Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Tujuh Belas


Sehari setelah di urut, ansel tidak bisa menggerakan pergelenagan kakinya. Di tambah masih bengkak.

“kamu perban sana pegelangan kaki ansel, pakai ini” pinta tante nessa mmeberikan obat tradisional beras kencur yang sudah di tumbuk di mangkok kecil.

“mama gak kasarinkan dia?’ tanya anggit penasaran.

“gak lah, itu kan pacar kamu”

“ihh bukan, ih mama sok tau ahhh” wajah anggit memerah dan mencoba mengalihkan pembicaraan ke hal lain.

“mama gak pakai bra?” tunjuk anggit menunjuk tonjolan kecil kaosnya, padahal tante nessa sudah melapasinya dengan tangtop,.

“kamu sendiri juga gak pakai tuh kan?” balas mamanya meremas buah dada anggit di balik baju tidur.

“ih mama ah, janga keras-keras, aku sekarang udah tujuh belas tahun,, bukan anak kecil lagi” jawabnya memanyun bibirnya,

“iah,, udah gede” senyum mamanya mengelus rambut panjangnya, annggit langsung pergi ke luar dimana ansel lagi menikmati wedang jahe di teras rumah.

“sini kaki lo gue perban” ucap anggit menarik kakinya.

“pelan-pelan ya beb”

“ihh bab beb bab beb!!. Mama gue tau kita pacaran gimana?” dsisnya pelan.

“yah gak apa-apa, asal gak ketauan kita udah pernah...”

“aaya ya ya ya sakit,, pelan-pelan” ucapan ansel terpotong karena anggit menempelkan beras kencur dengan tenaga cukup keras,

“rasain, makanya jangan macem-macem,” omelnya pelan.

“kalau mama tau kita udah pernah gituan, pasti lo di usir langsung” dengan teliti anggit mengoleskan seluruh beras kecur di sekitar pergelangan kaki ansel.

“masa?”

“aaggghhh iketya yang pelan dong” ansel meringis lagi, saat anggit mengulung perban lalu di lapisi sama kain panjang dan di ikat.

“selesai, “

“awas udah sembuh, gue tungginging di tempat sepi” ancam ansel mencoba meremas buah dadanya, tapi tak bisa anggit berhasil menepisnya.

“kata mama gue, kemungkinan kaki lo bakalan terasa panas semalaman”

“haa??”

“hehe, gue gak bisa temanin kalau lo gak bisa tidur” bisiknya mencium bibirnya dan langsung masuk ke dalam.

Dan benar saja, malamnya pergelangan kaki ansel terasa sangat panas, ini benar-benar tak nyaman. Di tambah rasa cenat cenut di bagian bengkaknya. Hawa dingin di malam hari pun terasa panas.

***​

Tiga hari setelahnya, kaki ansel masih di perban dengan beras kencur. Tapi panasnya di kakinya tak sepanas awal-awal.

“di uruti lagi tante?” tanya ansel saat tak ada anggit.

“gak usahlah, maunya kamu itu kan, biar dapat pinjat lagi?” tawanya kembali bersiap ke kebun seperti biasanya.

“nanti item tante jam segini, nanti gak ada yang suka loh” ledek ansel,

“masa? Kamu gak suka dong nanti?” balasnya mengacungkan celurit.

“heem, masih suka lah, apa lagi kayak kemarin”

“ohh.. kalau itu tunggu kaki kamu satunya kesleo lagi yah,” senyumnya dengan tatapan seperti mau membacoknya dengan celurit.

“hehe jangan tante,” ansel merasakan tante nessa sendiri tak bisa di tebak,

Ansel pelan-pelan menapakan kakinya, masih terasa sakit, tapi sebentar, apa lagi bengkaknya sudah agak kempes.

“ihh jam segini belom mandi?” celetuk anggit yang baru saja selesai membabat rumput di samping gudang.

“hehe, ini mau”

“gue dulu ah, gerah banget” ansel diam-diam membuka pakaiannya dan menyelinap ke kamar mandi.

“ihh ngapain lo” jerit anggit kaget melihat ansel yang memakai handuk di belakang dia.

“mandi bareng,”

“ada mama gue ih~~”

“lagi ke kebon kok, kangen udah tiga hari gak bisa ini” bisiknya meremas buah dada anggit yang penuh sabun,

“uhhmm eeehnggh” ansel memeluk anggit dari belakang terus meremas buah dadany dan juga memainkan vaginanya dari bawah

“gak ada orang kok beb” bisik ansel meletakan kedua tangan anggit ke bak semen dan sedikit menunginggnya.

“ouhhh,, sempitnyaaa,,,” desis ansel memasukan penisnya perlahan, anggit berusaha tak mendesah sama sekali, karena takut ada yang mendengarnya.

“plokk plok” hentakan kecil ansel, langsung meenggerakan pinggulnya.

“ohh ohhh, ehggh”

“dua tahun lo di ginin terus, bakalan montok” goda ansel sambil menciumi tengkuknya.

“lo mau tinggal disini selama itu?” tanyanya sambil terus menahan desah, menikmati sodokan demi sodokan yang lembut dengan hentakan-hentakan pelan.

“asal di terima disini, dan terus entot lo dimana pun gue mau” bisik ansel lagi membuat anggit mendesah cukup keras beberapa saat.

“anggit, udahan mandinya???” suara tante nessa.

“stop ih” ansel tak memperdulikannya dan terus mengenjot anggit semakin cepat.

“ngghh mandii ah maaa” jawabnya berusaba menahan desahnya dengan menutup mulutnya.

“ohh.. kamu liat tambang gak?”

“negghh,, ngak ma,” jawabnya ansel pun mengubah posisinya memegang pintu kamar mandi, sambil terus mengenjot anggit, ansel bisa mengintip tante nessa lagi mencari sesuatu.

“ohhhhhhh~~~” lenguh panjangan anggit membuat tante nessa mendekati kamar mandi, diam-diam mengintip dari celah celah kayu. Ansel pun demikian melihat ada bayangan di depan kamar mandi, mengintipnya.

“enggghh” ansel dan tante nessa sama -sama terkejut mata mereka saling bertatapan di celah kayu.

“ohhhh gue pipiss” gumam anggit yang tanpa sadar dapat di dengar tante nessa. Ansel sedikit panik langsung menyudahinya, dan juga tante nessa pergi menjauh dari kamar mandi.

“ih pea ah, untung mama gue gak denger” bisik anggit yang tak tahu mamanya mengintip tadi.

“lo gak mau keluar?”

“mau lah,”

“ihh.. titit lo, maksudnya” lanjut anggit mengocok penis ansel yang mulai mengendur karena kejadian tadi.

“takut gue kepergok mama lo” anggit tertawa geli mendengarnya, memilih membesihakn tubuhnya dan keluar sambil sesekali membuka handuknya ke arah ansel.

***​

Tengah malam terdengar kembali langkah keluar kamar, ternyata itu tante nessa. Bersamaan juga ansel merasakan mau kencing, karena ia tak berani ke belakang terkeucali ada yang menemani

Sebelum ke kamar mandi, ansel jalan perlahan ke ruang depan. Tak ada suara sedikit pun, padahal ansel beraharap tante nessa melakukan manstrubasi.

“ngapain kamu disini/” suara tante nessa membuat ansel langsung berdiri sempurna.

“hehee, tadi mau ke kamar mandi tante, tapi ada suara gitu” ucap ansel menggaruk kepalanya sendiri.

“suara apa?”

“suara timun tante” jawab ansel asal sebut setelah melihat tante nessa membawa sebatang timun di tangan kanannya. Tante nesssa lanasung menyembunyikannya.

“ooohh, bearti kamu yang intip tante yah kemarin?” tanyanya mengerutkan dahinya, dan terlihat serius. Dengan ragu ansel mengangguk.

“tapi ada yang aneh gitu?” tanyanya

“iah, tante, tapi kenapa harus timun?”

“ittu,, buat lempar tikus tadi ada suara tikus dari sini?” jawabnya agak gugup.

“ohh.. padahal gedean punya aku tante dari timun” celetuk ansel.

“hahahaha, tante gak sepolos itu yah, gak mudah kamu mau melakukannya seperti anggit” senyum tante nessa tau akal bulus ansel,

“oh ia tante”

“kenapa?”

“ansel mobil perbaikin gak mobil yang di gudang?”

“kamu bisa?” tanya ragu tante nessa, apa lagi sudah bertahun-tahun di titipin disana. Tante nessa sendiri tak yakin.

“ansel ngerti kok tentang mesin, nanti kalau bisa kan bisa keluar desa tanpa harus minjem mobil ya kan?” tante nessa diam sebentar, seolah sedang berhati-hati. Kalau ansel benar bisa melakukannya stok makanan tak akan kekurangan.

“okeh, kalau kamu bisa, silahkan,”

“tapi sebelum itu, alasan jujur kamu sebenarnya, kamu mau setubuhi tante kan?”

“haa??”

“gak tante, itu murni buat bantuin anggit dan tante nessa, kalau soal itu ansel gak berharap kok, ansel udah mulai nyaman disini, dan ansel juga udah punya tujuan” jawabnya dengan dada yang berdebar.

“tujuannya?”

“menghamili para jandaaa..~~~”

“hahahahaha” tawanya memncoba bercanda di waktu yang tempat.

“issssh” desis ttantee nessa merasa anseh dengan tingkah ansel, walau terdengar lucu mau menghamili para janda disini, itu hal yang mustahil.

“hehe, tujuannya mau orang-orang sini maju tante, gak harus makan singkong, jagung terus, tapi mempunyai penghasilan nantinya” senyum lebar ansel.

“ketinggian tujuan kamu, dan salah tempat “ ucap tante nessa

“tapi demi tante dan anggit ansel bakal lakuin itu, dan pertama dari mobil dulu” ucap ansel dengan percaya diri, entah sejak kapan ansel mempunyai pemikiran itu,

“uhm, oke, kamu boleh perbaikin mobilnya dan kamu boleh melakukan itu setelah mobilnya beneran bisa jalan” jawabnya kasih timun yang di pegangnya ke tangan ansel.

“haa?” senyum tante nessa langsung kembali ke kamarnya,

“maksud tante, boleh masukin timun ansel?” tante nessa tak menjawab hanya melambaikan tangannya.

“wah wah,” ansel hanya bisa tersenyum lebar, ia menganggap ini sebuah kesempatan dan juga tantangan besar buat dirinya yang sekarang.

***​

Tepat jam enam pagi ansel sudah bangun, saat tante nessa dan anggit juga sudah bangun. Dengan cepat ansel mencuci wajahnya untuk langsung ke gudang.

“lo mau ngapain?” tanya anggit.

“benerin mobil,”

“emang bisa?”

“bisalah, service lo aja bisa, masa mobil ngak” celetuk ansel, membuat anggit langsung mencubit pinggangnya dengan sangat keras.

“issh parah perihh,” desis ansel mengusap-usap pinggangnya, rasa sakit tak jauh beda dengan kejepit.

“mama gak yakin dia bisa,” katanya pelan,

“tapi itu kan mobil punya madam erna kan ya ma” bisik anggit saat ansel langsung menuju ke gudang samping rumah.

“memang sih titipan, tapi sayang juga kalau beneran rusak, pas di titipin masih bisa jalan”

“kalau kita disini semua bisa bawa mobil, pasti bisa gantian stok makanan dari luar” jelas mamanya ke anggit.

“ya sih, anggit berharap bisa deh, nanti anggit sama ansel yang belanja kayak kemarin” senyum anggit.

“kamu suka sana ansel ngit?” tanya mama di sela-sela merapihkan dapur.

“eh??”

“ituu..”

“kalau iah, gak apa-apa kok, mama gak marah,”

“cuman hati-hati jangan sampai kebablasan, mama belum percaya banget sama cowok apa lagi dari kota” senyum mamanya. Anggit terdiam karena apa yang di ucapkan mamanya sudah terjadi.

“iah ma, hehe, “ senyum anggit. Sedikit bersalah, tapi sebaliknya secara gak langsung mamanya setuju hubungan dengan ansel.

Matahari pun meninggi, ansel masih terus otak atik cap mobil, mencopot aki mobil dengan alat standar yang ada di dalam mobil. Sekaligus merapihkan barang-barang di sekitar mobil.

“selesai beres-beres, kalau gini benerin mobilnya lebih leluasa” ansel istirahat sebentar sebelum mengecek mobilnya.

“ahh gila, beneran aki ini mah, mana ada yang jual disini” gumamnya mencari-cari alat charger aki berada di gudang, sayangnya tak bisa ansel temui.

“bisa?” tanya anggit membawa satu piring singkong goreng dan kopi.

“belum beb, aki nya kayanya, harus ke kota ini buat beli, sekalian beli oli” jelas ansel membuka kaosnya yang basah bekas keringat.

“Hmmm” desis anggit bingung harus bagaimana, apa lagi matanya tertuju ke otot perut ansel yang bikin daya tarik sendiri.

“di rumah tante stela ada mobil juga kayak gini, kamu mau kesana?”

“tante stela?”

“janda kan?” senyum ansel tertawa.

“iah jandaa,, jandaaa... Disini janda semua....mau lo sodok?” tanya anggit dengan judes.

“hehe.. Cemburu yah” ledek ansel memepetkan tubuh anggit ke pintu luar mobil sambil memegang kedua tangannya ke atas.

“Eheeemm” suara seseorang dari luar gudang, bukan tante nessa. Tetapi seseorang yang berbeda lagi.

“Mbak citra?” anggit langsumg mendorong ansel dengan penuh tenaga.

“Mbak ganggu yah?” tanyanya sambil ketawa kecil.

“Ihh gk kok.. Salah paham mbak.. Hehe”

“oohh gitu.. Mama kamu mana? Di panggil gak ada” jelasnya.

Ansel diam-diam memperhatikan mbak citra, yang tingginya sama dengan anggit, tapi tubuhnya lebih montok dibanding anggit. Dan tentunya ansel tertuju ke buahdadanya yang lumayan besar.

“Di kebun belakang kali, makanya gak denger” jawab anggit sesekali melirik ansel yang di belakang mobil.

“mungkin, ya udah. Lanjutin pacarannya,” ledeknya

“ih mbak ah.. Ini teman aku kok.. “

“ansellll kenalin.... Ini mbak citra”.

“dan mbak citra ini ansel.. Teman anggit” anggit benar-benar ingin memastikan hubungan dengan ansel, hanya mama nya yang tau.

“Citra..

“ ansel” Senyum mereka sambil berjapat tangan, ansel sedikit iseng menggerakn jarinya. Menggelitik telapak tanganya.

“mbak aku antar ke mama” potong anggit, seperti tau isi pikiran ansel, tak mau berlama-lama berkenalan denga mbak citra

Ansel tertawa sendiri melihat tingkah anggit yang cemburu, lagi pula ansel tak akan menyentuhnya kalau tanpa se izin anggit. Walau dalam hatinya mau mencoba menggodanya.

“apa itu janda muda juga yah” gumam ansel sambil membersihkan kabin mobil, Yang sangat berdebu sampai sudah ada sarang laba-laba.

“kompling lancar, operan gigi lancar, gas, rem lancar” ansel mengecek satu persatu. Tak masalah kalau di lihat seperti ini, untuk memastikan harus kondisi menyala.

“wah bak nya dah pada rombeng, harus di las juga” kini giliran kaki-kaki mobilnya, tapi tak bisa karena kondisi ban yang kempes.

***

Anggit meninggal mama dan mbak citra ngobrol, biasanya kalau ngobrol mereka suka lama. Anggit memilih ke gudang.

“Terus bisa nyalah gak? harus gimana” tanya anggit menghampiri ansel yang sedang di dalam kabin mobil.

“ganti aki bebbeb sayang, tadi kan udah gue bilang” jawab ansel mencubit pipinya yang ikut masuk ke dalam mobil, duduk di samping ansel.

“Oh ia, hehe”

“oh ia, itu mbak citra anaknya tante stela, yang ttadi gue bilang” sambung anggit.

“ Terus?”

“ yah lo minta sana, siapa tau ada aki disana, “

“kok gue? Lo dong, bantuin”

“ pelit dia mah... Harus di rayu atau di kasih apa dulu, kalau di seneng pasti gampang” lirikny ke ansel uang tersenyum lebar.

“Issh.. Tapi kalau demi gue sih gpp” anggit langsung buang muka saat ansel menatapnya.

“hmm.. Suruh rayu, tanpa harus si bebeb cemburu.. Susah juga yah”.

“gue gak cemburu kalau demi bersama kok” jawab anggit memanyunkan bibirnya.

“yakin?” ansel memeluknya dari samping, elusan lembut di kepalanya.

“Iah.. Asal gak pakai hati aja rayunya” gumamnya pelan menatap ansel dengan penuh keyakinan.

“Ya udah, pakai nafsu nanti” ledeknya mendekatkan wajahnya ke wajah anggit.

“seterah, mau pakai apa, “

“mmuuaccchh” anggit lebih duluan menyosor ansel, dan saling melumat satu sama lain.

“Mau coba disini gak?” bisik ansel memangku anggit, kedua tangannya tak luma meremas pelan buah dadanya dari luar kaos.

“ihh mana bisa, “

“bisa dong, posisi gini aja, lo yang naik turun” bisik ansel.

“iah” anggit turun dari pangkuang ansel, tangannya perlahan membuka celana kolor sekaligus celana dalamnya.

“Lssrruppss” lumatan dari kepala penis sampai ke batang untuk membuat penis ansel berdiri keras.

“Saslrruupssssss” di hisapnya kepala penisnya yang kini sudah berdiri dengan kepala penisnya yang sudah mengkilap karena liur anggit.

“nanti dulu beb, basahin dulu” kini giliran ansel menyingkap celana anggit terlepas. Jari-jari perlahan memainkan vaginanya. Anggit juga demikian mengocok penis ansel perlahan agar terus posisi tegak.

Terasa sudah basah, anggit merangkak kepangkuan dan tepat menududuki penisnya.

“geser dikit beb” bisik ansel memposisikan penisnya ke belahan vaginanya.

“Udah.. Hmm” anggit menarik pinggulnya membantu kepala penisnya tepat di vaginya.

“Nggghh” desahnya pelan saat kepala penisnya sudah masuk.

“Terus teken beb” kedua tangan ansel meremas bongkahan pantatnya, sambil sesekali menciumi leher, belakang kuping.

“Ohhhhhh~” lenguh panjang anggit saat seluruh penis ansel masuk.

“Nahh yeah.. Terus yang cepet naik turunin” bisik ansel membantu memegang pinggangnya saat pinggulnya naik turun.

“sebentar beb, biar leluas naik turunnya” ansel membuat joknya menjadi rebahan. Dan anggit melanjutkan naik turun.

“mau rasain di crotin di dalem beb? “goda ansel memilin putingnya dari dalam kaos

“silahkan. Kalau mau berurusan sama mama” jawabnya sambil gigit bibirnya.

“nah.. Ternyata disini orangnya” suara mbak citra di depan pintu gudang. Reflek anggit menghentikan gerakan pinggulnya.

“kamu ngapain anggit? Tanyanya.

“Lagi bantuin cari baut mbak.. Rese emang si ansel” Jawabnya memutar tubuhnya tanpa melepaskan penis ansel.

“ouh .. Terus ansel. Kemana?”

“ngghh.. Itu tadi cari aki” jawabnya menahan desah, karena tangan ansel memainkan vaginanya.

“oh.. “

“mbak citra punya aki gak? Mobilnya sama kan?” ucap anggit, harusnya ia diam agar mbak citra cepat keluar. Tapi anggi reflek menayakan hal itu. Apa lagi ansel mengehentakan penis beberapa kali.

“Ohhhh” desah anggit tertahan sambil berpegangan stir mobil.

“Anggit kamu gak apa-apa? “ mbak citra yang melihat ada yang aneh dari anggit melangkah pelan mendekatinya.

“gk kok mbak kesemutan ini” jawabnya melirik ke ansel yang mengangkat pinggulnya dan langsung menggerakann penisnya cepat.

“ngghh” anggit berusaha bersikap biasa aja di depan mbak citra yang belum kunjung keluar gudang. Anggit terus menahan berpegangan stir.

“Ungggghnngghhh” desah klimaks tertahan sambil berusaha tak menggliat. Walau begitu mbak citra tetap bisa melihat tubuh anggit yang menggeliat dan sesekali naik turun.

“Nanti udhan kesemutannya, langsung ke dalam ya ngit.. Di suruh kupasin bawang” ucap mbak citra melihat buah dadanya terlihat seperti tangan yang bergerak meremas lembut.

“Iah mbak. Bentar lagi ilang kesemutannya” jawabnya sesekali menahan hentakan ansel dan juga remasan di buah dadanya.

“ihhh pea lo ah.. Kalau kepergok gimana? “ omelnua dengan nafas terengah menahan klimaks dan juga desahnya.

“Hehe.. Tapi ngak kan?”

“untungnya ada stir, gak terlalu keliatan” bisiknya mencabut penis ansel dan duduk di kusi satunya.

“udahan?”.

“belum lah, ayooo lagi.. “ desisnya mengubah kursinya menjadi rebahan dan anggit langsung posisi menungging , terlihat cairan putih meleleh keluar dari vaginanya.

“Oke.. Bebeb” ansel kembali memasukan penisnnya. Dan menggenjotnya dengan seluruh tenaganya.

Dari di balik pintu gudang sesosok mata memperhatikan ansel dan anggit. Tanpa mereka sadari. Menyaksikan kedua insan sedang berolahraga dalam mobil.



Bersambung....


#Note, update ya hu.... terima kasihhhh..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd