Sepetak Rumah Di Tambora Bab 1
Aku merasakan ada yang meraba tubuhku.
Ah dia lagi, pikirku. Aku benci situasi ini, Aku tak punya kemampuan melawan. Ia adalah suami kakak ku. Tangannya mulai meraba bokongku. Tangan kasar menjijikan itu menjamah seluruh tubuhku. Ia beropreasi dalam diam menyangka Aku tertidur pulas.
Padatnya penduduk daerah Tambora bukan isapan jempol belaka, Aku lahir dan tumbuh disini, di kontrakan sepetak yang mahal, diantara gang - gang kecil serta lingkungan yang tidak sehat. Setahun lalu Ayah meninggal dunia karna demam berdarah, meninggalkan Ibu yang tak bekerja apa - apa, akhirnya tetangga ku yang seorang
debt collector melamar kakak ku, Ibu tak punya pilihan selalin menerima, Ia tak mau sampai Aku putus sekolah karena tak punya biaya. Namun, itu pilihan yang akan mengubah hidupku selamanya.
Pernikahan berlangsung seadanya tanpa resepsi, pria ini sebenarnya bukan pria asing, kita bertetangga sejak Aku baru menginjak bangku SMP. Bang Riko, itu panggilan kami padanya. Berbeda dengan pemuda lain di sekitar lingkunganku, Ia sebenarnya sosok yang tak
neko - neko. Itu alasan lain Ibu menerimanya sebagai menantu, tentu saja alasan utamanya agar ada pencari nafkah di keluarga kami. Dengan alasan menghemat pengeluaran bang Riko tinggal seatap dengan kami dan itu sangat menyebalkan, di kontrakan sepetak itu, Aku yang seorang anak SMA harus mendengar suara tak nyaman dari orang bersetubuh di malam hari, Ibuku tak mempersalahkan, Ia selalu berbicara tentang masa depan ku, menyuruhku fokus dalam studiku dan menyuruhku keluar dari gubuk derita ini setelah mendapat pekerjaan yang layak.
Hari itu adalah hari pengumuman kelulusan, Aku lulus dengan nilai yang baik, bang Riko juga langsung merekomendasikanku untuk bekerja sebagai
teller di sebuah perusahan pinjam uang.
"Wih Shinta pinter ya, Nilai ujiannya bagus - bagus begini, " bang Riko melihat ijazah ku.
"Hehe siapa dulu dong adek Akuu," Kakak memelukku, perutnya sudah membesar, kehamilannya sudah masuk bulan keenam.
"Semoga anak kita juga pinter kayak Shinta ya Tin," bang Riko mengelus perut kakakku, sebuah pemandangan yang hangat.
"Ko, kamu udah tanya ke koh Ahong, buat Shinta masuk tempat kerja kamu ?" Ibuku dengan tangannya yang sibuk menggosok pakaian kerja abang iparku.
"Udah buk, kata koh Ahong besok udah bisa mulai kerja, tinggal nanti Riko bawa fotocopy ijazahnya Shinta. "
"Besok sekalian bareng Riko aja berangkat kerjanya, si Shinta buk," Lanjutnya.
"Tuh Ta, siap siap yah kamu, betah betah di tempat kerjanya," Ibuku menyahut
"Iya maak, " sahutku
"Yaudah buk, kalo gitu Riko jalan dulu yaa," bang Riko pergi mengendarai motor Vario hitamnya, hilang dari gang sempit kampung Tambora.
Ilustrasi Shinta (sc. insta)
Hari itu Aku senang bukan main, lulus sekolah, lalu langsung dapat kerja. Aku bertekad mengeluarkan keluarga kami ke lingkungan yang lebih sehat dan tinggal di rumah yang memiliki kamar. Karena bersemangat dan tak sabar menunggu hari esok, mataku enggan terpejam, Aku memaksakan pura pura tertidur, Ibuku sangat rewel menyuruhku tidur, jika tak juga tidur saat larut malam. Aku mendengar suara motor yang kian mendekat dan lalu mati didepan rumah kami, lalu pintu terbuka, itu jelas bang Riko pulang bekerja, lalu Aku mendengar bang Riko dan kakakku berbisik setengah berdebat soal berhubungan badan, kakakku sedang enggan karena kehamilannya, dan bang Riko mengalah. Itu berakhir sepertu itu saja, lalu Aku merasakan bang Riko menghempas badannya di sampingku, hanya itu ruang tersisa dirumah kami. Aku merasakan kegelisahan bang Riko, Aku belum terlelap tapi mataku pura - pura terpejam, Aku merasa seperti seseorang sedang memeriksa apakah Aku sudah tidur atau belum. Lalu sebuah tangan kasar meraba payudaraku dengan canggung, Aku tak berani melihat, tapi Aku tahu jelas pasti bang Riko. Setelah meraba halus, Ia menarik tangannya lalu mengelus ngelus paha hingga bokongku, Aku juga merasakan hembusan nafas di sekitaran leherku. Dadaku mulai berdegup kencang, lalu berkeringat. Terlebih dilecehkan oleh orang terdekatku. Aku ingin menangis, tapi kutahan, Aku tak ingin keluarga ini hancur, kakakku sedang mengandung anaknya, dan bang Riko telah banyak membantu keluarga ini. Ini mungkin karena bang Riko tak mendapat jatah. Aku akan membiarkannya menjamah tubuhku, lagipula Ia tak menyetubuhiku.
Bang Riko sepertinya mulai merasa Aku tertidur pulas karena tangannya mulai melangkah lebih jauh, Ia tak lagi canggung, kini ia memepetkan badannya dan memelukku seperti bantal guling. Tangannya nakal menerobos masuk lewat bawah kaosku. Ia mengelus ngelus perutku perlahan terus naik keatas sampai ke payudaraku. Ia meremas remas braku. Aku merasakan seluruh tubuhku merinding.
"Ngh," desahku keluar begitu saja walau Aku menahannya, Aku menjijikan.
Mendengar desahan halusku, tangan bang Riko membeku ditempat, Ia pasti merasa akan ketahuan, Aku merasakan ia mencoba melihat ke arahku, posisi tidurku membelakanginya. Setelah dirasa aman, Ia kembali memainkan payudaraku, kali ini lebih jauh. Ia menerobos perlahan kedalam bra ku, lalu Aku merasakan tangan kasar yang hangat itu meremas remas payudaraku lalu memelintir putingku. Badanku menggeliat ketika ia memainkan putingku. Dan tak sengaja merasakan benda panjang keras yang hangat menyentuh bokongku. Aku membalik badanku terlentang, berharap bang Riko menyudahinya. Kini tak terasa lagi jamahannya. Tapi tak lama perlahan sebuah tangan mencoba mengangkat kaosku, sampai memperlihatkan payudara berbalut bra hijau tua milikku, Aku merasakan ada benda lonjong panjang dan hangat mengetuk ngetuk perutku, lalu tak lama cairan panas yang baunya asing bagiku tumpah di permukaan perutku, Aku dapat merasakan bang Riko berusaha menghilangkan bukti, Aku merasakan ia menyeka cairan itu dari tubuhku. Lalu pergi keluar, kurasa ke kamar mandi. Seketika pintu menutup, Aku bangun, dadaku sesak, setelah apa yang dilakukannya padaku. Aku akan melepasnya kali ini. Aku tak mau jika ini bocor malah akan merusak keluarga kami. Aku merasakan vagina ku menjadi basah karena rangsangan tadi, bahkan Aku sempat mendesah, Aku benar benar jijik dengan tubuhku yang malah menikmatinya. Aku tak bisa tidur malam itu dan jadilah Aku mengantuk di hari pertama bekerja.