Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

Bimabet
Well,, cerita ini bagus bahkan sampai berhasil membuat gw membatalkan puasa komen gw. Haha
 
Bud pinjem cincin nya dong ... Lancrot keun boss
 
Nice story suhu @ratata7gh ... Semangat terus karyanya ya....episode dodi eva😭😭😭 nyesek banget persis ky gw alami beda versi aja..tp bikin semangat ke aku buat bangkit...😊😊😊
 
Keren ceritanta mantengin dari hal pwrtama baca per page....lanjut hu
 
14

It works!

Cincin pengasih pemberian Bim ampuh. Sejak cincinnya panas kena kulit Hani, Budi rutin teleponan dan chatting. Berhubung mereka beda jurusan, agak susah untuk ketemu. Kesempatan pertama untuk bertemu muka datang ketika mereka reunian buat foto bareng di hari Sabtu. Budi sudah dag dig dug membayangkan akan seperti apa Hani ketika mereka bertemu.

Studio foto yang dipilih kelompok KKN Budi berada di dalam sebuah mol. Ketika Budi datang, Hani belum ada. Dia mengobrol dengan teman-teman KKN-nya yang lain selama beberapa menit tanpa benar-benar memerhatikan. Otaknya sudah tidak bisa berhenti memikirkan Hani. Ketika Hani tiba, efek si cincin langsung terasa.

“Budi!” sapa Hani. Hani yang biasanya cuma tos, salaman, atau sekadar menepuk pundak kalau menyapa, hari itu menggandeng lengan Budi. Budi langsung geer.

Seharian itu, Hani nueeempeeeel kayak perangko sama Budi. Mereka duduk sebelahan waktu menunggu sesi foto, duduk sebelahan juga waktu difoto dengan lengan saling mengait dan melingkar. Hani pokoknya seperti tidak mau jauh-jauh dari Budi. Ketika mereka makan di restoran pun, Hani duduk di sebelah Budi.

Hani luar biasa pecicilan. Sesekali Hani sering memainkan jarinya di tangan Budi. Hani suka sengaja tertawa lepas dan memiringkan kepalanya supaya menempel ke pundak Budi. Mereka juga duduk berdempetan padahal tempat duduk mereka cukup luas kalau mau berjauhan. Ketika rombongan KKN Budi sedang asik mengobrol, Hani menyentil paha Budi.

“Bud, aku belum pernah ke fakultas F, loh. Nanti ajak aku keliling, dong, sebelum lulus,” kata Hani.

“Oh, siap. Mau kapan?”

“Pulang dari sini saja. Kamu bawa motor?”

“Enggak. Tadi ke sini pakai bus terus angkot.”

“Pakai motor aku saja kalau gitu. Kamu, kan, bisa naik motor.”

“Langsung banget?”

“Iya.”

“Ini, kan, sudah sore. Lagian kampus kosong, loh.”

“Kalau gitu sekarang saja kita pergi,” Hani membereskan barangnya lalu berdiri. Dia pamit pada semua orang dan bilang kalau dia meminta Budi untuk diantar ke kampus fakultas F karena ada keperluan. Budi menurut saja.

Budi dan Hani berjalan ke parkiran motor mol. Ketika mereka masuk ke lapangan parkir dan tidak ada teman-teman KKN yang melihat, Hani menyambar tangan Budi dan mereka bergandengan sampai motor Hani.

Hani sudah menyiapkan dua helm. Ukuran helm yang dipakai Budi kekecilan tapi dia tidak keberatan. Why? Because si Hani pas dibonceng langsung memeluk Budi dari belakang. Meluknya bukan sekadar melingkarkan tangan di perut, coy, tapi menempelkan sebadan-badan ke punggung. Artinya apa? Yes. Budi bisa merasakan tonjolan dada Hani di punggungnya. Ditambah lagi Hani meletakkan dagunya di pundak Budi dengan mesra.

Asik, lah, pokoknya. First time banget buat si Budi.

Sesampainya di kampus F tempat Budi kuliah, ternyata kampus tidak kosong. Sedang ada pertandingan karate antar jurusan jadi banyak penonton yang datang. Melihat itu Hani tampak kecewa. Budi mengajak Hani untuk menonton tapi dia seperti bete.

“Mau pulang aja?” tanya Budi.

“Kosan kamu di mana? Ke kosan kamu saja.”

Anjir.

Anjir.

ANJIR.

Belum pernah Budi mengajak perempuan sendiri ke kosannya. Budi segera mengiyakan. Kosan Budi tidak terlalu jauh dari kampus. Kosan dia khusus laki-laki tapi yang jaganya lumayan santai. Penjaga kosan Budi seorang laki-laki paruh baya yang jarang ngomong dan hobinya duduk di kamarnya sambil merokok dan mengisi buku TTS yang gambarnya perempuan seksi. Dia jarang sekali mengurusi kos kecuali ada yang rusak seperti genting bocor atau kran patah. Tidak pernah penjaga kos itu bersih-bersih sehingga kosan Budi tampak jorok. Ada pohon besar di depan kosan yang daunnya hobi sekali berguguran.

Kamar Budi ada di lantai dua, tepat di balik dedaunan pohon yang rindang. Sesampainya di sana, Budi membukakan pintu kamar untuk Hani. Isi kosan Budi sederhana saja. Ada lemari baju di dekat pintu, ada kasur tanpa ranjang di bagian dalam. Di samping kasur itu ada laptop yang ditaruh di atas meja lipat kayu bergambar Spiderman. Ada area kecil di antara lemari sampai ke laptop yang biasanya penuh dengan cucian Budi yang belum disetrika. Tapi hari itu Cuma ada sedikit karena Budi baru saja membereskan bajunya. Di pojok kamar ada kamar mandi kecil nan gelap dan lembap bertoilet jongkok disertai ember merah muda besar untuk mandi.

Hani langsung menaruh tasnya di atas kasur Budi lalu memandang sekeliling kosan.

“Nyaman juga, ya,” katanya sambil membuka ikatan jilbab.

WAIT!!!

Jilbab Hani lepas sempurna. Bahkan ketika mereka KKN, Hani tidak pernah membuka jilbabnya. Padahal rombongan KKN Budi tinggal serumah. Ini baru masuk kosan Budi dua langkah doang dia langsung memamerkan rambut panjang hitamnya.

Penis Budi berdiri sigap.

Canggung, Budi duduk di lemari agak jauh dari Hani karena dia tidak mau penisnya yang berdiri terlihat.

“Sini, atuh, jangan jauh-jauh,” kata Hani sambil menepuk kasur di sebelahnya.

Budi beringsut-ingsut mendekat lalu duduk di samping Hani.

Hani menyosor bibir Budi. Budi kaget dan mundur.

Jantung Budi dag dig dug der kencang sekali. Dia yakin dadanya bergetar saking hebatnya si jantung bekerja. Hani diam melihat Budi yang mundur. Dia menunggu sedetik lalu menyosor lagi. Budi membiarkannya dan bibir mereka bertemu.

Manyun, manyun. Jilat-jilat.

Oke, Budi sudah lumayan ngerti cara mainnya.

Budi memanggil ingatannya ketika nonton bokep dan bagaimana cara aktor aktris itu berciuman lalu dipraktikkan. Bibir Hani manis, empuk, dan kenyal. Sesekali Hani menggigit bibir bawah Budi sambil mendesah. Lalu Hani mendorong Budi sampai dia rebahan dan Hani berada di atas. Satu tangan Hani mengusap pipi Budi, satunya memegang pundak. Tangan Budi berada di pinggang Hani. Dia ingin sekali menyentuh dada Hani tapi belum berani.

Hani berciuman dengan penuh nafsu. Lidahnya keluar-keluar dan menjilati dagu Budi sampai hidung. Matanya tertutup menikmati. Tiba-tiba tangan Hani menarik tangan Budi dan meletakkannya di dada.

Ampun, ampun, aampuuun. Penis Budi yang masih novice tidak kuat dengan segala aktivitas itu. Sudah mau meledak dia. Hani berguling dan menempatkan Budi di atasnya. Tangan Hani merosot ke celana Budi dan mengusap-usap penisnya. Sekujur tubuh Budi merinding.

Nikmat, Kakaaaak.

Lalu terdengar pintu kamar sebelah ditutup. Budi kaget. Anjing, lupa tutup pintu kamar. Budi berdiri lalu berlari untuk menutup pintu. Ketika Budi berbalik melihat Hani, perempuan itu sedang buka baju.

Lemas lutut Budi. Pandangan kabur serasa mau pingsan.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Budi, dia sedang melihat wanita tanpa busana secara LIVE.

Badan Hani berisi tapi pinggangnya membentuk lekukan yang bagus. Payudaranya berukuran sedang tapi agak turun, lebih rendah dari bayangan Budi. Putingnya cokelat tua yang mengundang air liur minta dijilat dan disedot-sedot.

Tanpa aba-aba, Hani mendekati Budi dan mereka berciuman lagi. Tangan Hani langsung meremas penis Budi.

Satu remasan, dua remasan, tiga remasan, empat remasan, li….

Tidak sampai lima, keluarlah cairan ajaib itu bahkan sebelum Budi melepas celana. Hani melihat penis Budi dan kecewa.

“Aku belum… Budi aku belum,” Hani mencium Budi dengan gila lagi. “Pegang, Bud.”

Hani mengarahkan tangan Budi ke vaginanya. “Gini, Bud, gini-gini,” dia mengajari Budi untuk menggesek-gesekkan tangannya ke vagina Hani. Budi menuruti semua instruksi.

Desahan Hani makin kencang. Budi panik dan menutup mulut Hani dengan tangan. Badan Hani bergetar, dia naik turun, kakinya mengangkang, dan kedua tangannya menjambak rambut Budi.

“AH!”

Desahan kencang yang tertahan oleh tangan Budi melesat dari mulut Hani. Perempuan itu memeluk Budi erat sekali sambil ngos-ngosan. Lalu mereka duduk di depan pintu sambil cuddling.

“Kamu sudah pernah begituan?” tanya Budi.

“Belum. Tapi mau sama kamu.”

Antara geer, kaget, dan takjub akan khasiat cincin merahnya, semua perasaan tumpah ruah di dada Budi.

“Akunya keluar duluan,” kata Budi.

“Enggak apa-apa. Nanti coba lagi. Aku nginap di sini.”

“Eh, jangan! Yang jaga kos ngamuk nanti!” sebenarnya mungkin tidak akan diamuk tapi Budi ngeri saja membayangkan ada perempuan menginap. Belum berpengalaman soalnya.

“Ya, sudah, aku pulang tapi mau tidur sebentar terus habis itu sekali lagi, ya, baru pulang,” kata Hani.

Budi tidak memprotes. Dia hanya menikmati tubuh telanjang perempuan cantik di pelukannya dan merekam pemandangan itu lekat-lekat di otaknya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd