Ketika selesai berbincang-bincang dikamar utama, handphone caca berdering setelahnya dia pamit hendak ke halaman belakang rumah.
"Tapi mas kenapa jadi bisa begitu? Emang ga bisa diselesaikan secara kekeluargaan?" Teriak caca ketika aku tak sengaja mengikutinnya
Bla.. blaa.. blaa ... bla...
Aku yang mendengar pembicaraan caca segera menyalakan sebatang rokok sambil menikmati kopi yang baru saja kuseduh.
Selang 30 menit caca selesai telfonan, dengan kaget dia berbalik badan dan melihat aku sedang duduk menikmati kopi dan sebatang rokok
"Eh mas" ujarnya
"Ngooo... pi. Mbak" ujarku menutupi agar tak terlihat sedang menguping
"Uda lama kamu duduk disini?" Tanyanya sambil nyurup kopiku
"Baru mbak, baru aja" jawabku beralasan
"Itu tadi ada masalah suamiku. Bego banget, bawa mobil sambil mabuk" ujarnya memulai obrolan
"Emang gimana ceritanya mbak, mabuk sambil bawa mobil mah bisa-bisa aja" jawabku
"Itulah beg*nya dia mas, ga biasanya dia pulang mabuk tabrakan. Lagi naas kali hari ini" ujarnya sambil pasang wajah sedih
"Iya mbak, hari naas gada diklender emang" balasku sambil mencoba menenangkannya
"Ehhh. Iya mas. Eh tapi aku boleh tanya ga mas?" Ujar caca
"Tanya apa mbak?" Ujarku singkat
"Mas, sama mama tadi diatas ngapain? Kok wajah mamah kelihatan sayu gitu?" Ujar caca sambil mendekat duduk disampingku
"Uhmmm.... itu mbak. Ehh" jawabku gugup
"Mama emang suka gitu mas, semenjak kami sma mama sering kepergok samaku" ujarnya
Aku hanya melihat wajah caca doang tanpa membalas obrolannya
"Tapi setelah aku tau mama begitu karna memang bukan mencari pelampiasan, aku sih jadi biasa aja. Toh mama jadi lebih ceria dengan begitu" lanjutnya
"Sebentar mas aku kedalam dulu panggil mama" ujar caca sambil berlalu meninggalkanku