Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TUNDUKLAH!! ( REMAKE)

Keluarga Hanif

Di pinggir jalan utama di desaku. Jalan raya besar yang menuju langsung ke arah ibu kota. Berdiri rumah yang cukup besar. Begitu mencolok karena berdiri di antara rumah rumah yang kecil. Serta hamparan sawah yang tampak masih hijau.



Di kelilingi oleh pagar hitam, yang di ujung pagarnya berbentuk runcing berwarna emas. Seperti tombak tombak dengan mata pisau emas. Yang di tancapkan dan di susun berbaris dengan sangat rapi. Di tengah tengah nya ter dapat ukiran berbentuk daun yang juga di cat berwarna emas. Yang selaras dengan warna mata tombak tombak itu. Memanjang seolah mengikat tombak tombak itu. Pagarnya menjulang tinggi, seolah olah menghalangi siapa saja yang ingin masuk tanpa se ijin tuan rumah.



Ku tekan bel yang terletak di tembok sebelah kiri. Suara bel yang harusnya nyaring tak terdengar oleh ku. Teredam suara kendaraan bising yang berlalu lalang. Ku tunggu beberapa saat seraya memegang pinggang ku. Mencoba meredam amarah akibat hinaan yang ku terima pagi tadi.



Tak ada siapa pun yang datang membuka pintu, maka ku tekan lagi bel tersebut. Kini lebih lama berharap yang empunya rumah cepat keluar menemui ku.



Dan benar saja, sosok ibu ibu yang tadi menghinaku keluar dari dalam rumah dengan jalan tergopoh gopoh seperti kesal dengan apa yang ku lakukan.



Mata nya melotot seakan ingin keluar. Mukanya merah padam seketika. Saat dia mengetahui siapa orang yang memencet bel rumah nya sedari tadi. Mulut nya terbuka lebar seperti bom yang akan meledakkan semua amarah nya.



" Mau.. "



" Diam!"



Suaranya yang kencang hendak menghardik ku langsung terdiam. Saat aku berucap dengan suara yang pelan namun tegas. Mulutnya tertutup namun aku tahu amarah nya masih memuncak. Karena terlihat jelas dari nafas nya yang tersengal serta dada nya yang naik turun. Sehingga mampu menggerakkan kalung besar yang menggantung di leher nya.



Ku tepuk pundak yang terbalut gaun hitam itu



" Bawa aku masuk!"



Tanpa sepatah kata, sang empunya rumah langsung berbalik.



Aku tersenyum lantas mengikuti wanita paruh baya itu dari belakang. Gaun hitam yang di kenakan oleh diri nya. Tampak tak mampu menutupi gerakan pinggulnya saat berjalan.



Pantat yang besar bergoyang ke kanan dan ke kiri. Membuat ku berkhayal bagaimana bila pantat besar itu bergoyang di atasku.



Saat aku melirik ke arah kiri, tempat garasi berada. Tampak dua mobil SUV berwarna hitam metalik dan berwarna putih terparkir disana. Dan ketika aku melihat ke arah sebaliknya, terdapat sebuah kolam ikan kecil. Dengan hiasan berupa miniatur air terjun dengan tangga serta tanaman tanaman yang kecil.



Kami pun memasuki teras dengan ubin berwarna putih. Yang di apit oleh dua pilar yang terbuat dari marmer yang juga berwarna putih dengan sedikit corak abstrak abu abu dan coklat tanah.



Sang empunya rumah, membuka pintu yang terdiri dari dua daun pintu yang di rapatkan. Terbuat dari kayu Dengan corak ukiran sederhana dan hanya di pernis saja. Agar terlihat mengkilap. Dengan kedua gagang pintu berbentuk setengah lingkaran terbuat dari stenless steel yang mengkilap dan di kedua ujung gagang pintu itu ada aksen berwana emas. Terpasang sejajar agar terlihat seperti lingkaran yang terpisah.



Kedua pintu itu terpasang rapih pada dinding rumah yang di cat berwarna kream. Di dinding tersebut terpasang juga kaca dengan lukisan angsa di tengahnya lengkap dengan pemandangan sebuah danau dan sabana.



Ketika pintu terbuka kami berdua masuk. Dan langsung tersuguh kan dengan sofa sofa yang terlihat sangat empuk. Tersusun sangat rapi, di antara susunan sofa itu ada meja kaca berbentuk segi panjang dan di atasnya ada vas bunga kecil dengan bunga yang terbuat dari plastik.



Aku pun duduk di sofa yang memang ternyata sangat empuk. Ku rogoh saku celana ku dan mengeluarkan rokok ku membakarnya dan menghisapnya. Ku tompang kan kakiku menikmati kepulan asap rokok yang keluar dari mulutku



"Bikinin kopi." Ucapku pada sang empunya rumah.



Tak lama sesosok lelaki gemuk dengan uban yang mulai tumbuh di kepalanya datang menghampiri. Mukanya mengkerut, terlihat jelas dia sangat heran.



" Bang Jo.. Ada apa ya?" Tanya dia keheranan.



" Main aja pak Hanif. Tak apa kan?" Jawab ku.



" Ya silahkan. Tapi anda sangat tidak tahu sopan santun saat bertamu." Nada pak Hanif mulai meninggi.



Alih alih menjawab, aku malah menghisap rokok ku dalam dalam. Bara api semakin menyala terang. Membakar cepat batang rokok yang sedang ku hisap. Bunyi kretek kretek dari tembakau yang terbakar cepat, terdengar jelas di telingaku.



Ku hembuskan semua asap yang sedari tadi ku kumpul kan di paru paru ku dan ku hembuskan semuanya ke muka pak Hanif. Suami dari ibu yang baru saja membawa ku masuk. Suami dari ibu yang menghina ku tadi pagi. Dan kepala keluarga yang akan jadi target balas dendam ku.



Dia langsung berdiri dan menghardik ku.



" Bajingan! Keluar dari rumah ini sekarang!" Seraya dia menunjukku dengan jari jemari nya yang gempal.



"Duduk!" Ucap ku.



Dia langsung duduk kembali. Teriakannya yang kencang membuat anak anaknya keluar. Dua orang gadis remaja berumur belasan tahun. Dan seorang lelaki berumur dua puluhan.



"Siapa nama kamu?" Tanya ku seraya menunjuk lelaki muda tersebut.



" Fatra satria Devara bang" ucap pemuda bertubuh tambun itu.



" Gue ga nanya nama lengkap lu ******! Panggilan aja. " Ujar ku belagak galak. Tapi sungguh orang gendut ini benar benar lucu bagiku.



Badannya gemuk, dengan kacamata baca di matanya. Rambutnya disisir klimis. Dengan kaos putih begambar "pudge" Dota dua. dan kolor berwarna coklat. Si pemakai dengan gambar yang di baju, mereka benar benar mirip hahha.



" Deva" ucap si pria itu.



" Ya udah Dev, kamu duduk" perintahku ke Deva.



Deva yang gendut itu pun lantas duduk di sofa yang sama dengan bapaknya yang juga gendut. Sofa empuk yang mereka duduki itu terlihat sangat tertekan sehingga bangkunya turun kebawah.



Aku hanya tersenyum melihat hal itu. Pandangan ku langsung ku alihkan ke kedua gadis yang sedang berdiri mematung. Yang lebih tua berambut panjang, mata yang sedikit sipit seperti ibunya. Benar benar terlihat sexy. Di tunjang dada yang menonjol dan paha yang jenjang dan mulus. Tubuh nya langsing. Tidak lebih seperti gitar biola. Pinggang yang terlihat kecil dengan pinggul yang lebar.



" Kalo kamu siapa? " Tanya ku ke perempuan tinggi itu.



" Alma." Ujar dia singkat



" Kalo kamu?"



Tanya ku ke gadis yang lebih muda. Dengan rambut yang di potong Bob. Terlihat lebih gemuk dari Alma. Namun yang sangat menarik dari dirinya adalah payudaranya yang terlihat sangat besar. Benar benar besar seperti buah melon.



" Rina" ujar gadis itu.



Rina ini gadis yang manis dengan kaca mata bulat di matanya. Pipi yang chubby tipikal cewe kutu buku. Hanya saja payudaranya besar. Lebih besar dari Alma.



" Oh ya Hanif apa kamu pernah berpikir untuk tidur dengan kedua anakmu?" Tanya ku ke pak Hanif.



" Enggak bang. Ga pernah terpikir sedikitpun "

Jawab pak Hanif



" Kalo kamu Deva?"



" Aa.aaku.. suka sama Alma." Ujar Deva terbata bata.



" Kenapa?" Tanya ku



" Karena dia cantik dan sexy" ujar Deva



" Apa kamu pernah berpikir jorok ke Alma?" Selidik ku lagi.



" Hampir setiap hari aku masturbasi bayangin Alma" jawab dia.



Aku tersenyum tipis memikirkan sebuah ide gila
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd