Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

(Terjemahan) Kompilasi Karya Guy New York

jodivas

Suka Semprot
Daftar
23 Nov 2015
Post
3
Like diterima
2
Bimabet
Salam hormat buat agan-agan dan suhu-suhu yang terhormat di forum favorit ane.

Nubi sebenarnya sudah lama sekali jadi silent reader di sini. Tapi sempat absen bertahun-tahun karena nubi berpindah dari cerpan Bahasa Indonesia dan stensilan ke karya-karya internesyonel.... Kini setelah lama melanglangbuana ke negeri tetangga, izinkan nubi membagikan cerita-cerita panas dari penulis stensilan favorit ane dari New York. Namanya... Guy New York. Si Guy ini punya blog di tetangga kita yang aktif dan panas banget cuy. Buset deh nggak nahan. Indah iya. Cakep iya. Sedih iya. Seneng iya. Sange? Apalagi...

Jadi bro & sis, Ane memberanikan diri untuk minta izin ke doski boleh nggak ane yang nubi ini menerjemahkan karya suhu dari Big Apple ini ke Bahasa Indonesia supaya bro & sis ane bisa ikutan menikmati?

Dan ternyata....

DOSKI SETUJU! Luar biasa emang my Guy from New York ini baik banget.

Tanpa panjang kata, selamat menikmati karya-karya yang (menurut ane) bisa jadi pelajaran buat penulis stensilan pendek amatir seperti ane. Semoga terinspirasi, dan mohon maap kalau format dan postingan ane masih agak berantakan. Maklum, trit pertama nubi banget hehe.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lo Keliatan Kayak yang Gue Kenal

Gue nggak ngentot orang-orang yang gue nggak kenal, tapi brengseknya dia kerasa akrab banget sampai nggak bisa diapa-apain.

“Lo keliatan kayak yang gue kenal,” kata dia ke gue setelah menyeberang setengah ruangan yang sumpek.

“Penampilan elo cantik,” balas gue. Itu bukan kalimat terbaik gue, tapi seenggaknya itu jujur.

Dalam hitungan menit kami udah punya candaan pribadi dan referensi kultural yang seharusnya nggak dimengerti satu sama lain. Kami kenal orang-orang yang sama, minum di bar yang sama, dan mendengarkan boyband Kanada yang sama waktu kuliah. Semua hal tentang dia terasa familiar, kecuali wajahnya.

Dia duduk dipangku gue di sudut pesta sambil tangan gue menyusup ke bawah roknya, dan dia ngomelin gue persis kayak gue kira. Dia nyipok gue persis kayak yang gue suka, dan gue tau persis berapa keras gue harus jambak rambutnya. Kami berhenti bicara waktu gue masih masuk di dalam dia, tapi bahkan itupun nggak ada bedanya. Gue masih tau persis gimana cara meluk dia dan dia masih tau gimana cara nyentuh gue.

Waktu dia menangkup wajah gue di tangannya, kami nyadar bahwa kita saling menonton. Dagu-dagu kami turun dan kami menonton tubuh kita nyelip bersama ketika gue pelan-pelan pas masuk ke dalam badannya. Paha gue hampir bergerak di antara paha dia yang mengangkang, dan rasanya seperti nonton dua orang ngentot daripada diri kami sendiri. Dia nyentuh gue dan dirinya sendiri, dan mata-mata kita melotot waktu gue menggesek badan gue di badannya sebelum meluncur masuk ke dalam.

Suara yang dia buat waktu dia nyampe terdengar asing sepenuhnya. Gue ngeliatin dia dengan terpesona dan nyium dagunya sambil dia menemukan lagi nafasnya.

“Kenapa?” dia bertanya.

“Tadi gue lupa, gue nggak terlalu kenal elo.”

“Lo emang keliatan kayak yang gue kenal,” kata dia, mendorong satu jari di bibir gue.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menantimu

Aku mampir ke apartemen untuk menjemput anak gadimu, tapi kamu memberitahu aku kalau dia tidak akan pulang sampai sejam lagi. Kamu mencampur gin dan tonik dan kita berdiri di dapur, mendengar rintik hujan. Kita berdiri dekat satu sama lain dan minum dalam diam dengan tatapan jengah ke ubin lantai.

Aku bilang kamu kelihatan mempesona, dan kamu bilang aku gila. Aku kasih tahu kamu bahwa mata dan bintik-bintik di wajahmu membuat pandangan aku lekat, dan kamu memberi tahu aku bahwa aku hanya bocah kecil. Aku kasih tahu kamu bahwa pemandangan leher yang jenjang dan dagu yang sempurna membuat aku susah tidur dan kamu menyuruh aku untuk menciummu.

Tanganmu mengelilngi aku ketika kita berciuman, dan aku menyelipkan jemariku di antara rambutmu yang lembut, menarikmu lebih dekat. Kamu memberitahuku bahwa sudah terlalu lama sejak ini terjadi, dan ketika aku bertanya apakah kamu menginginkanku kamu menjawab dengan menurunkan ritsletingku.

Kita mencapai kamar tidur dengan cepat dan kamu duduk di ranjang menatap naik ke arahku. Jemarimu menarik aku keluar dari celana jeans, dan ketika kita menatap satu sama lain kamu perlahan menyentuhku dari atas ke bawah. Masih melihatku, kamu bersandar mendekat, membuka mulutmu, dan melingkari kepala penisku dengan lidahmu. Kamu mengisapku lembut di antara bibirmu dan tanganmu menggenggamku kencang. Dengan satu tangan di bagian lekuk punggungku, kamu menarikku masuk ketika kamu menelanku sepenuhnya.

Setelahnya aku mendorongmu ke ranjang. Aku meraih tangan ke bawah gaunmu dan menarik katun lembut ke atas pahamu dan turun ke lantai. Kamu menutup matamu dan bertanya apakah aku yakin. Aku mengecup salah satu lututmu dan menggeser tanganku dan gaunmu naik sebagai jawaban. Ketika aku menyentuhmu dengan lidahku kau berteriak dan menarikku keras ke arahmu.

Sehabis mengecapmu lagi dan lagi aku berdiri dan membuka pakaian di hadapanmu. Kau menarik lepas gaunmu dan berbaring di sana, menatapku dengan kebutuhan yang hening. Kau menarikku mendekat dengan kakimu, dan aku menciummu lembut sambil memasukimu. Kita berciuman dan berciuman sambil bercinta di atas ranjangmu, berbisik penuh sayang sambil menarik tubuh-tubuh kita semakin keras bersama.

Kau mulai orgasme ketika aku mencium lehermu. Aku mulai orgasme ketika kamu mengetat mengelilingiku dan kita bersama-sama berguncang dan menjerit ketika kita berubah menjadi gumpalan tungkai yang lelah dan bibir yang membengkak.

Ketika dia pulang, kita sedang duduk di ruang tamu dengan minuman yang baru dan rambut yang sudah diluruskan. Setelah dia berganti pakaian dan mandi, aku berterimakasih telah ditemani dengan kecupan halus di bibir yang bertahan nyaris cukup lama. Kami berjalan ke lorong dan dia menggenggam tanganku di lift. Dia berkata bahwa dia senang aku mengecupmu karena dia khawatir kamu kesepian. Aku memberitahunya bawa aku akan selalu ada untukmu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Membuat Dia Menonton

Kita bertiga tertawa ketika kita tersandung-sandung menuju kamar tidur. Sudah larut, kita kelelahan, tapi sesuatu dalam diriku sedang mendorong dan tidak bisa berhenti. Pikiran itu sudah ada semalaman, dan setelah duduk bersamanya dan mengabaikannya, aku siap untuk melakukan sesuatu.

Aku meraih tangan Katie dan menahannya ketika teman kami Megan duduk di ranjang, wajahnya terkubur di layar HP.

"Kenapa kamu nggak berdiri di sudut ruangan," aku menyarankan. Mata Katie terbuka lebar dan dia mengangkat sebelah alis. Aku tersenyum dan menepuk pantatnya dan dia bergerak diam-diam ke kursi di dekat jendela, di mana dia duduk. Mendadak jauh lebih sadar dari semenit sebelumnya.

"Hai cantik," aku berkata, menatap turun ke arah Megan dengan senyum lebar. "Kamu mau main game kecil?"

Dia meletakkan HP-nya turun dan berbaring ke tempat tidur sambil aku memanjat di antara kakinya.

"Game apa yang kamu pikirin?"

"Aku mikir kita bisa bikin dia nonton."

"Nonton apa?"

Aku bersandar maju dan menciumnya ketika cewek di sudut ruangan merintih dan melenguh. Megan awalnya ragu-ragu namun dengan cepat tangannya meluncur ke belakang kepalaku dan dia menciumku balik dengan seluruh antusiasme untuk sesuatu yang baru.

"Nggak adil," suara Katie datang ketika dia mendekat.

"Tapi dia cantik banget," aku berguling di sebelah teman kita. "Dan aku udah seharian pengen ngeliat dia nggak pake dress ini."

Megan mendesah waktu aku membuka ritsletingnya dan dia duduk tegak, menatap Katie ketika aku perlahan menggeser strap-lepas dari bahunya dan menyingkap buah dadanya yang sempurna. Kita semua pernah menggoda satu sama lain, bercanda tentang hooking up dan secara umum flirting, tapi permainan ini hal yang sama sekali lain dan aku tidak yakin aku bisa menahan diri.

"Sini kamu," aku menggeram, menariknya mendekat sambil melepaskan kemeja. "Aku pengen kamu sejak lama sekali."

"Aku juga," dia berkata, memberi lirikan malu ke balik bahuku, ke arah cewek di sudut. "Kita beneran nih bakal ngelakuin ini? Maksudnya kamu beneran bakal ngentotin aku sambil ditonton dia?"

Aku menjawab dengan mencium dia, menyelipkan tanganku di punggung bawahnya, dan menyelipkan dua jari ke dalam vaginanya. Bersama-sama kita berlutut di ranjang, menghadap satu sama lain sambil mencium dan meremas, tangannya menemukan aku keras dan menunggu. Sambil kehilangan diri dalam sentuhan dan rasa, Katie merintih dan melenguh keras dan makin keras sambil terus menahan diri untuk tetap diam.

"Gapapa kok," akhirnya aku bilang, setelah kami berdua telanjang. "Kamu boleh ke sini. Tapi nggak boleh sentuh."

Dia merangkak menuju ranjang dan berbaring diam sambil menonton, tangannya di balik dress-nya ketika aku bergerak turun di badan Megan sampai aku membuka mulut di vaginanya yang halus. Satu orang cewek melenguhkan namaku, yang satu lagi menggigit tangannya untuk melawan air mata, dan aku menggerakan jemariku di dalam Megan sambil aku menelannya bulat-bulat.

Ketika aku tidak bisa menahan lagi, aku bergerak naik di badannya, mencium sekujur tubuh sampai ke bibirnya. Dia memelukku dengan satu tangan sambil mengambil kontolku yang keras di tangan lain. Kami bertiga melihat turun ketika dia mulai menggosokkan aku di atas kulitnya yang basah, membiarkan kepala kontolku hampir saja memasukinya.

"Ya Tuhan itu panas banget," Katie berkata cuma beberapa kaki jauhnya. "Tapi itu bener-bener nggak adil."

"Memang nggak seharusnya adil," aku berkata, mencium Megan sekali lagi. "Tapi jangan konyol deh. Gimana mungkin aku nahan diri? Dia cantik banget. Sange banget."

"Nggak," Katie merengek lagi sambil Megan mengangkang lebih lebar.

"Aku pengen kamu banget, cepetan entotin aku."

"Kayak gini?" aku bertanya, mendorong sedikit lebih dalam ke tubuhnya. "Atau haruskah aku ambil kondom?"

"Nggak," dia melenguh, berusaha menarik aku lebih banyak. "Kayak gitu aja; cepet entotin aku!"

"Ya Tuhan," Katie berkata, bersandar lebih dekat, tangannya seperti bayangan di dalam celana dalamnya sambil dia menonton. "Kamu beneran bakal..."

Dan setelah itu aku menusuk ke dalamnya, mengisi Megan untuk pertama kali sambil dia berteriak dan mengencang di sekitar aku. Dia terasa luar biasa ketika aku memasuki badannya dan perasaan kontol telanjangku di dalamnya hampir lebih dari yang bisa aku tahan. Katie menangis dengan cemburu dan frustasi, Megan melenguhkan namaku, dan aku hanya bisa mengentoti dia lebih keras dan lebih cepat.

"Kamu rasanya enak banget," aku berkata, menoleh ke arah pacarku di sebelah kami. "Kamu jauh lebih rapet dari dia, aku hampir nggak percaya. Ya Tuhan, kamu rasanya jauh lebih enak!"

"Anjing!" Katie berteriak sambil mulai orgasme di jemarinya, menggigit tangannya sambil menonton.

"Setelah aku keluar di dalam, kita bakal suruh dia untuk menjilatnya dari vaginamu," aku berbisik, cukup keras untuk didengar keduanya.

"Dengan kaki yang mengelilingiku, pacarku berusaha untuk orgasme lagi, dan tubuh lembut Megan di bawahku, tidak ada yang menahanku lagi. Aku mencium mulutnya, mendorong diriku sedalam-dalamnya dan melepaskan semuanya. Punggungku melengkung, mengentotnya sekuat tenaga, dan mulai orgasme, membanjiri vaginanya yang kencang dengan sekuat tenaga.

"Ya Tuhan, aku bisa ngerasain kamu sampe!" Megan berteriak, mengencang di sekeliling aku. "Anjing, kamu rasanya enak banget. Kontol kamu enak banget, anjing, jangan berhenti. Please jangan berhenti sampe. Gue sange banget."

Aku mengentotnya tiga kali lagi, mendorong ke dalamnya sambil emnciumnya sebelum akhirnya aku mencabut diri dan bergerak ke satu sisi. Aku menjambak Katie, mengabaikan jeritannya, dan mendorongnya ke antara kaki teman kami, di mana dia membuka mulut di vaginanya yang baru habis dientot.

Megan langsung orgasme, dan aku cuma bisa bersandar dan menonton pemandangan indah di hadapanku. Katie menangis sambil mengubur mulutnya di atas teman kami, tapi aku belum pernah melihatnya sebahagia itu. Ketika Megan memindahkan mulutnya, tubuh Megan terlalu sensitif untuk menerima apapun lagi, dan kami bertiga hampir siap untuk rubuh.

Aku menarik Katie di antara kita, mencium mulutnya lembut, dan mendorong rambutnya ke belakang telinga.

"Kamu oke, sayang?"

"Tadi itu panas banget. Aku cemburu banget, tapi itu panas banget."

"Kamu gimana?"

Megan berguling untuk melihat kita dan tertawa kecil. Dia mencium Katie di mulutnya, secara lembut memeluknya sambil membisikkan terimakasih berulang kali.

"Aku lebih dari oke," katanya. "Aku nggak nyangka bakal sepanas tadi, tapi ya tuhanku. Itu tadi kacau banget dan panas banget, Kalian berdua yang paling hebat dan aku sayang kalian berdua."

"Kita juga sayang kamu," kata Katie. "Dan itu bagus, karena pacarku baru ejakulasi di dalam kamu dan aku baru menjilat vagina kamu, jadi sayang kayaknya pas."

Untuk waktu yang lama, kita terbaring dalam diam, bayangan tentang momen sebelumnya berputar di dalam kepala-kepala kami. AKu menarik selimut di atas kami bertiga dan kami bertiga berpelukan bersama, Katie tepat ditengah-tengah rasa sayang kami.

Persis sebelum kami tidur, Megan mengecup pipinya dan berbisik di telinganya.

"Mungkin besok kita gantian."

Akhir minggu itu bakal jadi menyenangkan.
 
terima kasih ceritanya,sedikit masukkan, kripik ya suhu, biar jelas ini satu cerita atau dua cerita, usul diberi judul saja cerita 1. Karena dengan karakter Bold, kesannya menjadi dua cerita, agak membingungkan. apakah lo kelihatan seperti yang gue kenal dan menantimu, masih satu atau dua cerita pendek?

Btw, thank
tetap sehat dan semangat
:Peace:
 
Bimabet
usaha yg bagus. mungkin terjemahannya bisa sedikit diedit dengan bahasa suhu tanpa menghilangkan nuansa aslinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd