Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG THE DIARY; AN INCEST STORY

Status
Please reply by conversation.
Maaf sekali buat suhu sekalian karena cerita ini sempat berhenti berbulan-bulan lamanya. moga kedepannya lancar sampai dapat predikat TAMAT.

Part 3

..... Dia memuntahkan cairan putihnya di atas buah dadaku sambil tangan kirinya tak berhenti menggaruk memekku, namun tiba-tiba dia berhenti lalu menatapku.

‘’Kenapa?’’ tanyaku

‘’boleh aku masukin?’’

“memangnya kakak tau caranya?’’ aku balik bertanya

“aku pernah lihat si putih kawin dengan anjing tetangga, mungkin caranya sama” ucapnya sambil tersenyum penuh harap “kata orang enggak ada yang lebih nikmat daripada ngentot”.

“aku takut, kalau nanti sampai hamil gimana?”

“tenang aja, nanti aku cabut sebelum keluar” ucapnya meyakinkanku

“ya sudah kalau kakak yakin, kita coba aja”

Feri kemudian memintaku untuk tengkurap lalu menarik pinggangku hingga aku bertumpu pada kedua dengkul dan tanganku. Kontolnya terasa menusuk-nusuk kedua pahaku dan beberapa kali menyenggol memekku. Rupanya dia kesulitan menemukan lubang vaginaku. Dengan satu tanganku lalu kugenggam kontolnya dan kuarahkan menuju lubang vaginaku. Pada sodokan berikutnya, kepala kontolnya tepat berada didepan memekku dan perlahan mulai masuk kedalam. Dia semakin mengencangkan tangannya di pinggangku dan berusaha menarik tubuhku. Kontolnya masuk semakin dalam kedalam memekku. Rasanya sakit sekali, memekku semakin perih saat kontolnya masuk lebih dalam. Aku mohon pada feri agar berhenti namun dia bilang dia tidak bisa berhenti karena rasanya sangat nikmat. Rasa sakit yang kurasakan semakin hebat saat dia mulai menggerakkan pinggangnya. Terasa kontolnya keluar masuk dilubang memekku. Untungnya tidak lama kemudian dia menarik keluar kontolnya lalu menyemburkan spermanya di atas punggungku.

Feri bilang rasanya sangat nikmat dan dia ingin melakukannya lagi nanti. Ku bilang padanya kalau rasanya sakit sekali dan aku tidak mau lagi. Dapat kulihat rasa kecewa dimatanya saat mendengar perkataanku tadi.

“yahh.. jadi nenek gak mau lagi ngentot sama kakaknya” tanyaku pada Nisa

“gak tau..” jawabnya pendek ”aku terusin lagi ya, ini isi diary nenek di hari berikutnya”

Dear Diary

Memekku masih terasa sakit karena kejadian kemarin. Celana dalamku juga kotor terkena darah yang keluar dari memekku. Mungkin memang tidak seharusnya memek perempuan dimasuki benda asing. Kuharap Feri tidak marah dan masih mau bermain denganku. Cukup dengan berciuman dan saling raba sepertinya jauh lebih enak.

“jadi, Cuma itu aja” tanyaku saat Nisa berhenti membaca

“ya enggak lah, masa iya Feri nyerah gitu aja setelah tau enaknya memek” jawab nisa

“jadi mereka bakal ngentot lagi”

“iya, tapi nanti” Nisa kemudian membalikkan beberapa halaman dan mulai membacakannya untukku.

Dear Diary

Feri datang lagi kekemarku malam ini dan bertanya apakah aku mau bermesraan denagannya lagi. Tentu saja ku iyakan pertayaannya. Aku mengocok kontolnya sambil dia membelai-belai memekku sampai kami orgasme. Dia sempat bertanya apakah aku mau ngentot dengannya malam ini, ku jawab kalau aku tidak mau lagi, sakit ucapku jelas sekali Feri terlihat kecewa tapi dia tidak marah. Dia bilang kalau aku tidak mau dia juga tidak akan memaksa. Dia baik dan pengertian sekali, hampir saja aku menyesal karena menolak ajakannya.

Aku bilang padanya kalau aku mau minta maaf sama kontolnya karena menolak ajakannya sambil kucium ujung kontolnya. Feri bilang rasanya enak saat kontolnya kucium dan memintaku melakukannya lagi. Kucium lagi kepala kontolnya berulang-ulang dan di sela-sela ciumanku kujulurkan lidahku dan kujilati kontolnya. Ada rasa asin yang menempel dilidahku. Feri mendesah beberapa kali dan memintaku untuk tidak berhenti. Instingku membimbingku untuk memasukkan seluruh batang kontonya kedalam mulutku kemudian menghisapnya. Namun tiba-tiba kontolnya terasa berdenyut kemudian menembakkan spermanya di dalam mulutku.

Aku hampir tersedak saat semburan pertamanya langsung masuk kedalam tenggorokanku. Dengan cepat kukeluarkan kontolnya dari dalam mulutku. Kontol Feri masih berdenyut dan beberapa kali menyemprotkan spermanya di wajahku. Wajahku terasa hangat terkena spermanya dan kurasakan lidahku terasa sedikit asin dan pahit. Aku senang saat feri bilang dia suka rasanya. Dia juga bilang rasanya tidak kalah enaknya dengan ngentot.

Aku sangat terangsang saat ini. Kontolku sudah sekeras batu sejak tadi dan celana dalam ku terasa sedikit basah. aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menerkam adikku Nisa yang asyik membaca. Setan di otakku terus membujuk untuk segera menarik Nisa dan menyemburkan spermaku di wajah cantiknya. Tapi untung saja aku masih bisa mengontrol nafsuku dan tetap mendengarkan diary yang sedang dibacakannya.

Feri bilang kalau dia juga mau mencium memekku, seperti yang aku lakukan tadi. Aku bilang kalau memekku tidak seperti kontolnya yang bisa dihisap masuk kedalam mulut. Tapi dia bilang dia tetap mau mencobanya. Kemudian di merangkak kearah selangkanganku dan menghirup aroma memekku dalam-dalam. Untung aku sudah mandi tadi fikirku. Dia bilang dia suka bau memekku dan perlahan-lahan mulai menempelkan lidahnya di atas lipatan memekku. Dia sempat bilang kalau rasanya enak dan mulai menjilati lagi. Aku mendesah dan menarik nafas panjang Saat lidahnya menyapu belahan memekku dan mengenai kelentitku yang sudah mengeras. Rasanya nikmat sekali dan dia tau kalau aku menyukainya, jadi kini lidahnya fokus bermain diatas kelentitku.

Rasa nikmat meledak-ledak saat dia menghisap kelentitku dengan lembut. Tidak lama tubuhku mulai menggelinjang dan bergetar saat gelombang rasa nikmat mulai menyapu tubuhku. Feri terus menjilati tanpa henti sampai aku mencapai orgasmenku yang kedua. Rasanya sangat-sangat nikmat.

Setelah itu, Feri kemudian mencium mulutku. Aku dapat merasakan cairan memekku dilidahnya. Ternyata rasanya enak, mirip dengan cairan yang keluar dari kontol Feri. Aku hampir tidak percaya kalau ada rasa senikmat ini. Aku harus cerita ke Lisa saat disekolah nanti, atau mungkin aku akan coba menjilati memeknya saat nanti dia menginap.

“akhirnya nenek kecanduan oral sex” komentarku setelah Nisa selesai membaca “jadi sekarang mereka Cuma oral aja tanpa ngentot?”

“iya, selama beberapa minggu” jawab Nisa

“ya paling tidak mereka ngelakuin yang lebih enak dari pada Cuma pegang-pegangan” ucapku

“enak?” tanya Nisa

“iya, emangnya kamu gak keenakan waktu pacarmu jilatin memek kamu?”

“ih mau tau aja” jawab Nisa sambil melempar bantal ke wajahku

“mungkin pacar kamu gak tau cara jilat memek yang enak” ledekku

“ihh kakak sok tau”

“terus gimana dengan Lisa, nenek pernah oral juga gak dengan dia?

“iya” jawab nisa “ berkali-kali”

“ayo coba ceritain”

“Nanti aja, sekarang kita fokus dulu dengan nenek dan kakaknya” jawab Nisa ”aku bacain lagi ya”

Dear Diary............

(Bersambung)
 
Part 4.

Dear Diary

Aku dan Feri ngentot lagi tadi malam.

Dia datang ke kamarku saat ayah dan ibu sudah tidur. Dia bertanya seperti biasanya apakah aku mau ngentot dengan nya. Kali ini aku beranikan diri dan menyetujui ajakannya, asalkan dia bisa membuatku merasakan nikmat juga dan berjanji akan mencabut kontolnya kalau aku kesakitan.

Dia kemudian menjilati memekku cukup lama. Rasanya nikmat sekali, apalagi saat dia memasukkan dua jarinya kedalam memekku sambil lidahnya bermain dengan kelentitku. Aku tidak tau kalau ternyata rasanya enak saat memekku dimasuki sesuatu, lalu aku membalikkan tubuhku dan dan meminta Feri memasukkan kontolnya.

Memekku sangat basah dan licin karena jilatannya tadi, jadi hampir tidak terasa sakit saat Feri memasukkan kontolnya. Aku dapat merasakan pinggangnya mengenai bokongku saat kontolnya sudah sepenuhnya masuk kedalam memekku. Memekku terasa penuh tapi juga terasa enak dan saat dia mulai bergerak maju mundur, rasanya sungguh luar biasa. Kontolnya keluar masuk dan menyentuh setiap inci isi memekku. Aku tidak bisa menahan desahan keluar dari mulutku.

Feri tiba-tiba berhenti dan bertanya apakah aku kesakitan, kujawab tidak, kubilang kalau rasanya enak dan kuminta dia untuk meneruskan menyodok memekku. Mendengar jawabanku dia mulai menyodok memekku, kali ini lebih cepat dan keras. Aku mulai mengerang karena kenikmatan yang kurasakan. Dia menyodok-nyodok memekku dengan cepat, sangat cepat sampai aku terdorong dan dan lenganku yng bertumpu pada kasur terlepas. Aku hanya terbaring dikasur dengan wajah menekan bantal agar eranganku tidak sampai terdengar orang lain, kontol Feri terus keluar masuk memekku. Tidak lama kemudian feri mulai mendesah, desahan yang kukenal karena karena dia pasti melakukannya setiap akan orgasme. Dengan cepat Feri mencabut kontolnya dan terasa cairan hangat tumpah diatas punggungku. Setelah selesai menyemprotkan spermanya kemudian dia rubuh di kasur tepat disampingku.

Esoknya kutemui Lisa dan bertanya apakah dia punya kondom untuk kuminta. Dia bilang dia tidak punya. Tapi kemudian Lisa mengajariku cara agar tidak hamil walaupun sperma keluar di dalam. Dia bilang Cuma beberapa hari tertentu saja setelah siklus menstruasi saat wanita ada dalam masa subur. Kalau kita tahu hari apa saja maka kita bisa menghindari kehamilan. Awalnya aku sedikit ragu, tapi Lisa bilang dia sudah ngentot dengan pacarnya puluhan kali dan sampai sekarang aman-aman saja.

Akhirnya kuputuskan untuk percaya pada saran Lisa. Kuperiksa kalender di kamarku dan kucocokkan dengan siklus haid ku. Menurut perhitungan ku sampai beberapa hari kedepan aku aman. Aku akan coba besok pagi saat ayah dan ibu pergi.

Kesesokan paginya kuajak Feri untuk ngentot lagi dikamarku, kali ini dia kuminta untuk menyemprotkan spermanya didalam memekku. Awalnya dia menolak tapi setelah kuceritakan saran dari Lisa kemarin akhirnya dia mau juga. Kami ngentot cukup lama, jauh lebih lama dari biasanya.

“kak, menurut kakak yang dilakuin nenek salah gak?” tiba-tiba Nisa bertanya

“apanya yang salah?”

“nenek kan ngelakuin itu sama kakak kandungnya”

“kenapa salah, nenek dan kakaknya kan saling mencintai, tidak ada paksaan sedikitpun dan mereka sama-sama suka ngelakuinnya”

“tapi tetap aja salah” sanggah Nisa

“orang yang bilang itu salah pasti dia gak punya adik yang cantik” ucapku mencoba mencairkan suasana.

Namun tiba-tiba Nisa menutup diary yang sedang dipegangnya, matanya yang kecoklatan menatapku dalam-dalam.

“kalau kakak bagaimana, bisa ngelakuin itu dengan adik sendiri” tanya Nisa serius.

“kamu...ngajak kakak ML ya?” tanyaku bercanda. Tidak mungkin Nisa serius bertanya seperti itu pikirku.

“Enggak!” Nisa setengah berteriak, wajah manisnya bersemu merah.

Setelah beberapa saat terdiam penuh kecanggungan, akhirnya dia kembali bertanya.

“serius kak, kakak bisa?” seperti berbisik, hampir tidak terdengar. Dari suaranya aku tahu kali ini Nisa benar-benar serius bertanya, suaranya terdengar tulus.

“kakak gak tau, tapi....kakak gak bilang kalau kakak gak mau” jawabku sedikit gugup “kalau kamu”

“aku mau” jawab Nisa pendek.

Kini tinggal aku dengan jantung berdebar-debar, bingung langkah apa yang harus kuambil selanjutnya. Mata kami masih saling menatap. Ini nyata pikirku, bukan adegan-adegan mesum yang selama ini bermain di otakku setiap melihat adikku.

Tiba-tiba aku tersadarkan akan betapa dekatnya wajah kami saat ini. Tanpa kami sadari kami bergerak saling mendekat, lebih dekat, sehingga akhirnya bibir kami bertemu.

Kukulum bibir Nisa dengan lembut. Nisa membalas ciumanku, pagutan dan hisapan menyibukkan bibir kami. Bibir kami saling mengunci selama sekitar sepuluh menit diiringi dengan lidah yang beberapa kali bertautan sedangkan tangan kami sibuk menjelajahi bagian-bagian tubuh yang tidak seharusnya disentuh.

Dengan bibirnya yang masih melumat bibirku, Nisa mendorongku jatuh keatas kasur dan menindihku. Tanganku sejak tadi sudah masuk kedalam baju tidurnya dan menyentuh serta membelai punggungnya perlahan naik lebih tinggi hingga jari-jariku tiba di payudaranya yang bulat sempurna dengan puting yang yang sudah mengeras. Nisa mendesah lembut saat kumainkan kedua putingnya, selangkangan kami yang masih tertutup kain salin menekan. Hanya beberapa potong kain yang saat ini memisahkan kemaluan kami. Dapat kurasakan panasnya selangkangan Nisa saat dia menggesek-gesek batang kemaluanku.

“masukin kak” bisik Nisa setelah melepaskan ciumannya.

Rasanya seperti mimpi basah yang jadi kenyataan. Nisa kemudian turun dari tubuhku dan duduk di atas kasur didepanku. Dan dengan satu gerakan dilepaskan nya baju tidur yang dikenakannya diikuti dengan bra dan celana dalam yang dikenakannya.

Aku terpana melihat betapa cantiknya adikku ini, jauh lebih cantik dari apa yang kubayangkan selama ini, sangat sempurna, senyumnya, matanya, dadanya, kulitnya.

Tanganku menjulur dan menangkap pinggangnya, kuremas kedua bongkahan bokongnya yang kenyal kemudian naik meremas kedua buah dadanya, bibirku kini sibuk menghisap dan mempermainkan dadanya. Nisa mendesah saat lidahku menggelitik kedua putingnya.

Nisa mendorongku mundur lalu meraih dan menarik ujung baju yang kupakai hingga terlepas. Lalu nisa turun dari kasur dan berlutut didepanku. tangannya meraih pinggangku dan menarik lepas celana panjang serta celana dalamku secara bersamaan.

Penisku yang tegang akhirnya terpampang tepat didepan wajahnya. Aku tau apa yang akan dilakukannya, tapi tidak akan aku perbolehkan, aku tidak mau orgasme pertamaku hanya tumpah dimulutnya.

Dia menatapku beberapa saat sambil membasahi bibir dengan lidahnya. Namun sesaat sebelum dia memasukkan penisku kedalam mulutnya, kutarik nisa dan kurebahkan punggungnya diatas kasur dan dengan cepat aku berjongkok didepan selangkangannya.

Kujulurkan lidahku menyapu belahan vaginanya dari atas kebawah berulang-ulang. Desahannya kini semakin keras. Kucari lubang vaginanya dan kumainkan lidahku disana selama beberapa saat lalu kusapukan lagi lidahku diseluruh belahan vaginanya.

Di bagian atas vaginanya sejumput bulu tipis terlihat basah terkena sapuan lidahku. Dengan kedua jariku kubuka lipatan kulit yang menutupi bagian paling sensitif dari kemaluannya. Setelah mencari beberapa saat akhirnya kutemukan gundukan daging kecil ynag sudah mengeras. Tangannya langsung menjambak rambutku pelan saat lidahku mengenai klitorisnya. Kujilati berulang-ulang dengan sesekali kuhisap. Desahan dan lenguhan Nisa semakin keras saat kupusatkan gerakan ujung lidahku di klitorisnya. Setelah beberapa menit tubuhnya mulai bergetar dan kakinya menegang saat akhirnya gelombang orgasme pertamanya datang.

Setelah reda getaran dari tubuhnya, perlahan aku naik dan mensejajarkan wajahku dengan wajahnya. Kucium bibirnya yang setengah terbuka lalu dibalasnya dengan lumatan. Kami berciuman dan saling melumat beberapa saat sampai akhirnya kedua kaki Nisa mengunci pinggangku.

Tangannya menggapai kebawah sampai ia menemukan penisku yang sejak tadi beristirahat diatas belahan vaginanya. Diarahkannya kepala penisku tepat didepan lubang kemaluannya. Dengan satu sentakan lembut kepala penisku masuk kedalam vaginanya.

Nisa menarik nafas saat tubuhnya menerima penisku. Vaginanya terasa sempit lembab dan hangat. Sekali lagi kudorongkan pinggangku hingga penisku kini masuk seluruhnya. Otot-otot vaginanya serasa meremas penisku. Kudiamkan beberapa saat penisku didalam vaginanya sambil merasakan betapa hangatnya dinding vaginanya.

Mata kami saling memandang saat perlahan kugerakkan pinggangku maju mundur sehingga penisku keluar-masuk divaginanya. Awalnya gerakan kami sedikit kaku hingga akhirnya kami menemukan irama yang pas.

Aku hampir tidak percaya kalau ini benar-benar terjadi. Bibir kami kembali terkunci dan saling melumat. Setelah beberapa menit penisku memompa vaginanya, tubuhnya mulai menegang dan bergetar. Nafasnya semakin memburu diikuti desahan yang sudah tidak terkontrol. Dinding vaginanya berkontraksi seolah memerah penisku untuk segera menumpahkan isinya.

“aku mau keluar” ucapku sambil bersiap menarik penisku keluar dari vaginanya.

“Jangan” ucap nisa sambil menahan pinggangku. Nisa tidak mau aku menumpahkan spermaku diluar, lagipula sudah terlambat juga untukku menarik keluar penisku, karena remasan dinding vaginanya yang terakhir berhasil membuatku menumpahkan spermaku didalam vagina sempitnya. Aku rubuh diatas tubuhnya.

Nisa juga sepertinya telah menguras habis seluruh tenaganya, rambut hitamnya terlihat kusut dan beberapa menutupi wajah manisnya. Kusapu wajahnya dan menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangannya. Nisa membuka matanya lalu sebuah senyum manis terbentuk diwajahnya. Ditariknya kepalaku mendekati wajahnya dan dengan sangat lembut dikecupnya bibirku, ciuman terlembut yang pernah kurasakan seumur hidupku.

(Bersambung)
 
Part 5

“kak sudah jam 2 siang” Nisa menggoyangkan tubuhku agar terbangun.

“hmmmm....oya kita harus nyusul mama kerumah nenek” jawabku setengah sadar.

Tenagaku masih belum pulih sepenuhnya setelah melewati beberapa sesi bercinta dengan adikku Nisa. Sejak mama dan papa pergi tadi pagi kami seolah tidak bisa lepas. Berciuman dimanapun kami mau. Mandi pagipun kami lalui setelah bercinta dilantai kamar mandi lalu akhirnya kami tertidur kelelahan setelah sekali lagi bercinta dikamar Nisa.

Dengan bermalas-malasan kami bangun dari tempat tidur kemudian memungut pakaian kami yang tercecer dilantai. Setelah selesai membersihkan diri kamipun pergi menuju rumah nenek. Di sana kami membantu papa dan mama membenahi barang-barang tua milik nenek. Majalah-majalah dan barang-barang yang sekiranya sudah tidak bisa dipakai lagi kami masukkan kedalam kardus untuk dibuang di tempat pembuangan sampah. Cukup lama kami sekeluarga membereskan barang-barang milik nenek, sekitar pukul 6 sore setelah semua pekerjaan selesai akhirnya kami kembali pulang kerumah.

Makan malam kali ini kurasakan jauh lebih nikmat dari biasanya, karena adikku tercinta yang memasak. Setelah beristirahat sejenak Nisa bangun dari ruang tamu meuju kamarnya setelah izin dengan papa dan mama untuk tidur lebih awal. Tidak lupa dia mengedipkan sebelah matanya padaku sebagai kode agar aku segera menyusulnya. Agar kedua orang tuaku tidak curiga kutunggu sekitar 20 menit kemudian baru aku bangkit dan menyusul Nisa kekamarnya.

Setibanya di kamar Nisa, aku sedikit terkejut melihat wajah Nisa yang murung dan kulihat ada beberapa butir air mata meleleh di pipinya.

“kamu kenapa sayang?” tanyaku heran

“nenek...” ucap Nisa pelan. Kulihat diary nenek tergeletak disampingnya

“nenek kenapa?”

“kakak inget waktu nenek khawatir kalau dia sampai hamil?”

“iya”

“akhirnya terjadi juga” ucap nisa sambil menyerahkan diary nenek kepadaku dan memintaku membaca bagian yang sudah ditandainya.

Dear Diary

Sepertinya aku tidak sehat hari ini. Tubuhku lemas sejak bangun tidur tadi dan aku juga muntah beberapa kali tadi pagi. Mungkin karena makanan yang kumakan tadi malam. Kalau masih tidak sembuh juga aku akan bertanya ke ibu nanti.

“jadi nenek sedang mengandung mama anak pertamanya” tanyaku tak sabar

“enggak...Mama baru lahir kira-kira lima tahun kemudian”

“Jadi?”

“kakak baca aja lagi” perintah nisa

Dear diary

Setelah beberapa hari aku tak kunjung sembuh akhirnya kuceritakan pada ibu tentang penyakitku ini. Ibu lalu membawaku ke dokter. Setelah diperiksa, akhirnya dokter menyimpulkan bahwa hanya ada satu kemungkinan penyebab keadaanku ini yakni aku hamil. Hampir saja aku pingsan mendengar perkataan dokter itu. Sesaat ku lihar kearah ibuku, wajahnya memerah sambil memandang kearahku. Mati aku, ibu pasti marah sekali. Disepanjang jalan ibu mendiamkanku. Sesampainya dirumah ibu langsung menyuruhku masuk kekamar, sedangkan ia berdiri di depan rumah menunggu ayah serta Feri pulang.

Setelah mendengar cerita ibu, ayahku marah besar. Aku tidak pernah melihatnya semarah ini. Dia memukuli Feri sampai babak belur setelah Feri mengaku bahwa dia yang menghamiliku. Ayah lalu memerintahkan Feri untuk naik kemobil lalu disusul oleh ayahku. Mereka berdua pergi entah kemana. Ibu menyuruhku untuk masuk lagi kekamarku.

“lihat kak, kertasnya berkerut dan tintanya sedikit kabur “ ucap nisa sambil menunjuk bagian halaman yang kubaca.

“iya...berati nenek nulis halaman ini sambil nangis” ucapku lemah. Tak bisa kubayangkan sebingung dan sesedih apa nenek saat itu.

“tapi kalau nenek beneran hamil, dan bukan mama yang sedang dikandungnya, jadi siapa? Tanyaku heran.

“enggak tau” jawab Nisa

“jangan-jangan bayinya di ******”

“kayaknya gak mungkin kak, ayah dan ibunya nenek orang yang taat agama, lagian ini kejadian tahun 1980, ****** pasti sulit di zaman itu.” Sanggah Nisa “ayo kita teruskan lagi bacanya, aku juga belum tau kelanjutannya” ajak Nisa

....lama sekali ayah membawa Feri pergi dari rumah. Sekitar 3 jam kemudian mobil yang dikendarai ayah tiba dihalaman rumah, aku segera keluar dari kamar untuk menemui mereka, tapi yang turun dari mobil itu hanya ayah. Dengan keras ayah menyuruhku masuk kekamar. Kudengar di dapur ayah dan ibu bertengkar. Aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka ucapkan, tapi ada beberapa kata yang dapat kutangkap, beberapa kali ayah menyebutku pelacur. Setelah beberapa lama akhirnya ayah dan ibu diam. Aku sangat takut, apa keputusan yang mereka buat untukku

Kulirik nisa yang sedang mendengarkan isi diary yang kubacakan. Air mata terus menetes dipipinya. Aku ingin mencoba menenangkannya tapi aku tidak tau bagaimana caranya. Kupeluk nisa yang duduk disampingku dengan sebelah tanganku lalu kulanjutkan membaca.

...ayah membuka pintu kamarku lalu menguncinya dari dalam. Dengan mata merah menahan marah dilepaskannya ikat pinggang kulit yang dipakainya. Ayah menatapku dengan penuh kebencian. Ayah menyuruhku melepas semua pakaianku dan juga pakaian dalamku. Aku takut sekali. Tubuhku gemetaran, sambil menangis kulepaskan semua pakaianku.

Aku berdiri telanjang didepan ayah. Dia membentakku menyuruhku diam. Kemudian dia mendorongku sampai aku jatuh diatas kasur tempat tidurku lalu menarik rambutku sehingga aku setengah berdiri dengan posisi menungging. Aku menunggu ikat pinggang kulit ayah menghantam kulitku, aku gemetar menantikan rasa perih yang akan kurasakan saat ikat pinggang itu menyentuh kulitku. Tapi bukannya sabetan ikat pinggang ayah yang kuterima, melainkan jari-jari kasar ayah yang yang menyentuh punggungku lalu terus turun sampai ia menyentuh kemaluanku dan menggesek-geseknya dengan kasar. Ayah tak henti menyebutku pelacur.

Kemudian ayah menurunkan celananya dan sempat kulihat kontol ayah yang besar mengacung tegak dan diarahkannya ke memekku. Ayah mendorongkan pinggangnya sehingga kepala kontolnya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Tapi karena tubuhku tidak siap, kemaluannya tidak bisa masuk. Ayah kemudian berjongkok dan meludahi memekku lalu menusukkan kontolnya lagi. Kali ini berhasil masuk. Rasanya sakit sekali sampai aku kehilangan tumpuanku dan terjatuh di atas kasur.

Ayah terus menggenjot tubuhku sambil mulutnya memaki diriku, sesekali ikat pinggang ditangannya disabetkan kepunggungku. Perih yang kurasakan berlipat-lipat. Kontol ayah membelah memekku dengan kasar serta sabetan ikat pinggang di punggungku. Belum lagi makian dan hinaan yang diucapkannya padaku. Aku hanya bisa menangis menahan sakit selama ayah memperkosaku.

Ayah mengeluarkan spermanya didalam memekku, kemudian ia mengenakan kembali celananya dan meninggalkanku menangis di kamar merasakan punggung dan kemaluanku yang serasa terbakar.

Seharian aku tidak keluar kamar. Tubuhku masih sakit dan perih karena perlakuan ayahku tadi malam. Aku tidak berani menceritakannya pada ibu, tapi aku yakin ibu pasti tau. Ibu diam saja saat dia masuk ke kamarku dan mengoleskan salep luka dipunggungku. Dia tidak berkata apa-apa, ibu hanya sesekali melihatku dengan mata penuh kebencian namun rasanya jauh lebih menyakitkan dari pada sabetan ikat pinggang ayah di punggungku.

Aku beranikan diri bertanya pada ibu tentang keadaan kakakku. Ibu hanya bilang kalau Feri sudah pergi dan tak akan pernah kembali lagi. Lalu aku tanyakan tentang nasibku selanjutnya, ibu bilang aku akan dititipkan kepada tanteku diluar kota nanti kalau perutku sudah sedikit membesar. Sebenarnya perutku sudah mulai membesar tapi sebisa mungkin kusembunyikan agar aku tidak dipindahkan kerumah tanteku, karena disini aku masih bisa bertemu dengan Lisa. Lisa lah yang selama ini menemaniku dan menyemangatiku setiap kali aku teringat pada Feri.

tulisan diary nenek semakin sedikit. Terkadang dia tidak menulis apa-apa selama beberapa hari. Mungkin karena tidak ada yang bisa ditulis kalau kita dikurung sepanjang hari dikamar. Tulisan selanjutnya tertanggal 2 minggu setelah terakhir nenek menulis.

...sudah 2 bulan sejak kepergian Feri. Ayah masih sering masuk kekamarku dan memperkosaku. Kalau aku mencoba menolak maka ia tidak segan memukul dan mencaci maki diriku. Kemarin ibu bilang kalau perutku sekarang sudah besar dan lama-lama orang-orang akan curiga dengan keadaan diriku jadi minggu depan aku akan diantar kerumah bibiku di luar kota.

Aku membalikkan beberapa halaman yang kosong di diary nenek untuk menemukan tulisan selanjutnya. Sekitar 2 minggu kemudian baru nenek mulai menulis lagi.

Dear Diary

Hari ini genap 2 minggu aku tinggal dengan bibi Linda. Bibi linda ternyata orang yang sangat baik, jauh lebih baik daripada kedua orang tuaku sendiri. Bibi bilang berzina memang dosa besar tapi lebih besar lagi jika kita berzina dengan kakak sendiri. Tapi bi Linda tidak membenciku seperti ibu, dia tetap bisa bersikap normal dan baik kepadaku.

Suatu hari bi Linda memberitahuku keadaaan Feri. Dia bilang kalau feri sudah dikirim kekeluarga ayahku diluar pulau untuk tinggal disana tapi bi Linda tidak mau memberitahuku saudara yang mana yang dimaksud atau memang dia sendiri juga tidak tau.

Aku juga bertanya bagaimana nasib bayi yang kukandung setelah lahir nanti. Sama seperti ibu, bi Linda juga tidak mau memberitahuku, tapi kau terus memaksa dan memohon pada bi Linda hingga akhirnya ia menyerah. Dia bilang setelah lahir nanti bayi di dalam perutku akan dititipkan di panti asuhan. Aku langsung lemas mendengar jawaban bi Lisa. Aku menangis keras memikirkan nasib bayiku ini. Bi Lisa memelukku sambil menenangkanku. Dia bilang ini satu-satunya cara. Panti asuhan akan membantu mencarikan keluarga untuk bayiku. Daripada dia harus hidup menderita denganku sebagai anak yang tidak jelas siapa ayahnya atau anak haram. Aku juga nanti pasti kesulitan mencari pasangan hidup kalau laki-laki tau aku sudah punya anak.

“Nenek berhenti menulis lagi” ucapku

“mungkin gak ada yang bisa nenek tulis, sehari-hari hanya dirumah, tidak sekolah, tidak punya teman” jawab Nisa

“kasian ya nenek, kenapa nenek gak kabur aja dari sana”

“emangnya nenek mau kabur kemana, gak punya uang, gak kenal siapa-siapa, apalagi waktu itu nenek lagi hamil besar” jawab Nisa

Lagi-lagi aku merasa sangat kasihan pada nenek. Nenek yang kukenal selama ini sebagai orang yang baik dan manis ternyata pernah mengalami hal yang menyedihkan seperti ini.

Aku dan nisa putuskan untuk melanjutkan membaca diary nenek besok karena mata kami sudah sama-sama mengantuk.

“kakak boleh tidur sama kamu?” tanyaku

“boleh, tapi dirumah ada mama sama papa, nanti mereka tau”

“tenang aja, kakak pasang alarm jam 5 biar besok pagi bisa pindah sebelum mereka bangun” ucapku sambil mencium kening adikku.

Nisa menyimpan diary nenek di laci meja belajarnya kemudian mematikan lampu kamar lalu menyusulku yang sudah lebih dulu rebah dikasurnya. Nisa mencium bibirku sebelum akhirnya kami sama-sama terlelap.

(Bersambung)
 
makasii huu atas update an yang mantaaapppp
 
Weitt triple combo :jempol:

Semangat nulisnya hu mudah2an apdetan berikutnya ga selama sebelum2na :jimat:
 
Akhirnya lanjut juga dan langsung updet kejar storan,makasih suhu n smoga lancar trus RL sama updetannya
 
Saking lamanya sampai lupa hu ... mesti baca lagi dari depan nih. Ceritanya asyik ... beneran terjadi gak sih.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd