Tamu Yang Tak Diundang - Part 12
Bertindak Lebih Jauh
”CUUUP. Aku sayang Ayah." Ucap putriku,
Yang ternyata, bergerak melewati selangkangan.
Dan mencium bawah pusarku.
KAAMMPREEEEETTTTT. Aku pikir Febby akan mengoral penisku. Atau paling tidak, putriku akan mencium penisku. Tapi nyatanya, ia hanya menggodaku.
"Aku hanya ingin, Ayah merasa nyaman. Dan jika kontol Ayah gak nyaman karena terjebak di boxer mungilmu itu, yaudah. Keluarin aja, Yah. Seperti biasanya” Ucap Febby sambil tersenyum.
"Oh. Terima kasih" Sahutku. Sedikit baper karena perhatiannya.
Karena posisi dudukku setengah tidur, Febby kemudian merebahkan kepalanya di perutku. Menjadikan perutku yang rata sebagai bantal dan menatap kearah TV, yang masih terus menyiarkan acara otomotif, atau acara binatang liar. Bodo amat.
Aku yang heran, apa dia tak risih, tidur di perutku. Karena beberapa cm didepan, ada batang penis yang menjulang tinggi, menunjuk kewajahnya. Aku tak sepenuhnya yakin apakah Febby sedang menonton TV atau memandangi penisku.
Yang jelas, aku benar-benar terangsang karenanya. Dan oleh sebab itu, batang penisku makin berdenyut dengan kuat.
"Yah. “ Desah Febby dipangkuan perutku.
“Hmmm.” Jawabku malas.
“Aku baru tahu kalo sadar” Jedanya
“Sadar apa?” Balasku ogah-ogahan.
“Iya, aku baru sadar, kalo ternyata, kontol tuh punya detak jantungnya sendiri ya?” Heran Febby yang ternyata memperhatikan denyut penisku
Aku mengejangkan otot selangkanganku, beberapa kali. Sekedar memperlihatkan kemampuan batang kemaluanku yang bisa mengagguk-angguk.
NYUUUTT NYUT NYUT
“Hmmm. Pamer… Mo bikin putrimu ini takjub ya Yah…?” Ucap Febby lirih.
“Enggak. Buat apaan coba?”
“Lalu?”
“Mungkin, kontol Ayah mau nyapa anak perempuannya..” Jawabku ngasal.
“Oh gitu. Terus. Setelah kontol Ayah nyapa aku? Dia mau ngapain?”
“Tanya aja sendiri coba. Kali aja dia minta salaman”
“Terus? Setelah salaman? Minta apalagi? Cium?” Tebak febby yang tiba-tiba, mengusap ujung mulut penisku dengan ujung jarinya, “Setelah Cium? Ngajak ngobrol. Jalan. Jadian. Trus akhirnya pacaran? Gitu ya Yah? Hihihi”
“Nyindir teroooossss”
Hahahaha. Iya, sama kaya hubungan cewe-cowo Yah. Abis pacaran. Ngajak nonton? Checkin ke hotel. Enak-enak. Trus ujung-ujungnya muntah? Sampe ada yang bilang ‘Keluar didalem? Apa diluar?’ Gitu ya, Yah? Hihihi”
NGEHEK nih analogi putriku. Ngapain dia sampai mengibaratkan percintaan basah seperti itu.
“Ngapain ke hotel? Ayah punya apartemen kok” Ucapku buru-buru membalas dengan candaan garing
“Hahahahahaha” Tawa Febby terbahak-bahak. Sepertinya ia puas jika lawan bicaranya kikuk sepertiku.
“Udahlah. Ayah ngantuk.”
“Ehhh. Bentaran Yah. Kita ngobrol-ngobrol dulu”
“Udah jam 11 malam nih. Ayah ngantuk”
”Menurut Ayah.” Potong Febby tak menghiraukan komentarku, “Kira-kira, hal buruk apa ya Yah? Yang bisa terjadi, kalo kita berdua selalu telanjang seperti ini ?”
"Kita berdua? Heloow. Yang telanjang cuman Ayah. Kamu masih pake celana.” Ralatku.
“Eh iya. Ayah doang. Hihihi.” Cuek Febby yang makin bertindak lebih jauh dengan jemarinya. Yang kali ini, sudah mulai mempermainkan organ selangkanganku. Menekan-nekan lembut biji pelerku. Membuatku semakin merasa ngilu-ngilu enak.
“Ayo Yah, jawab dulu. Kira-kira, apa yang terjadi, kalo kita berdua selalu telanjang seperti ini ?”
“Ayah ga bisa jawab, Sayang”
“Emang kenapa Yah?”
“Ya Ayah ga tahu”
“Masa Ayah gatau sih? Padahal aku tahu-nya tuh, kalo Ayah selalu punya jawaban dari setiap pertanyaan. “ Jelas Febby yang kali ini, sudah membolak-balikkan batang penisku, seolah mencari tombol pengatur, untuk bisa dipermainkan lebih jauh lagi. ”Bahkan dari pertanyaan paling ga jelas pun, Ayah punya jawabannya.”
“Emang, kamu pengen jawaban seperti apa, Sayang?”
“Entahlah. Aku pengen tahu aja. Kalo kita sering telanjang gini, apa yang kira-kira bakal terjadi?”
Aku menghela nafas panjang. “Apa yang bakal terjadi? Hmmm. Mungkin. Hubugan kita bakal lebih dari sekedar Ayah dan anak”
“Maksud Ayah?”
“Iya. Hubungan kita, mungkin, bakal jadi seperti orang pacaran.” Jelasku, “Karena jujur ya Sayang. Ayah makin hari, makin merasa Sayang padamu.”
“Emang kemaren-maren, Engga?”
“Bukan gitu. Maksud Ayah, karena semua perhatianmu yang begitu besar ke Ayah, membuat Ayah makin merasa ada kecocokan diantara kita berdua. Dan jika kedua insan sudah ada kecocokan, yaaah. Bisa aja nanti, mereka jadi pacaran.”
“Trus. Kalo udah pacaran? Nanti bakal ada acara jalan? Ngajak nonton? Checkin ke hotel? Sampai acara Enak-enak gitu?”
“Yaaa. Mungkin.
“Enak-enaknya sampe kaya ngentot gitu Yah?”
“Ayah ga tahu juga sih. Cuman bisa jadi bakalan seperti itu”
“Ihhsss… Ngeres juga ya pikiran Ayah” Ucap Febby yang tiba-tiba bangun dari rebahan diperutku. Dengan mata bulatnya, ia lalu menatap kearahku, “Aku ga mengira loh, kalo ayah bakalan nidurin aku. Inget Yah. Aku Febby Aristiana, putri kandung Ayah sendiri. Masa Ayah tega, ngentotin aku?”
AAAAHHHSSS. Pembicaraan macam apa pula ini? Tadi mau tahu, sekarang begitu tahu. Baper.
“Eh. Maksud Ayah, bukan gitu Sayang” Ucapku mencoba meralat.
“Mentang-mentang aku sekarang sedang tak berdaya.
“Bukan Sayang. Maksud Ayah”
“Aku tunawisma, Yah. Ayah mengambil keuntungan dariku dan mengajakku tidur. Ayah tega deh”
“Sayang, dengerin dulu”
“Aku benar-benar ga nyangka jika Ayah bakal ngelakuin hal itu. Malang banget nasib aku, Yah. Bareng Mama aku diisengin selingkuhannya. Bareng Ayah, aku dientotin”
“Gini Sayang. Maksud Ayah”
“HAHAHAHAHAHAA.”
Tiba-tiba, Febby tertawa terbahak-bahak. Ngakak. Sampai terguling-guling disofa. Bahkan, air mata tawa, menitik dari ekor matanya.
“HAHAHAHaaa. Sumpah, lucu sekali muka Ayah ketika bingung.”
KAMPREEET. Aku kena lagi. Dikibulin putri cantikku.
“Ahhh. Udah ah. Ayah mau tidur” Kesalku karena dipermainkan seperti ini.
“Ehhh. Eh Eh. Sebentar lagi dong Yah.” Larang Febby buru-buru mengganggam batang penisku. Mencegahku supaya tak beranjak dari sofa malas ini.
“Aww Aww.” Erangku ngilu, karena Febby spontan menarik kemaluanku dengan sungguh-sungguh.
“Eh maap, Yah. Maap” Ucap Febby yang langsung melepas batang penisku.
“Apalagi?” Tanyaku ketus.
“Tunggu sebentar dong Yah. Temenin sampe aku tidur yaaa.” Pinta Febby dengan mata yang sudah benar-benar sayu.
Menatap wajah putriku yang juga sudah mengantuk, tiba-tiba aku merasa kasihan. Karena jika kuperhatikan, di wajahnya, ia terlihat begitu kesepian. Butuh temen ngobrol. Temen bercanda. Yang mungkin tak pernah ia dapatkan setelah kepergianku.
Aku tiba-tiba merasa menyesal dengan keputusanku 3 tahun lalu. Meninggalkan rumah tanggaku karena permintaan Yula yang selalu menuntut materi. Harusnya, aku aja Febby saat itu juga. Walau mungkin, jika bersamaku, hidupnya ‘sedikit’ tak terurus. Tapi paling tidak, ada aku yang menemani disaat kesendiriannya.
Walhasil, aku pun kembali duduk. Menatap TV. Dan membiarkan Febby, merebahkan kepalanya lagi diperutku
“Yah.”
“Hmmm..”
“Dulu, Ayah ketika ngentotin Mama pertama kali. Mama masih perawan ngga?”
DUH. Pertanyaan aneh macam mana lagi sih ini?
“Entahlah Sayang.”
“Entah?” Heran Febby. “Maksudnya? Ayah lupa? Atau Ayah ga mau cerita?”
“Nggg. Ayah. Mmmmm. Lupa Sayang. Ayah ga inget.”
“Ahhh, Ayah Ayolah. Ceritain aja semuanya. Pleeeaseee” Pinta Febby karena merasa ada keraguan disuaraku. “Emang Ayah ga bisa ngerasain gitu? Memek yang masih perawan atau yang udah engga?”
“Tahu. Ayah tahu bedanya, cuman maksud Ayah, Ayah lupa. Mama masih perawan atau engga” Jelasku berusaha bercerita, “Yang jelas, ketika pertama kali Ayah diajak tidur Mama.”
“HAH? Mama yang ngajak tidur Ayah?” Kaget Febby,”Beneran Mama yang ngajak duluan? Padahal, kalo aku lihat, dari kecabulan Ayah. Sepertinya Ayah yang ngajak.
“Mungkin, awalnya begitu. Hanya saja, ketika Mamamu ngelihat.. Ngggg…”
“Ngelihat apa Yah?”
“Mungkin, setelah Mamamu ngelihat punya Ayah,”
“Kontol? Maksud Ayah?” Potong Febby vulgar, “Kontol ini?”
“Iyalah, emang Ayah punya berapa kontol?”
“Hahahaha. Iya. Maksud aku setelah Mama ngelihat kontol ini, Mama langsung minta dientot gitu?”
“Yaaaahh. Ga saat itu juga sih. Hanya saja, setelah Mama lihat. Nggg. Kontol Ayah. Mama jadi penasaran gitu. Selalu mancing-mancing Ayah buat bertindak hal-hal yang tak senonoh”
“Trus? Ayah mau?”
“Gimana nggak mau? Laki-laki normal mana sih Sayang? Yang bisa nolak permintaan untuk diajak mesum? Apalagi dengan bentukan Mama yang seperti itu”
“Mudanya Mama, pasti seksi sekali ya Yah?”
“Super duper seksi” Jelasku singkat, “Mamamu tuh rebutan banyak lelaki Sayang. Punya banyak penggemar. Fans yang rela melakukan segalanya demi mendapat senyum manisnya. Saingan Ayah ketika berusaha mendapatkan cinta Mamamu, tuh banyak banget. Ada yang model. Ada yang hartawan. Ada yang anak Jenderal. Banyak dah”
“Lalu? Dari semua saingan Ayah, kenapa Mama akhirnya memilih Ayah?”
“Yaaah. Mungkin, kunci kesuksesan Ayah buat mendapat Mama, adalah karena benda panjang yang ada didepan wajahmu itu Sayang” Ucaku yang lagi-lagi, mengejangkan otot selangkanganku. Membuat batang kemaluanku kembali mengagguk-angguk.
“DIH. Pamer. Mana mungkin Mama mau ama Ayah cuman gara-gara kontol ini” Ucap Febby tak percaya. “Mama ga sebodoh itu kali Yah”
“Hahaha. Serius Sayang. Coba deh kamu pikir. Kenapa Mama mau selingkuh ama Alex, kalo Alex ga jago diranjang?”
“Hmmm. Berarti, Alex lebih jago diranjang dong? Ketimbang Ayah?”
ASEM. Bener juga ucapan putriku ini.
“Belum tentu, Sayang”
“Belum tentu gimana? Udah jelas-jelas Mama terang-terangan selingkuh. Tapi Ayah ga berani melabraknya. Itu tandanya, Ayah kalah daripada Alex.”
“Ayah belom sekaya Alex, Sayang. “Jelasku jujur ”Itu yang membuat Ayah belom bisa merebut Mamamu kembali. Dan jikapun Mamamu memilih Alex karena dia jago diranjang, Ayah yakin sih enggak. Jadi satu-satunya alesan Mama berpaling dari Ayah tuh karena, uang”
“Iya juga sih. Padalah kontol lelaki bangsat itu kecil loh Yah. Mana mungkin dia bisa muasin Mama”
“Kecil?” Heranku
“Ho’oh Yah. Kontol bajingan itu, yaeeelaaaah. Palingan, setengahnya kontol Ayah.”
WOW. Informasi yang berguna sekali.
“Masih kerenan kontol Ayah ini kemana-manalah. Besar. Panjang. Urat dimana-mana…” Puji Febby gemes sambil membolak-balik batang penisku. “Yang walaupun emang, kelemahan Ayah yang paling besar adalah. Ayah KERE. Hihihi.”
“BODO AMAT. Yang penting kontol Ayah besar.” Ucapku tak mau kalah.
“Kontol Besar, tapi coli terus ya percuma, Yah.”
ANJIM. Nih anak. Celetukannya liar. Susah ditebak. Dan tak ada lawan.
“Tapi Yah, Kalo misal Ayah beneran mau ngentotin memek aku, pasti rasanya sakit sekali ya, Yah? Memek aku yang kecil begini, dijebol ama kontol sebesar ini?” Ucap Febby yang tiba-tiba mencekek leher penisku, “Busyet. Jari aku aja ga bisa menggenggem penuh loh Yah” Sambung putriku yang terus berusaha mengatupkan jemarinya pada batang penisku.
“Uuuhhh. Uhh. Aduh aduh. Sakit Sayang. Sakit…!!” Erangku sambil merebut kemaluanku dari tangan Febby, “Jangan diremes gitu Sayang. Ngiluuu”
“Hahahaha. Abisan aku gemes banget, Yah.”
“Uhhh. Stop. Sakit”
“Hahaha. Muka kesakitan Ayah lucu” Melihat kesakitanku, Febby hanya tertawa. Melepas penisku lalu memindah posisi tubuhnya.
Sekarang ia tak lagi merebahkan kepanya di perutku. Melainkan menyandarkan tubuhnya kesisi sandaran sofa. Ia sengaja memiringkan tubuhnya supaya masih bisa menonton tivi. Dan karena Sofa malasku tak begitu panjang, Febby menekuk kedua kakinya, sehingga membuat pantat bulatnya terekspos jelas disebelahku.
ANJING. Mulus sekali pantat Febby. Putih, bulat, dengan paha jenjang yang mengkilap tertimpa sinar lampu. Membuatku, mau tak mau mulai mengurut batang penisku yang sudah begitu tegang.
“Uhhh. Memek Febby” Batinku yang melihat betapa tembemnya Febby yang menonjol diantara jepitan kedua pahanya. “Ternyata dia juga udah sange” Sambungku karena melihat rembesan cairan vagina di kain selangkangan celana dalamnya.
OHHH FEBBY. Seandainya dia putri kandungku, mungkin, udah aku gagahi memek tembem tanpa bulu itu. Karena, dengan posisi seperti itu, kira-kira, dalam waktu 5 detik aja. aku bisa saja mendorongkan kepala penisku tepat di belahan vaginanya.
“Yah?” Panggil Febby pelan.
”Ehh…?”
“Apa ada yang salah ama pantat aku? Sampe segitu amat Ayah ngeliatnya?” Tanya Febby ketika melihat kearahku, “Oh. Ayah mau jadiin pantatku buat bahan coli ya? Hihihi”
“Eh. Apa?” Kagetku dengan tuduhannya karena melihat gerakan tanganku naik turun mengurut penis. Buru-buru aku ambil bantal sofa dan menutup area selangkanganku
“Hihihi. Kocok aja, Yah. Gapapa kok Yah.” Goda Febby sambil mendorong bantal sofa dan menyenggol penisku dengan jemari kakinya.”Atau kalo Ayah mau, remes-remes aja pantatku. Biar kontol Ayah cepet ngecrot. Hihihi.”
Tanpa basa-basi, Febby menurunkan belakang celana dalamnya. Memamerkan bulatan pantatnya yang begitu putih, bulat dan menggiurkan.
“Sok aja Yah, remes aja. Nih.” Sodor Febby yang makin mendekatkan pantat bulatnya kearahku. Memamerkan aurat tubuh belakangnya sekaligus kebasahan vaginanya yang terlihat menonjol ditengahnyasambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Beneran?”
“Iya Yah. Siniin deh tangan Ayah. Pegang nih pantatku…” Ucapnya yang kemudian mengamit tanganku. Kemudian, diletakkan di bulatan pantat putriku.
Nyooot. Nyottt.
OH GUSTI. Lembut banget pantat ini. Yang ketika kuremas, jemariku ikut terbenam dalam lembut dagingnya.
“Nah, Iya gitu. Remes yang kenceng Yah. Ohh” Desah Febby makin mengodorkan pantat bulatnya kearahku. Membiarkan tangan mesumku menjamah tubuhnya dengan sukarela.
Aku yang belom bisa mencerna dengan semua pertunjukan Febby, seolah terhipnotis. Hanya bengong, tak mampu berpikir dengan keberuntunganku malam ini.
“Ayah. Kok diem aja? Biasanya kalo dapet pertunjukkan yang mesum-mesum gini. Ayah paling cepet inisiatifnya? Hihihi” Goda Febby makin mendekatkan pantatnya lagi, “Atau kalo pantat aku dirasa kurang mampu membangkitkan nafsu Ayah, mungkin ini akan bisa membantu….”
Febby kemudian melepas celana dalamnya. Lalu melemparnya kewajahku yang menatap keaarah vaginanya tanpa berkedip.
“Kurang ajar juga nih anak” Ucap batinku ketika merasa dilecehkan seperti ini.
Namun, alih-alih marah karena lemparan celana dalam Febby kewajahku. Aku malah mengambil celana dalam itu, dan entah kenapa, menghirup aroma dari kebasahan celana dalam di bagian selangkangannya.
“Hmmmmm.” Kuhirup dalam-dalam celana dalam Febby . Berusaha mengabadikan aroma vaginanya yang begitu khas diotakku. Semakin kuhirup, semakin terbuai aku karenanya. Aku tak mendapati aroma pesing sedikitpun. Bahkan, aku juga tak mencium bau apapun.
“Wangi Yah?” Goda Febby memanggilku.
Aku tak menjawab. Aku hanya mengangguk.
“Hihihi. Syukurlah kalo Ayah suka.” Ucap Febby yang sudah memutar tubuhnya, hingga telentang menghadap keatas.
“Kalo emang Ayah suka celana dalamku. Sekarang, mainin juga isinya” Ucap Febby tanpa ragu. Membuka kedua tungkai pahanya yang begitu mulus kemudian membentangkannya lebar-lebar dihadapanku. Memamerkan belahan vaginanya yang sudah begitu membanjir basah. “Sok Yah. Mainin memek aku”
ANJAIY.
AMPUN GUSTI.
Jangan goda hamba dengan tawaran seperti ini.
bersambung,
By Tolrat