Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI [Viral] KKN didesa Penari : Versi Ayu

siperut_bunciit

Guru Semprot
Daftar
1 Jul 2015
Post
660
Like diterima
2.990
Lokasi
D city
Bimabet
Kuliah Kerja Nyata di Desa Penari
(Cerita versi Ayu)
cerita ini hanyalah fiktif dan dalam rangka seru-seruan. Namun alur cerita tetap saya jaga agar seperti cerita yg sedang viral saat ini

"Nur, aku telpon dari tadi kok gak diangkat sih"
"Maaf Yu, aku ketiduran"
"Yaudah nanti malam aku jemput ya"

Aku Ayu, Aku masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Kota S. Kuliahku sudah memasuki masa-masa akhir. Tugasku kini tinggalah melakukan Kuliah Kerja Nyata sebelum pada akhirnya menyusun skripsiku. Mulanya aku sudah pasrah ketika hingga menjelang batas akhir pendaftaran KKN aku belum juga mendapatkan lokasi untuk melakukannya hingga akhirnya Mas Ilham kakakku mendapatkan tempat untuk kami (aku dan sahabat-sahabatku) melakukan KKN. Malam ini Aku, mas Ilham dan Nur sahabat 1 fakultasku akan berangkat ke Desa yg mas Ilham sarankan pada kami semua untuk melakukan observasi.

Sore hari aku telah tiba di gang menuju Kost-kostan Nur. Ternyata Nur telah berada disana menungguku. Setelah itu aku dan mas ilham keluar mobil guna membawakan barang-barang bawaan milik Nur. Aku mengajak Nur masuk kedalam Mobil sedangkan Mas Ilham sibuk dengan Tas yg dibawa oleh Nur.

"Jauh gak Yu, tempatnya" tanya Nur padaku
"nggak kok" mas Ilham memotong menjawab pertanyaannya
"Nggak kok Yu, paling 4 jam kalo mas ilham ngebut, kalo nyantai ya paling lama 6 jam"
"Lumayan jauh itu Yu" Nur balik menjawab
"tenang aja, yg jelas tempatnya itu bagus banget Nur, masih Alami, pokoknya cocok buat Proker(Program Kerja) yg sudah kita susun deh"

Aku begitu bersemangat dengan perjalanan ini, namun anehnya aku melihat Nur merasa berat hati. Wajahnya menampakkan sebuah kekhawatiran yg jelas tergambar di wajah cantiknya.

jauh sebelum malam itu, saat itu aku dan para sahabatku, mereka adalah Nur dan widya kita bertiga telah bersahabat sejak awal pertama kami kuliah di universitas ini. Nur merupakan yg terbaik diantara kita. Seorang gadis muslimah jebolan pondok pesantren, memiliki otak yg cerdas sehingga dia selalu mendapatkan IPK yg cukup tinggi. Sedangkan Widya, Dia merupakan anak dari keluarga sederhana, dia datang ke kota S benar-benar dalam rangka menuntut ilmu. dia memiliki cita-cita yg sangat tinggi Sehingga untuk mencapainya dia bersungguh-sungguh dalam belajar.

kala itu kami bertiga berjanji, bahwa kita semua akan lulus dari universitas ini dan di wisuda secara bersama-sama. Jadi dalam hal ini kita bertiga memutuskan untuk membentuk sebuah kelompok untuk melakukan KKN secara bersama dan agar kita bertiga menjadi satu kelompok, pihak kampus menyatakan bahwa untuk itu kita bertiga harus memiliki lokasi KKN yg kita pilih sendiri. Karena jika mengambil lokasi yg ditentukan kampus, bisa jadi kita bertiga akan terpecah masuk kelompok kelompok lain.

Usulan dari Widya sudah 2 proposal, namun keduanya ditolak. Nur pun demikian. Di Tengah keputusasaan kita bertiga, mas ilham kakakku membawakan angin segar, dia memberitahuku bahwa ada sebuah desa di Kabupaten B yg lokasinya sangat cocok dengan tema Proker yg akan kita kerjakan. Lalu aku dan kelompokku sepakat bahwa Aku dan Nur berangkat ke desa itu untuk melakukan observasi. Hari dan tanggal sudah ditentukan hingga hari itu tiba, hari ini detik ini. Dengan sebuah mobil aku, mas ilham dan nur melaju kesana.

Di tengah jalan bibir nur tak henti-hentinya berdzikir, bahkan terkadang aku mendengar samar ia membaca ayat kursi, aku yg duduk di kursi depan sedikit bingung dengan bacaan ayat kursi yg dibaca nur. Bukan bingung tentang ayatnya namun bingung untuk apa nur membacanya saat ini. Tapi aku positif thinking dan mengira bahwa ia membacanya untuk menenangkan diri karena kita melakukan perjalanan malam melewati jalan yg sangat sepi serta di tengah hutan disertai hujan rintik-rintik. hampir 5 jam perjalanan dan lokasi masih cukup jauh, mas ilham berhenti sejenak di sebuah rest area untuk buang air. setelah urusannya selesai, Kita melanjutkan lagi perjalanan sekitar 1 jam hingga kita sampai di jalanan menuju ke desa tersebut. Jalanan? Ya jalanan yg ku maksud adalah jalan kecil yg tidak bisa dilalui mobil. Hanya sepeda motor kendaraan paling cepat yg mampu lewat jalan itu.

setelah memarkirkan mobilnya di tepi jalan raya serta mengunci dan mengamankannya, mas ilham clingak-clinguk melihat sekitar. dia mencari penduduk desa yg katanya akan menjemput kami bertiga. Setelah beberapa saat akhirnya dari dalam gelapnya hutan terlihat sorot lampu sepeda motor, ada tiga sesuai dengan jumlah kita bertiga. Namun ternyata ada 5 orang yg datang dari desa untuk menjemput kita. Ternyata 2 orang yg lainnya nantinya akan menjaga mobil mas ilham agar tidak dijahati oleh orang lain. Benar-benar baik sekali orang-orang ini.

"masih jauh gak desanya mas?" Tanyaku pada mas ilham
"nggak kok, paling setengah jam naik motor ini"
"setengah jam naik motor ya jauh tho mas" sahut Nur
"hehehe, yaudah naik gih udah hampir pagi nih"
"yaudah iyaa" aku dan Nur kompak menjawab

jalan menuju desa ini melintasi sebuah hutan yg masih sangat lebat, embun pagi mulai turun dan kabut mulai menutupi jarak pandang. Bapak-bapak yg membawa kami bertiga melajukan motornya dengan sangat hati-hati namun seakan sudah hafal dengan jalanan ini sehingga membuat mereka sangat luwes mengendarai motor ini. Sesampainya di desa, matahari sebentar lagi akan terbit. Kepala Desa yg sudah kenal lama dengan mas ilham belum juga nampak. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pak kepala desa datang lalu beliau dan mas ilham bersalaman dilanjut berpelukan seakan mereka adalah teman lama yg sudah lama tak berjumpa. Ternyata memang benar adanya bahwa mereka pernah berteman sewaktu kuliah di kota.

"gimana Ham kabarmu, ini adikmu tho. Cantiknya"
"alhamdulillah cak, sampean sendiri gimana? Iya ini adikku Ayu. Lha yg sholehah ini Nur"
"aku juga baik-baik aja Ham. Oh iya mbak e, nama saya Prabu. Saya kepala desa disini"
"salam kenal pak prabu, saya Ayu adiknya mas Ilham" sahut ku lalu dilanjut Nur yg juga mengenalkan diri
"Ham, aku sebelumnya mau minta maaf dulu nih. Kita memang sudah kenal lama, tapi desa ku ini gak pernah dipakai buat kegiatan KKN lho"
"tolong lah mas dibantu adikku"
"GAK BISA HAM" dengan nada sedikit keras dan diluar dugaan pak prabu melarang kita untuk melakukan KKN di desanya
"Tolong lah pak, kami janji bakal jaga sikap disini. Kita gak akan melakukan yg melanggar hukum disini pak" aku memelas bahkan air mataku hingga berlinang karena keputusasaanku. Sebab bila lokasi ini tidak bisa kita gunakan untuk KKN maka aku dan kelompokku harus menerima nasib dan menerima keputusan kampus.
"Berapa orang yg mau KKN disini" pak Prabu melunak, mungkin karena dilihatnya aku sampai menangis
"6 orang pak, 3 perempuan 3 laki-laki" nur menjawab karena aku sudah tidak mampu berucap, hanya emosi kesedihan yg aku rasakan pagi itu
"Ya Sudah kalian istirahat dulu di rumah saya, nanti saya bicarakan dulu ini sama masyarakat. Saya harus minta pendapat mereka semua, terutama pendapat dari mbah Buyut"

setelah menunggu hingga tengah hari akhirnya pak prabu membawakan kabar untuk kita bertiga. Pak prabu mengizinkan kami untuk melakukan KKN di desa ini. Lalu aku dan Nur melakukan observasi dan melihat Program-program apa saja yg mungkin dilakukan di desa ini. Setelah berkeliling desa, kita berdua menyimpulkan bahwa program yg akan menjadi prioritas disini adalah pembuatan sumur dan kamar mandi. Karena semua warga desa ini menggantungkan persediaan air hanya pada sungai dekat desa ini sedangkan mereka semua sama sekali tidak memiliki kamar mandi di rumahnya. Lelah berjalan, aku dan nur terhenti di sebuah tempat, di sana terdapat sebuah batu besar yg ditutupi kain berwarna merah. Sedang di dekatnya terdapat sesajen dengan bau kemenyan yg sangat menyengat. Nur nampak aneh melihat batu tersebut, matanya seakan melihat sesuatu. Namun aku tidak merasakan takut karena saat itu matahari masih terik menyoroti desa ini.

"Yu, udah yuk kita jalan balik"
"ngapa sih Nur buru-buru banget"
"kasian mas ilham lho nungguin daritadi"
"iya juga ya, yaudah yuk pulang. Oh iya nanti kamu kabarin Bima ya. Aku tak nelpon widya biar dia buatin proposal. Sama nanti aku tanya siapa 2 lagi yg ikut di tim ini nantinya"
"ngapain ngajak bima sih?"
"Ya kamu kan temenan sama dia udah lama Nur. Daripada 3 laki-laki yg kita gak akrab semua gimana. Takutnya malah mereka aneh-aneh lagi"
"ya okelah kalo gitu. Yuk pulang buru"
"ih aneh kamu. Buru-buru banget"
"udah pokoknya ayo cepetan jalannya"

Sore menjelang, akhirnya setelah diantar ke jalan raya kita bertiga berpamitan pada bapak-bapak yg sudah begitu baik mengantarkan dan menjaga mobil kita. Sesampainya di kota S, aku dan mas ilham mengantarkan Nur pulang ke kosannya tak lama kita melanjutkan perjalanan pulang dengan rasa lelah namun lega karena kira mendapatkan lokasi KKN. Hanya tinggal menunggu apakah proposal kita diterima atau tidak oleh kampus. Kabar baiknya ternyata proposal kita diterima dan kita bertiga plus bima bisa melakukan KKN bersama-sama. 2 slot tempat yg tersisa diisi oleh anton dan wahyu teman kami yg lain. Selanjutnya kita berenam membahas tentang program-program yg telah kita susun. Membahas tentang metode kerja, pembagian kelompok dan lain sebagainya. Namun saat itu widya terus saja bercerita bahwa ibundanya mendapatkan firasat aneh tentang desa itu. Terlebih ayahnya merupakan putra asli kabupaten B yg sedikit mengerti tentang desa itu. Widya berkata pada kita semua bahwa desa itu terkenal cukup angker. Namun antusiasme dan semangat untuk segera lulus mampu menghiraukan itu.

hari keberangkatan tiba, Untuk hari ini hingga 180 hari kedepan kita berenam akan berada disana, mengabdikan diri pada masyarakat bukan hanya demi skripsi dan lulus semata. Namun juga demi sebuah nilai hidup yg akan selamanya kita gunakan untuk menjadi warga negara yg berguna bagi nusa dan bangsa. 3 laki-laki di tim ini bertugas merapikan barang bawaan ke dalam bagasi mobil Elf yg akan mengantar kita ke sana. Sedangkan kami para perempuan menyiapkan bekal makanan diperjalanan. Sialnya sebelum berangkat ban mobil kempes sehingga sopir harus menggantinya terlebih dahulu. Dibantu oleh ketiga laki-laki ini akhirnya ban serep selesai dipasang. Waktu terpaksa molor hampir 2 jam, karena entah mengapa ada satu baut ban yg susah sekali dilepas. Semua sudah siap dan akhirnya dengan membaca Basmalah kita semua berangkat menuju Desa. Di Perjalanan ada satu hal aneh terjadi seorang pengemis berusia renta tiba-tiba menggebrak kaca depan mobil, nur yg duduk didepan sampai kaget dan syok. Nur dan kakek itu bertatap wajah, kakek itu terus saja menggebrak kaca mobil. Pak sopir marah sambil melemparkan uang agar pengemis itu menyingkir. Hingga akhirnya pengemis itu menyingkir sambil mulutnya ngoceh-ngoceh yg tak jelas.

"Ngomong apa dia tadi nur?" Tanya Wahyu dari belakang
"gak tau way, aku sih dengernya kalo ngasih yg ikhlas" nur menjawab

Namun dari mimiknya aku yakin kakek tua itu tadi tidak mengatakan hal tersebut. Yg aku tangkap dari mimiknya beberapa kali kakek itu menyebut kata OJo yg dalam bahasa jawa berarti jangan. Entahlah, mungkin saja dia berkata jangan sombong jadi orang. Kalo mau ngasih harus ikhlas. Itulah yg ada dalam pikirku. Perjalanan dilanjut, karena terlambat akhirnya kita sampai disana dalam kondisi sudah gelap. Ditambah hujan gerimis menambah suasana malam itu menjadi cukup mencekam. Akhirnya kita tiba di ujung jalan masuk ke desa. Sampai disana warga yg menjemput kami tak nampak, padahal aku sudah meminta pada pak prabu agar mereka standby. Setelah ku telepon pak prabu, ternyata memang mereka telah menunggu. Tapi kembali pulang karena kami tak kunjung datang. Aku pun meminta maaf pada pak prabu atas keterlambatan kita. Setelah menunggu hampir 1 jam akhirnya mereka para warga tiba dengan 6 sepeda motor.

"Cuk(jancuk) naik motor tho?" Spontan wahyu nyeletuk tidak sopan. Kata-kata jancuk mungkin akan terdengar biasa saja bila kita di kota S. Namun tidak disini. Sontak keenam warga langsung merubah ekspresi muka mereka. Dari yg awalnya menyambut dengan hangat menjadi diam dan dingin. Perjalanan malam itu terasa aneh, kemarin waktu aku dan Nur kemari pertama kali rasanya perjalanan hanya setengah jam. Kali ini rasanya sudah 1 jam lebih aku duduk di sepeda motor, Ditambah kondisi malam yg semakin mencekam.untuk meredam rasa takut sedari tadi aku mendengarkan musik menggunakan headset.

Setelah beberapa lamanya kita berjalan akhirnya kita sampai di Desa. Sesampainya di Desa, aku disambut oleh pak Prabu. Lalu aku mengenalkannya pada teman-teman semua. Lalu pak prabu menceritakan sejarah tentang desa nya itu. Ditengah perbincangan, tiba-tiba widya nyeletuk tidak enak. "Kenapa sih pak kok desa ini jauh didalam hutan. Pelosok banget". Pak prabu menjawab pertanyaan itu dengan santai, "pelosok gimana sih mbak. Orang dari jalan raya cuma setengah jam kok. Kalo mbak merasa lama mungkin karena mbaknya capek. Ya Sudah ayo saya antar kalian ke tempat singgah". Lalu pak prabu mengantarkan kami berenam ke tempat singgah. Para lelaki menempati sebuah bangunan yg cukup tua dan tidak terawat yg dulu merupakan sebuah posyandu. Sedangkan kami para perempuan tinggal di salah satu rumah warga.

Di Dalam kamar Widya masih saja membahas bahwa ada yg aneh. Karena dia sendiri melihat arlojinya bahwa perjalanan memang 1 jam lebih. Nur hanya diam tak menjawab. Sedangkan aku yg sudah lelah memilih tidak berdebat dan berkata bahwa apa yg dikatakan pak prabu mungkin benar hanya karena kita merasa capek.

"Kalian berdua tadi denger gak sih suara gamelan?" Tiba-tiba Widya menanyakan hal yg aneh
"ya paling ada orang hajatan. Aku gak denger wid, aku tadi denger musik"
"Hmmm. Mbak, mana ada orang hajatan di tengah hutan. Lagipula desa ini itu satu-satunya desa di kecamatan ini yg ada di tengah hutan ini. Desa terdekat dari sini jaraknya sekitar 5 km. Dan kata mbah ku dulu, kalo kita tiba-tiba dengar suara gamelan, itu adalah pertanda buruk"
"Nur, kamu tuh jangan mengada-ada deh. Kamu kan kemarin ikut observasi sama aku kesini. Masa baru semalem disini aja udah ngomong yg nggak-nggak" lalu aku meninggalkan mereka berdua karena merasa bahwa obrolan ini bisa mendatangkan kesialan.

aku pergi keluar, namun selepas saja aku keluar pintu kamar, dari dalam aku mendengar nur mengiyakan apa yg widya dengar, bahkan nur berkata bahwa dia juga melihat seseorang yg menari di atas batu. What the hell is that, di zaman modern begini masih aja percaya tahayul. Saat aku keluar aku melihat di pelataran rumah anak laki-laki ada seseorang yg sedang menghisap rokok. Tanpa takut aku berjalan mendekatinya, ternyata wahyu.

"lho Ayu, ngapain keluar malam-malam begini? Yg lain aja udah pada tidur tuh"
"huh, males di kamar mas. Si Nur sama Widya ada-ada aja. Di desa yg begini gelap malah cerita horor"
"hahaha, kalian bertiga ada-ada aja"
"boleh duduk mas?"
"oh iya, monggo-monggo. Tapi aku lagi ngerokok gini. Ntar asapnya ganggu kamu lagi"
"halah gak apa-apa kali. Dikiranya aku ini perempuan lemah apa?"
"wuih hebat kuat asap rokok. Aku tuh kadang suka sungkan kalo lagi ngerokok ada cewe"
"yaudah kalo gitu matiin aja rokoknya. aku temenin ngobrol"
"hahaha, oke oke nih aku matiin, jadi mau ngobrolin apa?"
"ya apa ajalah asal jangan horor. Gak suka aku, gak percaya lebih tepatnya"
"gimana kalo bahas tentang kita masing-masing aja. Kan kita gak kenal deket, cuma sebatas teman aja. 6 bulan kedepan kita bakalan lebih intens lho berusaha bareng-bareng disini. Jadi gak ada salahnya kan kalo kita ceritain dunia kita supaya lebih akrab"
"oke, mas duluan lah cerita"

Malam itu seakan menjadi malam yg panjang. Aku dan Wahyu bercerita tentang banyak hal. Mulai dari zaman sekolah, kehidupan di lingkungan rumah, hingga asmara. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 2 dini hari. Wahyu mengantarku ke rumah, lalu aku masuk dan tertidur lelap hingga kokokan ayam jago yg saling bersahutan membangunkanku. Pagi ini pak prabu akan menghantarkan kita semua berkeliling desa dan memberitahu apa-apa saja yg bisa kita kerjakan. Pertama kita menuju sebuah pemakaman umum desa tersebut.

"anak-anak, hari ini saya akan antar kalian menuju tempat-tempat yg bisa kalian jadikan proker kelompok dan juga ada beberapa yg bisa kalian jadikan proker individu"
"wuih pak prabu paham semua gitu" wahyu nyeletuk lagi. Untung saja pak prabu tidak seperti warga kemarin sore yg langsung bad mood dengar celetukannya wahyu
"lho, gini-gini dulu aku juga kuliah lho. Gelarku aja insinyur"
"nah guys, denger tuh kata pak prabu. Walaupun tinggal di desa yg jauh dari kota, tapi kuliah itu tetap menjadi prioritas. Kalo boleh tau pak prabu dulu ambil jurusan apa pak?" Tanya Wahyu
"aku dulu ambil pertanian"
"lho kok bisa? Sekarang gak guna dong pak. Saya liat kanan kiri hutan semua gini kok"
"emang menurutmu kalo bertani cuma bisa disawah?"

Semua orang serentak tertawa. Termasuk Nur yg dari awal kedatangan tampak murung kini ia sudah mulai tersenyum kembali. Tempat pertama yg kita kunjungi adalah sebuah tempat pemakaman umum di Desa tersebut. Aneh, itulah yg terbesit dalam pikiranku. Beberapa makan disini ditutupi dengan kain hitam pada nisannya. Lalu disana pula terlihat banyak sekali sesajen yg ditaruh di hampir semua pohon yg ada disana. Nur yg tadi sempat tersenyum kemudian dia tampak tertunduk dan diam. Widya bertanya pada pak prabu apa maksud dari kain hitam tersebut, pak prabu tersenyum lalu menjawab bahwa itu adalah Sangkarso, kepercayaan warga desa sebagai penanda bahwa itu adalah sebuah makam. Anton berbisik pada wahyu "orang ****** juga bisa bedain mana makam mana lapangan bola". Sial, suara mereka terdengar oleh pak prabu. Pak prabu sontak berubah raut wajahnya, dari awalnya antusias menjadi seperti pertama aku dan nur meminta izin untuk observasi. Bima kemudian berinisiatif untuk meminta maaf pada pak prabu, pak prabu akhirnya memaafkan namun meminta pada kami semua untuk bisa lebih menjaga lisan.

Tempat kedua yg kami kunjungi adalah Sinden(literasi jawa menyebutnya Sendang). Sinden adalah Sebuah kolam alami yg memiliki sumber mata air yg terus keluar dari dalam tanah. pak Prabu mengatakan bahwa Sinden ini bisa dijadikan Proker paling menjanjikan, tidak jauh dari sana ada sungai, inginya pak Prabu, Sinden dan sungai bisa dihubungkan, jadi semacam jalan air. Di sinden ini pula kami melihat banyak sekali hal ganjil. Bukan hanya sekali atau 2 kali Nur tertunduk, bahkan di dekat sinden ini kembali nur memperlihatkan hal aneh, bahkan dia akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah karena merasa tidak enak badan. Wahyu dengan sukarela mengantarkan dia kembali karena takut terjadi hal-hal yg tidak diinginkan. Lalu aku dan 3 orang kawanku melanjutkan perjalanan ke tempat terakhir, ladang tempat bercocok tanam para warga. Disana pak Prabu menjelaskan banyak hal yg bisa kami kerjakan untuk proker individu kita, Akhirnya aku dan bima mendapatkan posisi kerja disana. sebelum pulang, dekat dengan lokasi ladang ada sebuah gerbang yg sudah berumur sangat tua. Pak prabu dan warga desa menyebutnya tapak tilas. Gerbang tersebut menurutku sangat aneh. Bagaimana tidak, pak prabu melarang kami memasukinya namun di depan gerbang terdapat kain hitam dan merah disertai janur kuning yg masih segar. Aku melihat hal tersebut layaknya baru saja terjadi sebuah resepsi pernikahan. Hingga aku berpikir, apakah suara gamelan yg kemarin didengar oleh widya dan nur berasal dari sana.

"Yu, yu!!! Ayo balik. Kok malah bengong lho" ujar Bima mengajakku pulang. Ternyata rombongan sudah akan kembali
"Eh bim, tadi pak prabu ngomong apa aja ya? Aku gak perhatian tadi"
"lha kamu ini gimana sih. tadi ngapain bengong gitu?"
"hmmm gak apa-apa kok. cuma tadi aku mikir hal aneh aja. Kok gerbang tua kaya gitu ada hiasan yg masih seger terus di depan gerbang juga ada sesajen yg kayaknya masih baru ditaruh di sana"
"udah gak usah dipikir, zaman sudah canggih gini masih aja pada percaya tahayul"
"haha iya, kita kok sama ya jalan pikirannya. Gak kayak si widya sama nur yg dari kemarin parno"
"yaudah gak apa-apa, namanya juga anak kota gak pernah ke desa kaya gini kali"
"oh iya Bim, gimana kalau kita cek ke arah sana. Untuk proyek yg udah kita bahas kemarin"
"gila kamu ya. Tadi kan pak prabu udah ngelarang kita kesana"
"ya gimana lagi Bim. Lha wong proyek kita mengarah kesana. Mau kelar apa nggak proyek kita?"
"ah dasar keras kepala. Yaudah yuk jangan lama-lama ya"

Observasiku dengan bima berlanjut hingga sore hari. Entah mengapa hanya dalam waktu beberapa jam saja tiba-tiba aku merasa bahwa ada getaran cinta terhadap bima. Sebelum balik, Bima menawarkan untuk menaniku mandi di bilik dekat sungai seperti apa yg pak prabu bicarakan siang ini. Aku mengernyitkan dahi, seorang laki-laki mengajakku mandi? Pasti ada maksud tersembunyi, mungkinkah dia ingin mengintipku ketika aku sedang mandi. Baiklah aku akan mencoba membuktikannya dan dengan janji dalam hatiku bila ia mengintip, aku tidak segan-segan membawa kasus ini ke polisi. Tapi ternyata apa yg aku takutkan tidak terjadi, saat aku mandi ternyata Bima malah mengobrol dengan salah satu warga disana. Hingga aku selesai mandi dia masih disana bersama 2 orang pria paruh baya sedang membicarakan hal yg aku tidak mengerti maksudnya. Kini giliranku menunggunya mandi, namun dia berkata padaku untuk pulang saja tak usah menunggunya. Aku menuruti apa yg dia minta dan meninggalkannya sendirian. Malam harinya aku membuat jurnal dan membuat progres kerja bersama widya, hingga menjelang malam aku mencoba mengajak widya bicara, karena sedari tadi kita berdua hanya diam saja.

"tadi aku sama Bima, Observasi untuk proyek pembuangan, ketika memutari desa, ingat tidak sama Tapak Tilas, ternyata gak jauh dari sana, ada sebuah bangunan tua menyerupai sanggar"
"Lho bukannya kamu kan tau kita dilarang kesana"
"eeh bukan aku yg mau kesana, tapi Bima yg ngajak. Ya habis gimana lagi kan proyek pembuangan ini arahnya kesana" aku membela diri dan mengkambing hitamkan bima, maafkan aku bima lirih dalam hatiku
"Tadi itu kata bima dia liat ada cewe cantik jalan kesana, dia ngikutin" aku melanjutkan
"terus kamu udah tau dilarang tetep ngikutin?"
"ya apa aku mesti diam aja? nanti kalo tu cowo ilang gimana?" Aku membela diri dan perdebatan malam itu terhenti sampai disana

Widya lanjut masuk kamar dan langsung tidur. Aku mengikutinya masuk kamar dan langsung tidur karena merasa lelah. Nur yg sedari pagi merasa tidak sehat sudah tertidur dari sore tadi. Selepas tengah malam ada kejadian aneh, ada suara gaduh dari luar sehingga membuat hampir seluruh warga desa keluar. Disana di tanah lapang terlihat wahyu dan widya, wahyu kemudian menceritakan apa yg terjadi. Widya, menurutnya seperti kerasukan. Dia menari-nari di tanah lapang malam itu. Sedangkan menurut widya, justru nur lah yg menari dan dia lah yg berusaha menghentikan tariannya. Sedangkan nur dan aku keluar kamar bersama-sama. Sang pemilik rumah menanyakan pada widya keadaannya. Widya tampak bingung dan menatap mata nur dalam. Sang pemilik rumah kemudian menyuruh semua orang masuk, dan berjanji akan menceritakan semua masalah ini ke pak prabu.

Lalu pak prabu datang dan menanyakan kejadian ini pada kita semua. Pak prabu bertanya padaku, aku yg tidak tahu menjawab apa adanya. Pertanyaan yg sama dilontarkan pada widya. Widya menjawab bahwa ia sedang mengejar nur yg menari di halaman. Sedangkan nur mengaku bahwa ia hanya beranjak untuk minum ke dapur. Tak puas dengan itu, pak prabu pulang dan menyuruh kita semua untuk tidur karena malam hampir mendekati pagi. Keesokan harinya, pak prabu datang bersama wahyu ke rumah singgah kami. Pak prabu meminta widya, nur dan aku ikut pergi bersamanya ke rumah tetua adat di sana yaitu mbah buyut. Nur memohon diri untuk tidak ikut karena ada pekerjaan yg harus ia selesaikan. Akhirnya aku, widya dan wahyu saja yg berangkat menuju kediaman mbah buyut.

Sesampainya disana, kita telah ditunggu oleh mbah buyut di depan pintu rumahnya. Seakan beliau tau bahwa kita akan berkunjung. Setelah pak Prabu selesai menceritakan semuanya, wajah mbah Buyut tampak biasa saja, tidak tertarik sama sekali dengan cerita pak Prabu yang padahal membuat semua anak-anak masih tidak habis pikir. Sesekali memang mbah Buyut terlihat menatap Widya, terkesan mencuri pandang. namun ya begitulah hanya sekedar mencuri pandang saja, tidak lebih. Dengan suara serak, mbah Buyut pergi kedalam rumah, beliau kembali dengan 5 gelas kopi yang dihidangkan di depan mereka dan menyilahkan kami semua untuk minum kopi tersebut. Widya menolak dan mengatakan dirinya tidak pernah meminum kopi, namun senyuman ganjil mbah Buyut membuat Widya sungkan. Akhirnya ia meneguk kopi itu meski hanya satu tegukan saja. Anehnya, yang awalnya Widya hanya mencoba-coba tanpa sadar, gelas kopi itu sudah kosong. Tidak hanya Widya, semua orang di tegur agar mencicipi kopi buatan beliau, katanya "tidak baik menolak pemberian tuan rumah"

semua akhirnya mencobanya berikutnya. Aku dan Wahyu kaget setengah mati, sampai harus menyemburkan kopi yang kita teguk. Karena rasa kopinya tidak hanya pahit, tapi sangat pahit, sampai tidak bisa ditolerir masuk ke tenggorokan. Anehnya, Pak Prabu meneguk kopi itu biasa saja tidak seperti kita. Lalu mbah buyut mulai bicara, "begini" kata mbah Buyut, beliau menggunakan bahasa jawa halus sekali, sampai ucapanya kadang tidak bisa kita pahami. ada kalimat, penari dan penunggu, namun yang lainya tidak dapat dicerna. Lalu ia menunjuk Widya tepat di depan wajahnya, mimik wajahnya sangat serius. Pak Prabu mendengarkan dengan seksama, lalu berpamitan pulang. Sebelum mereka pulang, mbah Buyut memberi kunir tepat di dahi Widya, katanya untuk menjaga Widya saja.

kunjungan itu sama sekali tidak diketahui tujuannya, selama perjalanan, pak Prabu bercerita tentang kopi.
kopi yang dihidangkan mbah Buyut tadi adalah Kopi ireng yang di racik khusus untuk memanggil Lelembut, Demit dan sejenisnya, bukan kopi untuk manusia. Mereka yang belum pernah mencobanya, pasti akan memuntahkannya, namun bagi lelembut dan sebangsanya, kopi itu manis sekali. Kita semua lalu memandang Widya. Namun pak Prabu segera mengatakan hal lain. "sepurane sing akeh nduk, sampeyan onok sing ngetut'i" (mohon maaf ya nak, kamu, ada yang mengikuti). Selain mengatakan itu, pak Prabu juga mengatakan bahwa tidak perlu takut, karena Widya tidak akan serta merta di apa-apakan, hanya diikuti saja. Yang lebih penting Widya tidak boleh dibiarkan sendirian, harus selalu ada yang menemaninya. Untuk itu, pak Prabu punya gagasan. Memulai malam ini, mereka akan tinggal dalam satu rumah dan untuk memisahkan laki-laki dan perempuan hanya dipisahkan oleh sekat dari bambu anyam, pak Prabu hanya meminta satu hal, jangan melanggar etika dan norma saja. Pertemuan itu juga diminta untuk tidak diceritakan ke siapapun lagi, bahkan Nur, Anton dan Bima.

Malam berikutnya, Ketika aku sedang mengobrol di teras rumah bersama wahyu dan anton, tiba-tiba ada suara gaduh di dalam rumah. Aku seger masuk kedalam, di sana ada widya dan nur. Aku bertanya pada mereka kenapa kok ada suara gaduh.

"gak tau tuh si widya ku tanya kenapa malah diam aja. Tadi dia tiba-tiba lari terus balik kesini langsung bengong gitu" nur menjawab pertanyaanku.
"Kamu kenapa Wid?" Tanya Wahyu seraya memegang pundaknya. Anton melihat tangan widya bergetar lalu mencoba meraihnya. Dingin, tangan widya dingin bagaikan es
"nur ambilkan minum itu buat widya coba" kata anton kemudian. Lalu nur memberikan widya minuman itu

Widya langsung meminumnya, beberapa tegukkan. Namun kemudian, widya memasukkan tangannya ke mulut dan menarik sesuatu dari mulutnya. Di Jarinya terdapat beberapa helai rambut hitam dan panjang. Kemudian ia membuka tutup kendi air yg ia pegang. Betapa kagetnya kita semua melihat isi kendi itu. Ada segumpal rambut hitam dan panjang di dalamnya. Aku mundur sedikit dan wahyu serta anto pun sama. Nur yg tadi juga minum beraksi, dia mengatakan bahwa tadi dia minum dari kendi itu tapi tidak ada apa-apa. Anton mulai bicara, dia berkata bahwa kejadian ini mengindikasikan bahwa widya sedang di kerjai dengan ilmu hitam. Entah itu santet atau guna-guna. Wahyu menambahkan bahwa hal itu bukan hanya terjadi bila kita di kerjai, namun juga bisa terjadi jika kita disukai oleh makhluk halus.

"Wid, apa penari itu masih ngikutin kamu, soalnya dari kemarin aku belum melihat dia di belakangmu" tiba-tiba nur berkata sesuatu yg tidak kita pahami.

Widya beranjak kembali ke kamar dan langsung menyelimuti dirinya berusaha untuk tidur. Hingga berhari-hari setelah pengakuan Nur itu, membuat Widya semakin was-was, ia jatuh sakit selama 3 hari, dan selama itu juga, Widya hanya terbaring di atas tikar kamar, Nur tidak melanjutkan lagi ceritanya, karena katanya ia sudah salah mengatakannya seharusnya ia menahan cerita itu. Aku melanjutkan proyek-proyekku. Disini aku mulai dekat dengan Bima sebagai partnerku. Namun aku sedikit kecewa dengannya. Beberapa kali dia justru antusias bertanya mengenai widya. Sedangkan aku merasa bahwa aku lebih pantas dengannya.

Hingga suatu hari hal tak terduga terjadi. Bima meminta tolong padaku untuk memberikan sebuah benda kepada widya. Benda itu adalah kawaturih atau mahkota berwarna putih yg biasa dipakai para penari. Jujur aku bingung dengan apa yg diminta oleh bima. Pada akhirnya bima jujur bahwa itu ia dapatkan dengan cara meminta pada makhluk halus penunggu hutan bernama badarawuhi. Aku bilang pada bima bahwa dia sudah gila berani-beraninya meminta pengasihan pada makhluk tersebut. Namun entah mengapa ketika aku memegang kawaturih tersebut, ada terbesit dipikiranku bagaimana jika benda ini aku yg menggunakan. Pasti bima akan cinta padaku, sehingga aku sengaja tidak memberikan itu pada widya.

Proker kami di dekat tapak tilas dilanjutkan, pada suatu siang aku mengalami hal mistis yg sejak awal sengaja tidak pernah ku hiraukan. Namun siang itu aku mengalaminya sendiri, dimulai dari suara gamelan yg menggema di telingaku dan menuntunku ke sebuah arah. Aku terus berjalan ke arah hutan hingga aku menemukan sebuah bangunan menyerupai sanggar. Ketika aku sampai disana, terlihat seorang wanita yg sangat cantik dan memakai pakaian seperti normalnya seorang penari.

"Aku Badarawuhi, kamu menyimpan benda milikku. Mengapa tidak kamu berikan pada yg seharusnya kamu berikan benda itu"
"maaf maksud kamu gimana ya?"
"Aku tau maksud hatimu cah ayu. Kamu suka kan dengan Bima? Kamu mau kan bima menjadi milikmu"
"hmmmm. I iya. Darimana kamu bisa tau"
"aku penunggu hutan ini, aku tau isi hati semua orang yg ada di hutan ini. Jika kamu mau bima menjadi milikmu, bukan dengan kawaturih itu. Itu adalah milik bima untuk mendekati teman kamu. Namun jika kamu ingin bima menjadi milikmu, maka gunakanlah selendang ini. Niscaya bima akan tergila-gila denganmu"
"apakah ada syarat untuk mendapatkannya?"
"hihihihi. Mudah sekali syaratnya. Jika kamu mau memiliki selendang ini, kamu hanya harus menari saja"
"semudah itu? Baiklah aku terima selendang itu"
"hihihihi terimalah selendang ini. Gunakan untuk menarik cinta bima untuk mu saja. Sekarang kembalikan kawaturih itu"

setelah mendapatkan selendang itu, aku kembali ke ladang tempat aku dan bima bekerja. Disana aku melihat Bima sedang melakukan tugasnya.

"Dari mana Yu?"
"eh Bim, itu tadi aku kebelet buang air"
"eh gimana itu kawaturih yg aku suruh kasih ke widya?"
"udah kok Bim. Ya kamu tinggal tunggu aja tanggal mainnya"
"makasih ya Yu kamu dah batuin aku"
"iya bim"

menjelang sore bima mengajakku ke sebuah tempat, tempat itu adalah sinden kedua yg lokasinya dekat dengan sanggar tari. Disana dia bercerita tentang bagaimana ia mendapatkan kawaturih tersebut. Disana dia bertemu dengan badarawuhi ketika sedang berendam dan bertapa di sinden tersebut. Badarawuhi memberikan kawaturih itu dengan syarat mudah hanya dengan mengawini badarawuhi di sinden itu. Disana dia bercerita bagaimana ia mengawini Ratu Ular hutan itu. Dia bercerita bahwa ternyata makhluk halus memiliki nafsu birahi yg sama dengan manusia. Mereka juga ingin kita melayani nafsu syahwatnya hingga mereka puas dan orgasmre. Mendengar itu entah mengapa nafsuku seperti terpancing. Padahal aku sendiri belum pernah melakukan hubungan badan dengan siapapun selama ini. Aku adalah salah seorang wanita yg percaya bahwa keperawanan adalah segalanya. Namun sore itu tiba-tiba nafsu seksualku begitu bergelora dan seakan ingin sekali dipuaskan oleh bima. Aku mengeluarkan selendang pemberian Badarawuhi siang tadi. Lalu aku menyelempangkan di pundakku dan saat itu pula aku merasa bahwa aku harus menari. Tubuhku bergerak mengikuti alunan gamelan yg tiba-tiba berbunyi di seluruh penjuru sinden. Bima melihatku terpana, matanya tak hentinya memperhatikanku sedang menari luwes bagaikan para penari profesional. Aku menari terus dan terus bahkan mulai menanggalkan satu per satu pakaian yg aku gunakan. Bima mulai berdiri dan mulai mengikuti tarianku, kini aku sudah tak mengenakan apa-apa lagi, hanya selendang hijau yg melingkari pundakku yg tersisa. Bima pun demikian, dia kini telah melepaskan semua pakaiannya.

persetubuhanku dengan bima dimulai. Bima mulai mencumbui leherku, tangannya dengan lembut mengusap puting payudaraku yg masih berwarna pink dan ranum. Lalu dengan lembut pula ia mulai meremas payudaraku. Saat payudaraku diremas aku merasa kenikmatan yg sangat luar biasa. Serasa tubuhku terbang hingga ke langit dibuatnya. Permainan berlanjut, kini bibirku dan bibir bima saling berpagut. Ciuman bagiku memang bukan yg pertama sehingga aku tau bagaimana cara melakukannya. Ku lihat penis bima sudah berdiri mengeras, tanpa sadar tanganku menggenggam nya dan mulai mengocoknya. Tangan bima pun mulai mengusap vaginaku yg di tumbuhi bulu halus. Bulu kemaluanku sangat sedikit dan tertata rapi, padahal aku sendiri tidak pernah mencukurnya semenjak pertama kali bulu-bulu itu tumbuh 7 tahun yg lalu. ketika tangan bima mengusap klitorisku, seakan akan diriku tersengat listrik. Rasa nya sangat aneh namun nikmat, hingga aku mendesah hebat dibuatnya.

"Ayu, kamu cantik banget sayang. Selama ini aku salah suka sama Widya. Seharusnya dari awal aku tau bahwa kamu yg terbaik"
"Bim, beri aku kepuasan seperti yg kamu ceritakan Bim. Bawa aku ke langit ke tujuh dengan kepuasan itu"
"aku siap memberikan seluruh cinta dalam hati ini hanya untuk kamu Ayu"
"iya bim, aku sayang sekali sama kamu"
"boleh aku masuk sekarang yu?"
"bim, sakit apa nggak ya? Aku belum pernah bim"
"Sakit sedikit yu, tapi nanti pasti kamu akan merasa enak"
"pelan-pelan ya bim, plis"
"kita mulai masuknya didalam air aja yu. Mungkin gak akan terlalu sakit. Di sinden itu yu"
"Yaudah bim. Tapi ingat ya bim, pelan-pelan aja"
"iya sayang. Yuk kita masuk ke kolam"

kita berdua menceburkan diri ke dalam sinden. Gairah dalam diriku sangat menggebu, pun demikian kulihat semangat Bima. Bagaimana tidak, kesempatan langka mendapatkan keperawanan seorang gadis. Di dalam air kita memulai kembali percumbuan. bibir saling berpagut, tangan saling meraba satu sama lain. Hingga akhirnya bima mulai menempatkan penis besarnya di mulut vaginaku. Dia mulai berancang-ancang untuk melakukan penetrasi. Lalu dengan sekali sentakan, penis itu mulai merobek selaput daraku yg selama ini ku jaga baik-baik. Darah segar mengalir dan bercampur dengan air sinden tersebut. Tak butuh waktu lama, penis besar milik bima telah masuk seluruhnya dalam vaginaku. Aku merintih menahan rasa nyeri yg mengiringi penetrasi penis bima ke dalam vaginaku. Aku menahan bima untuk memberikan ku kesempatan untuk mengambil nafas dan merilekskan vaginaku. Bima berhenti sejenak, namun bibirku dan bibirnya tetap masih saling mencumbu. Tanpa sadar penisnya mulai bergerak, rasa sakitnya berangsur-angsur menghilang. Perlahan-lahan namun pasti penis bima bergerak maju mundur dalam liang vaginaku. Kini aku mulai merasakan rasa nikmat akibat gesekan penis besar bima dengan dinding vaginaku.

hanya butuh waktu 5 menit bagiku untuk orgasme pertama kali dalam hidupku. Apa yg aku rasakan saat itu ialah desakan dari dalam liang vaginaku seakan-akan aku ingin sekali pipis. Karena sadar kondisi kita ada di dalam air, maka saat itu aku putuskan untuk mengeluarkan cairan yg awalnya kusangka air kencing itu. Bima sontak tersenyum merasakan penisnya menjadi hangat akibat air orgasmr ku itu. Dia berbisik padaku, "1-0 sayang" entah apa maksudnya aku tak paham, yg aku pedulikan hanyalah rasa nikmat yg sedang ku alami. Selanjutnya kita melanjutkan persetubuhan ini di tepi kolam. Aku tidur telentang di bawah, kakiku mengangkang dan bima memasukkan penisnya serta mulai menggoyangkan pinggulnya. Lagi-lagi aku orgasme kali ini bima sengaja melepaskan penisnya, sehingga cairan kenikmatanku menyembur dan muncrat seperti air soda sehabis di kocok. Aku lemas, kakiku seakan tak dapat ku gerakkan. Bima tersenyum sumringah, kali ini dia menyebut 2-0. Kali itu aku baru sadar bahwa ternyata itu skor orgasme. Aku lemas akibat orgasme ku yg kedua kalinya saat itu. Namun ku lihat bima masih belum menunjukkan bahwa ia akan selesai dengan permainan ini. saat aku mulai kembali dari getaran orgasmeku, bima memintaku untuk menungging. Tanpa ragu aku mulai melakukannya. Bongkahan pantatku tampak sangat indah menantang untuk diremas oleh bima. Ditambah dengan sisa-sisa air yg menempel di kulitku membuat diriku begitu sensual dan mengundang birahi bagi siapapun yg melihatnya.

kini bima telah bersiap dengan senjata pamungkasnya. Aku pasrah menerima apapun yg akan dia lakukan. Bima benar-benar perkasa kala itu. dengan sekali sentakan penisnya telah menghujam seluruhnya ke dalam liang vaginaku. Bima dengan semangat dan kecepatan tinggi menghajar vaginaku tanpa ampun. Aku sampai-sampai kewalahan menghadapinya. Rasa nikmat yg dihasilkan dari gesekan daging kita berdua sungguh tak terbayangkan. Rasa nikmat itu hingga membuat mataku seakan terbang ke awang-awang. Tak terasa bima telah menyelesaikan goyangannya. Vaginaku merasakan hangat cairan keluar dari penis bima. Aku tau itu sperma dan aku tau aku memiliki peluang untuk hamil. Namun aku tak ambil pusing, bila memang aku hamil tinggal aku minta bima untuk bertanggung jawab. Selesai dengan permainan nikmat ini, aku dan bima rebahan di pinggir kolam. Sore menjelang dan akhirnya aku menyudahi hari itu. Kita berdua kembali ke rumah.

misteri yg terjadi di desa ini semakin menjadi. Mulai dari banyak warga desa yg tiba-tiba sakit, lalu widya dan nur yg menampakkan perilaku aneh dan lain-lain. Namun aku merasa bodo amat, karena kini bima telah menjadi milikku. Ini semua berkat selendang hijau yg aku miliki ini. Setelah itu, aku dan bima semakin gencar bercumbu, dimana ada kesempatan selalu bibir lembutnya menciumiku. Walaupun sulit mendapatkan kesempatan seperti pertama kali aku melakukan dengannya. Hingga suatu hari, seperti biasa aku dan bima bersama 3 orang warga sedang berladang. Namun ketiga orang tersebut tiba-tiba izin untuk kembali karena merasakan badannya tidak sehat. Entah ini sebuah kebetulan atau tidak seakan memberikan kesempatan untukku dan bima untuk bersetubuh lagi. dengan menyusuri jalan setapak aku dan bima sampai di sanggar. Aku mulai dikerjai oleh bima, kali itu pertama kalinya aku mengulum penis seorang pria. Walaupun beberapa kali bima harus menahan nyeri karena penisnya terkena gigiku. Namun ku lihat dia begitu menikmatinya. Bima kewalahan dengan servis yg ku berikan, dia menghentikkan ku. Dia lalu menjilati vaginaku, luar biasa ini adalah salah satu yg ternikmat yg belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku orgasme dan bima dengan lahap menjilati cairan yg keluar dari vaginaku. Setelah itu bima rebahan, dia menyuruhku untuk melakukan woman on top. Aku menuruti apa maunya. Benar saja, gaya seperti ini membuatku merasakan kenikmatan yg lebih dahsyat lagi. Bagaimana tidak, dengan posisi seperti ini penis besar itu dapat menjangkau hingga ke ujung liang senggama ku. aku sangat menikmati apa yg sedang terjadi. Tak terasa kali ini bima kalah, mungkin karena ulekkan ku sangat nikmat sehingga dia tak mampu menahan dorongan sperma dari dalam tubuhnya. Aku berdiri, lalu sperma itu mengalir dari liang vaginaku. Bima menyuruhku untuk menjilati spermanya itu. Entah mengapa aku menurut saja apa maunya, dengan jari telunjuk aku menyeka sperma yg mengalir di pahaku, lalu mulai kujilati jariku yg berlumuran spermanya. Rasanya asin gurih namun sedikit sepah, bukannya mual dan muntah namun aku merasa suka dengan rasa itu. Hingga seluruh sperma bekas persetubuhan ini ku seka semuanya dan ku jilat habis.

Setelah selesai aku dan bima mandi di kolam sinden dekat sanggar. Namun betapa kagetnya aku dan bima ketika hendak pulang. Nur, ya nur ada didepan sanggar seperti seorang yg tersesat. Entah mengapa nur ada disini saat itu. Padahal jelas-jelas tempat ini tempat terlarang. Ketika nur menyadari keberadaanku dengan bima disini, suasana menjadi sangat canggung.

"Yu, Bim, ngapain kalian berdua disini?" Nur bertanya pada kami namun kami diam mematung tak dapat menjawab. Kemudian Nur berjalan ke arah kami, melewati kami dan melihat bilik yg berada dekat sinden. Ia berbalik dan kemudian berkata

"Bim, abah sama umi kalo tau kelakuanmu gimana ya. Aku jadi temenmu gak nyangka kamu kaya gitu Bim"
"Nur, tolong maafin kita" sambil ku pegang pundak nur
"aku gak ngomong sama kamu yu. Aku ngomong sama bima" nur menyentakku, aku mundur perlahan.
"Udah berapa kali?" Nur melanjutkan bertanya
"ini kedua kalinya nur" kali ini bima menjawab
"oh jadi yg kata anton ada suara perempuan di kamar kamu itu sebenernya ayu ya?" Nur melanjutkan. Aku kaget dengan apa yg diucapkan nur. Seketika aku memandang wajah bima dengan kesal. Bima pun terlihat shock dengan apa yg dikatakan nur
"maksud kamu apa nur? Aku baru 2 kali sama bima dan itu pun gak pernah dikamarnya" aku bertanya sekaligus menjelaskan
"Bim, jangan bilang kamu" belum selesai nur bicara bima memotong
"udah-udah, ayo balik. Nanti aku ceritakan semuanya, minta tolong nur, jangan kasih tau siapa-siapa soal ini"

lalu kita mulai kembali ke rumah. Saat keluar dari sana aku merasa ada yg aneh, seperti ada sesuatu yg mengikuti. Bahkan bukan cuma satu namun seakan-akan banyak orang mengikuti kami. Namun ketika kita bertiga melewati gapura tapak tilas perasaan itu pun sirna. Sesampainya di rumah, nur mengajakku dan bima ke belakang rumah. Saat itu anton sedang merokok di teras sedangkan widya dan wahyu belum kembali dari kota guna membeli persediaan untuk kita semua disini.

"Sekarang ceritain, kenapa kamu tega temen KKN di ajak begituan"
"Aku khilaf nur" Bima menjawab dengan enteng. Mungkin karena dipikirnya aku juga menikmati perbuatan itu
"gak bisa gitu bim. Bakalan aku ramein sama keluargamu. Jadi laki mesti tanggung jawab Bim"
"Nur, tolong dong jangan di ramein. Ntar apa reaksi warga sini, pak prabu itu temennya mas ilham. Terutama apa yg bakalan temen-temen bilang nantinya Nur" aku memelas agar nur tidak meramaikan masalah ini
"Aku bakal tanggung jawab nur. Pulang dari sini aku bakalan langsung nikahin ayu"
"kalian berdua ****** ya. yang kalian pikir cuma diri sendiri. Kalian gak mikir gimana aku, widya, semua warga disini, temen-temen yg lain. Apa kalian juga gak mikir nama baik kampus kita? Keluarga kita? Agama kita?Kalian gak mikir karma ya?"

Aku menangis sesenggukkan seakan-akan aku melakukan kesalahan yg sangatlah fatal dalam hidupku ini. Akibat bujuk rayu setan penunggu alas hingga akhirnya aku harus merelakan keperawananku yg selama ini ku jaga baik-baik dan akan ku berikan sebagai kado terindah bagi suamiku kelak. Namun apa yg sudah terjadi tak dapat di ulang lagi, apa daya nasi sudah menjadi bubur. Anton tiba-tiba kebelakang dan kemudian berkata bahwa widya dan wahyu telah kembali dari kota. Widya nampak sangat letih seakan mereka baru saja menempuh perjalanan yg sangat jauh. Berbeda dengan wahyu yg justru tampak sumringah. Aku yg baru saja dihakimi oleh nur merasa sangat hina, menyendiri ku duduk di sudut ruangan. Wahyu dan bima berdebat tentang apa yg baru saja wahyu alami. Wahyu dan widya mengalami kendala di perjalanan, motornya mogok dan mereka harus mendorongnya hingga mereka menemukan sebuah acara seperti pentas tari. Bima menyangkal keberadaan acara tersebut karena dekat sini tidak ada desa lain. Wahyu ngotot dan ingin membuktikan bahwa ucapannya benar. Dia meraih tas widya dan mengambil pemberian warga desa yg membantunya itu. Namun ketika dia mengambil bungkusan itu, wahyu dan Widya saling tatap seakan ada yg salah dengan bungkusan itu. Ketika wahyu membuka nya, betapa kaget seisi ruangan melihat isinya. Kepala monyet terpenggal dengan darah merah yg masih segar. Wahyu shock dan langsung muntah-muntah, widya bahkan hingga pingsan dibuatnya. Aku membopong widya ke kamar, wahyu tak hentinya memuntahkan isi perutnya.

Setelah rentetan kejadian ganjil tersebut aku mulai sadar bahwa hal-hal negatif yg aku lakukan telah berdampak buruk bagi keadaan desa ini. Aku menghindari nur, bukan karena marah namun karena malu. Namun ada hal lain yg membuatku tak nyaman, teror dari pemilik selendang. Ia berkali-kali menyuruhku kembali ke sanggar untuk menari di sana. Tanpa perlawanan aku pun tanpa sadar menari dan disaksikan oleh ribuan dedemit penunggu hutan desa ini. Karena aku sudah merasa lemah dan ingin menyerah, aku pun memberanikan diri untuk curhat kepada pak prabu mengenai apa yg telah aku lakukan selama ini.

"Permisi pak, bisa saya bicara sama bapak sebentar?"
"eh nduk monggo-monggo silahkan duduk dulu sini"
pak prabu mempersilahkan duduk kepadaku
"ada apa, tumben mampir kesini siang-siang. Memangnya proker kamu sudah beres?"
"hmmm belum pak. Masih banyak yg harus kita kerjakan pak. Terlebih kira baru 6 minggu di sini. Masih banyak waktu pak"
"Terus ada apa ini kok tumben mampir?"
"gini pak prabu, sebelumnya saya mau minta maaf sama bapak. Belakangan kondisi desa sangat tidak kondusif pak. Mulai dari banyak warga yg sakit, kesurupan, teman-teman saya juga seringkali diganggu makhluk halus. Saya merasa pusat permasalahan itu semua ada pada diri saya pak"
"maksud kamu gimana? Bapak gak ngerti"
"saya khilaf pak. Saya melanggar larangan bapak untuk tidak mendekati tapak tilas"
"OALAH NGGER CAH AYU, KOWE DIKANDANI KOK NGEYEL THO. AKU KAN WES TAU KONDO OJO NYEDEKI NGGON KAE" (ya ampun cantik. Kamu itu kok dibilangin susah ya. Saya kan pernah bilang jangan mendekati tempat itu)
"ampun pak, saya khilaf"
"lalu apa yg kamu perbuat di sana? Apa yg kamu temukan disana?"
"banyak pak, pertama saya bertemu wanita cantik penari. Dia memberikan selendang ini buat saya pak" sambil kuserahkan selendang hijau milik sang penari
"Ya ampun, kamu itu kok berani-beraninya ya bermain dengan makhluk itu. Apa yg kamu janjikan untuk dia?"
"dia cuma bilang kalo aku saya harus jadi penari pak. Itu dia kenapa saya kesini. Sudah beberapa hari ini tanpa sadar kaki saya membawa saya ke sanggar disana dan disana saya menari serta disaksikan banyak sekali demit pak. Saya gak kuat pak"
"selendang ini niat kamu buat apa?"
"buat menggaet Bima pak. Saya suka sama dia pak. Tapi dia suka sama widya"
"aduh. Gawat ini. Kamu harus di ruwat nduk. Bala yg ada di tubuh kamu harus dibersihkan. Besok pagi kamu ikut saya ke mbah buyut"

keesokan paginya aku berdua dengan pak prabu segera meluncur. Kita berdua jalan tepat sebelum matahari terbit. Sesampainya dirumah mbah buyut, beliau sudah ada di depan rumah seakan tahu jika kita akan datang sepagi itu. Mbah buyut langsung masuk kedalam rumahnya dan keluar membawakan kopi pahit yg dulu pernah ku rasakan betapa pahitnya kopi itu. Namun aneh, kali ini aku mencium aroma kopi ini sangat wangi, wangi kopi yg disangrai serta wangi bunga melati. Saat ku sesap air kopi yg masih ngebul berasap itu, aneh kurasa. Air yg nampak panas itu terasa seperti air biasa bagiku. Rasa kopinya sangat manis dan sedap. Tak butuh waktu lama kopi itu sudah habis. Aku sadar bahwa apa yg aku alami barusan adalah gejala bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Benar saja, mbah buyut kemudian berkata

"kamu salah main-main sama dia nduk. Cari mati kamu. Bukan cuma kamu tapi lelaki yg sudah memerawani kamu disana"
"Lho lho lho. Apa ini maksudnya mbah. Merawanin dimana mbah?" Pak prabu kaget dengar ucapan mbah buyut seakan tidak percaya
"arek loro iki wes kawin cedek sinden penari bu, ngawur cah loro iki" (anak dua ini sudah bersetubuh dekat sinden penari bu, ngasal betul bocah-bocah ini)
"Ayu, sekarang kamu jujur sama saya apa benar seperti itu. Jelaskan kronologinya sama kita berdua"

lalu aku menjelaskan kronologinya secara mendetail kepada pak prabu dan mbah buyut. Lepas itu mbah buyut menyuruhku untuk melepaskan semua pakaianku dan aku akan dimandikan dengan kembang serta aku akan diruwat oleh mbah buyut. Kala itu aku merasa sangat malu pada 2 lelaki ini. bagaimana tidak, aku telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku. Dengan wajah tertunduk malu, mbah buyut mulai menyiramku dengan air kembang tujuh rupa. Pak prabu kulihat sangat menikmati pemandangan yg ku tampilakan.

"prabu, kawinono cah iki. Ben tak tarik balak seko awake cah iki" (prabu, setubuhi anak ini. Biar aku tarik bala dari tubuh anak ini)
"ngendiko dawuh e mbah buyut" (saya patuh pada perintah mbah buyut)

gila, apa-apaan ini, mbah buyut menyuruh pak prabu untuk menyetubuhi ku. Tak kusangka ini karma terburuk dari apa yg telah kuperbuat. Tak butuh waktu lama, pak prabu kini telah telanjang bulat. Penisnya mulai berdiri meminta untuk diberikan kepuasan. Aku pasrah menerima hukuman ini karena aku merasa paling bersalah dalam masalah-masalah yg terjadi disini. Di Atas dipan aku direbahkan oleh pak prabu. Kakiku mengangkang lebar sehingga liang vaginaku terbuka cukup jelas. Tanpa banyak kata pak prabu langsung menghujamkan penis kecilnya ke dalam vaginaku. Namun ia tidak menggoyangkan penisnya. Melainkan hanya terdiam saja. Ku lihat mbah buyut berdiri diatas kepalaku. Dia membaca mantra-mantra lalu mulai meniup serta menyembur kepalaku. Lalu dia menyuruh pak prabu melanjutkan hubungan badan ini hingga ejakulasi. Pak prabu mengiyakan dan mulai menggoyangkan penisnya. Rasanya nikmat, namun karena ukurannya tidaklah sebesar milik bima, aku merasa bahwa permainan dengan bima lah yg ternikmat. Tak butuh waktu lama pak prabu menyemburkan spermanya dalam vaginaku. setelah pak prabu mencabut penisnya dan spermanya mulai mengalir keluar vaginaku. Mbah buyut spontan langsung memasukkan jarinya ke dalam vaghinaku. saat dia menarik jarinya keluar, betapa kagetnya aku karena ada ular hijau kecil yg dikeluarkan oleh mbah buyut dari dalam vaginaku. Mbah buyut berkata bahwa itu adalah anakku dengan bima. Mbah buyut juga berkata bahwa dalam diriku sudah tidak ada lagi makhluk yg mengikuti. Namun, perjanjianku dengan penari tak dapat ia selesaikan saat itu juga. Beliau berkata bahwa beliau akan bernegosiasi dengan badarawuhi untuk melepaskan perjanjian itu. Namun sayangnya, badarawuhi tak setuju dengan kesepakatan. Dia tidak setuju lantaran tempat pemandian sucinya telah ternodai dengan darah keperawananku. Mbah buyut marah, badarawuhi murka. Imbasnya, ruh ku tiba-tiba keluar dari ragaku. Melayang mengawang pergi menuju tapak tilas. Disanalah akhirnya ruh ku bersemayam.

Murka badarawuhi bukan hanya padaku, Bima mendapatkan ganjaran yg lebih parah. Dia harus mengurus anak-anaknya yg berupa ular yg jumlahnya tak terhitung. Yg aku tau, KKN dibubarkan. Pihak kampus dan juga keluarga marah besar. Jasadku dibawa pulang ke kampungku. Padahal mbah buyut telah berjanji akan tetap membebaskanku dari jerat badarawuhi. Jasad bima pun demikian, sedangkan ruh ku dan ruh bima tetap tinggal di tapak tilas ini. Demikian kisah pahit yg harus aku lakukan selama-lamanya hingga alam semesta ini kiamat.


salam jumpa kembali om-om & tante kawan sekalian
@CerseiLannister @AiSedap @jlbb_hunter @zhoeloe @Firdos66 @jowood @Sonic110 @RAYxy @kelana678 @maniaksekz @Mikosmos @Hernandez96 @Zailani_Ismail @nabirongx @sherly2012 @OPDAT @Robbie Reyes @wirasena @Kadek2011 @lamakeluar2 @garenk150901

silahkan mampir di thread ane berikut
https://www.semprot.com/threads/perjalanan-hidup-anak-bali.1281405/
semoga bisa melanjutkan ceritanya
 
Terakhir diubah:
Pertamax....
selamat gan. Hadiahnya ambil di tokped ya gan...


Dapet cerita nya :cendol::thumbup
makasih om sebisa mungkin ane sesuaikan dari cerita versi widya sama versi nur. Doakan saja semoga bisa lanjut


Gacoooor..
Lama ga baca cerita kek gini.
:panlok2:
emang biasa baca cerita kek mana om? Pernah baca cerita ane yg sebelumnya? Yg blm sempet ane lanjutin sampe seekarang. Kalo belom coba mmpir deh. Meskipun blm lanjut tapi cukup panjang lah


Kkn nya seru yaaa
seru abis. Kkn didesa pelosok yg masih banyak demitnya
 
setelah saya tunggu tunggu dan cari akhirnya ada juga yg buat versi los.... tanpa sensor???
Sensor? Disini tempat dimana semuanya terbuka tanpa penutup...lagian di cerita versi twit**ter juga kaya gini kok...


wow...speechless
ceritanya ajibbb
berilah sedikit komen. Siapa tau semangat bercerita ane kembali lagi... ada cerita bersambung ane yg udah berapa bulan ini hiatus....
 
Gokiill....
Salute buat suhuuuu....
Awalnya ane biasa aja, lama2 ini udh kyk cerita mistis dg sex sebagai bumbu dan penyebab kekacauan disekitar...
Dan antiknya lagi, ini bukan cerbung, cerpen dg sarat makna..
Bravooo \m/
 
komen nya...
lanjutkan karya2 suhu selanjutnya..
pasti ga kalah menariknya dgn cerita ini..

lanjutkannnnn
ashiap. Makasih dah mampir


Mantap ceritanya. Ditunggu lanjutan cerita lainnya
oke gan. Makasih dah mampir


Versi lain ya😅
Wkwkwkkw versi ngentot nih
Anjay ada versi seksnya 😅😅
Ntar ane bikin versi badarawuhi : xxx


Kurang mulustrasi hu
mulustrasi di subforum gambar cewe gan


Bima yang main dikamar kok belum diceritain hu? apa ada versi Bima?
emang situ ngaceng baca cerita cowo lagi coli? :D
 
Gokiill....
Salute buat suhuuuu....
Awalnya ane biasa aja, lama2 ini udh kyk cerita mistis dg sex sebagai bumbu dan penyebab kekacauan disekitar...
Dan antiknya lagi, ini bukan cerbung, cerpen dg sarat makna..
Bravooo \m/
Makasih om komentarnya. Btw tau kan cerita yg viral di twit**ter ini?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd