Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Terjebak dibalik Pernikahan

Status
Please reply by conversation.
Untuk karakter utama seorang ukhti dan udah bersuami mgkn alurnya pelan2 sampai dirinya sendiri gak sadar udah mulai berubah
Agak dipanjangin aja hu biar makin keren,dan nggak menggantung di tiap partnya
 
Jhon pantau sekarang berada di TKP. Tempat dimana cerita akhwat ini berawal. Mari kita nantikan update selanjutnya pemirsa
 
*flashback

2015


Yenna Nurlita


Iqbal Rasyid


Andri Hermansyah

Keputusanku sudah bulat untuk melanjutkan kuliah disalah satu kampus negeri ternama di Surabaya. Kampus yang menjadi impian sebagian besar remaja desa seperti aku ini untuk melanjutkan Pendidikan. Sebenarnya agak berat harus meninggalkan bunda seorang diri dirumah. Apalagi sejak ditinggal ayah meninggal setahun lalu. Tapi bundalah yang meyakinkan aku untuk melanjutkan studiku.

Dirumah aku mendapatkan kurang mendapatkan Pendidikan agama, jadi sebenarnya keluargaku tidak juga bisa disebut sebagai keluarga alim. Justru ilmu agamaku kudapat setelah memutuskan untuk hijrah ketika kelas 3 SMA. Keputusan itu kubuat setelah aku hamper saja terjerumus dengan seseatu yang orang normal pacaran. Ketika itu mantanku memintaku untuk berciuman bibir.

Saat sepulang sekolah kami kebetulan tergabung dalam satu kelompok yang sama yaitu membuat kerajinan tangan dalam pelajaran kewirausahaan. Awalnya kami berempat mengerjakan tugas bersama. Sampai setengah jam kemudian satu temanku memutuskan untuk pulang, dan 15 menit kemudian teman yang lain menyusul.

“Hei kalian aku tinggal gapapa ya, sudah dijemput nih. Kasihan ayahku menunggu didepan.”

“oiya santai aja kali biar kami berdua yang lanjutkan,” ujar Iqbal yang merupakan pacarku

“Kalian cepatlah pulang ya tidak baik berdua-duaan lawan jenis, nanti setan menggoda looh hahaha,” ujar temanku dengan nada bercanda sambal keluar melewati pintu kelas.

Awalnya semua berjalan normal sampai Iqbal mencoba menggenggam tangan kiriku. Aku cuek saja sambal meneruskan menulis alur dan deskripsi pembuatan karya. Semakin lama tempat duduknya semakin dekat sampai kurasakan badannya sedikit menempel badanku disisi kiri.

“Yenna kamu sayang gak sama aku,” tiba-tiba keluar pertanyaan konyol dari mulutnya yang seharusnya sudah jelas ia tahu jawabannya.

“eh kenapa? Kan kamu udah tahu jawabannya bal hehe,” balasku.

“Eh yen hadap sini dong, aku mau ngomong sama kamu” balasnya.

Sambil memutar kursi yang bertujuan agar kita bisa saling berhadapan. Jujur pada momen itu aku serba salah. Bingung harus bertindak seperti apa. Kami berdua sama-sama terdiam beberapa saat.

“Yenna aku boleh cium kamu, sekali saja seperti orang-orang pacarana pada umumnya,” ucap Iqbal.

“Bukannya kita sudah berjanji untuk tidak melakukan apa-apa selain pegangan tangan aja kan. Kok jadi gini. Aku gamau ini salah bal,”

“Tapi yenn aku tuh saying banget sama kamu. Aku juga butuh tau kalua kamu saying balik ke aku atau nggak,” tangkasnya

“Kurang pembuktian apasih sayangku ke kamu itu bal udalah jangan aneh-aneh,” balasku

Iqbal terdiam namun genggamannya di kedua tanganku semakin erat. Kucoba untuk melepaskan tanganku tapi nggak bisa. Tatapan Iqbal berubah seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Matanya sangat tajam menatap mataku. Badannya semakin maju menuju badanku.

“Baaaaalll stop, baaaaal sadarrr sadaarrrr,” ucapku dengan nada sedikit tinggi.

Namun ucapanku tak dihiraukan Iqbal. Ingin aku teriak sekencang mungkin tapi aku takut orang-orang mendengar dan memergoki kami yang sedang berduan. Akan jadi masalah jika aku teriak sekencang mungkin. Tapi aku gamau Iqbal menodaiku begitu saja. Ahh siaal kenapa harus dihadapkan dengan situasi yang sangat sulit seperti ini.

“Baaaaaalllll stoop, kelakuanmu kaya setaaaan,” teriakku.

Seketika aku mendapatkan tenaga tambahan untuk melepaskan tanganku dari genggaman Iqbal. Sekuat tenaga kutarik tanganku. Berhasil!! Dan aku beranjak lari menuju pintu kelas, tapi naas Iqbal berhasil menarikku kembali dalam posisi berdiri.

Ditarik tanganku kemudian didorong tubuhku kepapan tulis yang ada didepan kelas. Dia terus mendorong tubuhku hingga aku tak bisa kemana-mana. Dibelakangku ada tembok dan didepanku ada lelaki yang sedang bernafsu ini.

“Akhirnya aku mendapatkanmu yen,”

“Kamu teriak aku akan menjadi singaaa hahaha,” ucap Iqbal

Posisi badannya begitu mepet denganku hingga kurasakan payudaraku terhimpit oleh badannya yang kurus itu. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku, bahkan sangat-sangat dekat.

Reflek aku menoleh ke kanan untuk menghindari mulutnya yang akan mendarat ke mulutku.

“Tolooooooongggggggg, bajingan kamu baaalll,” teriakku sekencang mungkin.

Tapi sia-sia sekarang bibirnya berjarak beberapa centi saja dari wajahku.

Tiba-tibaaaa….

Braaaakkkkk…

“heeeeeei lepaskan perempuan itu,” ucap seseorang dari balik pintu.

Kutolehkan wajahku kearah pintu, ternyata itu adalah guru fisika ku yang bernama sukroso atau kami lebih memanggilnya pak Roso.

Melihat Iqbal semakin bringas, pak Roso gak tinggal diam. Ditarik tubuh Iqbal hingga terjerembab dilantai. Tubuh pak Roso yang begitu besar dan kekar jelas bukan tandingan Iqbal yang kurus dan kecil itu.

“Apa yang kamu perbuat disekolah hah??”

“Mau jadi criminal kamu,” Teriak pak Roso dengan lantang.

Aku yang masih syok masih lemas terduduk dengan posisi kakiku menyila kebelakang. Aku tidak tega jika Iqbal harus berurusan dengan pihak sekolah akibat kejadian ini. Tapi apa daya semua sudah diluar batas dan kendaliku.

“Nduk sebaiknya kamu keluar dan pulaaang ya biar kutangani bocah ini,” ujar pak Roso.

Aku sedikit berlari sambil menangis sesenggukan. Sesegera mungkin aku membereskan barang-barangku dan meninggalkan ruang kelas itu. Beberapa saat kulihat wajah Iqbal yang seperti sedang marah dibawah dekapan pak Roso.

*Keesokan hari

Kami berdua sudah berada di ruang BK untuk dimintai keterangan terkait kejadian kemarin sore. Aku melihat Iqbal hanya tertunduk malu sepanjang proses guru bk meminta keterangan kepadaku terkait kejadian yang menimpaku kemarin.

“Jadi Iqbal ini sudah termasuk kedalam percobaan pemerkosaan terhadap saudari yenna meskipun kalian berdua berstatus pacarana,” ujar bu Dwi selaku guru BK yang menangani kasus kami.

“Saya juga sudah mendengarkan keterangan dari bapak Roso, dan saya rasa ini tidak bisa ditolerir. Iqbal hari ini silahkan pulang. Kami beserta dewan guru akan kerumahmu besok pagi untuk bertemu dengan orang tuamu,” ujar bu Dwi.

Saat itu pikiranku kacau, memikirkan kemungkinan yang akan terjadi terhadap Iqbal kedepannya. Mengapa aku sebodoh ini membiarkan orang yang aku sayang sekarang dalam posisi sulit. Entah ini yang bodoh diriku atau siapa. Padahal jelas aku yang menjadi korban.

Sejak kejadian itu, aku tidak pernah melihat Iqbal datang kesekolah lagi.

Akupun juga bertekad untuk hijrah berubah menjadi manusia yang lebih taat kepada tuhanku. Sejak saat itu aku yang biasanya memakai jilbab yang disampirkan ke Pundak. Kini memakai jilbab yang lebih panjang kesekolah. Keseharianku ketika keluar rumah juga begitu. Aku memilih memakai rok atau gamis serta kerudung lebar untuk kegiatan diluar rumah.

Aku mulai aktif dalam kegiatan rohis disekolah, serta aktif dalam pengajian diluar sekolah.

Inilah aku Yenna yang sekarang yang sudah hijrah, sejak sat itulah aku tidak mau disentuk oleh lelaki lagi yang bukan mahromku. Bahkan kepada gurupun aku lebih memilih menangkupkan tangan. Hidup yang kujalani sekarang merasa sedikit tenang dengan perubahanku sekarang.

Namun yenna tetaplah yenna. Meski sudah memakai gamis dan hijab panjang ala akhwat-akhwat. Aku tetap menjadi wanita yang ceria, cerewet, dan berisik. Jauh dari kata anggun seperti kebanyakan akhwat lainnya.

Itulah sekilas perjalanan hijrahku.

Bagaimana Iqbal? Entah sejak kejadian itu hingga wisuda kelulusan tak pernah kulihat sekalipun dirinya. Semua teman sekelas juga tidak mengetahui ia pergi kemana.

“Maaf ya ball,”

26 Juli 2015

Aku bersiap untuk menuju kota Pahlawan tempat dimana aku akan menghabiskan waktu 4 tahun lamanya untuk mendapatkan gelar sarjanaku. Semua barang sudah kumasukkan kedalam koperku. Begitupula aku yang segera masuk kedalam mobil.

Beruntungnya aku punya om dan tante yang sangat baik. Merekalah yang akan mengantarkan aku menuju Surabaya. Karena mereka juga keluarga satu-satunya yang memiliki mobil. Jarak rumahku dan om Ari ini hanya terpaut 15 meter saja. Hanya ada lahan kosong yang memisahkan rumahku dan om Ari.

Bunda tidak ikut mengantarku ke Surabaya karena beliau kebetulan shift pabrik pagi hari. Cuma malam hari bunda berpesan kepadaku.

“Hati-hati ya nak dikota orang, jaga diri baik-baik. Kamu sekarang sudah menjadi wanita sholehah jaga kehormatanmu sebagai wanita,” ujar bunda

Kubalas dengan pelukan hangat dan kujawab. “Baik bunda.”

Ah rasanya sangat beruntung mempunyai bunda yang sangat perhatian kepada diriku.

Sudah beberapa hari aku menempati kost yang hanya berjarak 200 meter dari kampus. Memang kucari kost yang sedekat mungkin dengan kampus karena untuk sementara akomodasi ke kampus ya Cuma jalan kaki. Kebetulan belum ada yang bisa kirim kendaraan motor ke Surabaya.

Aku memang menempati kost beberapa hari sebelum pra ospek untuk mempelajari kondisi sekitar kostan. Seperti tempat makan, tempat fotokopi, hingga warung kelontong untuk memberi beberapa perlengkapan selama aku kost disini.

Sore hari aku menuju warung dekat kost untuk membeli makan untuk nanti malam, dan betapa terkejutnya aku ditempat itu ada seseorang yang aku kenal. Seseorang yang sangat tidak asing bagiku. Aku rasa dia tidak melihatku karena aku yang memakai masker.

Oiya sejak lulus SMA aku memberanikan diri memakai niqob atau cadar ketika sedang berpergian keluar rumah begitu juga ketika diluar kost. Tetapi kalau males memakai cadar ya tinggal memakai masker aja lebih simple. Jadi sebelum covid 19 aku lsudah akrab dengan masker yang selalu kupakai jikalau sedang malas mengenakan cadar.

Kuperhatikan wajahnya dari samping, dan ternyataa…

“Astagaaa Iqbaaal,” batinku dalam hati.

Entah mengapa dadaku terasa berdetak begitu kencang antara kecewa, marah, dan senang. Aku tak tahu perasaan ini mengapa begitu berkecamuk.

Lelaki itu masih kulihat dari belakang sedang melakukan pembayaran setelah pesanannya diambil. Aku tak sabra menunggu ia menoleh kesamping.

Dan ternyataaa…

Itu bukan Iqbal.

Hampir saja jantungku copot ketika lelaki ini menoleh ternyata hanya mirip. Sial batinku mengapa jadi aneh gini sih, harusnya aku sudah bersikap biasa saja sama dia.

*POV Andri

Aku adalah lelaki yang dibesarkan dikalangan keluarga yang sangat religius. Kedua orang tua adalah orang yang menjadi panutan hidupku karena berkat beliaulah aku berhasil melindungi diriku dari fitnah akhir zaman. Aku mempunyai seorang ayah yang bernama Abdi. Beliau merupakan seorang mubaligh dan mempunyai pekerjaan sebagai akuntan disebuah perusahaan yang bergerak dibidang otomotif. Berwajah ganteng karena kata ibuku ayah adalah salah satu pemuda terganteng didesaku.

Sedangkan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif sebagai pengurus pengajian didesaku.

Dan aku adalah satu-satunya anak yang mereka punya. Dan pantas saja jika aku diperlakukan sangat istimewa dikeluargaku.

Berpostur 175 cm dengan berat 70Kg aku termasuk pemuda yang tinggi kekar, setidaknya itulah yang orang-orang terdekatku katakan. Selain dikaruniai postur yang idel aku juga menjadi sangat konsen untuk menjaga kesehatan tubuhku. Karena pekerjaanku sebagai abdi negara menuntutku untuk menjaga fisik agar tetap prima.

Perkenalanku dengan Yenna adalah efek dari desakan ibuku untuk segera menikah. Dibesarkan dikeluarga yang taat beragama semasa SMA aku sangat jarang berinteraksi dengan perempuan. Aku sangat bingung harus mencari calon istri dimana.

Kata teman-teman seperjuangan di asrama untuk dapat perempuan seperti kita itu sangat mudah. Cukup pasang foto profil menggunakan seragam sekeren mungkin di Instagram.

Aku iseng mencoba DM sebuah akun di Instagram yang dalam postingannya mayoritas tentang nasehat agama dan beberapa foto wanita menggunakan cadar.

“Ya siapa tahu bisa dan segara memperkenalkan ke kedua orang tuaku,” ujarku

“Assalamualaikum dek, bolehkah saya mengenalmu?”

“Afwan bukan bermaksud lancang dan tidak sopan, saya hanya ingin menambah relasi pertemanan,”

Begitulah dua pesan pertama kali yang kukirim di akun yang bernama @yenna.nrlt

Satu, dua, tiga hari tidak ada balasan tetapi dia aktif membuat status atau story

Yahhh menurutku cara ini gagal total bahkan tidak direspon olehnya.

Tetapi hari keempat ada dm Instagram yang masuk. Kucek dm instagramku ternyata dibalas oleh Yenna.

“Walaikumsalam, tidak menerima pertemanan kecuali berani datang kerumah,” kubaca balasan pesan yang masuk ke Instagramku.

Wah perempuan ini sangat to the point menurutku, dibalas dengan sebuah tantangan. Sebagai orang abdi negara yang siap membela negara ini. Jangankan tantangan untuk datang kerumah, datang ke medan perangpun aku berani. Ini mah hal sepele.

“Terimakasih sudah membalas pesanku, kalau boleh tau dimanakah alamat rumahmu?,” balasku

Beberapa menit kemudian ia membalas pesanku.

“Kirimkan cv mu ke email ya kak, biar saya tahu profil data kakak. Baru saya memberikan alamat saya.” Balasnya.

Hari ke 8 tiba-tiba ada pesan masuk lagi di Instagramku.

“Jika bermaksud silaturahmi dan menambah pertemanan, silahkan datang ke Desa Ba*** RT 01 RW 04 jum.at malam. Wassalamualaikum,” balasnya.

Wah ini pertanda lampu hijau, yah semua saya serahkan ke pemilik takdir namanya juga ikhtiar menjemput jodoh. Apapun hasilnya maju duluuu dah…

Singkat cerita…
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd