Terima kasih Suhu semua untuk antusiasme dan reply-nya! Benar-benar jadi penyemangat untuk namatin cerita ini. Begini ternyata rasanya jadi penulis cerita haha! Selamat menikmati cerita selanjutnya.
CHAPTER 58: TENGKORAK HITAM
‘Pembunuhan mantan anggota militer oleh sekelompok orang’
‘Kerusuhan yang berujung tewasnya satu orang polisi. Siapakah dalangnya?’
“Eh tau ga, katanya yang demo kemaren itu jadi ricuh gara-gara ulah orang-orang jubah hitam.”
“Hah apaan dah jubah hitam hahaha.”
“..seriusan gue. Temen gue liat langsung di lokasi kerusuhan.”
‘Anak Ketua Partai X sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Pencarian masih dilakukan.’
Kejadian-kejadian tersebut tentu tidak luput dari perhatian masyarakat, termasuk Melody. Namun dirinya masih tidak mempercayai bahwa itu adalah aksi golongan tertentu. Sampai pada suatu hari, Ryan teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai penyidik menceritakan suatu hal pada saat pesta reuni.
“Mel, gue tau lo sekarang orang penting di Valkyrie. Orang terkenal di industri hiburan, walaupun lo bukan artis. Nama lo sering terpampang di media. Gue pengen lo buka mata, supaya hidup lo aman.”
“Maksud lo apa, Yan?” Ryan, temannya, tidak langsung menjawab. Dia memandang sekitar, seakan ingin membisikkan rahasia yang seorangpun tidak boleh tahu.
“Begini, gue sekarang ini ditugasin untuk menyelidiki sindikat yang dicurigai sebagai dalang dari banyak kerusuhan dan pembunuhan di ibu kota. Kerusuhan di depan gedung DPR, penculikan anak ketua umum Parpol X, mantan anggota militer yang dibunuh, lo ingat semuanya kan? Dari hasil penyelidikan tim gue, dalangnya adalah sindikat yang sama. Mereka itu kayak asasin, yang bisa disewa untuk membunuh, menculik atau bahkan bikin kerusuhan. Penyebabnya apa? Biasanya karena ‘nyenggol’. Makanya gue bilang ama lo, kalo ga penting-penting amat ga usah ganggu. Kita ga pernah tau siapa temennya siapa.”
“Dan sekarang, ada satu mantan napi yang jadi pembuka arah penyelidikan kami. Dicurigai sebagai anak buah sindikat itu, entah masih aktif atau sudah mantan anggota.”
“Sindikat? Sindikat apa sih ini yang lo maksud?” Hingar bingar pesta kini tidak mereka pedulikan lagi.
“Mungkin ini kedengaran konyol bagi lo, tapi kami berhasil mendapat nama kelompok itu,” kali ini Ryan benar-benar berbisik di telinga Melody. Di antara dentuman musik yang memenuhi ruangan pesta reuni, Melody mendengar jelas bisikan Ryan yang membuatnya sedikit bergidik.
“Tengkorak Hitam.”
***
Tak pernah terbersit di pikiran Melody saat itu bahwa sekarang dia berada di sana. Di markas Tengkorak Hitam. Kelompok ini benar-benar nyata. Apakah mereka benar-benar dalang dari semua kejadian itu? Sejenak Melody bertanya, namun tidak ambil pusing. Dia punya urusan sendiri. Melody yakin, tawarannya tidak akan ditolak oleh Bapak, begitu sebutan yang dia dengar.
“Silahkan.”
Pria berkerudung hitam itu mengarahkan Melody ke depan pintu kayu gelap dan besar. Pintu tersebut kelihatan berat untuk didorong. Melody menatap pintu tersebut. Satu langkah lagi, di balik pintu ini dia akan bertemu dengan pemimpin kelompok ini.
“Bapak sud- eh-“ Melody menoleh dan mendapati pria berkerudung hitam tersebut sudah hilang. Dia bahkan tidak mendengar langkah kaki pria tersebut. Melody sedikit merinding. Apakah mereka ini hantu?
Melody pun mendorong pintu besar tersebut. Tidak seberat yang dibayangkannya. Di balik pintu tersebut, puluhan cahaya lilin berpendar menyambutnya. Ruangan yang remang tersebut membuatnya beradaptasi dan waspada. Ranselnya semakin dicengkram erat.
Setelah mempelajari isi ruangan tersebut, Melody tersadar di depannya, di sisi yang sedikit gelap karena jarangnya lilin, seseorang duduk di kursi besar yang terlihat seperti singgasana. Dia melipat kaki sambil tangannya memangku dagu. Melody menyipitkan matanya, mencoba menangkap raut wajah sosok tersebut.
“Anda… Bapak?”
Sosok itu pun berdiri dan mendekat ke Melody. Saat tubuhnya diterangi cahaya lilin, barulah Melody dapat melihat jelas siapa Bapak yang disebut-sebut sebelumnya: pria yang ternyata tidak setua yang Melody bayangkan, mungkin sedikit lebih tua dari Bos Titan, rambut yang disisir klimis disertai kumis janggut tipis. Tubuhnya tegap walau tidak berotot, yang dibalut kaos abu-abu dan celana bahan hitam. Tidak seseram bayangan Melody.
“Hahaha iya betul. Padahal saya belum tua ya.” Melody semakin kaget saat mendapati ternyata pembawaannya ringan dan santai. Begini yang disebut dalang dari kerusuhan?
“Jadi ada maksud apa Anda datang ke sini, Melody? Pasti ini sesuatu yang serius ya? Silahkan duduk.” Bapak mempersilahkan Melody duduk di kursi di dekat pintu.
“Ya. Saya langsung ke permasalahannya saja.” Melody mengambil selembar foto dari saku samping tasnya. “Ini. Saya ingin kalian mencari wanita ini. Bawa ke saya. Hidup-hidup.”
“Setelah itu?”
“Dia menjadi urusan saya. Urusan kita selesai disitu… mungkin. Kalau saya ingin bantuan lagi untuk mengurus wanita ini, saya pasti akan menghubungi utusan Anda.”
Tanpa basa-basi Melody membuka tas yang dari tadi dipegangnya. Dari balik tas itu, terkuaklah tumpukan uang tunai yang berlimpah dan menyesaki tas tersebut sampai hampir tidak muat. Kau tidak akan bisa menolak tawaran ini, Melody tersenyum tipis.
Namun dia melihat Bapak hanya memandanginya. Sedikitpun Melody tidak melihat ketertarikan pria di depannya kepada tumpukan uang tersebut. Mereka saling menatap beberapa saat sampai akhirnya Bapak tertawa terbahak.
“Hahahaha lucu sekali Anda ini ya.” Melody bingung apa yang lucu dari dirinya.
“Anda ini benar-benar pertama kali berurusan dengan kami ya. Belum paham sedikitpun peraturan di sini. Eh, tentu anak-anak saya sudah memberitahu kan?”
“Sudah. Saya sudah tahu peraturan Anda. Jumlahnya Anda yang tentukan, saya paham. Tapi sekarang waktunya mendesak. Tidak ada waktu lagi. Saya akan memberi ini terlebih dahulu. Sisanya, saya pasti akan melunasinya.”
Bapak masih mengikik geli dan mendekatnya wajahnya ke depan Melody. “Anda benar-benar tidak menyimak apa yang utusan saya katakan. Anda menemui Bakri kan? Anak saya yang mantan napi itu?”
“Iya betul.”
“Nah apalagi dia. Bakri tidak pernah salah dalam melakukan tugas yang saya beri, termasuk memberitahu peraturan kami.”
Melody pun sebenarnya masih ingat apa yang dikatakan kepadanya. Bakri, mantan napi yang dicurigai Ryan sebagai anggota Tengkorak Hitam, berhasil ditemuinya di salah satu rumah susun kumuh jauh dari kota. Dari dia, Melody mendapatkan cara untuk menghubungi Tengkorak Hitam, berikut dengan detailnya. Melody juga tentu ingat, yang Bapak tentukan adalah bentuk upeti, bukan jumlah bayaran.
“Saya tahu, Anda bukannya tidak ingat, tapi pura-pura tidak ingat kan?” Melody reflek buang muka, akal-akalannya ketahuan.
“Hahaha Anda kira kami ini butuh uang? Anda tidak akan bisa mengira betapa mudahnya kami mendapatkan barang fana itu.”
“Yaudah jadi apa yang Anda mau?” Desak Melody tidak sabar.
Bapak tidak menjawab. Dia hanya tersenyum memandangi Melody, sampai Melody merasa tidak nyaman. Tangannya kembali menopang dagu. Tak lama Bapak beranjak berdiri dan berjalan kembali menuju singgasananya.
“Saya tunggu Anda di sini.” Pada saat itulah Melody merasa seperti ada yang memberi pemahaman ke dalam pikirannya: Bapak ingin menikmati ranum tubuhnya. Melody langsung berdiri dan menyergah, “Anda gila!”
Bapak tidak menggubris protesnya. Dia mengambil posisi santai di kursi kebesarannya. Sambil matanya tertutup, Bapak menggumam, “Saya orangnya fair kok. Klien yang tidak sepakat boleh keluar. Saya juga tidak memaksa.”
Melody terdiam di tempatnya. Dia mencoba berlogika.
Kini tidak ada lagi yang bisa dia andalkan selain Tengkorak Hitam. Pekerjaan ini jelas bukan pekerjaan yang gampang dan hanya orang-orang yang punya sepak terjang seperti Tengkorak Hitam yang dapat diandalkan untuk sekarang ini. Tapi dia mau memperkosaku? Tidak mungkin!
Melody berpikir lagi.
Tapi Bos Titan tidak tahu hal ini. Om Minmon juga. Toh setelah semua ini selesai, Veranda aku dapatkan, urusanku dengan orang ini akan beres. Aku tidak akan menginjakkan kaki lagi di tempat ini.
***
Bapak yang seperti akan tertidur, refleks membuka matanya saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Perlahan dia bangun dari rebahnya.
“Nah gimana?”
“Oke, saya beri apa yang Anda mau. Tapi ingat, Anda dan kelompok Anda ini, harus bisa mengerjakan apa saya mau. Benar-benar apa saya mau. Kalau sampai gagal,” Melody menatap tajam wajah Bapak, “saya akan melakukan segala cara untuk membuat Anda menderita.”
Bapak yang mendengarnya spontan terbahak sambil menepuk tangannya. “Bravo hahaha! Saya suka wanita pemberani seperti Anda. Hahaha. Anda tahu, kalau ada klien saya yang berani mengatakan seperti itu, tidak sampai lima menit kepalanya pasti sudah putus.”
“Tapi Anda. Melody Nurramdhani Laksani. Dari awal saya sudah menyangka Anda adalah wanita yang menarik. Sekarang,” Bapak membetulkan posisi duduknya, “Saya ingin menikmati tempahan Valkyrie.”
***
Melody perlahan membuka bajunya. Tidak pernah dia sangka akan memperlihatkan tubuh bugilnya di depan orang selain kedua Bosnya. Namun dia sudah membulatkan tekad. Dia sudah mendapatkan armada untuk membuat semua ini kembali normal. Bos Titan akan kembali mempercayainya. Para Pegawai Terpilih akan kembali harmonis. Anak kampung itu akan lenyap dari dunia ini, tekadnya.
“Peliharaan Tristan dan Mino benar-benar tidak sembarangan.” Gumam Bapak saat melihat tubuh telanjang Melody di depannya. Kulit putihnya diterangi cahaya lilin. Lekuk tubuhnya dihiasi remang ruangan. Buah dadanya terpampang indah.
“Jaga mulutmu!”
“Hahaha maaf.”
“Sekarang Anda mau apakan saya?”
“Terserah Anda.”
Dengan malas Melody mendekat dan mulai membuka celana hitam Bapak. Dari balik celananya, Melody mendapati penis berukuran normal yang belum tegang. Sekilas Melody tersenyum mengejek. Hah ini mah jauh lebih kecil dari ukuran penis kedua Bosku. Ini tak akan terasa. Tak akan tahan lama, ejeknya dalam hati.
“Silahkan.” Bapak tersenyum sambil menatap Melody.
Maka Melody mulai memasukkan penis Bapak ke dalam mulutnya. Dengan gerakan terlatih Melody mulai memajumundurkan mulutnya, menyedot sambil lidahnya memutar menjilati kepala penis Bapak. Bapak tersenyum melihat gaya Melody yang terampil dan berpengalaman.
Bapak sudah mempelajari latar belakang Melody jauh sebelum dia sampai di markas Tengkorak Hitam. Wanita yang sangat menarik, baik dari kepribadian maupun penampilannya. Juga sedikit… misterius. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan Bapak. Dan kini, wanita yang membuatnya penasaran sudah hadir di depannya.
Penis Bapak mulai menegang, namun tetap tidak terlalu berbeda ukurannya dengan kondisi lemas. Dalam hati Melody tertawa mengejek.
Betapa beruntungnya kau dengan penismu yang tidak seberapa ini bisa menikmati selangkanganku, batin Melody.
Setelah dirasa cukup tegang, Melody mengambil posisi
Woman on Top dan memasukkan penis Bapak ke dalam vaginanya. Bles! Penis Bapak dengan lancar tertelan oleh vagina Melody yang gempal. Melody mulai menggoyang pinggulnya naik turun. Namun anehnya, Bapak seperti tidak merasakan kenikmatan bersenggamanya. Dia hanya tersenyum sampai akhirnya berkata,
“Kamu tau, Mel, penis itu tidak selalu tentang ukuran.”
Deg. Melody tertegun. Bapak seperti bisa membaca isi hatinya. Pria ini tentu bukan sembarang orang. Tapi sampai bisa tepat membaca isi hati, membuat Melody sedikit merinding.
Detik setelah Bapak mengatakan itu, Melody mulai merasakan sensasi yang aneh. Seiring dengan goyangan pantatnya, Melody merasakan gesekan penis Bapak dan dinding vaginanya sangat lembut dan nikmat. Melody mencoba mempercepat goyangan naik turunnya dan semakin merasakan rasa geli senggama di selangkangannya.
Melody pun mencengkram bahu Bapak dan semakin cepat, semakin cepat, menggoyang pinggulnya. Dirinya mendadak ingin meraup segala kenikmatan dari penis Bapak. Tanpa sadar matanya memutih dan mulutnya menganga keenakan. Liurnya menetes membasahi kaos Bapak.
“Ngghh! Ngghh! Enak! Enak! Ergh!” Melody meracau. Rasa nikmat yang tidak bisa digambarkan membuatnya kesetanan. Kini dia mulai memutar dan memajumundurkan pantatnya, mencoba mencari kenikmatan lain. Baru beberapa menit berlalu, keringat yang mulai deras membasahi tubuhnya. Cahaya lilin semakin menerangi tubuhnya yang kini basah.
“Pak! Pak! Enghh! Errh! Argghh!” Tak sedikitpun Melody mengendurkan goyangannya tatkala cairan
squirting mulai muncrat dari balik liang vaginanya. Crrrt! Crrrttt! Pantat Melody kini malah menghentak-hentak paha Bapak. Vaginanya semakin menuntut kenikmatan lebih dan mulai menyedot-nyedot penis Bapak. Dinding vaginanya mengempot. Nadinya berdenyut kencang. Tidak pernah dirasakannya seenak ini saat bersenggama dengan Bos Titan dan Om Minmon. Satu hal yang baru dia tahu, penis tidak selalu tentang ukuran.
Melody memelototi Bapak saat dia merasakan penis Bapak terasa seperti makin menyesaki liang vaginanya. Squirting keduanya akan datang. Dan benar, air bening mulai membeceki Labia Minora-nya dan membasahi bagian bawah kaos Bapak. Refleks, Melody memagut bibir Bapak membabi buta. Tangannya memeluk erat kepala Bapak, tanpa sedikitpun menunjukkan tanda-tanda lelah.
“Anjingg! Entot aku! Lagi! Lagierrghh!” Setengah jam tidak terasa saat Melody mendapat orgasmenya. Pil Ultimate dan balsem Jasmine menunjukkan taringnya. Bapak pun terpana melihat ketangguhan tubuh Melody. Belum pernah dia melihat wanita segarang ini dalam bersenggama. Apa yang kalian lakukan pada wanita ini Mon, Tan, batin Bapak.
“Kayaknya penis kurang tegang.”
Seperti anjing peliharaan, Melody langsung menurut. Dengan cepat dia mengeluarkan penis Bapak dan mulai mengisapnya. Dengan kesetanan Melody menyedot dan menjilat batang penis yang warnanya sedikit gelap dibanding warna kulit Bapak. Dan kini Melody merasakan sensasi lain. Semakin dia mengisap penis Bapak, semakin lidahnya merasakan gurih dan manis. Melody seperti anak kecil yang asyik menikmati permen.
Kini tidak ada lagi dinding gengsi di diri Melody. Dia merasakan pengalaman yang baru. Matanya terbuka. Apa yang dia nikmati di Valkyrie ternyata belum seberapa dibanding dengan dunia luar. Ini pertama kalinya dia menikmati penis selain penis kedua Bosnya dan langsung mendapat pengalaman yang luar biasa.
Saat dirasa sudah tegang maksimal, Bapak menarik tubuh Melody dan menunggingkannya di kursi. Dari belakang, Bapak pelan-pelan memasukkan penisnya ke dalam memek Melody. Dia ingin menyiksa Melody yang sangat ini ingin dipuaskan hawa nafsunya. Dan benar saja, Melody meracau saat mendapati penis Bapak hanya diam saja di dalam vaginanya.
“Ngghh Bapak jangan siksa akuu ngghuhuhu..” setengah menangis Melody menuntut dipuaskan. Pantatnya mulai maju mundur agar dapat merasakan kembali gesekan penuh kenikmatan dari penis Bapak.
Memajumundurkan pantat dengan posisi menungging tentu melelahkan, namun Melody tidak peduli. Dia mencoba secepat mungkin. Dan kini, rasa enak itu kembali memenuhi liang vaginanya. Mulutnya melenguh sakau, memohon rasa enak itu lagi dan lagi.
Setelah membiarkan Melody berjuang mendapatkan kenikmatan penisnya, kini Bapak tak tahan lagi. Dia pun mulai menggoyang penisnya. Tubuh Melody pun meremang. Otot-ototnya menegang. Ini dia, batinnya. Rasa enak yang kuinginkan. Bapak pun merasakan sensasi yang sama dari vagina Melody. Dia dapat merasakan vagina Melody terus menekan, menjepit serta menyedot penisnya, seakan tidak ingin melepasnya. Vagina Melody terasa seperti vagina gadis yang baru saja direnggut keperawanannya.
Setelah satu jam bersenggama, Bapak mulai merasakan puncak kenikmatannya. Semakin cepat dia menggoyang penisnya. Sementara Melody baru saja merasakan orgasme untuk kesekian kalinya. Lapisan sutra tebal singgasana Bapak kini basah oleh cairan squirting Melody yang muncrat berkali-kali.
“Mel… Rasakan peju-ku”
“Pak! Pak! Muncratkan Pak! Ergh ayo Pak!” Melody terus meracau kesetanan. Setelah Bapak merasakan momen cairan pejunya akan keluar, dengan cepat Bapak mengeluarkan penisnya dan mengarahkan ke mulut Melody. Melody dengan sigap menyedot kencang penisnya sampai Bapak menggelinjang. Sambil tangannya mengocok cepat pangkal batang penis Bapak, lidahnya meliuk-liuk menjilati kepala penisnya. Hingga akhirnya,
Crrroott! Crrrott! Sperma Bapak tumpah ruah di dalam mulut Melody. Melody langsung menelan lelehan sperma Bapak yang dirasanya gurih. Sambil menelan Melody terus mendesah, ingin lagi dan lagi. Semakin cepat dia mengocok penis Bapak, berharap air mani yang bisa ditelannya tidak habis-habis.
Sementara Bapak menegang. Nafasnya memburu. Semasa hidupnya menikmati tubuh wanita, baru ini Bapak merasakan kepuasan tidak terkira. Dia merasa mantra yang dilekatkan di penisnya mendapat selangkangan yang padu dan serasi. Lama dia menatap Melody yang masih asik menyedot penisnya. Wanita ini benar-benar istimewa, batinnya.
***
Melody tersentak. Entah sudah berapa lama dia tertidur karena lelah. Setelah tersadar penuh, dia mendapati dirinya terbaring di ranjang yang dikelilingi lilin. Tubuh bugilnya diselimuti kain sutra merah. Di sampingnya, Bapak duduk santai di pinggir ranjang. Melihat Melody yang sudah sadar, Bapak mengambil gelas kayu di meja samping ranjang dan menyodorkannya kepada Melody.
“Ini, minum dulu. Biar kamu cepat pulih, bisa beraktivitas seperti biasa.” Melody yang enggan akhirnya meraih minuman itu dan meneguknya. Sedikit pahit namun entah kenapa terasa segar.
“Ini jam berapa? Aku sudah tidur berapa lama? Kenapa kamu ga bangunin aku?”
“Kamu terlihat lelah sekali, jadi aku ga berani bangunin. Toh ini belum subuh kok.”
Entah sejak kapan percakapan meraka tidak seformal awal tadi.
***
“Jadi semua kejadian itu, memang ulah kalian? Kamu dan kelompokmu?”
“Semua yang kami lakukan, ada dasar kuatnya. Kami tidak pernah mau mengerjakan sesuatu yang tidak ada nilainya. Ketua Parpol X itu, sudah berapa orang yang dia makan untuk bisa dapat posisi penting. Itu alasannya sampai sekarang kami menyekap anaknya. Sampai dia mau mengganti rugi orang-orang yang sudah dia korbankan.”
Melody terdiam. Ternyata Tengkorak Hitam tidak seseram apa yang dia dengar selama ini. Mereka punya prinsip. Mereka punya nilai tersendiri. Bapak tidak sembarangan memutuskan sesuatu, batinnya sambil menatap mata Bapak dalam-dalam.
***
“Serius ini saya ga ketahuan?”
“Tidak, Bu Melody. Bapak sudah memerintahkan kami untuk mengantar Ibu dengan aman dan tanpa ketahuan seorang pun.”
“Oke saya pegang janji kalian. Saya akan tuntut kalian kalau saya sampai ketahuan.” Padahal dalam hati Melody bahkan tidak tahu cara untuk menuntut mereka kalau benar mereka tidak bisa menepati janjinya. Namun entah kenapa dia merasa bisa mengandalkan Tengkorak Hitam yang kini sudah mengikat janji dengannya.
“Baik, Bu Melody.”
“Sejak kapan kalian mau panggil saya ‘Bu Melody’. Kayaknya dari awal saya datang kalian main hilang-hilang aja.” Melody mendengus.
“Atas perintah Bapak, Bu.” Langkah Melody terhenti. Pintu lobi sudah beberapa langkah lagi. Dia terdiam. Mengingat sosok Bapak.
“Tugas kami sampai di sini. Ibu sudah aman. Silahkan melanjutkan ke tempat Ibu. Saya permisi.” Melody refleks menoleh ke belakang, namun sudah tidak mendapati pengantar yang bersamanya tadi. Cepat-cepat dia menyusuri ruangan besar loby yang entah kenapa tidak terlihat satupun satpam.
***
“Bapak senang dengan apa yang terjadi malam ini?”
Wanita berkerudung hitam tampak menunduk menunggu Bapak mengganti baju yang dibawanya. Jawaban dari pertanyaannya tidak kunjung didapatnya. Namun dengan patuh dia mengambil kaos abu-abu dan celana bahan hitam Bapak yang sudah lusuh.
“Kalau begitu saya permisi, Bapak.”
Saat kakinya sudah menapak pintu ruangan Bapak, saat itulah Bapak menggumam pelan namun jelas didengarnya,
“
Sye nara dalhi oura valekh. Bintang Kejora lenyap di bentangan Samudera Biru.”
Perempuan itu terkejut, kemudian cepat-cepat menghilang.
***