Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Maraton baca... Dari leo yg masih mengeong hingga mulai sedikit2 mengaum. Teruskan bli... Sip arak bali dan brem balinya.... Sembari menanti update, serasa bau udara denpasar dan pasir jimbaran masih menempel di tubuh....
 
Part XVI

Ada Harga Yang Harus Dibayar


Inda Puty

Manusia memang diciptakan paling sempurna oleh Sang Maha Pencipta. Mereka dibekali fisik dan tentu saja akal pikiran.

Hal itu tidak dimiliki oleh makhluk lain, akal dan pikiran merupakan sesuatu yang eksklusif buat manusia, semacam anugrah tertinggi.

Namun dalam faktanya akal dan pikiran sering kali kalah oleh sesuatu dinamakan perasaan.

Perlahan akal dan pikiran Leo yang mengatakan bahwa hubungan itu tidak boleh berlanjut karena dari awal sudah tidak baik, diawali dengan pengkhianatan berubah menjadi rasa sayang dan Leo mulai mencinta.

"Banyak banget deh yang, jarang dikeluarin ya? Hihihi"

Inda mengerling genit menggodaku sembari membersihkan lelehan spermaku di jari-jarinya dengan tissue. Iya hubungan kami sudah semakin intim, kami hampir sering saling memuaskan hasrat. Sekalipun hanya sekedar petting, belum ke tahap yang lebih tinggi.

Aku juga makin tak perduli dengan bagaimana reaksi Putra nanti seandainya ia tahu kenyataannya. Persetanlah, lagian aku punya kemampuan apa untuk menentang takdir? Semua terjadi begitu saja tanpa direncana.

Suatu malam di akhir bulan februari medio tahun 2002. Inda merayakan birthday partynya yang ke 16 di sebuah restoran keluarga di bilangan Denpasar. Aku sudah pasti diundang, Putra? Ngga mungkin melewatkan momen ini.

Banyak kawan-kawan di SMP lamaku turut hadir di sana, kami bertegur sapa dan ngobrol-ngobrol sambil ngenang kenangan waktu SMP. Arta juga muncul, ternyata dia sekelas dengan Inda sewaktu kelas 3 SMP kemarin. Denpasar memang sempit.

Pesta tidak begitu mewah tapi memang cukup bisa dibilang sangat meriah. Undangan yang datang juga ramai, apalagi Ayah Inda termasuk orang terpandang di Denpasar, beliau anggota DPRD Bali. Ditambah kakaknya yang pebisnis sukses jadi undangan orang penting cukup banyak.

Aku sengaja memilih tempat dipojokan dan berkumpul dengan geng lamaku di sana. Kami duduk di sebuah gazebo beratap yang di bangun diatas kolam ikan. Iya kami memilih pojokan biar enak aja bisa ngobrol dan ketawa ngakak tanpa mengganggu obrolan orang penting di sana.

Inda malam itu sangat cantik, menggenakan dress satin berwarna merah marun, dengan dandanan yang tidak terlalu menor cukup bikin pikiranku mengkhayal bisa segera melorotin dress itu dan melemparkannya ke lantai.
I Love that dress, but You won't needed anymore. Take it off for me now girl.

Putra daritadi tampak mondar - mandir gelisah, mungkin memang nyiapin kado spesial buat Inda. Dia kini punya asisten setia yang ikut bingung juga nunggu intruksi sang majikan, iya asisten itu kawanku si Gede. Mereka berdua udah kayak Sontol dan Bongol yang lagi buru si tuyul Ucil, selalu bareng tapi ngga kompak.

Aku sih ngga heran si Gede pasti mau aja disuruh-suruh apa aja sama Putra. Bukan berniat mendiskreditkan kawan, tapi memang Gede ini notabene ekonomi keluarganya susah.

Jadi kalau udah denger kata traktiran atau imbalan dia bakal rela melakukan apapun, yang penting dapet duit mau bisa mau ngga itu urusan belakangan.

Kami menikmati berbagai macam aneka olahan makanan pembuka yang bikin perut laper tanggung. Akhirnya acara utama malam itu akan segera berlangsung, Inda sudah berada di atas semacam podium bersiap untuk acara tiup lilin potong kue.

Wish sudah dipanjatkan, lilin sudah ditiup, MC malam itu menyuruh Inda untuk memberi potongan kue pertamanya pada orang spesial.

Dan sudah jelas yang pertama untuk kedua orang tuanya, dilanjutkan ke abang dan iparnya, terus ponakannya juga pada nuntut.

Tiba saat MC bercandain Inda untuk ngasiin potongan kuenya ke orang spesial yang bukan keluarga, perasaanku deg-degan juga. Dalam hati jelas pengenlah dianggep jadi orang spesial, tapi bakal runyam karena ada Putra.

Inda yang udah nyariin keberadaanku daritadi tampak celingak-celinguk, karena aku memang agak ngumpet di barisan belakang. Disitulah Hyang Widhi menghukum umatnya yang tidak tahan godaan dan rela mengkhianati teman demi perasaannya sendiri.

"Bli ini ya orang spesialnya Inda?" Si MC menarik Putra buat maju ke depan.
Inda sejenak ingin menyangkal, tapi dia tahu konsekuensi kami berdua dan terpaksa diam saja mengikuti alur dari MC.

Selidik punya selidik ternyata Gede sudah kong kalikong lobi-lobian sama si mbak MC itu buat nanti narik Putra ke depan. Putra mendadak jadi pede banget naik ke atas podium, sembari memberi kode ke arah Gede untuk membawakan kadonya. Kado yang tak jelas isinya apa, tapi kutaksir pasti mahal banget.

Inda memberikan potongan kuenya ke Putra, kulihat ada raut wajah yang sedikit sedih dari Inda, tapi dia segera menyembunyikannya. Mereka bersalaman. Baru saja Inda akan turun dari podium tiba-tiba ada orang yang nyeletuk.

"Cium keningnya cium keningnya cium keningnya sekarang juga"

Sontak undangan yang lainpun mengikuti, Inda jadi salah tingkah, MC mulai agresif lagi nyuruhin si Putra buat nyium kening Inda dengan sebelumnya minta ijin dulu ke ortu Inda.

Ortu mereka setuju, wajah Inda tampak sedikit manyun tapi mau ngga mau mesti dilakuin. Akhirnya Putra mencium kening Inda disertai dengan pelukan dan ucapan selamat ulang tahun(lagi).

Suasana makin rame oleh teriakan dan cuit-cuitan dari undangan yang ada di sana.

"Udah cocok om, yang cowok putih, bersih, ganteng. Yang cewek udah jelas banget cantik, putih, tinggi, perfect couple"

"Abis SMA diresmiin aja om, tante" celetuk mereka.

Dari suaranya aku sudah tahu siapa yang memancing suasana pertama dengan lagu "Cium Kening" itu. Sudah lain dan tidak bukan, the one and only Gede, sahabatku.

Aku perlahan mulai mundur dan menjauh dari kerumunan, ingin segera kunyalakan sebatang rokok, nongkrong dipojokan, menyendiri. Dadaku engap, tanganku gemetaran, akal pikiranku yang sudah paham dan merancang kondisi ini semua dikalahkan perasaan itu kembali.

Sekeras inikah Hyang Widhi menghukumku, apa aku sebegitu salahnya? Memang harus ada harga yang dibayar untuk sebuah hubungan.

Para undangan sudah mulai menikmati makanan utama sebelum acara ditutup. Olahan berbagai macam seafood memanjakan lidah. Hanya aku yang tidak makan malam itu, aku duduk sendiri di rumput dekat dengan tempat bermain anak-anak. Sangat sulit menyadari keberadaanku karena memang tempat itu luas sekali.

Kunyalakan sebatang rokok, kuhirup kuat-kuat dan kuhembus asapnya ke udara bagai ingin melepas semua beban dipikiranku.

Pikiranku kembali memutar kisah-kisah lama yang pernah aku alami. Trisa, Dina, Jan, Zoraya, Mbak Shanty dan kini Inda Puty. Mereka menari-nari dipikiranku silih berganti. Ingin aku segera mengakhiri semua setelah acara ini, jujur aku masih sedikit muak dengan urusan beginian.

Apa masalah hati harus selalu serumit ini? Batinku.

"Kamu ngga makan sayang, aku pesenin ya suruh anterin kemari" suara Inda tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

"Eehhh kenapa bisa tau aku di sini yang?"

"Aku merhatiin dan nyariin kamu daritadi, anak-anak juga tu"

"Hehehe iya aku agak ngga enak badan jadi pengen rokokan dikit, ngga usah dipesenin makan ya, tar lagi aku pamit duluan"

"Sayangku cemburu ni, eheemm." Dia malah menggodaku.

"Enggggaaaaa" wajahku memerah.

"Makasi sayang, itu artinya kamu beneran sayang sama aku, maafin aku ya atas semua ini"

"Eehh udah salahku kok, oiya Happy Birthday sayang" aku menyalaminya sembari menyerahkan kado kecilku.

"Thanks banget sayang, I Love You"

"Ii llooovvee yy..."

Belum selesai kata-kataku dia sudah melumat bibirku, kami berciuman cukup lama, tak ada seorangpun yang tahu. Akal dan pikiranku kalah lagi.

~~~O~~~

"Sayang dua hari lagi aku diajakin Putra dinner di suatu tempat, kamu ngga marah?" Ucapnya memulai obrolan.

"Ngga kok, aku percayain semuanya ke kamu"

"Thanks pengertiannya yang, aku ngga bakal ngecewain kamu"

"Iya sayang"

"Oh iya dalam waktu deket ini aku bakal pindah ke rumah lama, rumah ini bakal dijual"

"Ohh iya? Kenapa?"

"Bli Tu Krisna bermasalah dengan salah satu relasinya, ditipu, dia kalah di pengadilan dan harus bayar ganti rugi, jadi terpaksa rumah ini dijual"

"Wah rumit ya, terus kamu bakal pindah ke mana?"

"Pindah ke rumah lama, seputaran Renon, perumahan Graha Abadi."

"Wuiihh mewah, syukurlah, kirain bakal hijrah ke Zimbabwe"

"Iiihhh sayang apaan sih,...... Yang... Isepin puting aku dong....."

Deg deg deg..... Leo junior nguping dan segera mengacung tegak.

Dua hari berlalu, tiba di hari mereka berdua bakal romantic dinner malam ini. Aku galau sedari pagi, di sekolah ngga fokus sama sekali, selain mikirin mereka aku juga anteng mandangin dada Retno.

Sampai-sampai waktu di kantin si Eka sampai ngerampas botol kecap dari tanganku, karena ngelihat kuah Mie Ayamku udah item setara air limbah gorong-gorong. Hidupku kurang manis.

Seharian aku muter muter di jalan, tak tentu arah, mau hubungi Jan males, masih gedeg. Mau jemput Hani, dia lagi sakit. Sebenernya Retno minta dianterin pulang tadi, karena lama nungguin jemputan cowoknya.

Begitu mau naik ke motor, tiba-tiba S2000 itu muncul, pake acara ngelipet atapnya pula, pamer anjing. Si cowok noleh meremehkan ke Aku waktu Retno pamit, gue doain hujan badai.

Perutku laper ngga karuan tapi bingung mau makan dimana, aku putuskan untuk makan di salah satu resto cepat saji, hari itu aku berkhianat pada Sang Kolonel tua yang berjanggut ikonik khas feodal itu dan berkawan dengan Badut yang norak-norak bergembira bernama Ronald.

Aku duduk di meja lantai dua cari di luar ruangan ber ac biar bisa rokokan dan pemandangannya enak bisa lihat jalan. Tiba-tiba muncul kawanku Jay ngajak gandengan barunya berseragam SMP, yang tampak salah tingkah banget mungkin malu.

"Jayy..."

"Oiiittt Yooo...."

"Kenalin ini Anggie"

"Eh iya, Leo, temen sekelasnya Jay"

"Anggie" dia tak berani menoleh
Si cewek segera menuju tempat duduknya.

"Bangkeee mainnya anak SMP sekarang?"

"Iya mup on brooooo..."

"Jangan dimacem-macemin Jay"

"Tergantung iman aja nanti"

"Bangkeeee !!" Mereka lanjut pacaran.

Lagi asyik menikmati burger dua tumpuk yang dengan skema 2-1-2-1, dua kali gigit satu kali seruput softdrink. Tiba-tiba ada yang meluk aku dari belakang, pake ngucek-ngucek rambutku.

"Oooiitttt oiittty tsssahhh apaan ini"

"Kak Yooo...."

"Ehhh ni anak"

Jan muncul bareng cowoknya kemarin yang mukanya putih pucet kayak pasien tifus yang kabur dari Rumah Sakit.

"Masak cowok kece makannya sendiri? Mana burgernya dua tumpuk lagi, kesepian banget ya Bli?" Dia ngeledekin.

"Ciiihhh udah pacaran sana, gangguin aja"

"Ciieeee jeles ni yeeee, kasi adik main-main dulu ya Bli, nanti kalau sudah waktunya adik bakal kembali kepelukan Bli tersayang"

"Haaalaaaahhh" aku timpug dia pake nampan plastik, terlalu ekstrim, pake kertas burger yang udah dibejek.

"Eh ngga pada mesen makanan ni? Beli Ice Cream doang? Cuman satu lagi, irit banget pacarannya." Aku bales ngejek.

"Biarinnnn, khan romantis suap-suapan, daripada situ disuapin tangan sendiri, perih."

"Ehhh tapi laper ni Kak Yo.... Traktir dong... ayoooo..... " Dia narik tanganku.

"Eehhh auuukkk males"

Tapi akhirnya aku luluh juga, nraktirin mereka masing-masing fried chicken pake nasi dan scrambled egg.

Taikkkkk.....

~~~O~~~

Malam itu Putra mengajak Inda untuk dinner di sebuah restaurant di kawasan Seminyak yang terkenal mewah dan mahal. Ku De Ta.

Mereka menikmati hidangan super mewah dengan pemandangan pantai nan eksotis, dan disempurnakan dengan nikmatnya Ornellaia le Volte Bolgheri Tuscany, Red Wine, Oh What a Wonderful Life. Sungguh kegiatan yang sama sekali tak terjamah strata sosialku.

Suasana restoran yang sungguh luar biasa itu sudah pasti bakal menghanyutkan suasana, terlebih bagi pasangan beda jenis. Alunan musik Swing dan Bossa Nova dari live music semakin menambah suasana romantisme.

Eksotisme pulau kami memang selalu mampu meluluhkan hati setiap tamu yang berkunjung ke sana. Terlebih bagi para pasangan yang tengah dimabuk asmara.

Waiter datang membawakan bouquet bunga dan menyerahkannya pada Inda, dia tertegun. Hati wanita mana yang tidak tersentuh oleh perlakuan romantis macam itu. Alunan gitar dari musisi memainkan lagu Can't You Feel The Love Tonight milik Sir Elton John sudah pasti makin membius hati setiap pendengarnya.

Putra bersimpun di depan Inda, tangannya merogoh sesuatu dari saku celana panjang kainnya. Segera saja ia membuka sebuah kotak kecil berwarna merah marun beraksen kelir emas. Tampak sebuah cincin berlian dengan emas putih bertahta di sana.

Petikan gitar kini berganti ke tembang romantis milik Richard Marx Now and Forever.

"Inda, would you be my girlfriend?

Inda terdiam tak mampu berkata-kata, dalam hatinya Ia sangat menikmati momen ini, momen impian rata-rata para wanita di seluruh dunia, tidak berlebihan.

Momen yang membuat para wanita seperti di tahtakan di tempat yang paling tinggi. Hatinya mulai terpanggil namun sedikit meragu, di detik terakhir dia mengingatku, mengingat setiap momen kebersamaan kami. Air matanya mulai mengalir.

Dia memegang kotak cincin itu, Putra yang menunduk menunggu jawaban mulai menyimpulkan senyum di bibirnya. Namun Inda menutup kotak itu dan memegang tangan Putra.

"Putra, thanks buat semuanya, ini luar biasa banget dan berarti banget buat aku, but I Can't....So Sorry." Suaranya lirih.

Putra yang sudah siap tersenyum dan tak sabar ingin memeluk bahkan mencium pujaan hatinya itu tercekat. Dia diam mematung, dalam posisi yang sama, dengan kepala masih menunduk. Hatinya sakit, amarahnya sudah sampai di ubun-ubun.

Inda mengambil tas nya dan berjalan cepat meninggalkan restaurant dan pergi dengan menggunakan taxi meninggalkan Putra yang masih terpaku.

Dalam taxi dia menangis sesenggukan, sampai sopir taxi curi-curi pandang melalui spion depan kebingungan melihat Inda yang menangis sejadinya.

Putra, meremas kotak cincin dan memasukkannya kembali ke saku celananya. Tak ada lagi yang dihiraukannya, hatinya sudah hancur berkeping-keping.

Sebegitu keras usahanya namun dengan mudah gagal berantakan. Dia menuju kasir dan membayar bill dengan kartu kreditnya. Kemudian pergi tanpa sepatah katapun.

Seluruh waiter, musisi restaurant dan supervisor restaurant yang sudah di setting khusus oleh Putra untuk momen ini geleng-geleng kepala kebingungan.

~~~O~~~
Hujan rintik mulai membasahi setiap sudut kota Denpasar, tak terkecuali kawasan perumahanku. Namun entah kenapa hari itu aku malah merasa gerah luar biasa.

Aku sudah sampai mandi dua kali saking gerah dan gelisahnya. Kulirik jam dindingku hampir jam 12 lewat. Aku ingin tidur tapi benar-benar tidak mengantuk sama sekali. Terpaksa kunyalakan saja PSku main beberapa game sampai mata ini lelah dengan sendirinya.

Sesekali kulirik hapeku, berharap ada SMS masuk dari Inda dan kawanku Putra, namun nihil. Iya, sebelum berangkat dinner Putra SMS Aku untuk minta support moral dan didoain biar lancar dan sukses.

Jujur doaku agar mereka bisa jadian saja, sekalipun aku mesti sakit tak mengapa. Karena aku tahu Inda akan jauh lebih bahagia dengan Putra, kedengeran naif, tapi memang begitu yang aku rasakan. Sekalipaun disisi lain hatiku aku tetap berharap tidak.

Aku kirim beberapa sms ke para kawan cewekku, Jan dan Retno, berharap paling tidak ada yang aku ajak ngobrol. Namun belum juga ada balasan, mungkin sudah tidur. Aku pergi ke dapur kemudian menenggak segelas air putih dingin, lumayan meredakan gerahku.

Setibanya di kamar aku segera ingin melanjutkan gameku yang tertunda, kemudian tiba-tiba hapeku berbunyi tanda sms masuk. SMS aku buka dan isinya....

Putra said:
Ciiii mula timpal naskleng !!!! Bangsat ci, bangsaaaattttttt, fuucckkkkk
(Kamu memang temen yang brengsek, bangsat kamu, bangsat, fuck !!!!)

"Eeehhhhhh?"

Tamat sudah riwayatku.
 

~~~O~~~

Malam itu Putra mengajak Inda untuk dinner di sebuah restaurant di kawasan Seminyak yang terkenal mewah dan mahal. Ku De Ta.

Mereka menikmati hidangan super mewah dengan pemandangan pantai nan eksotis, dan disempurnakan dengan nikmatnya Ornellaia le Volte Bolgheri Tuscany, Red Wine, Oh What a Wonderful Life. Sungguh kegiatan yang sama sekali tak terjamah strata sosialku.

Suasana restoran yang sungguh luar biasa itu sudah pasti bakal menghanyutkan suasana, terlebih bagi pasangan beda jenis. Alunan musik Swing dan Bossa Nova dari live music semakin menambah suasana romantisme.

Eksotisme pulau kami memang selalu mampu meluluhkan hati setiap tamu yang berkunjung ke sana. Terlebih bagi para pasangan yang tengah dimabuk asmara.

Waiter datang membawakan bouquet bunga dan menyerahkannya pada Inda, dia tertegun. Hati wanita mana yang tidak tersentuh oleh perlakuan romantis macam itu. Alunan gitar dari musisi memainkan lagu Can't You Feel The Love Tonight milik Sir Elton John sudah pasti makin membius hati setiap pendengarnya.

Putra bersimpun di depan Inda, tangannya merogoh sesuatu dari saku celana panjang kainnya. Segera saja ia membuka sebuah kotak kecil berwarna merah marun beraksen kelir emas. Tampak sebuah cincin berlian dengan emas putih bertahta di sana.

Petikan gitar kini berganti ke tembang romantis milik Richard Marx Now and Forever.

"Inda, would you be my girlfriend?

Inda terdiam tak mampu berkata-kata, dalam hatinya Ia sangat menikmati momen ini, momen impian rata-rata para wanita di seluruh dunia, tidak berlebihan.

Momen yang membuat para wanita seperti di tahtakan di tempat yang paling tinggi. Hatinya mulai terpanggil namun sedikit meragu, di detik terakhir dia mengingatku, mengingat setiap momen kebersamaan kami. Air matanya mulai mengalir.

Dia memegang kotak cincin itu, Putra yang menunduk menunggu jawaban mulai menyimpulkan senyum di bibirnya. Namun Inda menutup kotak itu dan memegang tangan Putra.

"Putra, thanks buat semuanya, ini luar biasa banget dan berarti banget buat aku, but I Can't....So Sorry." Suaranya lirih.

Putra yang sudah siap tersenyum dan tak sabar ingin memeluk bahkan mencium pujaan hatinya itu tercekat. Dia diam mematung, dalam posisi yang sama, dengan kepala masih menunduk. Hatinya sakit, amarahnya sudah sampai di ubun-ubun.

Inda mengambil tas nya dan berjalan cepat meninggalkan restaurant dan pergi dengan menggunakan taxi meninggalkan Putra yang masih terpaku.

Dalam taxi dia menangis sesenggukan, sampai sopir taxi curi-curi pandang melalui spion depan kebingungan melihat Inda yang menangis sejadinya.

Putra, meremas kotak cincin dan memasukkannya kembali ke saku celananya. Tak ada lagi yang dihiraukannya, hatinya sudah hancur berkeping-keping.

Sebegitu keras usahanya namun dengan mudah gagal berantakan. Dia menuju kasir dan membayar bill dengan kartu kreditnya. Kemudian pergi tanpa sepatah katapun.

Seluruh waiter, musisi restaurant dan supervisor restaurant yang sudah di setting khusus oleh Putra untuk momen ini geleng-geleng kepala kebingungan.

~~~O~~~
duh makin lama makin baper aja sama inda,wajib dipertahankan nih hu, sekedar saran, mungkin harusnya di scene ini pakai pov orang ketiga ,kan leo gak hadir disana
 
Kok bisa ketahuan putra gimana ceritanya... Apa si putra main asal tebak saja ato gimana suhu?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd