Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Underestimated

04 Ida Addictif​

Memasuki minggu kedua.

Dihari kerja, pakde tak mau mengganggu Abi yang baru dinas luar kota, saat hari Sabtu, saat bertemu usai sarapan pagi.

“Abi, selama kamu nggak ada, Ida selalu nyari kamu terus, hmm ” Abi cemas kehadiran paman mertuanya dengan cepat membongkar rahasianya.

“Err, nggak kok pakde, paling ttg urusan giliran ronda dg suaminya Yanto. Maklum ekonomi mereka lemah, sehingga kalau Yanto terlalu nuruti ronda, waktu cari uang terganggu”

Pakde yang banyak merasa bersalah, dalam waktu sesingkat-singkatnya telah mengangkangi kedua penujuan hati mantu ponakannya ini, segera buka kartu. “Hmm nak Abi tak usah takut, pakde lelaki lapangan, banyak asam garam, kalau kamu tertarik selingan dengan tetanggamu, fine saja. Selingan yang dikelola baik, positif bagi kebahagian rumah tangga”

Abi masih mengelak, tapi penjelasan dan logika pakde akhirnya meluluhkannya buka kartu. “Iya sich pakde, hampir setahun, aq pendekatan dengan Ida, tapi belum goooll” Abi ngaku tapi masih punya alasan belum kesampean”

“Kayaknya sich, dari analisa pakde, kamu udah banyak diporotin yaa? Betul?” Abi mengangguk. “Wah anak muda perlu ditentir nii, mau pakde jadi tim sukes??”

“Hah...mau banget pakde.. belakangan Ida kian gampang minta ke aq kalo kepepet dapur. Saya sich nggak masalah, karena suaminya teman dan tetangga yang baik. Yanto nggak pernah minta apa2”

“Heh ... dasar kamu anak baik, ketemu cewe matre. Ok pakde atur, tenang saja yang penting kamu terbuka, pakde comblangin sekedar intermeso?”

x-x

Hari Sabtu, bagi Widia adalah saat rencananya menjatuhkan nama Ida. Biasanya pasangan muda ini sering ngeluyur ke mall, tapi sesiangan ini Widia sengaja ngekep suaminya, campur sari, antara rasa bersalah, pelayanan prima dan black campaign terhadap Ida. Abi yang rada surprise di full service, sepagi hingga siang.

“Mas, Ida nyariin kamu terus ada apa sih ..” sembari berusaha melembutkan suaranya, sembari tak lupa membelai-belai sepasang bola pingpong”

“Ya nggak tau lah.. belum ketemu, paling tentang jadwal ronda ...”

“Kemarin Pakde perlu tukang urut, karena tak punya kenalan, saat tanya Ida, ehh.. kebetulan Ida menawarkan. Tampaknya mereka ada main tu ...”

“Hah... masa iya ...” Abi tersengat, beturut mendapat informasi yang rada kontradiksi dengan niatan pakde , “emang masih bisa ...”

“ errr .... kurang tahu, tapi dari suaranya sih kemungkinan besar ...” Widia cepat sadar menyamarkan informasi kejantanan pakdenya, mas aja lah yang buktikan, aq tak terlalu masalah, wong namanya sudah duda lama...”

“Halah, gimana buktikannya?”

“Hmm, kapan mas jadwal ronda, Senin?, nanti aq kondisikan ..”

x-x

Sore, saat bisa berdua pakde, Abi dengan emosi rada panas, menemui pakde klarifikasi langsung tuduhan istrinya. Agak keselek pakde membantah. Tapi bantahannya tak dipercaya Abi yang dibakar emosi, target operasinya direbut orang.

Save by the belt, Widia menghampiri beramah-ramah. Kesempatan pakde untuk menghindar. Ngeluyur keluar, malam baru pulang

x-x

“Abi, saya mau beri penjelasan. Tapi ingat penjelasan ini rahasia ..”

Diliputi panas dan ingin tahu “Pasti pakde ...rahasia”

“Kamu harus sumpah, awas kalau melanggar, hukumannya berat, karena ini menyangkut kehormatanku, terutama rahasiakan ke istrimu...” Pakde tahu, rahasia seperti ini tak bakalan dipegang lama, bahkan berharap dibocorkan, sehingga mengurangi rasa bersalah dirinya.

Setelah Abi bersumpah dan bersedia dihukum berat kalau melanggar, pakde mengajak kekamar belakang. Secara lihai Abi bersumpah dan bila melanggar kehormatannya rela untuk dilanggar. Upaya pakde sedikit membasuh rasa bersalahnya dimasa depan.

Mengambil sesuatu dari, kopor yang berkunci kombinasi, pakde mengeluarkan sextoy dari kantungnya, sebuah dildo dari silicon, dengan perangkat semacam g-string untuk dikenakan dipinggul wanita, seperti celana dalam. Alat bantu bagi penikmat seks lesbian.

Pakde memperagakannya dan memamerkan penggunaanya sembari maju mundurkan pinggulnya ....

Sejenak Abi, bengong lalu tertawa terbahak-bahak.

“Hush.... ntar kedengaran istrimu, kemarin waktu tetanggamu mijit, entah rada kesal seminggu nunggu kamu pulang, dia ngeledek pakde sudah tua dan loyo, pakde tersinggung, eh...berujung pada becanda ngeledek, dan taruhan pembuktian, terpaksa deh berapa hari lalu pakde beli alat ini, dan kemarin lusa pakde praktekan. Itu mungkin yang dilihat istrimu”

Sakit perut Abi menahan tawa, mau tak mau menerima penjelasan pakdenya. “Ooo gitu..., jadi gimana ni program kita?” Abi buru=buru mengingatkan rencana pakde mentuntaskan rindudendamnya.

“Hmm Ida cewe matre, menaklukannya gampang. Apalagi sikonnya sudah mendukung, tinggal pengamanan polda saja (polisi dapur). Saat waktunya, errr saat kamu ronda...., pakde minta dipijat, kamu menyelinap pulang dari belakang, ... pakde mengamankan istrimu, dengan ... err reviu karya disain istrimu dikamar”

“Hmm bole juga.. emang Ida pasti mau?’ Abi terjangkit kurang pede

“Anak muda nggak tau taktik, sudah diberi pinalti masih blom bisa bobol gawang. Kamu siapkan uang, hmmm sejuta, duapuluh ribuan diamplop biar keliatan tebel. Saatnya amplop kamu letakan dimeja, tapi jangan kamu berikan, kalau kamu berikan dia langsung kabur, khasnya cewe matre. Kamu serangan frontal jangan ragu, percaya diri. Nanti pakde kondisikan dah lebih mantaff...”

x-x

Umumnya Abi menemani ronda, sebatas jam sepuluh atau sebelas, ala kadarnya, menjalin kebersamaan dengan warga perumahan dipinggir jakarta. Mengetahui jadwal Abi ronda Widia mengatur,

‘Mas pokoknya, kalau ronda ku sms, pulang yaa, agar buktikan dengan mata kepala sendiri, nggak beresnya si Ida” Abi kebingungan mendengar dua rencana operasi yang saling berbeda. Tapi dirinya tak berani membantah perintah sang istri.

Ketika diinformasikan ke pakde, hanya direspon “Tenang saja, lakukan persiapan mu”



x-x

“Mbak Ida, kemarin pakde keluar malam, bisa bantu pijat lagi?”

Wah kebetulan, pikir Ida, tapi khas cewe matre, pura-pura jual mahal “Ya mbak, demi pakde, nanti malam aja ya, siang lagi repot bebenah rumah.”

x-x

Abi menjelaskan ke istrinya, harus nebus hutang ronda seminggu kemaren, yang lain pada nggak bisa karena besok Senin harus kerja, kasihan Yanto terpaksa dirinya menemani. Tentang besok kerja, bisa cari alasan terlambat, karena dimaklumi baru seminggu keluar kota. Padahal alasan sebenarnya demi membobol gawang neng Ida, sesuai janji pakde.

Sesuai skenario, Abi dijemput Yanto 19.00, afer dinner, diantar pergi dengan pesan, standby terima sms. Tak berapa lamapun Ida menyusul masuk kerumah, langsung ngamar setelah permisi dan basa basi.

“Ida kamu bebenah sebentar, pakde mau telepon sebentar” Padahal sebenarnya mempertahankan asumsi, bahwa mesin rudal perlu distater khusus. Ternyata Widia lupa mengantisipasi penuh, mungkin karena terlalu antusias dengan plannya menjatuhkan kehormatan Ida.

“Kenapa pakde ...” Pakde hanya merespon cengengesan .... “Ooo ...” Sontak Widia sadar, dan terpaksa lima sepuluh menit harus kerja keras merangsang pakdenya. Widia tak sadar kian dalam terjerat dalam perangkap kenikmatan pakde.

s-s

Pakde menyelaraskan rencananya dengan rencana Widia, memperkirakan adegan pemergokan antara dua puluh menit. Ida mangsa bagi predator newbie Abi, sama sekali tak sadar. Dibenaknya hanya ada, bakalan dapat berkah, berkah nikmat dan berkah rupiah. Ser-seran degup didada membayangkan betapa akan porak porandanya dirinya.

Ida bebenah sesuai standar operating procedur pijat sensual. Mengenakan seragam yang sepintas terlihat sopan, tapi kondusif bagi berbagai gerakan erotis, baik itu menyerang maupun diserang. Yaitu berupa daster batik selutut, tak berlengan gombrong, berbahan satin.

Daster batik selutut, memungkinkan bebas mengangkang selebar-lebarnya, sembari memberi peluang diselusupi tangan-tangan yang aktif agresif. Tak berlengan gombrong menjadi jendela keberadaan pemantik birahi. Bahan satin sebagai media sentuhan kelembutan dan kehalusan.

Rileks Ida mempersiapkan peralatan sekedarnya, usai bersalin dengan daster satin barunya, dan tentu saja patuh pada larangan orang tua, tak mengenakan pakaian dalam. Peralatan hanya berupa minyak urut dari kelapa yang tak berbau, murah meriah.

Skenario pakde adalah menunggu kedatangan Abi, sehingga pakde menuntun Ida untuk mengurut sensual. Ida patuh,bersimpuh dilantai, pakde duduk dipinggir bed. Pakde memberi sedikit penjelasan dan langkah dasar therapis. Dua kali digasak pakde sampai loyo membuatnya semangat 45 membalaskan kegairahan yang diberikan pakde, Ida bersemangat dan tekun mempraktekkan petunjuk.

Tak sampai lima belas menit, Ida sudah mampu mengoptimalkan kombinasi aresenal yang tersedia pada dirinya kedua jemari mungilnya, kemotan rongga mulutnya, jilatan lidahnya, gigitan lembut, bahka sampai pada jepitan sepasang bukit kenyal payudaranya..

Ida juga cepat menangkap urutan dan kombinasi titik serang dan intensitas serangan, tidak hanya yang umum dipahami wanita yaitu topi baja dan batang keras, melainkan pangkal belahan topi baja, scrotum atau bola pelir, perinium area antara pangkal batang dan anus. Hanya saja cekalan jari dan tangan, masih ngepas, kempotan masih payah ...
 
Tak berapa lama Ida dikagetkan, mendadak pintu diketuk, pakde mengenakan celana, membuka slot dan Abi sang pemilik rumah masuk. Pakde terlihat tenang saja, kembali duduk di bed. Karena memang sesuai dengan rencananya.

“Nak Ida ...” Ditengah keterperanghan perempuan muda, pakde langsung menohok dengan skema baru yang inovatif. Dihadapan Abi, sengaja pakde bersuara tegas, lembut kebapakan, hilang sama sekali suara lembut romantis. “Seminggu disini pakde mendengar kamu terus menerus mencari Abi, terpaksa pakde selidiki ... bla ...bla ..bla.., Widia mulai curiga ... awas ribut tetangga ...bla...bla...”

“Pakde,.... “ Ida mencoba jaga image dan berkelit

“Tenang saja nak Ida, pakde carikan solusi, bagi kemaslahatan semua pihak. Yang terpenting kalian semua orang terdekat pakde, beroleh manfaat. Tanpa melupakan Widia yang terusik dengan kamu yang overreacihg..” Ida terdiam lidah kelu, pupus nii sumber ekstra income.

“Hmm Abi , kamu ini bagaimana sih, punya tetangga kesulitan tak kamu bantu, Yanto kan teknisi listrik, kesulitan ordernya, akibatnya dapur tak ngebul, hingga Ida ..... Suaminya kamu sita waktunya kluyuran, nggak mikir apa dengan istrinya yang stress ditagih tunggakan kontrakan? ”

“Anu pakde, Yanto sih nggak pernah bilang...” Abi rada kaget mendapat teguran, sebaliknya Ida lega menarik nafas. Senang masalahnya mendapat perhatian, menjadi fokus diskusi.

“Begini saja, kamu upayakan carikan order maintenance listrik gedung. Kamu kan pimpinan di holding, banyak anak perusahaan, masa sih nggak bisa refer ke kolega atau kawanmu?”

“Tentang administrasi prosedurnya gimana pakde?” Tentu saja job diperusahaanbanyak ribet prosedur, company profile penawaran, lelang,

“Hah kamu, urusan begitu kan bisa sambil jalan, yang penting kamu buka jalan”

“Baik pakde, aku upayakan”

“Nah nak Ida lihat, Abi menjanjikan peluang, mohon dimaklumi kalau dia rada telmi, telat mikir, karena kurang komunikasi. Kamu yang nggak terbuka, dia yang rada budeg”

“Terima kasih pakde, memang penghasilan Yanto sering tekor, terutama bayar kontrakan bulanan, untuk dapur listrik saja ngepas, rokoknya boros” Ida ngomel khas perempuan kebanyakan, ditekan ekonomi merendahkan suami, lupa sama sekali borosnya biaya penampilan, pakaian asesoris, salon dan makeup.

“Hush... terima kasih ke Abi, wong dia nanti yang buka jalan.”

“Terima kasih Mas Abi,” Abi cengengesan, mengikuti drama yang suasananya mulai syahdu ini

“Weleh, kok terima kasihnya begitu doang, yang mesra... agar efortnya Abi kian maksimal, nggak seperti anggota dewan, sekedar janji kepada konstituen, lalu lempar usul kepemerintah, lalu tinggal kabur, tak mau followup dan ngejar realisir” Abi kian sumingrah, drama reality show mulai menuju hal-hal yang diinginkan.

“Errr gimana maksudnya ...” Ida merah padam, terutama malu pada pakde, tapi terlebih menyadari selama ini morotin Abi, memberikan sinyal undangan, tapi mengelak saat didekati. Kegentelan Abi yang slama ini dimanfaatkan Ida hingga mudah kabur. Tapi kini Ida menyadari posisinya tersudut, dibawah intaian pemangsa ulung, Iwan Suryadireja, Ida tak bisa berkelit mengajukan alasan kabur. Abi bak debt collector yang menagih tunggakan setahun lebih. Dengan kawalan polisi penegak hukum. Ida tak berkutik.

“Ayo....” Pakde kian menyemangati Ida yang perlahan menahan jengah, menghampiri Abi yang berdiri setengah duduk disudut meja, Ida kian merapat, dan mensoen pipi lelaki tetangganya yang setahun ini mengejar dirinya.

“Hah... kayak anak abg, lebai...kalau kamu nggak serius, nggak bakalan tuh Abi nanti serius buka jalan.. Kalian emang cocok, yang laki telmi, yang cewe lebai, jadinya susah sendiri ...” Keduanya tertunduk, terutama Ida yang kini diimingi perubahan nasib. Kedua insan mendadak suasana hot jeletot. Ida berdebar-debar, Abi jakunnya naik turun kayak ayunan.

Keduanya, sudah cukup mendekat, tapi tak kunjung terjadi gerakan, mendadak pakde, bangkit mendorong lembut tubuh Ida merapat, reflek disambut rengkuhan gentel Abi. Entah siapa yang memulai, sepasang bibir bertemu, tampaknya inisiatif keduanya, Ida sedikit mendongak, Abi memegang bahu perempuan muda. Sejenak keduanya mulai memateri janji. Lima detik pertama masih malu-malu kucing, karena ada orang tua yang memelototi, selanjutnya urusan orang dewasa.

“Nah gitu dong ...” Pakde memainkan taktiknya, tarik ulur, demi melenakan saraf kewaspadaan Ida. Taktik tarik ulur demi dalam tempo sesingkat-singkatnya menaklukan cewe matre.

Pakde memecahkan keperawanan Abi selaku predator pemula. Dengan dorongan ini selanjutnya Abi menjadi murid utama sang maetro.

Pakde memberikan kiat-kiat menjalin hubungan kedepan, terutama fokus antisipasi hasil Abi membuka peluang bisnis bagi Yanto, dimana Ida harus berperan menjembataninya. Membentuk hubungan simbiosis mutualisme. Tak bisa membiarkan Yanto dengan keterbatasannya meraup peluang yang dibuka Abi. Mereka berdua yang harus memelihara dan memupuk. Harus Ida yang selalu memotivasi. Behind a great man, there is a great woman. Kalau suami oon, istri harus ngusung dari belakang, seperti tukang becak.

Saat diberi wejangan dan berdiskusi, pasangan yang baru jadian ini, rapat berdiri, Ida bersender pada tubuh Abi yang sedikit duduk dimeja. Tentu saja Abi adalah lelaki normal, kedua tangannya melakukan hal yang sudah menjadi kewajiban. Memeluk ringan tubuh sintal itu dari belakang, mencegahnya merenggangkan tubuh.

Segera Abi menyadari tubuh yang selama ini menghiasi hayal dan mimpinya, ternyata benar sangat mempesona, serasa melebihi istrinya. Tentu saja, barang baru dengan barang biasa pakai, rasanya seolah jauh beda. Perlahan menyadari, dibalik kain halus lembut menyentuh tubuh muda yang padat, sintal mempesona, dan wuiih... tak pakai dalaman. Sentuhan dekapannya bak langsung menyentuh kulit telanjang. Hebat benar pakde, berhasil mengkondisikan. Berdebar kian mebahana dirinya.

Tentu saja kuping Abi, separuh mendengar petuah pakdenya, kian susah payah, menahan gelorah tubuhnya, diterpa kehangatan tubuh belia yang rapat dipelukannya, tambah digoda aroma tubuh segar, entah bedak atau pewangi, ditambah lagi harumnya rambut yang rajin dirawat.

Menit demi menit berlalu, si otong kian berontak.

Ida belakanganpun mulai terhanyut suasana mistis romantis. Bagaimana tidak, dipeluk rapat, bermenit-menit ditengah diskusi menggapai masa depan, ditingkahi hembusan nafas lelaki dikuduknya yang kok rasanya kian panas. Tak sadar jemarinya memegang tangan lelaki yang ada diperutnya, entah mungkin mencegahnya agar gerilya kemana-mana. Bagi Abi jamahan jemari Ida adalah restu bagi tahap berikutnya. Hei... laki bangkotan cepetan dung ngobrolnya, udah nggak tahan niiii. Demikian benak lelaki tak tahu terima kasih ini dirasuki birahi yang menggelora keubun kepala.

Kala diskusi kian hangat, Abi mulai nekat menempelkan pipinya dari belakang sembari mendekap sedikit lebih erat, yang disambut pasrah tak berdaya, kian melendot. Abi masih tak berani menggerilyakan tangannya, sungkan pada lelaki reyot yang tengah memimpin jalannya diskusi malam.

“Ehh.. nak Ida, ada titipan Abi sudah pakde pegang dari kemarin, takut lupa. Abi malu ngasihnya, takut ketahuan polda, di mana yaa ...” Pakde pura-pura lupa, dan berdiri mencari-cari di lemari. Abi sudah tak tahan, nekat lepas dari gejolak birahi, jemari tangannya mulai merayapi halus lembutnya paha mengkal. Mumpung pekde mertuanya lagi sibuk nyari barang, pikun tuh kayaknya. Jamahan bagai sengatan listrik karena serasa langsung menyentuh kulit, bahkan bagi Ida terasa berlipat karena halus lembutnya bahan satin membelai kepekaan pahanya.

Entah berapa menit pakde mencari dilemari tak ketemu. Saat itu dimanfaatkan Abi menggapai mimpinya, menggerayangi paha mulus istri tetangga. Ida yang terpojok, tak berani bersuara, tak berkutik. Bahkan terasa sangat sensasional dirangsang dipunggungi lelaki renta yang kemarin dhasyat meluluhlantakkan dirinya. Ida mulai menahan desahan, nikmat rangsangan jemari nakal Abi.

Saat Abi kian kuat mendekap dirinya, bokongnya sontak merasakan tonjolan keras. Otomatis Ida merah padam, bagian sensi nya diganjal suatu yang keras, ancaman ngeri. Ngeri-ngeri sedap.

Di ranjang, Pakde meletakkan amplop setebal satu centimeter lebih, yang tebal karena berisi duit ijo (dua puluh ribuan), diatas meja, dilirik tajam wanita muda.

“Pakde tinggal ya, awas jangan nakal dan ganggu tetangga sebelah ...” Petuah pakde terakhir terutama ditujukan pada Abi agar self kontrol.

Sebaliknya Ida masih meliriki amplop, menaksir isinya yang ketebalannya sangat menjanjikan. Ida menahan diri untuk melangkah menjangkau amplop itu di bed, karena apa kata dunia bila langsung memperoleh cap cewe mata duitan. Tanpa Ida sadari, keterpurukan ekonomi selama ini, mengakibatkan godaan rupiah berpengaruh besar terhadap gairah. Seolah Bau lembaran rupiah adalah aphrodisiac, merangsang gairah. Kombinasi dengan gerayangan jemari Adi, menghasilkan sengatan birahi tegangan tinggi.

Tentu saja pakde melirik, serangan kilat Abi yang manda diterima Ida. Itu yang membuatnya mengulur waktu, membiarkan Abi merangsang cewe matre ini setinggi-tingginya dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Saat Ida mulai kian melendot disergap dekapan dan gerayangan, dengan mata yang mulai kosong menatap ketebalan amplop, pakde undur diri, perlahan keluar ruangan. Menutup pintu, tapi belum sampai ceklek...

“Shh....shh.... mas nakal ...” Terlontar dengusan nikmat Ida, dengusan yang jadi sorakan pembangkit semangat Abi bertindak lebih jauh..

Tanpa basa basi, tangan kanannya, menerobos dari lubang daster tak berlengan, kasar meremas gundukan kenyal yang menjadi rindudendamnya sekian lama. “Sst......” Ida terjengkit, menggelinjang. Tangan kiri Abi dengan sigap, membekap punuknya, menekan rapat agar tak melarikan diri. Yang bagi Ida terasa menyentuh pusat sensitifnya, semakin menyengat.

Semenit dua menit Abi memuaskan rindu dendamnya, ganas menggerayangi istri tetangganya. Lupa diri, terbuka kesempatan langsung instik nyosor. Bibirnya mengecupi kejenjangan leher dihadapannya, kian membubungkan cewe matre ke langit birahi. Ida kian merem melek didera sengatan birahi, pertahanannya sudah bobol sedari tadi. Tubuhnya meledakkan gairah mengikuti permainan rangsangan Abi.

Dasar anak muda, tak sabaran, tuingggg..... tangan kiri Abi melepaskan kancing celananya, memelorotkan sedikit dan membiarkannya jatuh, diikuti dengan cd-nya, membebaskan si otong dari penjara yang sesak. Tangan kanannya separuh memeras susu kenyal separuh membekap dada mulus.

Tak menginginkan risiko suara ranjang menjerit, Abi mempraktekkan ilmunya, bila sedang mesra-mesraan ditempat rada gelap. Masase mr p oleh mrs v sambil berdiri. Sedikit susah tangan kirinya menuntun si otong menyeruak dari sibakan daster, agar bisa ambil posisi yang vip, dalam kempitan pangkal paha cewe matre.

Ida pasrah saja, sembari tubuhnya didekap dan kini mendadak kewanitaannya disapa akrab batang keras panas membara. Beberapa kali Abi membetulkan posisi si otong agar pas mantab. Kian menyentak sanubari.

“Mmhhh... mas nakal....” Ida kian permisif membiarkan kesuciannya di senggol akrab kejantanan lelaki lain.

“Sst....” Didorong rangsangan hebat, Ida mulai menggapai kenikmatan. Sesekali otot pangkal pahanya dikepitkan dengan kuat, menjepit batang nakal yang nyelip disana. Semakin dijepit semakin enak. Abi menimpalinya dengan pelintiran pentil dahsyat menggetar kalbu.

Mulailah berulang-ulang Ida memasase mr p, menggapai nikmat, sambil mendengus lirih.

Entah berapa lama, Ida tanda disadari mulai mendaki puncak gairahnya, tak sadar secara kasar, mendorong Abi untuk duduk dikursi. Alam bawah sadarnya rupanya cerdas bekerja, bagaimana meraih nikmat. Abi dengan sumringah membiarkan hasil karyanya, sang wanita muda sudah lepas landas mengawang bak layangan diterbangkan angin kencang.

Abi mendudukan diri melebarkan kaki, dan memudahkan Ida berinisiatif. Ida kini didorong instingnya menggapai pasien yang sedari tadi dimasasenya, menyentuhkannya ke liang v nya yang sudah banjir bandang. Panas. Dengan mendudukan dan mengerahkan sedikit bobot tubuhnya, pinggulnya melesakakn amblas topi baja mr P. Lega kedua belah pihak, tak sadar melenguh keras.

“Hhh...hhh.....” Kini ganti cewe matre yang beraktivitas penuh. Bila pada awal Abi yang inisatif penuh, saat masase mr p Ida bereaksi atas rangsangan Abi, kini sepenuhnya Abi duduk bersandar sedikit selonjor. Tubuh seksi Ida yang terbalut daster yang lupa dilepas, menduduki tiang pancang. Mulai mengerahkan tenaga, Ida melakukan tarian erotis, perlahan melesakkan tiang pancang semili demi semili.

Untunglah kursi itu masih kuat, dan tahan menerima kebinalan Ida. Dua kali digasak pakde berbagai posisi, Ida menemukan sodokan dari belakanglah yang paling mengharubiru dirinya. Yanto suaminya palingan sekali-sekali mencoba dogy style. Tapi kali ini menduduki sumber kejutan nikmat adalah sensasi dahsyat.

Lapdance
Rear-15-Lap-Dance-0-0.jpg


“Mashh.....oggghhh..” Ida mengeluh keras, kala berhasil membenamkan siotong dalam-dalam keharibaannya menggapai gelora yang menjelang ujung. Selaku lelaki jentel, tentu saja Abi menghiburnya dengan dekapan kuat di area pekanya.

Ida kejang sekuat tenaga menahan pinggul bergerak tapi tak kuat dan segera lepas kendali, kejang dan menggelinjang. Akibatnya sensasi luar biasa segera dirasakan sitongkat keras.

Kedua mahluk ini seperti tidak menyadari bahwa batang keras saat ini menjadi korban perbuatan mereka. Tongkat itu digerus-gerus, diremas-remas oleh otot kewanitaan Ida yang setengah mati menahan pinggulnya untuk tidak bergerak, tetapi mulai sering lepas kendali, dan saat lepas dengan buas mencoba membantai sang tongkat.

Abie menikmati sensasi luar biasa ini, bukan hanya kenikmatan genggaman kuat rahim Ida pada kejantanannya, tetapi lebih pada tercapainya rindudendamnya setahun ini.

’Ohhh...Mas..ohhh’ Ida mulai menceracau, mulutnya tidak patuh lagi kepada otaknya. Lupa bahwa polisi dapur ada diruanglain. Dan demikian juga pinggulnya yang semakin sering menggelinjang.

Abie mengubah serangannya, sekarang selain tangan kanan memelintir kuat pentil susu kanan Ida. Mulutnya mulai mengemut kuat menduselkan kuat-kuat wajahnya kesusu kiri dengan gerakan memutar searah jarum jam, perlahan. Kusut dah tu daster satin. Tangan kanannya mencengkeram paha wanita muda yang menggelinjang keras, membenamkan kuku kekulit yang mulus.

’Aduuhhh...Mas..eghh’ Ida berusaha melonjak. Tidak tahan menerima kenikmatan susunya dirajam dengan keras, hanya pinggulnya yang dapat bergerak melampiaskan deraan nikmat. Dihantamkan kesatu arah, kepangkal sang tongkat. Setiap pinggulnya menghujam, mau tidak mau kewanitaannya mendapatkan serangan balasan yang setara dahsyatnya, otot kewanitaanya menabrak kejantanan yang demikian keras dan kokoh. Kekerasan tongkat itu mulai melambungkan birahinya kepuncak pendakiannya.

’Shh ...shhh ... shhh’ Ida menarik nafas panjang dan mengeluh. Pinggulnya sudah lepas kendali, mulai bergerak sistematis. Setiap pinggulnya bergerak menghantam, kenikmatan menghujam dirinya, Ida semakin tidak tahan dan bergelinjang.

Sekarang dirinya sudah dikuasai birahi, tidak ada lagi rasa malu, dirinya wanita baik-baik menunggangi lelaki lain, tetangga yang sering diporotinnya. Lonjakan pinggul Ida yang dihantamkan kepangkal paha silelaki, sangat teratur dan bertenaga, sebagai upaya menggapai kenikmatan yang mulai semakin membumbung tinggi.

’Ohh...ohhh...’ lonjakan tubuhnya tidak cukup lagi mengimbangi kenikmatan yang menderanya, sekarang birahinya memerintahkan otaknya agar pinggulnya bisa lebih bebas, bisa lebih ...

Ida, merangkulkan kedua tangannya kebelakang ke leher Abie, badannya melengkung sejauh mungkin. Dengan mengandalkan kekuatan pegangan tangannya, pinggul Ida berusaha lebih kuat menghantam. Berharap kewanitaanya dapat bertarung lebih hebat mematahkan kerasnya tongkat lelaki ini yang tidak juga patah dari tadi.

’Hhhhh...hhhhh..hhhh...’ Efeknya malah berbalik, seluruh daerah suci kewanitaanya terbuka oleh hantaman balik pangkal paha sitongkat, klitnya malah tergerus habis-habisnya’

Sesaat berlalu, Abie merasakan remasan kewanitaan wanita ini semakin menjadi, matanya nanar menonton wanita alim berkelojotan menunggangi kejantanannya. Abie menyadari wanita ini perlu bantuan, dia menduga stamina ibu alim ini tidak seperti pekerja seks yang seluruh otot tubuhnya terlatih kuat untuk kegiatan ini. Abie memperhitungkan hanya pengejaran birahi sajalah yang mempertahankan sekian lama Ida melonjak-lonjak dipanggkuannya menggerus dan menghantami kejantanannya. Hal ini disadari ketika lonjakannya tidak lagi sistematis tapi mulai berkelojotan.

Dia masih menginginkan beberapa saat lagi menikmati pemandangan sensasional dihadapannya, wajah ayu berkeringat, sayu dan eksotis, mata yang terpejam-pejam, kepala yang sesekali terhentak kebelakang, mulut yang terbuka lebar mencoba mengalirkan oksigen sebanyak-banyaknya, bergantian dengan erang kenikmatan setiap kewanitaanya menghantami kerasnya kejantanan, yang tetap kokoh bertahan.

Nich bantuan tiba, Abie bertindak:

Dicengkeramnya kuat-kuat pinggul Ida, ’Ida...kamu hebat..hhhh,

“mass oohhh mass.... Mas nggak tahan...ohh’

’Hhhhh..hhhh..hhhh....’ Ida tersengal-sengal dalam gelinjangannya, dalam benaknya ’ ohh .... untunglah dia sudah tak tahan...oh .. ini rasakan...inih rasakan.’ Ida kembali terbangkit semangatnya, dengan menghantamkan kembali secara teratur berkali-kali kewanitaanya di pangkal kejantanan selelaki.

Tangan Abie sekarang bekerja keras dengan cengkeramannya, membantu menarik keras, setiap pinggul Ida bergerak, melipatgandakan efek hantaman. Abie memperlambat ritme hantaman pinggul wanita itu, yang segera dipatuhi Ida.

’Mas...hhh .... nggg ... Hin.... ohhh’ Ida menjelang tiba pada puncak yang sedari tadi digapainya.

Abie seketika melipatgandakan kecepatan tarikan tangannya dipinggul sang wanita, bak piston mobil berkecepatan tinggi.

Kejantanannya mulai dirasa berdenyut-denyut, menandakan sitongkat menginginkan segera melakukan lari sprint jarak pendek, mencapai finish.

’Mashhhh...’ Tak sadar Ida menjerit dengan suara seolah dari dalam dadanya bercampur hembusan nafas akibat kenikmatan yang terpompa dari sekujur tubuhnya. Tubuhnya ambruk dipelukan Abie, pinggulnya lemas tidak mampu digerakkannya, tapi ’ohhhh .....’ tangan Abie dengan buas menarik dan mendorong pinggulnya dengan demikian kuat, dan demikian cepat.

Sesaat Abie dengan ganasnya memaksa Ida bertahan mengarungi puncak birahinya, dengan menghantamkan kewanitaan Ida dengan cepat dan bertenaga.

Ida merasakan tubuhnya sangat lunglai, ternegah-engah kelojotan.

Posisi woman on top terlebih memang jauh memudahkan wanita mencapai klimaksnya. Terutama karena mereka sendiri yang mengatur tempo dan sekaligus mengarahkan terpaan batang keras diarea yang paling enjoy. Apalagi disodok dari belakang, bagi Ida adalah senesasi baru. Setelah kemarin diperkenalkan pakde, sebenarnya terkadang Ida menggigil mengharap disodok lagi dair belakang. Buju buneng, fantasi liarnya terkabul, selain WOT juga disodok dari belakang.

Erang ketidakberdayaan ini, bagai simfoni indah ditelinga Abie, tidak sering dirinya mendengar perempuan mengerang menyerah menahan kenikmatan. Kejantannya kian menggelegak.

Diangkatnya tubuh lemas dipangkuannya, dibaringkannya sang wanita dibed. Dengan susah payah, Abie berhasil mempertahankan tongkatnya tetap terbenam. Tubuhnya bergeser mengikuti rebahan wanita



’Ohh...’Ida lega, badainya mereda, ’tapi ..aduh..apa lagi ini...’ pikirannya bertanya-tanya, tubuhnya masih terasa sangat lemas. Dirinya merasakan, sebelah kakinya terangkat lurus, ditumpukan kepundak silelaki.

Abie bersiap mengambil posisi, kaki kirinya jongkok terlipat dibed, sejajar dan disisi luar paha kanan Ida, Kaki kiri Ida dipanggul dibahunya. Kaki kanannya menggapai-gapai mencari pijakan.

Abie mengatur nafas sebentar, bersantai sejenak, mengendalikan nafas dan nyut-nyut dahsnya dibatang kerasnya. Diiturunkan pantatnya menduduki paha kiri Ida, hangat. Dibuka kemeja, telanjang full. Dibelainya betis halus yang menempel dipipinya. Dicakarkannya kukunya dari betis itu turun kepangkal paha Ida, cakaran mesra.

Matanya memandang kebawah.

’Dik..., aku mau sampe nii ..’

’Mas ya Mas hhh...’ Ida sedikit mengundang. Matanya terbuka dan mendapati pemandangan yang sudah sering dilihatnya, memandang sembari telentang wajah lelaki diatasnya, siap menyerbu. Suara desaan lembut Ida, bagaikan cambuk melecut punggung kuda, Birahi Abie kembali menggelegak, pinggulnya mulai menekan, perlahan tapi kuat.

”Shhhh .... Mas .... shhhh...’ Ida kini menikmati kekerasan hajaran batang suami tetangganya ini.

Abi kembali dan kembali menghujam dan menghujam.

’Ohh..mas...... ohh ya mas..ohh’ Ida meledak lagi orgasme perpanjangannya

Walaupun lemas, kenikmatan kembali menjalarinya, Kedua tangannya sekarang menjamah erat pinggul silelaki, menekapnya dan mengikuti hujamannya, seolah-olah mengawasi agar silelaki tidak berlama-lama.

Abie semakin merasakan gelegak kejantanannya mulai mendekati tujuan, hujaman kejantanannya tetap dipertahankan ritmenya tetapi dengan tekanan semakin keras menggerus dinding kemaluan siwanita, bergantian sisi kiri sisi kanan sisi atas sisi bawah.

’Oghhh ..mas .... oghhh.... mass...’ Kenikmatan baru meledakkan lenguhan bary Tubuhnya kembali menggelinjang kian kuat.

Desahan Ida semakin memacu Abie, dia menyadari sedikit lagi mencapai puncaknya.

Sembari menghujam, batang paha Ida yang ada dipelukannya didorongnya merapat ketubuh pemiliknya, ditindihnya. Tubuhnya mengikuti menekan paha itu menghimpit perut dan dada siwanita. Hujamannya semakin bertenaga.

’Hhhhh....dik....hhh....’

’Ohh ...mass...ohh...’ Tangan Ida yang memegang lemas pinggang silelaki, yang tadinya berniat mengawasi agar tidak lama-lama, sekarang membantu pinggul itu bergerak maju mundur. Dengan sisa sisa tenaganya, tangan itu mencoba membantu.

’Ida ...kemu hebat...hhhh..hebat...’ sembari mempercepat hantamannya’

Tangan Ida terbangkit semangatnya mendengar pujian tersebut, dalam gapaian sisa-sisa kenikmatan, tangan Ida berinisiatif mempercepat hantaman dan tarikan pinggul Abie.

’Da...hhh....sampai niii ...’ Kejantanannya meledak, memuntahkan bara panas. Abie menikmati sepenuhnya keberuntungannya upaya pakde mertuanya, menggapai puncak kenikmatan dengan menyetubuhi perempuan muda incarannya ini. Saat-saat ledakan, hujaman pinggul Abie sedemikian keras membawa kejantanannya mendalami kewanitaan Ida. Sesaat walaupun sudah meledak, Abie sekuat tenaga menggapai-gapai pucaknya dengan hujaman-hujaman keras, dengan ritme cepat menuruti gayutan jemari wanita dipinggulnya yang menghelanya tetap menghujam.

”Mas..ohh...’ Tanda sampainya lelaki yang sedari tadi menyiksanya dengan kenikmatan, sontak menghentakkan Ida dalam sensasi kenikmatan. Dirinya seolah-olah mau membalas dendam, menghentakkan pinggul silelaki kepangkal pahanya, semakin cepat, mumpung sitongkat masih perkasa. Ida menguatkan diri menerima hujaman sang supir diujung perjalanannya, tangannya membantu pinggul itu untuk terus menghantam disisa momentum perjuangannya, sampai ...

’Adik...hebat...’ Abie mendekap tubuh telanjang dalam himpitannya semesra mungkin, terasa payudara kenyal hangat didadanya walau terlapis daster satin, terasa berdetak-detak dan terengah-engah. Kejantanan Abie masih mempertahankan sisa-sisa keperkasaannya, masih terasa keras dikewanitaan Ida, yang sedemikian hangat. Abie berulang membisikan pujian ketelinga Ida, betapa menggairahkannya dia.

Ida, dalam dekapan lelaki asing, tak berhenti merasakan sisa-sisa kenikmatan dari tongkat yang masih cukup keras menancap dalam tubuhnya. Dirinya sangat bangga dibisikan pujian, walaupun gombal, tetapi dengan tongkat yang mengganjal, ohh ruarr biasa.

’Mas...ohh...mas ...’ Ida balas mendekap lelaki asing ini dengan mesra.

’Adik...oh adik sayang...’Abie semakin erat mendekap, dibiarkannya berat badannya membebani Ida.

’Mmmmm mas...’

Ditengah kelemasan Ida, Abi memloroti daster Ida melewati kepala, dan menemukan harta karun tersembunyi. Tak ada bosannya Abi mengelusi, menciumi dan mengecupi sekujur tubuh yang berbutir keringat ini. Sesekali pujian gombalnya terlontar, mematuhi instruksi pakdenya, agar jangan seperti rudal pintar, tembak dan lupakan (fire and forget) melainkan menumbuhkembangkan asmara yang terlarang dengan cumbuan dan pujian mesra.

Bermenit berlalu, Ida yang terpejam matanya, syahdu mengresapi cumbu rayu mesra merasuki relung hatinya, menyegel benih asmara. Pujian gombal, adalah hal yang mustahil tercetus Yanto suaminya paska perkawinan, kalau sedang pacaran sering memang merayu gombal, tapi itu duluuuu. Dicumbu pejantan muda yang keren dan berduit bak cinderela meneukan pangerang kecintaannya.

Sekian lama dicumbu dan dipuji, membarakan kembali api dalam dirinya. Ditindih dalam ketelanjangan ekstra cepat menyulut kembali gairahnya.

”Ah...mas Abie bisa aja, Ida jadi malu. Terdorong tak ingin dicap egois, Ida balas sedikit mencumbu, diingat-ingatnya teori pijat erotis yang diberikan pakde, bergantian tangan kanannya mencubit, jari menjepit, memerah dan mengosok, terkadang bergantian ke sepasang bola pingping.

Keisengan Ida berbuah petaka, Abie yang memang belum tuntas rindu dendamnya, walaupun si otong baru loyo menunaikan tugas, tak berapa lama kontan kembali sangar.

“Ihh....mas....” Ida setengah protes.... tak ingin dicap sebagai binal, segera melepas pijat erotisnya. Sebaliknya bagi Abie hal ini tak ubahnya gayung bersambut pernyataan asmara terlarangnya.

Ida mendorong tubuh lelaki telanjang yang menindihnya, membalikkan badan memunggungi Abi, menyembunyikan rasa jengahnya. Dan matanya segera mendapati amplop tebal yang tadi diletakkan pakde.

“Apa nii mas.” Cewe matre pura-pura

“Anu Da, pesan kamu lewat pakde, tapi khawatir ketauan Widia, kutitip Pakde..”

“Kok banyak mas...” tak kuat Ida menahan desakan menghitung uang “bole liat ya mass “ Tanpa menunggu Ida membuka ampop yang memang tak dilem, segera terlihat gumpalan uang hijau,”Wuiiiii.... lumayan nii.... bisa kesalon berapa kali nii.....” Demikian benaknya dalam hati, tak disadari senyumnya melebar. Yang tentu saja terpantau lelaki dibelakangnya.

Saat Ida menyentuh amplop itu dan tak sadar menghayal, Abie yang oderdilnya sudah sangar tempur, tanpa malu-malu kembali berulah

Saat Ida mencoba menghitung uang diamplop, tak sadar kakinya ditata lelaki dibelakangnya.

Spoons
Rear-20-Spoons.jpg

“Eghhh....” wanita muda terjengkit saat mendadang kepala meriam mendadak menerobos masuk kewanitaannya, saat dirinya berbaring miring. Dirinya kembali dicoblos dari belakang. Ohhh mama, beda nian rasanya ..... Terpaksa matanya terpejam disedak kepejalan baru.

“Ida sayang ...” Dari belakang, Abie mencumbu cuping telinga Ida sembari memasukkan perlahan batangnya, tidak sulit. Ditekannya kuat, agar amblas

“Mashhh...” lega kembali sanubari Ida, mendapati batang keras kembali menyesaki liang vaginanya, dari belakang, new position. Desiran nikmat kini kian kencang melanda diri.

Kali ini Abie, setelah penetrasi maksimal mendalam sejenak diam saja, membiarkan suasana senyap merayap dalam suasana panas membara. Perlahan-lahan Ida melupakan gengsinya, mulai menarikan lagi gemulai pinggul erotisnya, meraih desir nikmatnya.

‘Shhh ...’ Ida mulai mengeluh diguncang terpaan nikmat yang kian hebat. Sebentar saja Ida mulai mendengus mencari nafas dengan upaya keras pinggul yang mulai tersentak gemetaran. Tak berupaya menunda lebih lama lagi klimaksnya, yang meledak membuat tubuhnya mengejang panjang.

Saat Ida melepas nikmat, Abi mendekap tubuhnya kuat-kuat dari belakang, seraya menekan batangnya perlahan sekuat tenaga, membenamkan dalam-dalam, dan mendiamkannya disana. “Ohhhhhhh....” Ida tak sadar melolong halus. Dengan mata terbeliak, terpejam-pejam.



Abie yang dalam waktu singkat meraih mimpinya, menganggap petuah pakdenya sebagai ajimat.

“Abi, kamu kalau baru berpelukan dengan cewe lain, apalagi bersetubuh, jangan sampai berdekatan atau dipeluk istrimu. Perempuan itu hidungnya lebih tanjam dari si dogy kalau urusana aroma perempuan lain. Ilusi dan fakta campur aduk. So jangan ambil risiko” Abi meresponnya, dengan akan ronda sampai pagi bikin alasan aneh. Tak menyadari menjadikan ranjangnya malam itu kosong untuk diisi sosok lain”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd