Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Permisi agan-agan sekalian. Maaf butuh bertahun-tahun untuk update hehehe. Berikut ini ada update baru. Tetapi bukan lanjutan dengan Illona. karena begitu menulis feelnya gak dapet. Ini adalah salah satu update tanggung. Ingetnya sudah saya ingetin, tanggung! Tulisan lengkap akan ada sedikit lagi. perlu edit dikit biar enak dibaca. sementara itu baca update dikit ini ya. Terima Kasih juga yang sudah setia menunggu.
 
“Yaudah aku pulang dulu. Kamu ngerokok jangan lama-lama yah! Kasian supirmu udah nunggu kemaleman,” ujar Tania kepada saya sambil memberikan kecupan perpisahan di dahi. Saya hanya mengangguk nurut dan keluar dari ruangan bersama dengan Tania.

Malam ini jajaran direksi harus menghadap ke induk perusahaan karena ada meeting akbar mengenai ulang tahun grup. sebagai CEO salah satu anak perusahaan saya wajib datang. Cukup intens isi rapat mengingat kami sebenarnya dalam penghematan tetapi karena tak ingin kehilangan image di depan publik, kami tetap berencana mengadakan pesta ulang tahun yang mewah. Sampai akhirnya rapat berakhir pukul 11 malam. Saya sudah kembali ke lantai gedung saya.

Setelah perpisahan dengan Tania, saya beranjak ke tangga darurat. Biasanya tangga darurat sering dijadikan tempat merokok oleh wartawan yang piket malam. Maklum, tempat merokok utama adanya di taman yang berada di bawah. Sementara kami berada di lantai 23. walau ada teknologi lift, namun bagi wartawan malam turun ke lantai 1 adalah riskan.

Tepat di depan pintu tangga darurat, saya melihat Kiki, wartawan junior perempuan yang tempo lalu ketemu saya. Senang rasanya saya bisa ketemu bawahan saat mau merokok malam, karena merokok di tangga darurat sebenernya sangat sumpek dan kesan horor sangat tinggi. Pernah salah satu tim redaksi mengundang paranormal sekadar untuk keperluan konten. Dan katanya, tangga darurat cukup horor.

“Udah selesai ngerokok ya Ki? Temenin aku dong!” ujar saya ramah.

“Iya mas udah. Eh mas, jangan di sini!” kata Kiki memotong saat saya hendak membuka pintu darurat.

“Kenapa Ki? Ada setan ya? Kuntilanak ya?” tanya saya menggoda.

“Bah, ini lebih serem mas. Ada yang enak-enak di dua lantai bawah,” ujar Kiki.

Saya langsung kesal. Mungkinkah itu karyawan saya? karena bagaimanapun juga itu bukanlah tindakan terpuji karena risiko yang sangat tinggi. Akhirnya saya meminta Kiki menemani untuk mengecek.

Pintu saya buka pelan-pelan. lalu menuju pintu lapis kedua yang langsung menuju ke tangga. saya jaga sedemikian rupa agar tak terdengar oleh pasangan mesum itu. begitu pintu kedua terbuka, saya sudah mendengar desahan sang perempuan. Saya mengajak Kiki untuk turun satu lantai agar bisa mengintip lebih jelas apa yang terjadi.

Saya berada di belakang sementara Kiki berada di depan saya. Sampai turun satu lantai, kami mulai mencari posisi yang sangat ideal untuk mengetahui siapa yang melakukan itu di tangga darurat. betapa kagetnya saya ketika mata berhasil menangkap wajah si perempuan. Rupanya dia Dewi. Presenter berita malam. Kantor TV memang berada dua lantai di bawah lantai kami. dan TV tersebut memang masih satu grup dengan kantor saya tetapi kami sudah beda PT. aman. bukan anak buah saya.
Namun betapa terkejutnya saya lagi setelah melihat siapa yang sedang menunggangi Dewi dari belakang. Tidak lain adalah Paul. Pria kekar asal sumatra yang juga pernah di lapangan bersama saya. Kini Paul menjadi produser di salah satu acara TV.

Dewi terlihat masih mengenakan kemeja putih yang sepertinya merupakan wardrobe saat tampil di tv. sementara itu kakinya juga masih mengenakan high heels. Rok spannya sudah turun sampai menyelimuti heels yang ia gunakan. Dewi menghadap tembok sambil berpegangan dengan pegangan besi tangga darurat. sementara itu Paul terus menusuknya dari belakang dengan seragam masih ia kenakan. Hanya celana yang tanggal.

Sekilas mengenai Dewi, ia adalah presenter biasa seperti pada umumnya. Umurnya mungkin sudah memasuki kepala 3, saya tidak akrab dengan dirinya karena selain tidak satu perusahaan, Dewi bukan tipe presenter yang saya sukai. Ia tidak sepintar beberapa presenter lain. Tak heran dirinya tak pernah punya program sendiri meski sudah cukup senior. Kasarnya, ia hanya menjual kecantikannya saja. Berbeda dengan beberapa presenter lain yang sangat pandai dalam hal politik maupun ilmu sosial. Bagi saya, menjadi presenter memang perlu pintar untuk menguasai bintang tamu yang terkadang berkarakter keras.

Tak hanya mengenai sikapnya yang sangat jauh dari idaman saya, Dewi juga secara fisik tidak menarik buat saya. Tipikal presenter, rambutnya pendek sekali bahkan terkesan tomboy. Sementara kulit mulus dan ukuran payudaranya memang tak bisa membuat saya terkensan. Biasa aja menurut saya.

“Mas, capek hhh,” keluh Dewi kepada Paul. Paul kemudian menyuruh Dewi melepas heelsnya. Namun karena tinggi badan Dewi yang menurun drastis, Paul agak sulit untuk memasukan penisnya. Paul pun akhirnya mengangkat kaki kanan Dewi dan menaruhnya di pegangan tangan. Sementara kaki satunya masih menjadi penopang untuk Dewi berdiri. Setelah kaki kanan naik, Paul berusaha memasukan lagi penisnya.

“Ah syit. Enak banget kontolmu mas. Beda sama punya Rico,” ujar Dewi.

“Punya Rico panjang tapi nggak selebar punyamu hhh enak banget kontolmu,” tambah Dewi.

“Apa sayang coba ngomong lagi!” kata Paul sambil terus memaju-mundurkan penisnya.

“Kontol mas Paul lebih enak ketimbang kontol bang Rico ah aah,” Ya, yang dimaksud Dewi dengan Rico adalah salah satu produser lain di tv tersebut. Saya menggeleng-geleng kepala betapa liarnya kehidupan di tv tersebut. Tetapi kemudian saya menyadari betapa liarnya saya selama ini bersama dengan Illona dan Tania. Tapi setidaknya saya lebih pintar bermain aman.

Saya perhatikan Kiki mulai berkeringat. Dengan jelas saya bisa melihat kaos hitamnya sudah mulai basah. Berdiri kiki juga mulai tak nyaman. Ketika ia mengikat rambutnya kebelakang, dengan jelas betapa banyaknya kringet Kiki. entah mungkin karena suasana yang gerah atau ia kepanasan dengan aksi dua sejoli di lantai bawah.

“Ah ah ah anjir enak banget mas,” desah dan teriak Dewi.

“Tadi pas on cam gua rasanya pengen ngentotin lo Wi! Napsuin banget lo! hhh” balas Paul

Tangan kanan Paul masih membantu menopang kaki kanan Dewi, sementara tangan kirinya berusaha untuk menarik rambut pendek milik Dewi. Di bawah, pinggulnya terus bergerak dengan kecepatan super. Teriakan Dewi pun semakin menggila. Kemeja putih yang ia kenakan semakin berantakan.

“Gue keluar Wi! arghhhhh! anjir enak banget memek lu!” ujar Paul yang membuat saya kaget karena tak menyangkan akan berakhir. Paul kemudian menyenderkan badanya ke Dewi yang masih tegang badannya. Sepertinya Dewi masih belum klimaks. Mungkin sekitar sepersekian detik lagi baru keluar. Terlihat wajah Dewi masih kecewa dan ia berusaha mengocok vaginanya sambil masih bersender menghadap ke tembok.

Kocokan Dewi makin gencar. Sementara penis Paul sudah menciut dan keluar dari vagina Dewi. Tak beberapa lama Dewi dapat dan kemudian badanya ambruk. Beruntung Paul segera menahan agar Dewi tak jatuh ke lantai.

“Arghhhhhhhh ngentot!” Teriak Dewi saat mendapat orgasmenya.

Melihat pertarungan usai, saya mengajak Kiki untuk merokok di taman sesuai rencana awal. Di sana saya mengobrol dengan Kiki.

“Mereka sering Ki kaya gitu?” tanya saya sambil menghisap rokok sam s03 andalan.

“Kayaknya deh mas. Mereka kan shift malam terus. Aku sama anak-anak sih udah beberapa kali ngegepin. Terus mereka kaya gak peduli gitu padalah kita ngerokok kan berisik kadang-kadang. Tapi anak-anak lain juga biasanya kalau udah denger Mbak Dewi desah, kita langsung masuk,” balas Kiki berusaha mengelap keringat yang membasahi tubuhnnya.

“Haha keringatan banget ki. Panas ya adegannya?” tanya saya menggoda.

“Iya mas. Hahahaha biasanya langsung aku tinggal. Tadi mas malah ngajak nonton, hahaha” jawab Kiki canggung.

Setelah pembicaraan dengan Kiki saya memutuskan untuk pulang. Saya akan berusaha mencari tau mengenai skandal ini besok hari.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd