permisi untuk agan-agan dan suhu-suhu semua, mohon maaf kalo cerita saya kurang dalam penyampaian ataupun teknis penulisan
harap maklum nubie banget
Sebelumnya perkenalkan saya biasa dipanggil Deko, lahir dan besar di Bali. Kejadian ini terjadi pada tahun 2004, dimana saya kebetulan berada di Puncak Bogor untuk mengikuti Short Course mengenai Pemilu dan Demokrasi yang diadakan satu lembaga studi terkenal di ibukota selama 1 minggu. Seluruh peserta diinapkan di satu hotel yang lumayan besar dimana pesertanya secara intensif mengikuti seluruh kegiatan yang sangat padat. Oh iya peserta course ini dari seluruh Indonesia dimana laki, perempuan, tua dan muda berkumpul membicarakan topik yang menurut saya sangat berat.
Short course ini sebenarnya berjalan dengan standar, setiap pagi dan malam ada kelas yang berlangsung dengan pembicara dari para ahli di bidang politik dan demokrasi. Selama 1 minggu penuh, kami di perah untuk berpikir, berdiskusi, berdebat, plus tugas-tugas yang bertumpuk.
Saya kebetulan satu kamar dengan salah satu teman dari perwakilan buruh kota Bandung dan tidak butuh waktu lama, kamar kami pun menjadi markas gerombolan perusuh short course karena panitia membentuk kelompok-kelompok diskusi yang kebetulan saya satu kelompok juga dengan Adi (teman satu kamar saya), Rustam (perwakilan Bengkulu), Victor (perwakilan Papua), Andi (perwakilan Makassar), Yeni (perwakilan Medan) dan Dewi (perwakilan Banten). Kami semua terkenal sebagai biang rusuh di short course ini, sampai-sampai panitia melabeli kami dengan Gerombolan Pengacau Kelas (GPK).
Akan tetapi, ada yang menarik di kelompok kami yaitu Dewi, cewek ini umurnya 24 tahun, tingginya semampai, putih dan cantik sekali, ukuran dadanya saya belum bisa pastikan (tapi sekilas saya lihat besar). Saya sering memperhatikan cewek ini walaupun saya yakin dia tidak pernah memperhatikan saya
Sebenarnya saya dan dewi tidak terlalu dekat karena walaupun satu kelompok, dewi ini lebih sering gabung dengan teman-temannya yang berasal dari satu daerah. Dewi ini hanya ikut nimbrung pada saat diskusi kelompok saja, saya sedikit kecewa sebenarnya namun doa tetap saya panjatkan untuk bisa dekat dengan si Dewi ini.
Akhirnya doa pun terjawab, kejadian awalnya terjadi pada hari ketiga dimana seluruh peserta mendapatkan jatah rekreasi ke kebun binatang terkenal di kawasan puncak. Berangkatlah kita menggunakan 2 bus ke lokasi rekreasi dan gerombolan kami mengambil tempat duduk paling belakang. Saya duduk di tempat barang paling belakang (dibelakang deret kursi paling belakang), tepatnya di emperan meletakkan barang pas di belakang kursi. Tanpa disangka, Dewi pun ikut pindah ke tempat saya duduk dan terjadilah perbincangan.
Saya (S) : Weh ngapain ngikut disini? Kan sempit?
Dewi (D): Biarin didepan ribet, mau ngerokok nih! bawa rokok ga?
S : Ada, nih!
D : Boleh deh! Ehhh kita satu kelompok kan yah? Kamar kamu dimana dek?
S : yah yang lain pada ngumpul dikamar sayah, kamunya malah ngumpul sama panitia banyak yang ganteng yah panitia?
D : ga gitu kali dek, kan panitia temennya kakak gw
S : ohhhh kirain, kamar 321 tuh, paling ujung barat. Mampir ajah sekalian nongkrong
D : wah ternyata kamu yah yang di 321? terkenal banget tuh di panitia kata mereka ada banyak botol miras didalam kamar sama di balkonnya
S : wkwkwkwkwk ngga kok, kami orang baik-baik. Itu cuman gossip (dalam hati wah ketahuan satu hotel nih kamar jadi sarang penyamun)
D : gw ikut dunk dek boleh ga? Suntuk nih begini-begini aja kegiatannya
S : lah kan sudah saya bilang pas diskusi kemarin, ngumpulnya di markas 321 aja
Perbincangan pun berlanjut ke urusan lain, dari urusan politik sampai ke urusan pribadi. Saya merasa beruntung karena sambil ngobrol saya bisa perhatikan dewi lebih dekat lagi ternyata cewek ini wangi dan asli mulus banget (dalam hati saya, wah lumayan pake bahan coli nih anak)
Sebelumnya perkenalkan saya biasa dipanggil Deko, lahir dan besar di Bali. Kejadian ini terjadi pada tahun 2004, dimana saya kebetulan berada di Puncak Bogor untuk mengikuti Short Course mengenai Pemilu dan Demokrasi yang diadakan satu lembaga studi terkenal di ibukota selama 1 minggu. Seluruh peserta diinapkan di satu hotel yang lumayan besar dimana pesertanya secara intensif mengikuti seluruh kegiatan yang sangat padat. Oh iya peserta course ini dari seluruh Indonesia dimana laki, perempuan, tua dan muda berkumpul membicarakan topik yang menurut saya sangat berat.
Short course ini sebenarnya berjalan dengan standar, setiap pagi dan malam ada kelas yang berlangsung dengan pembicara dari para ahli di bidang politik dan demokrasi. Selama 1 minggu penuh, kami di perah untuk berpikir, berdiskusi, berdebat, plus tugas-tugas yang bertumpuk.
Saya kebetulan satu kamar dengan salah satu teman dari perwakilan buruh kota Bandung dan tidak butuh waktu lama, kamar kami pun menjadi markas gerombolan perusuh short course karena panitia membentuk kelompok-kelompok diskusi yang kebetulan saya satu kelompok juga dengan Adi (teman satu kamar saya), Rustam (perwakilan Bengkulu), Victor (perwakilan Papua), Andi (perwakilan Makassar), Yeni (perwakilan Medan) dan Dewi (perwakilan Banten). Kami semua terkenal sebagai biang rusuh di short course ini, sampai-sampai panitia melabeli kami dengan Gerombolan Pengacau Kelas (GPK).
Akan tetapi, ada yang menarik di kelompok kami yaitu Dewi, cewek ini umurnya 24 tahun, tingginya semampai, putih dan cantik sekali, ukuran dadanya saya belum bisa pastikan (tapi sekilas saya lihat besar). Saya sering memperhatikan cewek ini walaupun saya yakin dia tidak pernah memperhatikan saya
Sebenarnya saya dan dewi tidak terlalu dekat karena walaupun satu kelompok, dewi ini lebih sering gabung dengan teman-temannya yang berasal dari satu daerah. Dewi ini hanya ikut nimbrung pada saat diskusi kelompok saja, saya sedikit kecewa sebenarnya namun doa tetap saya panjatkan untuk bisa dekat dengan si Dewi ini.
Akhirnya doa pun terjawab, kejadian awalnya terjadi pada hari ketiga dimana seluruh peserta mendapatkan jatah rekreasi ke kebun binatang terkenal di kawasan puncak. Berangkatlah kita menggunakan 2 bus ke lokasi rekreasi dan gerombolan kami mengambil tempat duduk paling belakang. Saya duduk di tempat barang paling belakang (dibelakang deret kursi paling belakang), tepatnya di emperan meletakkan barang pas di belakang kursi. Tanpa disangka, Dewi pun ikut pindah ke tempat saya duduk dan terjadilah perbincangan.
Saya (S) : Weh ngapain ngikut disini? Kan sempit?
Dewi (D): Biarin didepan ribet, mau ngerokok nih! bawa rokok ga?
S : Ada, nih!
D : Boleh deh! Ehhh kita satu kelompok kan yah? Kamar kamu dimana dek?
S : yah yang lain pada ngumpul dikamar sayah, kamunya malah ngumpul sama panitia banyak yang ganteng yah panitia?
D : ga gitu kali dek, kan panitia temennya kakak gw
S : ohhhh kirain, kamar 321 tuh, paling ujung barat. Mampir ajah sekalian nongkrong
D : wah ternyata kamu yah yang di 321? terkenal banget tuh di panitia kata mereka ada banyak botol miras didalam kamar sama di balkonnya
S : wkwkwkwkwk ngga kok, kami orang baik-baik. Itu cuman gossip (dalam hati wah ketahuan satu hotel nih kamar jadi sarang penyamun)
D : gw ikut dunk dek boleh ga? Suntuk nih begini-begini aja kegiatannya
S : lah kan sudah saya bilang pas diskusi kemarin, ngumpulnya di markas 321 aja
Perbincangan pun berlanjut ke urusan lain, dari urusan politik sampai ke urusan pribadi. Saya merasa beruntung karena sambil ngobrol saya bisa perhatikan dewi lebih dekat lagi ternyata cewek ini wangi dan asli mulus banget (dalam hati saya, wah lumayan pake bahan coli nih anak)