Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Chronicles Of Netorare (T.C.O.N)

Bagian 2

Sudah hampir dua minggu semenjak kejadian aku menguping dan ketahuan Mbak Yuni, entah kenapa Mas Gino, Pak Johari dan Pak Trisna seringkali menatapku dengan tatapan yang sulit kutebak. Entahlah, seperti orang yang selalu mengawasi. Tetapi apa yang mereka awasi? Jika kuingat - ingat, kala itu mereka sedang merencanakan sesuatu terhadap Mami. Apa Mbak Yuni mengatakan kepada mereka bahwa aku menguping? Dan karena itulah mereka was - was jika aku berkata yang tidak - tidak terhadap Mami? Ingin sebenarnya, tetapi selain aku yang penasaran terhadap apa yang akan mereka lakukan, aku juga sedikit bimbang akan respon Mami nantinya. Jadi, kuputuskan untuk tetap diam.


Di hari rabu ini, aktifitasku di sekolah berakhir pukul empat sore. Setelah belajar secara formal, aku harus mengikuti kegiatan eskul. Sebenarnya eskul yang kuikuti hanyalah sekedar formalitas saja, karna di sekolahku, aku diharuskan mengikuti minimal dua jenis eskul yang berbeda.


*****


Halaman rumahku sudah sepi, semua sudah tertata rapi. Memang, matrial biasanya tutup pukul empat sore. Aku kemudian melangkah masuk menuju rumah setelah menutup pagar. Samar - samar aku dapat mendengar alunan musik dangdut. Volume suaranya cukup besar, kalau dari luar rumah begini saja aku bisa mendengar, bagai mana Mamiku di dalam sana? Aku sudah cukup muak sebenarnya dengan kebiasaan mereka ini. Sial. Jika saja aku diberikan sedikit keberanian untuk sekedar menegur. Padahal, mereka ini kan bisa dibilang bawahanku. Argh!


Setelah membuka pintu, aku segera menuju ke lantai dua. Melangkahkan kaki ke arah kamar Mamiku untuk bersaliman, namun setelah kubuka kamarnya, tidak ada Mamiku disana. Kamar mandi, juga tidak ada. Kemana ya? Pergi kemana? Nggak biasanya Mami pergi sore - sore begini. Maka aku memutuskan untuk menghubunginya melalui telfon whatsap. Ketika panggilan tersambung, tak sampai sedetik kemudian sebuah nada dering yang familiar tertangkap telingaku. Di atas meja riasnya, handphone Mamiku ada di atas meja riasnya. Mami selalu membawa beda dengan case yang memiliki tali rantai mungil yang berfungsi agar handphone itu bisa dikalungkan, dan Mami selalu mengalungkan handphonenya jika ia pergi kemana - mana. Bahkan sekedar ke minimarket di seberang rumah. Tiba - tiba sedikit perasaan buruk hinggap di kepalaku.


"Mi?" Panggilku, suaraku tenggelam dibantai alunan musik dangdut sialan itu. Maka sekali lagi kupanggil namanya, kutinggikan sedikit suaraku, "Mami?!" aku berjalan menuju sofa, meletakan sembarang tas ranselku disana. Menuju kamarku, kamar tamu, semua ruangan yang ada di lantai dua, tidak kutemukan Mamiku disana.


Maka kemudian...


Aku mengumpulkan sebuah keberanian. Tepat sebelum aku menuruni anak tangga pertama untuk menuju ke lantai dasar,


"BUGH!"


Gelap. Seketika pandanganku gelap, dan kesadaranku entah melarikan diri kemana...


Aku mengerjapkan mata, berusaha menggapai - gapai kesadaranku. "Argh..." erangku lemah. Seluruh badanku ngilu. Terutama bagian kepalaku. Alunan lagu dangdut dengan volume suara tinggi menyerang gendang telingaku. Ruangan ini terasa familiar. Setahuku, ini kamar para bawahan Mamiku. Kamar Mas Gino, Pak Johari dan Pak Trisna. Aku masih ingat warna cat biru langit kamar ini meskipun aku hanya pernah melihatnya dulu, dulu sekali. Sejenak kesadaranku terkumpul, aku mengedarkan pandanganku. Mataku terbelalak seketika, mendapati di sudut kamar, diatas sebuah kasur palembang lusuh berwarna merah terlihat Mamiku telanjang bulat sedang ditindih Pak Trisna yang juga telanjang bulat. Pak Trisna secara brutal menggerakan pinggulnya, menumbuk selangkangan Mami. Pak Johati terlihat sedang memegangi kedua pergelangan tangan Mami.


"Sudah..." erang Mami, walau tak terdengar namun aku dapat membaca gerak bibirnya. Akan tetapi Pak Trisna tetap melakukan itu, perbuatan yang selama ini hanya kulihat di video - video di situs dewasa itu.


Melihat itu, akupun berteriak, "MMAFFFFH!" ha? Alih - alih memanggil Mamiku, justru yang terdengar hanya gumaman. Mulutku disumpal kain, aku juga tak bisa menggerakan lengan dan kakiku. Mereka terikat. Sialan. Aku panik. Apa yang harus aku lakukan? Mamiku sedang dalam bahaya!


Volume suara lagu dangdut tiba - tiba dikecilkan, aku menoleh ke sudut lain ruangan. Mas Gino. Pak Johari dan Pak Trisna pun menghentikan aktifitas mereka sejenak, menatap ke arah Mas Gino yang sedang menatapku yang otomatis membuat Pak Trisna dan Pak Johari pun kemudian ikut menatapku. Setelah mengecilkan volume, Mas Gino menghampiriku.


"Ndak usah macem - macem!" bisiknya di telingaku, senyum iblis merekah di wajahnya. Ia kemudian berjalan menuju sebuah lemari setinggi pinggang orang dewasa, kemudian meraih sesuatu diatas lemari itu. Sebuah parang. Aku bergidik ngeri. Rasa takutku membumbung tinggi. Air mataku deras berlinangan, sialnya, berbarengan dengan air kencingku yang mengalir tiba - tiba.


"Malah ngising!" ucap Mas Gino, ia dan kedua bapak - bapak tua yang sedang menzinahi Mamiku pun terbahak. Aku yang malu, menutup mataku. Menangis tanpa suara.


"Heh siapa suruh tutup mata?!" Plak! Mas Gino menempelengku, panas dan tentu saja perih. Akupun sontak membuka mataku agar ia tidak menempelengku lagi. "Nah, begitu. Sampai ditutup lagi mata nya, lihat aja!" ancam Mas Gino. Lalu ia bergabung bersama Pak Trisna dan Pak Johari.


"Gantian Pak, aku juga kepingin."


"Yo sek tho, No. Aku baru juga masuk iki! Ahh! Hngh!"


"Lha aku piye? Megangi thok? Kamu kan sudah, No. Abis Pak Tris yo aku!"


Selanjutnya aku tak lagi mendengarkan percakapan mereka, aku hanya melihat Mas Gino yang memajukan kepalanya hendak mencium bibir Mamiku. Mamiku menolak, menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. Mas Gino yang kesal, menahan kepala Mamiku dengan memegang sisi kanan dan kiri kepala Mamiku. Awalnya kukira Mas Gino hendak berusaha mencium bibir Mamiku lagi, namun aku salah. Alih - alih mencium, "CUH!" Mas Gino justru meludahi muka Mamiku. "CUH!" lagi dan "CUHH!" lagi. Setelah itu, Mas Gino meratakan ludahnya di wajah Mami.


"Nggak... Sudah... Tolong..." Mamiku mengerang lemah, suaranya begitu menyayat hati. Ia meronta lemah, hendak melawan segala pelecehan yang menimpanya. Namun rontaan nya tertahan Pak Johari yang menyekal kedua lengan Mami, menariknya ke atas kepala Mami hingga ketiak putih mulus Mami terlihat.


"Tin... Martinnn... Tolongin Mami...." Mami menatapku, namun aku hanya bisa diam. Aku begitu takut. Takut akan bahaya yang bisa saja terjadi jika aku melakukan kesalahan di mata para pemerkosa Mamiku itu.


"Wis, ndak ada yang bisa nolong kamu. Inget, kalau kamu ndak nurut, anakmu itu saya cincang - cincang nanti. Ngerti kamu?!" ancam Mas Gino. Airmata berlinangan di wajah Mami, dengan enggan Mami menganggukan kepala. Maka merasa Mami sudah takluk, Mas Gino kemudian mengarahkan penisnya ke bibir Mami.


"Hisap!" suruh Mas Gino, Mami yang ketakutan dengan enggan membuka mulutnya. Mas Gino dengan tak sabaran memasukan penisnya ke mulut Mami.


Takut, marah dan segala perasaan campur aduk. Namun ada setitik sengatan aneh yang tiba - tiba muncul. Perasaan yang beberapa kali kurasakan ketika aku menonton video - video porno. Sekuat mungkin aku mengenyahkan sensasi itu, namun saat aku kira aku hanpir berhasil, penisku menghianatiku. Benda berkulup itu tegang, menyaksikan Ibu Kandung nya disenggamai bak binatang.


Melihat Mami yang tak menggerakkan kepalanya, Mas Gino kian brutal menjejal penisnya keluar masuk ke mulut Mami. Sementara Pak Johari tak menyia - nyiakan ketiak mulus Mami. Lidahnya menjelajahi ketiak Mami sembari tetap menggerayangi dada Mami menggunakan tangannya.


"Aku kepingin metu!" Pak Trisna menggerakan pinggulnya semakin brutal.


"Nggh!" Mamiku menggeliat resah, penis Mas Gino masih terjejal di mulutnya.


Plok! Plok! Plok! Peraduan pinggul Pak Trisna kemudian berhenti, "Ghaaah!" Sepertinya Pak Trisna memuntahkan spermanya ke dalam liang vagina Mamiku, tempat ku lahir dulu.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, namun yang kutahu pelecehan terhadap Mamiku masih akan terus berlanjut...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd