Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TUNDUKLAH!! ( REMAKE)

Tempe balado


Matahari baru terbangun dari tidur lelapnya. Menyapa setiap makhluk yang berpijak di bumi. Memberi semangat dengan kehangatan sinarnya.



Ku angkat secangkir kopi yang masih berasap dari meja bundar sebelah kanan ku. Kemudian, ku hirup aroma kopi yang sangat menggugah selera.



" Slurrrp .. ahh" rasa manis dari kenikmatan kopi yang baru saja ku tenguk menambah semangat pagi yang cerah. Pikiran ku melayang menuju peristiwa semalam.



Aku memanglah bukan orang suci. Sudah tak terhitung pula wanita yang merenggut kenikmatan bersamaku. Tapi hal kemarin benar benar gila.



Aku tidak keluar biaya, tidak perlu menggombal bahkan tidak perlu menebar pesona. Terlebih lagi, dia mau memberikan semua yang aku minta. Dan melayani teman teman ku juga. Hanya dengan beberapa kata. Hebat sungguh hebat. Seolah olah aku seperti seorang raja dengan kekuasaan mutlak.



Eh? Kenapa aku tidak menjadi seorang raja saja?. Hidupku bakalan enak, banyak harta banyak wanita. Aku yakin dengan kekuatan ini, aku bisa menjadi raja yang menguasai seluruh negara.. ha .. ha.. ha ..



Tapi bagaimana?



############



Orang mulai berdatangan berlalu lalang. Ada yang mengantarkan anaknya ke sekolah, ada yang menaiki motor hendak pergi bekerja. Ada juga orang orang yang berlalu lalang menjajakan dagangannya. Serta teriakan riang para anak anak SD yang berlarian menuju sekolah bersama teman temannya.



Di tengah lamunan bagaimana menjadi raja. Mataku teralihkan kepada sosok ibu ibu berusia sekitar empat puluh tahunan. Tubuhnya yang tinggi namun sedikit gemuk terlihat mempesona dengan daster merah terang yang ia kenakan.



Lehernya yang putih, terhias kalung emas yang panjangnya hingga menyentuh dada. Dengan kedua lengan yang di hiasi oleh gelang emang yang besar. Serta jari jemari yang menggunakan cincin cincin emas dengan berlian sebagai mata nya. Mengkilap terterpa matahari pagi.



Ibu Hanif namanya. Istri dari bapak haji Hanif orang terkaya di desa ini. Terlihat sedang memilah dan memilih sayur mayur yang di jajakan oleh mang Darman. Seorang pendagang sayur bertubuh gempal, dengan tas kecil yang dia kalungkan dan di taruh di dadanya yang gemuk.



Bersama dengan ibu - ibu yang lain, sambil memilih sayur, ibu Hanif sedang bergosip ria. Sedangkan mang Darman sang penjaja sayuran terlihat menimpali. Entah apa yang mereka gosip kan.



" Ada mang Darman Jo?" Saur ibu ku dari dalam rumah.



" Ada Bu. Ibu mau belanja?" Balasku sambil menaruh rokok dari kedua jariku ke atas asbak.



" Iya nak" balas ibu ku.



" Sama Bejo aja Bu" balasku lagi.



" Ibu mau belanja apa?" Tambahku bertanya.

" Gapapa koq nak kan kamu lagi ngopi." Timpal ibu ku.



" Gapapa kok Bu, Bejo lagi santai"



"Ya udah ibu mau beli apa?" Tanyaku kembali seraya bangkit dari kursi.



" Terserah kamu deh nak. Kamu mau makan apa?" Balas ibuku.



"Tempe balado ya?". Pinta ku.



" Terserah". Jawab ibuku singkat.

" Cabe sama bumbunya ada?" Tanyaku lagi saat hendak pergi.



" Bumbunya ada, keriting nya ga ada." Jawab ibuku.



Setelah mendengar itu, aku lantas mengambil rokok yang barusan ku taruh di asbak. Menghisapnya, dan menjepit di antara kedua bibirku. Tangan ku merogoh kantong celana kalorku memastikan aku membawa uang dari Amel kemarin. Setelah ku pastikan ada, aku lantas pergi menuju mang Darman.



Tak lama aku berjalan, aku sudah sampai ke tempat mang Darman menjajakan dagangannya. Terlihat olehku ia sedang memasukan dagangannya ke dalam kantong keresek hitam.



" Mang ada tempe?" Tanya ku pada mang Darman sesaat aku tiba di tempat mang Darman berjualan.



" Eh bang Jo. Ada.. kok ada.." jawab mang Darman, lantas mengambil sebuah tempe sebesar batu bata merah. Di antara tumpukan tempe lainnya



" Berapa?"



" Empat ribu bang." Jawab mang Darman, memberi tahuku harga tempe yang di bungkus dengan daun pisang itu.



" Itu satu.. trus... Cabe keriting nya ada.?"



" Ada bang .. "



" Cabe nya segimana ya.... Eee.. " aku bingung berapa banyak cabe yang di butuhkan.



" Mang semuanya berapa?" Tanya seorang ibu muda, sambil mengangkat dompet hitamnya hendak membayar.



" Oh iya, dua belas, delapan, lima , dua. Dua puluh tujuh ribu bu." Jawab mang Darman seraya memasukan dan menghitung dagangannya ke dalam plastik hitam.



" Daging ayamnya dua kilo ya mang". Ucap Bu Hanif.



" Makan besar nie? " Seloroh salah seorang ibu yang berada di sebelah Bu Hanif.



" Ah.. biasa aja kok Bu, maklum lah, anak saya mau kerja di BUMN. Biar fit nanti kerja nya kan disana sibuk. Kecuali kalo jadi cuma tukang parkir atau minta minta. Tempe aja juga cukup. He he " ucap ibu Hanif seolah menyindirku.



Tapi aku yakin dia memang menyindirku. Karena cuma aku yang tukang parkir disini. Sungguh aku benar benar kesal. Ingin sekali aku tonjok itu mulut berbisanya. Tapi ku urungkan, aku ga mau nyari masalah di depan rumahku.



Awas Bu, gue bales lu! Kesalku dalam hati.



" Mang tempe sama cabe keriting nya masukin semua." Ucapku ke mang Darman.

Mang Darman diam, mungkin dia terkejut.



" Oh iya sebentar sebentar.." dia langsung mengambil semua tumpukan tempe dan memasukan semua tumpukan cabe keriting ke dalam plastik hitam besar.



" Dua ratus sepuluh. Dua ratus aja deh." Ucap mang Darman memberi kan ku potongan harga.



" Ini uang nya mang . " Timpal ku sambil aku memberikan dua lembar uang seratus ribuan.

" Tumben banyak banget belinya bang.? Tanya mang Darman.



" Biasa mang mau markir biar gede tenaga." Ucapku sedikit ketus. Aku pun langsung bergegas pergi dari tempat mang Darman berjualan.



" Alah.. paling juga menang judi. Iyakan jeng?"

Terdengar suara ibu Hanif saat aku mulai menjauh dari tempat mang Darman.

Brengsek benar ibu Hanif. Memang harus ku kasih pelajar. Orang kaya sombong bin belagu itu.



########



Dengan daster kuning, namun warnanya hampir memudar. Ibu ku bergelud di dapur mencuci rempah rempah.



Senyum nya begitu menyejukkan mengetahui aku telah datang berbelanja. Namun senyum yang menyejukkan itu perlahan hilang, tak kala melihat ku membawa satu kantong kresek penuh.



" Jo. Kok kamu bawa banyak banget belanja an? Uang nya dari mana? Tanya ibu ku penuh selidik.



Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan ibu. Wajar saja toh selama ini aku hanya bisa berbelanja tak lebih dari lima puluh ribu.



" Bu.. Bejo udah dapet kerjaan. Bisnislah.. jadi ibu tak perlu khawatir." Jawabku.



Ibu menatapku tajam



" Beneran? Bukan hasil malak kan?"

Tanya ibuku lagi.



" Enggak lah Bu. Ibu tau sendiri kan Bejo anak kesayangan ibu seperti apa?"



" Apa pernah Bejo berbohong sama ibu heheh?" Tambahku lagi



" Iya sih. Alhamdulillah banget kalo kamu udah dapet pekerjaan selain markir. Ibu bangga apapun pekerjaan kamu. Tapi kamu harus ingat jangan sampai pakai uang haram ya sayang."



" Tentu lah ibu. Ya udah ini belanjaannya. Ibu masak ya.. Bejo udah laper banget. Cup" ucapku seraya mencium pipi ibuku.



" Ya iya ya udah sana. Sekarang kamu pikirin gimana caranya ibumu dapet cucu."



" Nanti Bu tunggu Aisyah lulus pesantren. Heheh"



" Alah. Perbaiki kebiasaan mabuk mu itu dulu nak. Dia anak kiyai loh."



" Iya Bu.. kalo lamarannya udah di terima Aisya ha ha"



Aku masuk kembali ke kamar menanti masakan tempe balado buatan ibu ku tercinta.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd