putih. Ia memakai bra dan celana dalam. Bajunya sekitar 10cm di atas lutut. Cukup menggairahkan. Mereka tahu, fungsi pakaian hanya sebentar, setelah itu hanya kulit yang akan bertemu dengan kulit lainnya.

Aku melepas celana dalam Sari dengan gerakan perlahan, untuk mengganti foreplay yang ditiadakan. Mudah-mudahan ada efeknya. Waktu sudah kutekan. Aku siap bermain. Bagian bawah tubuhku sudah polos. Aku masih memakai kaos. Si Johny sudah tegang meski tadi sempat lemas karena deg-degan. Vagina Sari terlihat sudah basah, aku.mengarahkan Si Johny ke sana. Kugesek pelan, lalu tekan selembut mungkin.

"Aaauuhhhh" Sari menjerit tertahan

Kugerakkan Si Johny dengan ritme sedang. Sari ikut aktif bergoyang. Kupegang bokongnya yang lumayan menggoda. Perasaan deg-degan terus menyelimuti, membuat sensasi menyetubuhi Sari makin menggetarkan. Kulirik, Putri yang berada di sebelah Sari menggigit bibirnya. Ia nampak mendengar persetubuhan kami. Tangannya kulihat meremas payudaranya sendiri. Gerakanku tak mengendur sama sekali.

"Uhhhh sshhh" Sari mendesih, masih tertahan, Ia tak ingin suaranya terdengar yang lain.

Aku makin semangat setelah melihat Sari menoleh ke belakang dengan wajah yang amat menggairahkan. Ia nampak ingin melihat siapa yang sedang menggarap tubuhnya. Tangan kanannya ikut memainkan klitoris miliknya. Aku makin semangat.

"Hmmmppp Uhhhh" Sari makin kelojotan

Aku juga tak tahan sebenarnya tapi jelas aku tak ingin kalah. Aku rela tak mendapatkan orgasme demi reputasi. Waktu tinggal satu menit lagi. Sari belum menebak. Ia masih menikmati penetrasi di dalam vaginanya. Si Johny mulai cenut-cenut. Entah kenapa aku ingin mempercepat tempo.

"OOOHHHHHH" Sari mendapatkan squirt pertamanya di permainan ini

Aku tak percaya. Aku bahkan tak berharap ini terjadi. Tapi beginilah. Dalam waktu empat menit sekian detik aku membuatnya banjir. Ia ngos-ngosan. Putri menyadari hal ini. Ia juga ngos-ngosan dibuatnya. Anti nampak penasaran. Ia terlihat ingin sekali membuka penutup matanya. Kulihat Milly tersenyum. Ia tahu siapa yang sedang bermain. Senyumnya puas sekali.

Sari meraih tanganku. Waktu tinggal beberapa detik lagi.

"Akuhh percaya omongan Okta, Lang," Ia menebak dengan benar.

Sejak akan memulai pertempuran tadi aku curiga Ia akan mampu menebakku. Mudah saja, hanya aku yang belum pernah memasuki vaginanya, dan itu sangat mudah dikenali. Kulepas penisku, kutekan musik yang menandakan jawaban benar. Tante Maya bertepuk tangan. Sepertinya Ia menebak apa yang terjadi. Aku memakai celana pendekku, kembali ke tempat. Sari memulihkan tenaganya dengan duduk dan masih terengah-engah. Aku juga. Kuambil minum dan menikmati jeda sebelum memakai kembali penutup mata. Permainan yang menegangkan sekaligus menyenangkan.

Orang keempat memulai permainan. Nafasku yang belum teratur membuat konsentrasiku tak baik. Aku tak memperhatikan apa yang terjadi. Rasanya kepalaku mau pecah karena sedikit lagi Si Johny mengeluarkan cairannya tadi. Waktu habis membuat semuanya buyar, yang tertinggal hanya kentang.

Aku tak tahu berapa lama permainan keempat sudah berjalan ketika mulai terdengar desahan. Milly. Aku mengenal itu. Tak lama, desahan itu hilang begitu saja. Sepertinya sudah selesai karena kemudian terdengar musik jawaban benar. Aku benar-benar kehilangan konsentrasi.

Pemain kelima mengambil giliran nampaknya. Konsentrasiku mulai pulih. Aku merasa ada yang bergerak di dekatku. Kutaksir Tante Maya mendapat giliran kali ini. Nafsuku sudah normal kembali. Otakku juga mulai sadar. Hanya Si Johny yang nampak masih setengah tegang. Ada tubuh yang mendekat ke arahku.

"Aku ingin merasakan seperti Sari. Aku tahu kamu belum keluar," ternyata benar, Tante Maya mendapat giliran mengerjaiku.

Padahal birahiku berangsur normal, kini sudah diajak naik lagi. Apa boleh buat. Lagi pula, penisku butuh mengeluarkan sperma yang tertahan bersama Sari tadi. Dua target utamaku kena di permainan kali ini. Menarik.

269558357b8a7ddc05cf71fda5a13ea37129ea77.png


26955840e171c4edc435d43a2f7a418b86f58fb1.png

Sebelumnya, akan kujelaskan bagaimana fisik Tante Maya. Aku tak tahu usianya berapa, seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya. Tapi Ia kelihatan segar. Dari bentuk tubuhnya, ia sepertinya rajin berolah raga. Tubuhnya khas wanita yang sudah berumur. Meski masih sekal. Payudaranya standar, olah raga yang membuatnya masih kencang. Tingginya hampir sama dengan Milly, mungkin sekitar 165cm. Rambut bergelombang dan kaki jenjang menggairahkan.

"Buka semua pakaianmu, ikut denganku," Tante Maya memberi instruksi, aku menurut

Entah kemana kami akan berjalan. Seharusnya waktu yang kami miliki tak banyak. Aku dituntun untuk duduk di sofa. Dengan tubuh telanjang bulat, dingin AC mulai menyerang.

"Hmmm sluurppp" ternyata Tante Maya memainkan Si Johny

Tak ada tangan di sana. Hanya mulut yang terus beraksi. Mungkin perintahnya tanpa tangan. Permaian mulut Tante Maya di atas rata-rata. Ini yang terbaik yang pernah kurasakan. Lidahnya bagai penari Bali yang terus melenggak-lenggok mengikuti irama musik. Seluruh batang penisku masuk ke mulutnya.

"Aaaawww" Aku mengerang

Ini ajaib. Aku yang biasanya paling tahan dengan oral jadi kelojotan. Tanpa tangan. Gila. Bibir dan lidahnya menjadi kombinasi sempurna. Ingin kuhajar saja rasanya.

Mulutnya lepas dari penisku. Sial. Sedang enak padahal. Tapi itu tak berlangsung lama. Ada yang menindih tubuhku. Tante Maya mencari penisku, memasukkannya ke vagina yang sudah banjir itu.

"Denger suara Sari tadi bikin aku horny berat, Lang," Ia mulai menggerakkan pinggulnya

"Tante penasaran sama kamu uuuhhhb" suaranya mulai mendesis

Aku hanya mengimbangi. Kugerakkan penisku mengikuti iramanya. Ia makin tak terkendali.

"Kamu ohhh boleh ngapa-ngapain sshhhh" ini yang kutunggu

Tanganku mulai mencari sesuatu di dalam gelap. Kena. Payudara yang sedikit kendur itu kutangkap. Kumainkan. Sambil tetap mengimbangi gerakan Tante Maya.

"Waktu kita sshhhh nggak banyaak ooohhh aku pengen uhhhh"

Aku mulai ikut aktif. Kini mulutku menghajat payudaranya. Tante Maya tak kalah beringas. Waktu kami memang tak banyak.

Tanda waktu kurang satu menit berbunyi. Gerakan kami makin tak terkontrol. Aku yakin bisa mencapai orgasme, entah Tante Maya.

"Laaang ohhhh aku bentar laaagi oooh" bisiknya di telingaku

"Galang juga Tan shhh"

"Give me your cum shhhhh"

"Shhhhh"

Kami mempercepat tempo. Seharusnya sperma ini kusimpan lebih lama karena aku yakin permainan ini berlangsung panjang tapi sensasi dari Sari dan Tante Maya tak bisa kutahan. Mereka sangat menggairahkan.

"GALAAANG OHHHHHHH"

"HHMMMMHHHH"

Kami orgasme. Bersamaan. Tante Maya tidak squirt seperti Sari. Ia lebih lihai mengontrol. Nafas kami amburadul. Tante Maya belum beranjak. Aku ngos-ngosan. Entahlah. Harusnya semua orang disini dengar erangan Tante Maya. Mataku tertutup, mana bisa melihat keadaan.

Tante Maya beranjak. Ia menekan musik tanda jawaban benar. Ada sorak sorai dari yang lain. Tante Maya kembali ke posisiku dan menuntunku untuk duduk kembali. Aku tak ada tenaga untuk mengenakan pakaian. Nanti saja. Karena kami duduk bersebelahan, Ia memberiku tissu untuk membersihkan penisku. Lumayan.

"Okta tidak salah," Ia membisikiku

"Makasih Tan," aku hanya bisa mengucapkan terima kasih dengan nafas belum normal

Aku tak tahu apa yang terjadi pada pemain giliran ke enam. Samar-samar, aku hanya mendengar desahan. Tak jelas pula siapa itu. Sampai terdengar musik untuk jawaban benar. Dan begitu terjadi juga untuk giliran ke tujuh. Aku baru pulih benar setelah tanda musik untuk jawaban benar pada giliran ke tujuh. Dan permainan berlanjut kembali untuk orang terakhir. Sepertinya itu Anti yang bergerak.

Aku sebenarnya haus setelah bersetubuh dengan dia wanita tadi. Tenagaku juga belum pulih benar. Meski ramuan dari Tante Maya tadi cukup membantu. Dengan kondisi seperti ini tak ada yang bisa kulakukan selain menunggu.

Tak lama berselang, entah berada dimana kudengar ada dengusan laki-laki dan perempuan. Sepertinya Agil yang mendapat jatah. Birahiku tiba-tiba naik begitu saja. Bisa jadi efek ramuan tadi. Sialan. Kami dibikin nafsu terus menerus.

Sedang menikmati dengusan, tiba-tiba ada yang menjamah penisku.

"Aaawww" aku kaget, perintah apa yang sedang dijalankan Anti

Ia terus mengulum Si Johny dengan beringas. Tangannya ikut bermain. Aku yang sedari tadi belum lagi mengenakan pakaian jelas langsung terhenyak, meski yang terjadi kemudian adalah enak.

26955779bc10e9c236f2fcec32148f0a7b8d490f.png


26955780eff9b36e26b9a19b6b56a2b47d15a04a.png

Anti ini sedikit pendiam dari tadi. Sudah kubilang, tubuhnya tinggi, kaki jenjang, kulit putih. Payudaranya terlihat besar dengan tubuh yang cenderung ramping. Dengan jari-jarinya yang panjang mudah saja Ia memainkan penisku yang tak terlalu panjang.

"Uuuuhhhhh" kuremas kepala Anti, Ia belum akan selesai nampaknya

"Sluuurpppp hhmmmppp" suara kecipak mulut dan penis terdengar memggairahkan sekali

"Anti kamu gilaa uhhh" aku sengaja memanggilnya

Tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang.

"Aku nggak tahan sayang, permainan kita sudahi saja" suara Tante Maya menggelitik telingaku

"Guys, permainan putaran ini selesai. Silakan nikmati sajian kalian malam ini" Ia berteriak lantang melanjutkan

Anti tak melepaskan kulumannya. Tante Maya mulai menjilati telinga dan leherku, tangannya menggerayangi tubuhku. Penutup mataku belum lepas. Gairahku kian memuncak. Pertempuran sesungguhnya dimulai. Ternyata tadi hanya pemanasan. Sialan. Aku sudah keluar sekali. Dan kini ada dua wanita menggairahkan sedang menjelajahi tubuhku. Aku ingin menyebut Tuhan tapi rasanya malu. Tapi ini menakjubkan sekali.
 
Wah asik bgt klo bisa begitu, ayo siapa yg mau buat event gtu :klove:
 
Kritiknya cuma satu kurang puanjang hadeh dapat kentang lagi aja mantab hu thanks up-nya sehat selalu dan lancar RLnya biar kaga dapat kentang hehehhe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd