Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Amel kapan mulai proses ekse nya hu..belum ada tanda2 bisa diekse si amel hu..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wow, baru ngikutin ceritnaya dari tadi malem tapi langsung jadi fans nih 😊✌keep updating Boss Aldi 😄👍
 
Wahhh gak terasa 2 tahun nih cerita dan tetap hot sampai update terbaru di 2019..keren suhu ceritanya,lanjutkannnnn!!
 
Bimabet
UBUD part 1

---

Rapat telah usai, saya tak boleh telat untuk ke bandara. Hari kamis ini, saya sebenarnya cuti karena ada janji dengan Marin dan Amel. Sebenarnya jadwal kami ke Bali adalah Jumat malam sampai Minggu sore. Kami yang tergabung dalam organisasi orang tua murid memang berencana untuk liburan bersama sekedar untuk bersenang-senang. Namun saya, Marin, dan Amel memutuskan untuk berangkat duluan untuk bisa lebih menikmati Bali dan lebih quality time. Maklum kami memang bersahabat sejak anak-anak kami masih kecil, namun belakangan kami jarang ngumpul karena kesibukan saya.

Saya sudah menaruh pantat saya di kursi belakang. Namun ketika mau menutup pintu Tania menahan. Ia memasukan sedikit badanya dan menciup saya. Ininya jangan di habisin ya. Tutup Tania sambil meremas penis saya dari luar celana. Saya kemudian tersenyum dan mobil meninggalkan lobby kantor dengan cepat agar tak tertinggal pesawat.

Singkat cerita, waktu sudah menunjukan pukul 3 sore. Supir yang menjemput saya sudah berada di depan pagar. Tak lama, seorang ibu-ibu yang mungkin 10 tahun di atas saya membukankan pagar villa. Ya, saya, Amel, dan Marin memang memutuskan untuk menyewa villa lumayan besar di Ubud. Baru ketika Jumat malam kami pindah ke Seminyak untuk bergabung dengan orang tua murid lainnya.

Pak Sukarsa dan istrinya menurunkan dua tas saya dari mobil dan memindahkannya ke kamar. Sementara saya langsung berjalan mengarah ke belakang villa di mana sepertinya sedang ada dua bidadari yang sedang bersenang-senang. Villa ini cukup luas. Jarak dari pagar mungkin sekitar 100 meter. Sementara tempat tinggal Pak Sukarsa masih di dalam kompleks villa tetapi sangat mepet dengan pagar. Banyak pohon di sini seperti tipikal daerah ubud. Namun di sini cukup private karena dikelilingi pagar beton. Bagian bangunan utama villa mungkin ukurannya hanya ⅛ dari total luas komplek villa yang hanya terdiri dari satu lantai.

“Asiik… bidadari ku lagi pada bikinian nih,” celetuk saya yang menemui baik Marin maupun Amel sedang asik berenang. Keduanya memang mengenakan bikini sore itu. Jika Marin menggunakan bikini two pieces, maka Amel hanya menggunakan One pieces. Memang dada Amel tertutup dengan baik oleh pakaian renang nya. Namun tak bisa dipungkiri gundukan di bawah terbentuk dengan manisnya karena ketatnya pakaian renang yang ia gunakan. Saya kemudian menunduk dan berlutut untuk sekedar cipika dan cipiki dengan kedua perempuan yang sudah merapat ke tepi kolam.

Buat suhu-suhu yang merasa saya beruntung atau sangat liar karena bisa berlibur dengan dua bidadari meski status mereka binor, anda salah. Kami bisa seakrab ini karena memang kami bersahabat sejak anak-anak kami kecil. Mereka juga yang mengajari saya bagaimana mengurus anak perempuan. Maklum, seperti yang saya ceritaka sebelumnya, saya memang single parrent.
“Cium-cium aja, mata gak usah nglirik-nglirik ke yang lain!” tegur Marin sambil menjewer saya dan berusaha menarik saya ke kolam dengan jewerannya.

“Ih ngapain ngelirik-ngelirik? Paling ntar malem juga bisa liat total,” ledek saya yang kemudian meninggalkan mereka untuk sekedar mengambil minuman di dapur. Sementara Amel hanya tersenyum-senyum senang sekali melihat kelakuan saya dan Marin yang seperti remaja baru pertama kali pacaran. Sungguh senyum yang manis, batin saya.

Skip sampai malam hari sekitar pukul 10.00 malam. Setelah kami berputar-putar untuk mencari makan, kami kembali ke villa. Memutuskan untuk menghabiskan sisa malam dengan mengobrol dan menonton film di tv kabel. Tak lupa juga camilan dan arak bali kami sediakkan.

Saya duduk di tengah sofa saat menonton tv. Sementara Marin berada di kanan saya dan Amel di kiri saya. Kami berbagi cerita mengenai kehidupan kami masing-masing serta rencana sekolah anak-anak kami sampai di masa mendatang. Kami membayangkan kalau suatu saat nanti anak kami untuk pertama kalinya berpisah, apa yang akan terjadi dengan persahabatan kami bertiga? Saya yang sangat bergantung dengan keberadaan mereka menjadi yang paling melankolis di antara yang lainnya.

“Ushhh gak usah sedih gitu dong,” ujar Amel menenangkan dan kemudian memeluk saya dari samping. Tak mau ketinggalan Marin juga memeluk saya dari sebelah kanan. Betapa hangatnya ubud malam itu. Sampai sini saya belum berpikir macam-macam. Hanya pure quality time dengan sahabat saya. Sampai akhirnya gelas ke sekian dan pelukan tak juga merenggang, saya akhirnya memberanikan diri mengarahkan pelukan saya dan telapak tangan untuk meraba payudara Marin. Masih dengan posisi dipeluk dari samping oleh kedua bidadari tersebut.

Suhu-suhu mungkin berpikir kenapa saya tak melakukan hal tersebut ke Amel? jujur saja, malam itu saya tak berani menggerakan tangan kiri. Tangan kiri saya seolah terpaku di punah amel saja. Tak berani menurun untuk meraih apapun itu. Sepertinya tulus saya dengan Amel membuat tangan kiri saya tak berani berbuat banyak.

Saya sadar betul Marin sedang tak menggunakan bh dan ia tengah mengenakan kaus buntung yang sangat tipis. Perlahan saya terus masuk untuk meremas dada sebelah kanannya. Sementara aroma arbal mulai masuk ke hidung saya. Rupanya Marin sambil memejamkan mata juga membuka mulutnya. Ia tampak menikmati tangan saya yang tengah bergerilya. Mungkin karena kami juga sedang tinggi, maka rangsangan sedikit saja sudah membuat Marin nikmat.

Saya kemudian mengecup bibir Marin. Reaksinya sejenak seperti kaget dan sempat menarik kepalanya. Namun bibir saya keburu menguncinya. Saya julurkan lidah saya. Bermain dengan Marin memang tak perlu basa-basi seperti kecupan mesra. terbukti ia kemudian merespon dengan cepat. sapuan lidah saya langsung diserang balik. Lidah kami beradu, pelukan dengan Amel dan tangan kiri saya memegang kepala Marin. Ciuman kami semakin liar, kini Marin sudah full menghadap ke saya dan tubuh saya sudah saya belokan ke kanan. Kini tangan kanan saya dengan bebas memainkan puting Marin. Namun kami masih sama-sama menggunakan pakaian. Pagutan semakin liar sampai akhirnya Marin terus turun hingga ke leher saya. Ya, marin tak segan-segan untuk mencupang saya sebagai lawan mainnya. Ia tak gengsi jika terbukti bahwa nafsunya besar. Kini kedua tangan saya fokus untuk memilin kedua payudaranya Marin. Sementara Marin terus fokus untuk menciptakan tanda-tanda cinta ke leher saya. Sungguh repot nanti kalau ketemu dengan orang tua murid yang lain. Tapi saya tak peduli untuk saat ini.

Saya kemudian melepaskan pergumulan kami. Saya berdiri kemudian melepaskan kaus saya. Begitu juga dengan Marin. Terpampang dengan jelas payudara indah yang selama ini saya eksplor. bagaimana pun juga, saya berperan penting dalam membuat payudara itu sedikit besar dan kendor. jauh berbeda ketika saya belum menggarap. bagai lahan yang masih subur saat itu. Marin juga fokus untuk melepas celana gemesnya hingga telanjang. Sementara saya kesulitan melepas celan jins saya. Marin hanya bisa tersenyum melihat saya yang kesulitan dan terpengaruh alkohol. Marin kemudian memeluk saya yang tengah berdiri sementara ia masih duduk di sofa. Kepalanya tepat di depan penis saya. Marin tersenyum mendongak keatas dan mengecup penis saya dari luar. secara perlahan dan sensual Marin lepaskan celana saya lengkap dengan cd-nya. dan tanpa aba-aba ia langsung melahap kedua buah jakar saya. sambil tak lupa ia memainkan lidahnya. saya yang sudah mulai kenikmatan kemudian tak sengaja memerhatikan keadaan sekitar. rupanya amel sudah tak ada. Kemana dia? ah persetan. saat ini ada wanita orang yang tengah melumasi senjata saya!

Permainan oral Marin semakin liar. Sama seperti permainan sebelumnya ia senang sekali menjilati batang penis saya. Tampaknya ia tak tega jika tak semua sisi basah akan liurnya. Bahkan kepala penis saya seperti wajib untuk terus ia hisap. kempotan mulut Marin memang menjadi andalan. Ketelatenannya serta antusias yang tinggi akan penis saya seolah-olah saya seperti seorang raja yang harus dihargai sementara untuk Marin, akan sangat memuaskan untuk bisa menyenangkan hati sang raja.

Terkadang Marin juga mengeluarkan penis saya kemudian memasukannya lagi. terus menghisap sampai penis saya keluar. “plop plop” begitu bunyinya ketika penis saya terlepas dari mulutnya yang sudah setara dengan vagina anak kuliahan.

Tak ada satu katapun keluar di antara kami malam itu. Hanya tatapan yang menjadi alata komunikasi kami malam itu. Seperti saat saya mengisyaratkan untuk Marin menungging di atas sofa sambil menghadap ke arah kiri. Kaki kananya berada di lantai sementara kaki kirinya berada di sofa sambil menekuk. Payudaranya? dengan indah menggantung. Dapat saya lihat dari belakang tubuhnya. Saya kemudian tanpa basa basi meludahi penis saya untuk semakin memudahka penetrasi. Tanpa aba-aba saya memasukan penis saya dengan perlahan. Namun tak perlu jeda karena vagina Marin sudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan ukuran penis saya. Marin pun mendesah kecil ketika saya memajukan penis saya di vaginanya secara perlahan.

Marin kemudian menengok kebelakang dan mengeluarkan senyuman menggoda. semeentara matanya masih setengah watt. ia kemudian menarik tangan kiri saya dan mengarahkan ke dada sebelah kirinya. kemudian tangan kanan saya ke arah payudaranyanya. Kini saya seperti sedang mengendarai kuda dan payudara Marin adalah tali kendali. Setelah beberapa kali penetrasi mendalam namun lembut Marin kemudian kembali menengok ke belakang dan mengangguk. Saya paham betul kali ini, ia meminta saya untuk menaikkan tempo.

Namun jika saya biasanya menaikkan tempo secara bertahap, kini tak perlu lagi. Pengaruh alkohol membuat saya langsung meningkat tempo dengan tinggi. Saya hantam vaginanya dan memaju mundurkan penis saya dengan cepat. Marin yang tampak kaget berusaha menjauhkan vaginanya dari selangkangan saya sambil meritih

“Hmm hmmmm” tahan mulut Marin agar tak terdengar oleh siapapun yang bisa mendengar. Sementara saya tak peduli. Rasanya seperti sudah lama tidak mengeluarkan peju. padahal baru dua hari yang lalu saya melimpahkan cairan tersebut ke Tania.

Marin yang sudah mulai terbiasa juga ikut memaju mundurkan pantatnya. Sungguh nikmat sekali adegan ini. setiap saya menarik penis saya mundur, seolah-olah vagina Marin tak mau lepas dan mengejar ke belakang menempelkan dengan pangkal paha saya. Semakin cepat, erangan Marin sudah beralih ke teriak.

“AH AH AH! SSSS AH AH AH!” rintih Marin agak berteriak. Suatu hal yang jarang kami lakukan karena selama ini kami sering melakukan di kantor saya. Mungkin ketika kami main di hotel atau di rumahnya ia beberapa kali berteriak. tetapi sangat jarang kami main di rumah atau hotel.

“hhhhhh hhhhh hhhh hhhh” respon Marin akan gerakan cepat saya. Ia juga beberapa kali berteriak seolah olah tak ingin kalah dengan suara hantaman antara selangkangan saya dengan bokongnya yang bulat. Kami sudah berkeringat. kira-kira sudah 10 menit kami menggunakan tempo tinggi. dan tiba-tiba, tubuh Marin menegang dan mengaku. Tak lagi mengikuti irama. dengan tiba-tiba pula ia berteriak secara kencang.

“AAAAAAAAAHHHHHHHHH ” teriak Marin. saya mendadak berhenti. penis saya seolah ditarik ke dalam vaginanya lebih dalam. seperti ada yang menarik. namun pada satu titik. saya merasakan betul penis saya seperti disemprot cairan panas. Marin pun langsung ambruk. Penis saya terlepas dari vaginanya.

saya biarkan Marin menikmati orgasme tercepat dalam sejarah permainan kami. ini juga orgasme paling berisik dalam sejarah kami. saya yakin dimanapun Amel berada, pasti ia mendengar teriakan Marin. sementara pak Sukarsa dan istri entah mendengar atau tidak. tapi sepertinya tidak.

Setelah lima menit, saya mulai khawatir. Marin tak bergerak. saya sangat khawatir ia tertidur. dan itu berbahaya karena penis saya belum mencapai klimaks. Saya kemudian membalikan badan Marin. dan mengarahkan penis saya ke vaginanya. ketika saya gesekan penis saya dengan bibir vagina Marin, Marin membuka mata. ia seperti memohon untuk tidak melanjutkan karena kelelahan. Namun saya tak mau. saya lalu menunjukkan mata memelas sampai akhirnya Marin mempersilahkan. ia yang membimbing penis saya masuk ke vaginanya. saya paham betul, ia melakukan itu agar saya tak langsung tancap gas. Marin tampaknya masih merasa perih ketika senti demi senti penis saya memasuki vaginanya. saya pun masih berasa akan denyutan vaginanya efek dari orgasme tadi sungguh luar biasa.

setelah beberapa saat penis saya akhirnya saya aktifkan untuk maju mundur. menghargai kesempatan yang diberikan, saya tak mau mengecewakan Marin. Bahkan saya memulai dengan pelan dengan harapan marin bisa kembali orgasme dengan saya. jujur jika tahu efek alkohol bikin Marin mager, saya tak akan mengajaknya minum.

Marin mulai menjauhkan tangannya dari vaginanya. sepertinya ia tak perlu berjaga-jaga lagi karena rasa perih. terbukti ia pun kini mulai merintih lagi. ia gigit bibir bawahnya sambil terus menahan suara. mungkin ia bukan tak ingin terdengar, tetapi masih ada sedikit perih yang tersisa. isen saya cabut penis saya kemudian saya masukan lagi secara perlahan. namun setiap saya hendak menarik, tangan marin mulai menahan pinggul saya berahrap tak perlu penis saya keluar vaginanya.

itu juga membuat pinggul marin ikut naik ketika saya menarik penis saya. paham betul bahwa marin sudah kembali on, saya mulai menaikan tempo. kali ini saya agak egois karena saya takut marin kelelahan dan tertidur. saya tak mau menyia-nyiakan peluang. semakin cepat dan marin juga mulai berteriak kecil lagi. bahkan kedua kakinya mulai ia lingkarkan di bokong saya. sementara tangan kirinya sudah berada di pundak saya. tangan kananya masih berada di sofa sambil menjaga keseimbangan saat bergelantungan dengan saya.

Digelantungi Marin membuat gerakan saya terbatas. akhirnya saya memutuskan untuk di bawah dan Marin saya paksa untuk berada di posisi wot. Ia yang masih lemas kemudian memeluk saya tengkurap. ia hanya memajukan dan memudurkan bokongnya. namun saya kurang menikmati. saya paksa marin untuk tegap dan memegangi pinggulnya. saya gerakan naik turun agar hempitan vagina Marin makin berasa.

kini Marin dan saya sudah benar-benar berada di kondisi tinggi. saya terus menaik turunkan penis sementara Marin di atas juga membantu memutar pinggang agar kami sama-sama merasakan klimaks.

“Ahhh ahhhh hmmmmm e nak sayang,” rintih Marin. Ini mungkin kata pertama yang keluar dari antara kami pada malam ini.

“Fuck me, cum inside me. ahhhh make me wet.” tambah marin masih sambil bergoyang dan memejamkan mata.

merespon reaksi marin, saya mengencangkan tempo..

“Im comming!” teriak saya. Marin tak menjawab menggunakan kata-kata. Ia merespon dengan semakin cepatnya putaran pinggul. Ia pun tampaknya sama akan klimaks. Benar saja penis saya seolah kembali di sedot. dan pada titik tertentu, seperti dilepeh sekaligus disiram banjir. namun kini banjir vagina marin saya tandingin dengan air mani milik saya. kondisi kami sungguh basah. saya merasa betul cairan di dalam vagina marin keluar menyentuh pangkal paha saya. Marin ambruk di dada saya. penis saya masih belum keluar. mata saya mulai memudar. apakah saya pingsan? black out!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd