astoriaa21
Semprot Kecil
- Daftar
- 11 Jul 2017
- Post
- 73
- Like diterima
- 216
Hallo suhu2, ane balik lagi dengan cerita oneshot berbasis 2 Eps.Ceritanya lumayan ekstrim karena ane secara frontal pake mbak Nana(Najwa) sebagai karakter didalem cerita ini
Silahkan dinikmati selagi hangat
Unfaithful Taboo
Namaku Najwa Shihab, seorang jurnalis,penulis dan juga seorang istri dan sekaligus ibu bagi anakku. Aku punya seorang suami cerdas,baik,mapan dan religius, bernama Ibrahim serta seorang putra yang rupa dan pribadinya berduplikasi dari suamiku yang bernama Izzat. Kehidupan keluargaku sangatlah harmonis dan bahagia, karirku sebagai jurnalis turut membantu kehidupan keluargaku terutama dalam mendidik dan membimbing putraku sendiri. Namun dalam masa pandemi ini kehidupan keseharian kami banyak berubah, suamiku ibrahim menjadi sangat jarang pulang kerumah karena karirnya sebagai pengacara orang yang berada di luar negeri, jadi hampir sebulan sekali ia pulang kerumah karena tuntutan pekerjaannya. Anakku Izzat yang harusnya menjalani kuliah di Essex, inggris pun terpaksa mengikuti kegiatan akademiknya secara online di rumah. Meskipun begitu ia selalu senantiasa aktif dan berdedikasi selama menjalankannya, sedangkan aku saat ini kebanyakan bekerja sebagai ibu rumah tangga saja di rumah, sesekali diundang sebagai tamu di sebuah acara TV dan tentu saja mendapat komisi dari undangan tersebut. Pada pagi hari itu, aku sedang memasak sarapan untuk persiapan kuliah online putraku Izzat. “Mah, papa kapan pulang ya?” tanya Izzat setelah keluar cuci muka dari kamar mandi menuju meja. “Ciye nanyain papahnya, kangen papa nak?” ucapku becanda sambil menggoreng kentang. “Namanya khawatir mah, wajar kan anaknya nanyain.” jawabnya sambil membuka smartphonenya. “Minggu depan nak, papa mu balik minggu depan.” Jawabku sambil mengantarkan sepiring kentang goreng ke meja makan. Izzat hanya mengangguk, aku lalu duduk dan bergabung dengan Izzat di meja makan itu. Sambil sarapan kita berbincang-bincang baik itu soal karirku dan kegiatan akademik putraku. Kuperhatikan putraku ternyata sudah menjadi seorang pria dewasa bak ayahnya, badannya tegap dan kekar karena setiap hari dirumah suka olahraga.
Aku terkadang suka memikirkan putraku ini sudah punya pacar atau belum, tetapi seringkali ia bilang tidak mau berpacaran dulu.Ia ingin berfokus ke pendidikannya yang saat ini ia jalani, kuakui prinsip hidup putraku sangat kuat. Sehingga aku bangga dengannya, kelak ia akan menjadi orang yang hebat suatu saat nanti. Setelah sarapan Izzat pun bersiap untuk memulai kelas online di kamarnya sedangkan aku bersiap untuk memulai video konferensiku di Zoom. Seperti hari biasanya, di sore hari ketika kita sudah selesai bekerja secara produktif secara online kita berkumpul di ruang tamu untuk menikmati cemilan dan minum teh sambil menonton berita. Hingga tak terasa hari sudah malam, Izzat sudah memasuki kamar dan sibuk bermain game online dengan temannya. Aku juga memutuskan untuk masuk ke kamar, membuka mac ku sambil bersandar di ranjang dan membaca berita hingga menonton serial netflix. Saat menonton tiba-tiba saja ada adegan panas yang berlangsung, entah bagaimana aku menghadapinya tetapi aku merasakan vaginaku mulai panas dan berkedut. Hatiku juga langsung berdebar-debar. Apakah aku terangsang karena sudah menyaksikan serial ini? Karena tak kuasa menahan libido yang menyerang secara tibatiba ini, secara spontan tanganku bergerak sendiri menuju vagina dibalik celana dalamku. Kumulai memasukan jari-jariku di permukaan klitoris vaginaku dan mengelusnya perlahan, “oh sial kenapa ini nikmat sekali?” Gumamku dalam hati. Libidoku belakangan ini sering naik karena sudah lama tidak bercinta dengan suamiku, tetapi aku selalu bisa mengontrol libidoku sendiri agar tidak mengganggu produktivitasku. Meskipun begitu untuk sekarang aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku terus mengelus-ngelus klitorisku sendiri dan meraba-raba payudaraku dari balik daster tipis yang kukenakan. Putingku sudah keras kupelintirpelintir sambil memasukan jariku ke vaginaku sendiri, karena panas, kusingkap dasterku hingga bagian payudaraku terekspos, dengan masih sambil mengocok vaginaku sendiri aku mulai mendesah-desah keenakan. Selama kurang lebih 10 menit aku masturbasi kuperhatikan seperti ada orang di balik pintuku, pintuku memang kulonggarkan saat itu. Karena pikiranku sudah halu, aku spontan memanggil nama suamiku.. meskipun aku mengetahui bahwa ia sedang tidak ada dirumah. “Ibrahim... sayang...ahh.....” karena memang kuperhatikan seperti Ibrahim rupanya. Spontan aku terkaget melihat orang yang sedang mengintip dan memperhatikanku yang sedang masturbasi saat itu adalah Izzat, putraku sendiri.
Ia memasuki kamarku dengan posisi bagian bawah yang sudah dilolosi dan mengocoki penisnya secara perlahan sambil melihat aku, ibu kandungnya sendiri yang sedang masturbasi. “Zat, nak? Kamu ngapain disini nak?” jawabku, aku tidak kunjung berhenti menusuk-nusuk vaginaku dengan jariku karena aku sudah tertelan oleh nafsuku sendiri. “M-mama ngapain? Suara mama sampe kedengeran ke kamarku, aku kira mama kenapa-napa.” jawabnya sambil terus mengocok batang kemaluannya. Aku sempat terkaget melihat penis putraku ini, ukurannya hampir menyaingi ukuran ibrahim suamiku, 14cm dengan diameter sekitar 3cm. Aku harus mengontrol libidoku, aku tidak boleh terangsang oleh anakku sendiri, pikirku dalam hati. Tetapi Izzat masih saja melanjutkan onaninya di depanku. “Mah, mama cantik banget ma.. Izzat suka tubuh mama, mama sempurna.” ucap Izzat.Mendengar ucapan itu aku semakin berdebar-debar dan vaginaku semakin berdenyut. Aku tak menyangka putraku sendiri bisa berkata sampai sejauh itu, aku terpana ketika melihat wajah putraku yang sudah terangsang sambil melihatku. Seketika itu Izzat sudah berada diujung ranjang, karena pikiranku sudah kemana-mana langsung saja aku bersimpuh diatas ranjang menghadap putraku sambil meraih batang penisnya yang sudah keras menegang itu. “Ouhh.. mah....ahh...” desah Izzat saat kupegangi dan kukocok pelan kemaluannya, saat kukocok sambil bersimpuh dihadapan dia dan wajah kita saling bertemu. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mencoba untuk mencium bibirku tetapi kuhindarkan, “nggak boleh nak.. mama ini orangtua kandungmu nggak boleh nak.. ahh...” jawabku sambil menghindar dari Izzat, tetapi ia malah menghisapi leherku dengan nafsunya. Penisku semakin mengeras semakin kupercepat. “Mah...isepin punya izzat.. udah keras banget nih ma..” ucap Izzat, mendengar itu aku semakin dilemma karena melawan kode etikku sebagai orangtua, tetapi disisi lain aku meraasa tertantang oleh Izzat. “Jangan kasih tau papa mu ya nak... mmh...sluurph...ahhn..” ucapku sambil melahap batang kemaluannya izzat.Entah kenapa semakin aku menghisapnya aku semakin terangsang dibuatnya, aroma kemaluannya Izzat membuatku semakin terangsang karena sangat maskulin dan jantan sekali aromanya. Kumainkan lidahku disekujur batang kemaluannya Izzat, sambil ia membelai rambutku. Tak kusangka aku bisa berakhir melakukan oral seks kepada putra kandungku sendiri, setelah itu kusudahi setelah 10 menit kukulum kemaluannya. “Nak, isepin punya mama juga ya nak.. gantian sayang..” ucapku karena sudah terangsang tak karuan sambil melebarkan selangkanganku ke hadapan Izzat. Izzat yang melihat itu seperti langsung terangsang dan terhipnotis, ia lalu naik ke atas ranjang dan mendekatkan wajahnya ke vaginaku yang kurekahkan. Lalu ia memegang kedua pahaku dan mulai menghisap klitorisku, rasanya sangat nikmat dan tertahankan, aku mendesah enak tak karuan sambil memegangi kepala putraku sendiri. Dihisapnya kuat kuat vaginaku oleh izzat, sambil ia mainkan lidahnya di vaginaku. Setelah sepuluh menit puas ia menjilati vaginaku kusuruh ia menyudahinya.
Aku bergerak ke samping ranjang dan membuka laci lemari kecil di samping ranjangku, terdapat sisa rubber kondom yang biasa kugunakan untuk bermain bersama rekan kerja dan kantorku. Kubuka bungkusnya dan kukenakan kondom itu di sekujur batang penis putraku. Setelah sudah kukenakan, kutatap izzat, “nak..sekali aja yah sayang.. kamu boleh setubuhi mama.. Sekalian kamu bisa belajar caranya, supaya nanti kamu main sama pacar kamu nggak kagok..” ucapku, Izzat mengangguk dan mulai mengocok penisnya lagi. Aku mengambil posisi menungging membelakangi Izzat, sungguh berdosanya kelakuan kita berdua malam hari ini. Izzat lalu mendekatiku, batang penis yang dilapisi kondom itu mulai mengelus klitorisku dari luar. Dasar, ia sudah mengerti cara menggoda seorang wanita yang telah tertelan nafsu. “uuummhhh....ahhn...” desahku mulai meracau sesaat ia memasukan penisnya perlahan ke vaginaku. “Ahhh mama... enak banget memek mama...ahhh....fuck...” racau Izzat sambil memaju mundurkan pinggulnya menusuk vaginaku dari belakang. Izzat menegakan tubuhku dari belakang dan menjilati punggung dan leherku dari belakang seraya ia terus menghujamku dari belakang. “Terus nak..ayo hujam mama... good... ahh...ahh... izzat sayang...ahhhh” racauku.Izzat terus menghujamku sambil memegangi kedua pundakku, rasanya luar biasa nikmat disetubuhi oleh putra kandung sendiri. Ia mempercepat hujamannya kepadaku dari belakang sambil membekap leherku, beberapa kali ia ingin melumat bibirku tetapi aku selalu menghindar dan menolak ciumannya, ia semakin cepat menghantamkan penisnya dari belakang. “Mah aku mau keluar maaaa..... ahhhhh enak banget....ahhh...mama...........ahh....” racau Izzat yang sudah ejakulasi di dalam vaginaku,ia lalu mengeluarkan penisnya dan mengecup leherku karena gemas. “Besok lagi yah ma... hehe..” ucapnya sambil mengelap keringatnya seusai menyetubuhiku. “Enggak sayang.. ini yang pertama dan terakhir, kita nggak boleh begini lagi. Hal ini mama bolehkan untuk kali ini saja, nggak ada lain kali ya nak...” ucapku sambil mencubit lembut perutnya Izzat. Lalu tak lama kita mengobrol sebentar, Izzat keluar dari kamarku dan tidur di kamarnya.Keesokan paginya kita kembali sarapan seperti biasa tanpa membahas kejadian tadi malam. Aku masih mengenakan setelan daster tadi malam, entah mengapa hari ini aku sedikit malas mengganti setelanku, karena hari ini kebetulan weekend dan tidak ada pekerjaan sama sekali selain mengurus rumah. Setelah selesai membuat waffle aku lalu langsung bergabung bersama Izzat di meja makan untuk sarapan. Izzat tampak seperti malu-malu melihatku, tidak seperti biasanya. “Kenapa nak? Ada yang salah sama mama?” ucapku, “e-em.. engga ma, mama cantik hari ini..” ucap Izzat memujiku. Mendengar ucapannya aku lalu tersenyum sambil menghela nafas, “Kejadian kemarin malam nggak boleh sampai papa tahu ya sayang.. cukup sekali saja dan menjadi rahasia kita berdua yah.” lanjutku. “Ternyata seks itu enak banget ya mah..” jawabnya sambil menatap ke arahku, tidak aku yakin sekali ia sedang menatap dadaku. Daster yang kukenakan memang memiliki setelan berdada rendah, jadi belahanku akan terlihat meski aku tegak sekalipun. “Itu hanya sebatas untuk pengetahuanmu saja nak, udah ya cukup.. kalau kamu mau lagi kamu harus ngelakuin itu sama pacarmu sendiri ya nak.” balasku. Dengan sedikit berpangku tangan Izzat tampak memalingkan pandangannya dariku, tampangnya seperti kecewa dan penasaran.Aku langsung bangun dan membereskan piring setelah sarapan, Izzat masih berpangku tangan sambil memainkan smartphonenya. “Huhh... dasar remaja, kalau sekali kena enak langsung galau seperti itu.” Gumamku dalam hati. Lekaslah aku mencuci piring setelah itu, tidak ada yang salah sebenarnya, hanya saja kejadian itu tidak seharusnya terjadi dan murni sebuah ketidaksengajaan. Ketika sedang mencuci piring terakhir, tiba-tiba saja Izzat mendekati dan memelukku dari belakang. “Mah.. mama wangi banget, cantik... punya izzat bangun lagi mah..” ucap Izzat di belakang leherku, sambil meremas-remas payudaraku dan menghisap leher dan telingaku dari belakang. “Izzat, nggak boleh nak.. nak.... sudah..sudah..” ucapku berusaha untuk melepas Izzat dari pergumulannya terhadapku. “Mah.. tolong dong.. kan lagi nggak ada papa ini.. cuman kita berdua yang tau kan mah.. ayolah..hmmmmm..” ucapnya sambil menghisapi telingaku dan meremas payudaraku dengan kasarnya. “Mhhh...hmmmh... nak... tolong...udah...ahhh...” ucapku yang berusaha melerainya tetapi permainan tangannya ke payudaraku sangat nikmat yang membuatku semakin sulit melepaskannya. Secara tidak sengaja aku menyentuh kemaluan dibalik celana pendeknya yang sudah mengeras bak tongkat bisboll. Entah kenapa tubuhku mendadak panas dan libidoku semakin naik seraya Izzat menciumi tengkuk leherku.
Akhirnya aku menyerah pada permainan Izzat dan membalik tubuhku, menghadap Izzat. “Yaudah mama kulumin, tapi sekali ini aja yah nak..” ucapku, Izzat mengangguk. Aku langsung bersimpuh dan melorotkan celana pendeknya, langsung saja penisnya mengacung tegak ke hadapan wajahku. Penisnya bersih terawat dengan bulu kemaluannya yang sedikit tercukur, aromanya membuatku sangat terangsang, langsung saja kujilat ujung kepala penisnya, kumainkan lidahku seperti sedang menghisap lolipop batang penisnya Izzat. Lalu kuhisap perlahan sekujur batang penisnya Izzat, kuhisap kantung penisnya Izzat sambil kukocoki batangnya, Izzat melenguh mendesah tak karuan karena diservis oleh ibu kandungnya sendiri. Izzat tampak menikmati permainanku yang sedang mengulum kemaluannya, ia sambil mengelus-ngelus rambutku karena gemas hisapanku begitu enak terhadapnya. Setelah sepuluh menit kuhisap kemaluannya Izzat, aku merasakan vaginaku mulai merembas karena basah. Sial aku sudah terbawa permainannya juga pikirku, karena sudah tidak tahan dan tertelan oleh nafsu kembali. Aku sudahi kulumanku terhadap Izzat, kubuka celana pendekku dan kulorotkan celana dalamku, dan menyodorkannya kepada izzat. “Nak gantian yah, jilatin mama sayang...ayo nak sini...” ucapku yang sudah terangsang sekali. Izzat seperti biasa dengan mudahnya terhipnotis, ia bersimpuh dan langsung lahap memakan vaginaku, dilumatnya habis-habisan sampai masuk ke dalam lidahnya ke vaginaku. Aku melenguh tak karuan dibuatnya, kujenggut kuat-kuat rambutnya Izzat karena ia memasukan lidahnya terlalu dalam dan terlalu nikmat. Setelah sepuluh menit vaginaku dihisap, ia tiba-tiba menyudahinya. Didudukannya aku di meja makan, ia mengarahkan penisnya ke vaginaku secara berhadap-hadapan, “Zat... masukan nak.. mama sudah basah banget ini... ayo nak, masukan..” ucapku dengan wajah birahiku memandang Izzat, Izzat berusaha untuk menciumku lagi tetapi aku masih menghindarinya. Lagilagi ia mengarah ke leherku, dihujamnya batang penisnya yang keras itu ke vaginaku dari depan. Lagi-lagi kita bersetubuh, lagi-lagi aku berselingkuh dengan anakku sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa memang permainan seks ini begitu nikmat, Izzat memaju mundurkan vaginanya sambil menyingkap dasterku. Ia memainkan putingku sambil menghisapnya dalam-dalam seraya ia menghujamkan penisnya terhadapku, “ahhh nak......hhhh......ahh.... fuck me... ahh ahh.....” desahku sudah tertelan nafsu. “Ahhh enak sekali ma.... mama cantik banget... wangi banget ma.... ahhh.... enak ma.... ahh...” desah Izzat. Selama sepuluh menit itu, kita sudah berganti-ganti gaya dari berhadapan , doggystyle dan woman on top, pakaian kita juga sudah terlepas semua. Kita sudah bertelanjang melakukan persetubuhan sedari selama kurang lebih sejam ini, tubuh kita berdua sudah bermandikan keringat dibuat oleh persetubuhan ini.
Akhirnya setelah persetubuhan gaya terakhir, aku sudah dibuat keluar berkali-kali oleh putra kandungku sendiri. Izzat membuatku bersimpuh dihadapannya dan dengan cepat ia mengocokkan penisnya dihadapan wajahku, “ahhh ma... izzat mau keluar ma... di muka mama.... uhhhhh... enak banget..ahh...bangs...at....ahh..” desah izzat, dan lahar panasnya pun disemburkan ke wajahku, sangat banyak dan kental sekali. Aromanya membuatku semakin terangsang dibuatnya. Aku langsung mengulumkannya kembali untuk membersihkan sisa semennya. Seketika itu penisnya Izzat kembali mengeras ketika kukulum dan titik lemahku diincar pada saat itu juga, dikulumnya dengan cepat bibirku setelah menghisap kemaluannya. “Hmmmmhh....hhhmmm....nak....hhmh...” Kita saling berbelit lidah, aku membalas permainan lidahnya kubelit atas dan bawah. Seketika itu ia membangunkanku dan membawaku ke kamar mandi, di dalam kamar mandi kita kembali berpagutan, layaknya seorang pasangan, dua sejoli yang siap bercinta kembali di kamar mandi. Kita berdua sudah tertelan di samudra asmara dan sudah tidak mengenal ibu dan anak lagi, sudah tertelan oleh nafsu secara mendalam. Sambil berpagutan kita berjalan pelan-pelan ke kamar shower, setelah sampai kita masih berciuman sambil Izzat menyalakan shower itu. Kucuran shower itu mulai jatuh membasahi tubuh kita berdua yang masih berpagutan, lalu Izzat memojokanku ke dinding mengangkat kakiku dan menghujam vaginaku kembali dengan penuh nafsunya.
Setelah beberapa lama, ia membalikan tubuhku lagi dan menyetubuhiku dari belakang sambil mencumbui leherku dan meremasi payudaraku, “Mah....enak bangettt, fuck....ahh ughh....” ucapnya sambil menghujamku, “Ohhh ohhh ohh ahh...” desahku tak karuan dibuatnya, setelah itu ia membalik tubuhku lagi dalam posisi berhadapan. Kembali ia memasukan penis kerasnya dihadapanku sambil berpagutan pada bibirku, setelah lima menit ia menghujamiku. Ia menyemburkan semen panasnya di dalam vaginaku, aku sudah pasrah dan tidak bisa menghentikan putraku lagi. Setelah itu selama dirumahpun kita seringkali rutin melakukan seks paling banyak tiga kali sehari, sampai pada hari suamiku kembali pulang.
Kami tetap melakukannya setelah suamiku terlelap dan tak jarang Izzat menyebut namaku saat kita melakukan persetubuhan itu. Entah sampai kapan ini akan berakhir..
To be continue in last episode. (NTR episode.)