CHAPTER 35: DOOMSDAY (1)
Belum habis-habisnya kekaguman Saktia setiap dia memasuki kawasan kompleks The Platina Pavilion. Kompleks yang benar-benar menunjukkan level yang berbeda dari semua perumahan seantero Ibukota. Perumahan yang membuat rakyat ekonomi menengah ke bawah bahkan tidak berani bermimpi untuk memiliki properti di sana. Saktia dibuat kagum oleh deretan rumah megah dan lingkungan yang tertata asri. Dia terkadang merasa seperti tidak berada di Indonesia.
Setelah sampai di rumah Bos-nya, Saktia langsung menuju kamar utama. Dengan pelan dia mengetuk tiga kali dan dari dalam terdengar jawaban,
“Masuk.”
Tampak Shania duduk di kursi malasnya yang nyaman. Tungkainya yang indah dan mulus bertumpu pada tangan kursi yang empuk. Shania sedikitpun tidak menoleh ke arah Saktia yang mendekatinya. Perhatiannya terpusat pada lembaran kertas yang dipegang. Semua sudah sesuai keinginannya.
“Siang Bos. Ada berita gembira nih Bos. Tim pengacara tambahan sudah setuju dengan proposal yang kita ajukan. Mereka kini sedang bersiap menyusun materi untuk kemungkinan di pengadilan.”
“Hmm bagus.” Shania acuh tak acuh menjawab. Itu memang sudah sesuai dengan prediksinya.
“Kemudian Bos, untuk narasi kesaksian Tania Dara, dia sudah menguasainya. Timingnya sudah ditetapkan kapan. Pastinya akan mendukung proses
takeover.”
“Hmm oke bagus.”
“Dan sekarang, ada yang saya ingin usulkan ke Bos Shania,” Saktia tersenyum misterius. Dan berhasil. Shania kini mengalihkan pandangannya ke apa yang sedang dipegang Saktia.
“Jadi,” Saktia berbisik pelan, “beberapa hari lalu Bos bilang sepertinya kita perlu mata-mata tambahan kan?”
***
Veranda tahu Melody sangat membencinya saat ini. Veranda juga tahu betapa rumitnya hubungan mereka saat ini. Dan Veranda juga tahu, rasa kesalnya ke Melody dan yang lain tidak akan hilang dalam waktu dekat.
Namun kalau sudah masalah orgasme, Veranda tidak mau diintimidasi seperti ini.
Satu jam berlalu, Veranda dibuat orgasme berkali-kali oleh Melody. Kenikmatan dalam tubuh Veranda dibuat naik turun oleh permainan Melody. Jilatan, jepitan, ciuman dan sentuhan penuh pengalaman dari Melody memanjakan Veranda begitu nikmat. Sementara Veranda, jangankan membalas, di menit pertamapun sudah tak mampu melawan gerayangan Melody yang pasti lebih berpengalaman darinya.
Nafsu berahi mereka sedikitpun tidak menurun. Keringat mengucur dari kulit mereka. Udara sedikit gerah karena Bos Titan memang sengaja tidak menghidupkan pendingin kamarnya. Kini seprei merah marun di tempat tidur Bos Titan sudah basah di beberapa tempat.
“Nggghh brrengseekk kamu Meell arrghhh..!” Untuk kesekian kalinya cipratan air bening menyembur wajah Melody yang tengah menyedot klitorisnya. Tidak sedikitpun cairan
squirting Veranda luput dari hisapannya.
Namun bukan Veranda namanya kalau hanya bisa pasrah. Dia merasa sudah waktunya untuk melawan. Tidak mungkin Veranda terus disiksa oleh kenikmatan berahi ini.
Veranda beranjak duduk dan kemudian meraih lengan Melody yang tertumpu di pahanya. Melody terkejut melihat manuver Veranda yang kini mengangkat tubuhnya sehingga menimpa tubuh Veranda. Dengan cepat Veranda menjepit dan menarik kasar puting payudara Melody. Melody mengerang geli. Veranda merebahkan tubuh Melody di sampingnya kemudian meraih dildo merah yang terletak di permadani bawah ranjang.
Tanpa membiarkan Melody bergerak lebih jauh, Veranda dengan cepat membenamkan penis silikon itu ke vaginanya. Jleb! Melody kembali mengerang nikmat. Sementara jari Veranda bergerilya menggesek klitoris Melody. Melody menggelinjang menahan geli nan nikmat di sekujur tubuhnya. Bulu kuduknya meremang. Ayo brengsek! Ayo puaskan aku gadis kampung! Melody menyergah dalam hati.
Namun kini Veranda tidak merasakan lagi kenikmatan itu. Dia ingin lagi. Dia kembali haus berahi. Veranda melangkahi wajah Melody dan mengarahkan selangkangannya ke wajah Melody. Melody yang sedang menutup mata menikmati jalan menuju puncak kenikmatan, tersentak melihat seonggok vagina putih meminta untuk dipuaskan. Maka kembali lidah dan bibirnya mengisap sekaligus menyemprotkan lelehan kenikmatan di vagina Veranda.
Bos Titan yang sedari tadi santai menyaksikan
Lesbian Show di kasurnya sendiri, akhirnya mengambil ancang-ancang untuk bergabung di pergelutan penuh gairah itu. Bos Titan merasa lubang kenikmatan kedua selirnya itu sudah cukup siap dan basah untuk menerima penis gaharnya.
Dengan sekali gerakan Bos Titan menarik rambut panjang Veranda sampai-sampai dia mengaduh. Penis Bos Titan perlu dibasahi. Dilumuri air liurnya. Veranda tentu paham. Maka Veranda langsung berlutut di pinggir kasur dan mulai memasukkan penis Bos Titan ke mulutnya. Tenggorokannya menggelegak. Melody juga langsung berlutut di kasur untuk menjilati puting Bos Titan.
“Siapa yang suruh kamu jilat ini!” Bos Titan menjambak rambut Melody dan menariknya ke bawah, untuk ikut membantu Veranda membasahi penis Bos Titan yang ternyata semakin besar. Mulut Veranda kewalahan menerima ukuran penis Tuannya. Mengetahui Veranda akan mengeluarkan penis Bos Titan dari mulutnya untuk beristirahat sejenak, Bos Titan justru mendorong kepala Veranda, membuat Veranda tersedak. Wajahnya kini merah, pernafasannya terhalang. Berkali-kali Veranda tersedak dan memuntahkan angin. Namun Veranda tahu, itu yang ingin dinikmati Bosnya. Menikmati Veranda yang tersiksa oleh ukuran penisnya. Maka setelah mengambil sekali tarikan nafas, Veranda kembali mendorong masuk penis Bos Titan memenuhi pangkal mulut dan amandelnya.
“Hok! Hooeek! Kkhook!” Pelupuk mata Veranda berair hasil dari sedikit rasa nyeri di tenggorokannya.
Melody yang sedari tadi asyik mengulum buah zakar Bos Titan, berinisiatif mengambil posisi Veranda. Ditariknya badan Veranda sehingga akhirnya Veranda mundur ke belakang. Kamu mau cari perhatian ya dari Bos? Enak aja, Melody mendelik ke arah Veranda yang sedang mengambil nafas.
Dengan mengambil satu tarikan nafas panjang, mulut Melody terbuka lebar dan mulai menelan batang penis Bos Titan. Lidahnya bermain-main di bagian bawah penis Bos Titan. Sementara tangan kanannya mengocok pangkal penis dan tangan kirinya meremas-remas pelan buah zakar Bos Titan. Pengalaman memang tidak bisa dibohongi. Bos Titan tampak menikmati pelayanan selirnya satu ini. Matanya tertutup rapat, mencoba menghayati setiap nikmat yang menjalar di tubuhnya. Tanpa sadar mulutnya mendesah.
Veranda langsung kembali berlutut di depan Bos Titan, mengelus pahanya untuk memberitahu bahwa dia sudah siap dipakai kembali. Bos Titan yang melihat Veranda tersenyum sopan menunggu instruksinya, mencubit Labia Majora vagina Veranda.
“Memekmu sudah siap untuk digagahi, hah?”
“Nggh su-sudah, Bos. Erghh.”
“Bagus. Jangan buat aku kecewa.”
“Baik, B-bos.”
Bos Titan mencabut penisnya dari mulut Melody kemudian menghentak-hentakkan penisnya di lidah Melody yang terjulur untuk melepaskan liur berlebih. Bos Titan kemudian mendorong pantat Veranda ke kasur. Veranda langsung mengambil posisi menungging membelakangi Bosnya.
Bos Titan yang sudah tidak tahan melihat onggokan vagina Veranda yang dihiasi klitoris yang kuncup dan Labia Majora yang putih dan gempal, langsung meraih paha Veranda kemudian mengarahkan penisnya yang tegang maksimal ke mulut vaginanya. Tanpa ampun Bos Titan mendorong penisnya dan membobol lubang kenikmatan Veranda.
Dengan pil Ultimate dan balsem jasmine merah, sampai saat ini vagina Veranda tetap belum bisa mengimbangi keganasan penis Tuannya. Tubuh Veranda mengejang tatkala penis Bos Titan menjalar pelan di dinding vaginanya. Veranda belum terbiasa dengan penis berukuran seperti ini. Vaginanya berontak ingin melepaskan rasa sakit yang dibungkus nikmat senggama.
Namun Veranda tidak membiarkan vaginanya mengecewakan Bosnya sendiri. Dia mendorong pantatnya ke belakang untuk mempercepat masuknya penis Bos Titan. Sambil meringis menahan nyeri Veranda bertekad membiasakan vaginanya menerima penis gahar Bos Titan. Tangannya yang bertumpu di kasur mulai bergetar. Keringat membasahi tengkuk dan punggungnya.
Sementara Melody mengerti, Bos Titan di momen seperti sekarang ini tidak boleh diganggu, karena akan mengganggu kenikmatannya. Maka Melody menunggu sambil menyaksikan proses pencabulan Bos Titan ke Veranda. Sesekali jari Melody menggesek pelan klitorisnya sendiri, mencoba ikut meraup berahi berlimpah Bosnya.
Akhirnya vagina tebal Veranda sukses melahap tuntas batang penis Bos Titan. Bos Titan mencoba mendiamkan penisnya sesaat, namun rasa nikmat tidak berkurang atau hilang malah semakin mengelitiki penisnya. Bos Titan melihat Melody menatapnya dengan penuh nafsu sambil menggesek kasar klitorisnya. Melody mendesah manja, berharap dia diikutkan dalam senggama ini. Keinginannya terkabul. Bos Titan menjulurkan tangannya, yang langsung dengan sigap disambut Melody. Namun yang selanjutnya terjadi tidak terpikirkan oleh Melody. Tubuh mungilnya diputarbalik bosnya sehingga vagina Melody tepat berada di depan wajah Bos Titan. Tangan Melody langsung bertumpu pada punggung Veranda, sedangkan pahanya melebar di bahu Bos Titan.
Lengkap sudah formasi pergelutan nikmat ini. Vagina Veranda bertugas memuaskan penis Bos Titan, sedangkan vagina Melody ditugaskan memuaskan lidahnya. Bos Titan menampar bokong putih Veranda, sehingga Veranda mulai memajumundurkan pinggulnya dengan cepat. Melody yang bertumpu pada punggung Veranda menjadi goyang sehingga mau tak mau memeluk perut Bos Titan. Posisinya sangat tidak enak. Pahanya menegang. Untungnya Bos Titan mencengkram keras badannya sehingga Melody tidak perlu menahan posisi tubuhnya.
Veranda dan Melody mendesah bergantian, menikmati posisi masing-masing. Kegaharan penis Bos Titan menggesek liang vagina Veranda tidak hanya memberikan rasa geli nikmat tapi juga memaksa vaginanya melebar semaksimal mungkin. Veranda merasakan penis Bos Titan semakin besar dan sesak. Bahkan dia bisa merasakan urat-urat penis Bos Titan yang mendenyut. Sesekali Veranda mengaduh menahan sakit.
Sedangkan Melody memejamkan matanya menahan geli dan nyeri tatkala Bos Titan melumat sekujur vaginanya. Hampir saja pelukannya lepas saking menikmati permainan lidah Bos Titan. Bulu halusnya meremang. Melody tidak ingin kenikmatan ini berlalu. Melody ingin setiap senti dari tubuhnya dapat dipakai Tuannya.
Namun keinginannya pasti tidak dapat selalu terpenuhi. Setelah beberapa menit puas dengan selangkangan Melody, Bos Titan melemparkan tubuhnya ke kasur bak sekarung beras. Bos Titan mulai memfokuskan ke tubuh yang sedang menungging di depannya. Tubuh mulus nan bersih milik Veranda. Bos Titan menampar keras bokong Veranda hingga yang tadinya putih bersih kini memerah.
“Segini doang kamu bisa goyangnya hah?! Apa gunanya kamu training rutin?!” Bos Titan menyergah melihat kualitas pelayanan budaknya yang dirasa menurun.
“Maaf, Bos.” Veranda hanya bisa mengatakan itu.
“Kurang ajar kamu! Mel! Kalian ngapain aja pas training?! Tidur-tiduran ya?! Pada santai karena ga diawasi?!!”
Melody tahu Bosnya sering menyiksa tubuhnya dan para Pegawai Terpilih lain saat berhubungan badan. Namun malam ini dia kaget melihat Bos Titan sampai marah. Melody berusaha mencairkan keadaan.
“Kami selalu serius saat training, Bos. Maafkan saya, kalau layanan Veranda tidak optimal juga adalah kesalahan saya.” Sesaat Melody mendelik ke arah Veranda. Gimana sih nih orang kok bisa ga maksimal ngelayanin Bos, pikirnya tidak mengerti.
“Ergh brengsek!” Umpatan Bos Titan mengawali penyiksaan terhadap tubuh Veranda malam itu. Bos Titan mulai menggoyang cepat pantat Veranda, menimbulkan bunyi tepukan antara pahanya dan pantat Veranda. Plok plok plok. Bos Titan yang sedari tadi mencengkram pantat Veranda, kini menarik tangannya ke belakang. Tubuh Veranda bergoyang lebih hebat diterjang Bos Titan dari belakang. Payudaranya yang menggantung berayun cepat.
Walaupun sedikit kesal dengan mutu pelayanan Veranda, Bos Titan tetap tidak bisa menampik fakta bahwa vagina Veranda tidak pernah mengecewakannya. Entah kenapa vaginanya bisa memberi rasa dan sensasi yang berbeda. Tidak sampai situ saja, Bos Titan merasa penisnya dapat ereksi paling maksimal hanya pada saat menggagahi liang vagina Veranda.
Melody benar-benar diabaikan. Namun dia rasa tidak masalah. Prioritasnya saat ini adalah mood dan kepuasan Bosnya. Satu hal yang Melody pikirkan adalah Bos Titan yang tidak seperti biasanya. Walau tadi tidak melihat langsung, Melody yakin Veranda tetap sepenuh hati melayani Bos Titan. Melody juga memperhatikan raut wajah Bos Titan yang sedikit tegang. Pasti ada sesuatu yang dipikirin, tebak Melody.
“Ngh ngh yes Bos yesh.
Fuck my pussy bossh ahh! Fuckk yes yes yess..” racau Veranda menikmati genjotan dari belakang, sekalian mencoba meredam suasana hati Bos Titan. Namun Bos Titan masih tetap diam fokus menggoyang selangkangannya. Sesekali desahan yang tertahan keluar dari mulutnya.
Kala kenikmatan semakin menggerayangi batang penisnya, Bos Titan menarik keluar penisnya dari jepitan vagina Veranda. Dia memutar tubuh Veranda sehingga rebah di kasur. Bos Titan melebarkan paha Veranda dan kembali memasukkan penisnya dalam-dalam ke lubang kenikmatan Veranda. Tangannya kini bebas menggerayangi sekaligus menyiksa tubuh Veranda.
Bos Titan mulai dari payudara Veranda yang dari tadi tak tersentuh. Tangan kiri Bos Titan manahan satu paha Veranda, sementara tangan kanannya meremas payudara Veranda. Tak lupa putingnya ditarik sampai Veranda menggeram menahan sakit. Bos Titan memajumundurkan pinggulnya begitu stabil dan cepat, sampai-sampai…
Plop. Penis Bos Titan terlepas dari liang vagina Veranda. Veranda yang merasakan hal tersebut, dengan sigap menuntun dan memasukkan kembali penis Bosnya masuk ke lubang vaginanya. Veranda tidak mau sedetikpun menyia-nyiakan kenikmatan penis Bosnya. Nafsunya kini memuncak. Desahan-desahannya makin tak terkendali. Tubuhnya menegang. Tangannya mencengkram lengan kekar Bos Titan dan mengarahkan untuk mencekik lehernya.
“Hell yeahh! Yeah!
Fuck me please boss! Fuck harder! Fuck your slave boss! Load me with your cum ahh! Ahh ahh ahh!” Sedari tadi sudah tak terhitung lagi orgasme di dalam vaginanya.
Keinginan Veranda berbuah hasil. Sesaat setelah dia merasakan orgasme untuk kesekian kalinya, Bos Titan juga merasakan akhirnya kenikmatan yang melebur di liang vagina Veranda mencapai klimaksnya. Veranda yang mengerti Bosnya akan keluar, meracau setengah berteriak,
“Penuhi memekku Boss ahhh!”
Tubuh Bos Titan benar-benar menegang hebat. Kenikmatan puncak dari vagina Veranda tidak dibiarkannya sampai disitu saja. Saat penisnya mulai deras menyembur-nyemburkan lelehan putih kental, Bos Titan tidak sedikitpun mengendurkan goyangannya. Bos Titan dapat merasakan batang penisnya benar-benar keras dan tebal. Kemampuan vagina Veranda yang tidak dia dapatkan dari vagina selirnya yang lain benar-benar tidak disia-siakannya. Bos Titan tanpa sadar mencengkram keras kedua paha Veranda. Dia sampai setangah berteriak mengekspresikan rasa puas dalam dirinya.
“Argghh fucckk!!”
Cairan sperma belum juga berhenti menyembur. Menit-menit yang tidak akan dilupakan Bos Titan. Melody yang dari tadi diam hanya bisa takjub menyaksikan kegirangan Bosnya. Dari ekspresi dan wajah Bos Titan yang memerah Melody dapat merasakan kenikmatan yang amat sangat.
Hingga akhirnya Veranda merasa batang penis dalam vaginanya sudah berhenti menyemprot air mani. Hanya menyisakan denyutan urat. Bruk! Bos Titan ambruk di atas tubuhnya. Bos Titan dan Veranda sama-sama terengah puas. Salah satu malam terhebat yang pernah mereka nikmati. Veranda mencoba semakin memperbaiki mood Bos Titan. Veranda mulai menghisap bibir Bos Titan. Meliukkan lidahnya mencari lidah Bos Titan. Tangannya lembut merangkul tengkuk Bos Titan. Sementara penis Bos Titan yang masih terbenam dalam vagina Veranda, kini melemas.
Namun ciuman itu hanya terjadi beberapa saat. Bos Titan mencabut penisnya dan beranjak ke tengah kasur, berbaring lemas di antara bantalnya. Tanpa menoleh ke arah dua gundiknya Bos Titan menggumam,
“Malam ini vaginamu nyelamatin kamu dari
service-mu yang sampah itu. Udah sana kembali ke kamar kalian.”
“Baik, Bos. Kami permisi kembali ke kamar.” Veranda langsung turun dari kasur dan melilit tubuh telanjangnya dengan handuk putih besar. Saat melewati pintu kamar Bos Titan, Veranda menyadari ternyata Melody masih berdiri di pinggir kasur. Dengan isyarat tolehannya, Melody menyuruh Veranda keluar duluan. Veranda mengangguk dan akhirnya kini tinggal mereka berdua.
Melody tahu walaupun Bosnya sedang dalam mood tidak baik, tetap punya celah untuk dia bujuk. Perlahan Melody mendekat dan ikut berbaring di samping Bos Titan. Jarinya membelai lembut dada Bos Titan yang lembab oleh keringat. Sesekali Melody mengusap dan merapikan juntaian rambut Bos Titan. Pendekatan yang tak akan bisa dilakukan Pegawai Terpilih lain selain Melody yang paling senior dan bertahun-tahun melayani Bosnya. Yang mengerti kepribadian Bosnya.
“Tadi aku lihat Veranda
not bad kok servicenya. Sayang, lagi ada yang dipikirin ya? Kalo kamu belum mau cerita, gak apa-apa. Tapi aku izin tidur disini ya. Manatau kamu pengen pake aku, atau kamu pengen cerita.” Ujar Melody selembut mungkin.
Bos Titan tidak menjawab. Namun tangannya meraih tubuh Melody, merangkulnya sehingga Melody kini dalam dekapan Bos Titan. Melody mengulum senyumnya. Untuk beberapa momen, Om Minmon mungkin tidak bisa mengerti apa maunya Bos Titan. Tapi Melody bisa.
“Aku capek seharian kesana-kemari. Belum lagi beberapa kesepakatan mentok. Pengen pulang cepet untuk nikmati kalian, macetnya gila-gilaan. Hahh!” Akhirnya Bos Titan buka suara.
“Yaudah besok untuk meetingnya aku aja yang
handle ya. Kamu di kantor aja gimana?
For some company we need different approach. Kamu aku handukin dulu ya. Kamu basah lho ini. Badan kamu leng-”
“Ditambah lagi,” potong Bos Titan namun terhenti, menimbang-nimbang apakah perlu memberitahu Melody hal yang remeh namun akhir-akhir ini menganggu.
“Apa?”
Akhirnya Bos Titan bersuara, “Perasaan aku ga enak belakangan ini. Seakan ada hal ga diinginkan bakal terjadi.”
***
Photo credit to Suhu Ndaskoplak. Selamat menikmati cerita ini kembali Suhu. Kalau berkenan silahkan like dan reply, serta kalau ada saran monggo. Sampai jumpa besok malam.