Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
LANJUTAN PART 1



"Iya bulik sebentar..." jawabku yang langsung tergugah dari dunia khayalku.

Akupun segera memasukkan timba ke dalam sumur bata yang sudah di penuhi lumut namun airnya tetap bening itu.

"Bulik ini airnya di ember sudah penuh" ucapku pelan

"Buruan bawa masuk..." jawab bulik agak tak jelas karena sambil menyikat gigi.

Jedug...jedug...jeduggg..jeduggg

Hatiku berdegup kencang.. moment seperti inilah yang kunantikan selama ini moment yang mengawali masa masa puberku beberapa tahun lampau.

"Bulik...ini airnya" kataku setelah masuk ke dalam bilik.

Mata jalangku langsung nanar menatap tubuh telanjang bulat bulik sari yang jongkok sambil sibuk menyikat giginya.

Meski di bandingkan dulu terlihat berbeda karena tubuh bulik sekarang tidak sesintal dan sekencang dulu apalagi namun sama sekali tak mengurangi rasa nafsuku yang kini menggelegak.

"Ya sudah tumpahkan ke bak ini... kamu ini apa belum bosan liat tubuh bulik...ngliatin tubuh kaya gini saja sampek kek gitu" ucap bulik sambil berkumur kumur

"Mana mungkin bosan bulik" jawabku pelan sambil menumpahkan air ke bak yang cukup besar di depan bulik namun mataku terus saja menyorot ke arah lipatan berbulu lebat di pangkal pahanya yang sama sekali tidak tercover oleh bak air.

"Ya sudah timbalah seember lagi, masih kurang ini.." ujar bulik lalu mulai menyiram mukanya.

Aku segera keluar dari bilik itu dengan kontol yang tegang luar biasa dan kembali menimba air dengan cepat untuk kemudian kembali masuk ke dalam bilik dimana bulik sari kini tubuhnya telah berbalut busa sabun mandi.

"Sudah cukup gung..sekarang tunggulah di rumah..kecuali kamu mau ikut mandi juga" ujar bulik seperti menyindirku karena berlama lama di bilik.

"Iya bulik biar aku keluar saja" ucapku lalu keluar, tadi pagi aku memang sudah mandi di toilet sewa dalam stasiun yang harga sewanya di atas rata rata karena dikhususkan buat vip passenger.

Kembali masuk ke dalam rumah kulihat om anto masih tetap berbaring malas malasan, sementara dari sebelah rumah terdengar suara beberapa orang ketawa ketawa riuh.

Hari ini harusnya aku bergegas mencari tempat kursus setir mobil, tapi sepeda usang satu satunya sarana transport keluarga ini telah di jual oleh om anto, membuatku merasa awang ingin kemana mana harus jalan kaki.

"Bulikmu mana gung" tanya om anto dengan suara paraunya

"Lagi mandi...eh om itu sebenarnya sakit apa kok enak bener males malesan kaya gitu sementara istrinya panas panasan di ladang" ujarku sinis dan menyakitkan namun untuk om anto sama sekali aku tak sungkan berkata seperti itu.

"Ga tau...dokternya hanya bilang pada bulikmu trus di kasih obat yang hanya bikin tidur terusan terusan itu klo kamu pengen tau kenapa aku hanya malas malasan" jawab om anto

"Kamu sendiri pulangnya dari jepang kapan" lanjut om.anto

"Kemarin..."

"Trus sudah ga kerja lagi"

"Masih...cuma sekarang lagi dapat cuti"

"Ohhh"

"Sebaiknya om periksa lagi yang bener ke dokter spesialis...biar ga berlarut larut penyakitnya"

"Duit darimana"

"Ya klo om ga ada...aku ada, emang om mau numpang di hidupi wanita terus terusan" ucapku seakan menyindir om anto karena dulu pernah bergantung pada ibuku

Om anto hanya diam sementara aku kemudian masuk ke kamarku untuk menata baju baju dalam koper ke dalam lemari kayu jati lawas peninggalan kakek yang masih sangat layak pakai.

Sementara bulik sari sudah selesai mandi dan bahkan mencuci beberapa pakaiannya saat aku selesai berbenah.

"Bulik maaf hari ini aku baru bisa kasih uang belanja sedikit sisa uang kemaren, soalnya aku belum sempat tukar duit" kataku sambil menyerahkan beberapa lembar uang nominal tertinggi hasil tukar di tempat penukaran valuta yang ada di bandara kemaren.

"Oh trimakasih banyak ya Le"

"Oh iya aku mau pamit dulu bulik mau ke kota kabupaten"

"Loh mau ngapain baru juga datang udah mau pergi"

"Ya biasa lah kaya ga pernah muda saja" timpal om anto menjawab bulik aku hanya diam

"Ya sudah hati hati ya" pesan bulik

"Nanti kapan kapan kita jalan berdua bulik" bisikku sangat pelan di telinga bulik

"Hihihi...iya"

Aku melangkah keluar hanya dengan pakaian kasual di tunjang sepatu sneakers dan tas slempang kecil bermerk yang kubeli di jepang.

Aku menatap sekilas di sebelah rumah yang ternyata ada beberapa orang di teras, mereka semua adalah kawan sebayaku namun aku sama sekali kikuk jika harus menyapa duluan mengingat perlakuan mereka padaku dulu.

Akhirnya aku hanya tersenyum dan mengangguk saja kemudian berlalu.

"Gung mau kemana" tanya rudi berteriak

"Jalan jalan" jawabku bercanda

"Oleh olehnya mana" sambung asih istri rudi yang juga teman sekelas kami dulu, mereka menikah begitu lulus SMA karena kecelakaan dengan asih hamil duluan.

"Tar ya boss ini baru mau di ambil dulu" jawabku bercanda lagi

Namun rupanya didik yang juga di situ segera menstater motor bebek miliknya yang dulu pernah jadi primadona di jamannya kemudian menyusulku.

"Gung kau mau kemana" tanya didik begitu di dekatku

"Mau ke kota kabupaten kenapa mau ikut" jawabku

"Ya sudah ayo ku anter"

"Beneran Dik..."

"Ya udah ayo"

"Iya deh klo gapapa mah"

"Sudahlah gung yang lalu biarlah berlalu ga perlu di ingat ingat lagi lah, aku pun sudah menyesalinya"

Didik mengajakku mampir ke rumahnya sebentar untuk mengambil helm yang membuatku berbasa basi sebentar dengan kedua ortu didik dan kaka perempuan didik yang bernama mbak wasi

Ternyata didik berkenan mengantar kemana saja tujuanku karena setelah daftar kursus setir ternyata baru besok pagi mulai belajarnya.

Setelah mampir di bank untuk menukar sebagian duit yen yang masih kusimpan di dompetku aku mengajak didik menikmati kuliner mewah yang ada di kota kecil ini yang ternyata didik merasa puas karenanya dan langsung respect 100% padaku.

"Dik takut kelamaan lebih baik kau pulang duluan saja tapi besok besok boleh kan aku minta di anter lagi" kataku sambil memberikan selembar uang ratusan ribu ke didik untuk sekedar ongkos ganti bensin.

"Wah gung jadi ga enak aku"

"Udah gpp kaya ma siapa saja"

"Tapi gung soal yang tadi itu gimana yah"

"Soal apa ya"

"Itu gung bantu aku kerja di tempatmu"

"Oh ya sudah kamu bikin lamaran lengkap dulu saja nanti biar kubawa...aku masih akan di rumah sampai minggu depan kok tapi soal masuk apa ngga itu di luar tanggung jawabku loh yah"

"Emang syarat syaratnya gimana trus pake uang sogokan ngga gung"

"Kalo di perusahaanku yah dik info loker dan rekruitment itu biasanya lewat internet jadi kamu nglamarnya pake email tapi selain divisi produksi dan staff bisa kok di bawa tapi klo saranku dik kau mending ikut program magang saja ke luar negri nanti klo sudah pulang baru terserah mau kerja atau wirausaha" kataku yang membuat didik tertegun tampak bimbang

"Klo kamu berkeras ingin masuk ke perusahaanku bekerja sekarang maaf yah bukannya gimana tapi kupastikan sainganmu itu nanti dari anak anak akademi tekhnologi itu juga pas ada rekruitment klo ngga yah bakal buang waktumu"

"Gitu yah gung" kata didik tampak pesimis

"Gini saja kamu bikin lamaran saja dulu tar bisa kok ku titipkan ke beberapa rekanku gpp kan klo beda pabrik"

"Iya gung iya trimakasih banyak yah gung ternyata kamu orang baik tak pernah dendam meski aku sering menghinamu"

"Ya sudah klo gitu kau bisa pulang sekarang takut di cari ortumu"

"Trus kamu gimana nanti"

"Gampanglah"

"Ya sudah aku duluan ya gung" ujar didik lalu berlalu

Di pasar kabupaten aku kalap berbelanja mulai dari makanan kaleng, sembako, pakaian sampai jajanan pasar juga peralatan mandi dan cuci.

Untuk bulik sari aku sengaja membelikan baju bajunya di sebuah toko fashion yang cukup terkenal.

Baru setelah matahari condong ke barat aku memesan sebuah taxi biasa untuk mengantarku pulang.

Tentu saja bulik tak menyangka aku berbelanja seperti itu yang kebetulan pula beberapa di antaranya memang sangat di butuhkan olehnya.

Sisa waktu sore itu kuhabiskan untuk rebahan yang akhirnya membuatku tertidur pulas hingga melewatkan acara menimbakan air mandi buat bulik.

Malamnya aku sempat berkunjung ke rumah tetangga yang rata rata baru berumah tangga untuk sekedar silaturahmi dan berbagi sedikit buah tangan pada mereka di temani bulik sari.

Om anto sudah tertidur pulas saat kami kembali.

"Bulik sebenarnya penyakit om anto itu apa kok jadi teler terus gitu"

"Sssttt tar saja bulik ceritain kamu mau mie rebus ga"

"Ngga bulik masih kenyang aku"

"Ya sudah ayo ke kamarmu" ajak bulik sari sambil menarik tanganku.

Di dalam kamar aku segera mengunci pintu kamar dengan tulak.

"Kok di kunci seh" tanya bulik sambil duduk di ranjang bambu

"Biar bulik ga usah keluar"

"Hihihi...nakalll"

Aku hanya tersenyum lalu duduk di sebelah bulik sari yang juga tersenyum.

"Om kamu itu sebenarnya sakitnya parah gung selain gejala stroke dan akibat gagal jantung kata dokter juga ada kelainan di darahnya"

"Maksudnya bulik"

"Om kamu mengidap leukimia gung...awal awalnya hanya suka mimisan tapi makin lama makin sering hingga beberapa kali sehari saat itu hanya di anggap biasa tapi saat dia sering demam dan menggigil barulah di periksa ke dokter Ali topan yang kemudian ngasih rujukan untuk di bawa ke RS dr oen yang membuat kita terpaksa jual kambing kambingmu itu, nah disitu ketauan penyakit om kamu"

"Ya ampun tapi kok bisa rombongan gitu penyakitnya"

"Stroke itu baru baru saja belum lama ini gung itu juga karena memang om kamu sangat jarang bergerak..bulik pun bukan sekali dua kali menyuruhnya keluar rumah klo pagi hari biar kena sinar matahari tapinya asal setelah minum obat langsung tidur pulas"

"Biarin lah bulik mau gimana lagi"

"Terkadang bulik merasa kasian pada om kamu gung tapi apalah daya bulik"

"Kata dokter apa masih ada peluang sembuh bulik"

"Hampir ga ada gung hi..iii..iiiii" jawab bulik meledak tangisnya setelah dari tadi hanya berkaca kaca.

Aku segera merangkul bulik sari dan memeluknya,sementara bulik makin menangis tersedu

"Apapun yang terjadi aku akan selalu bersama bulik" ucapku sambil mengecup pelipisnya

Bulik sari menatapku sejenak namun aku kembali mengecup keningnya dan memeluknya lebih erat, saat aku mencium pipinya bulik sari hanya memejamkan matanya.

"Selama ini aku sangat merindukan bulik" bisikku lembut

"Kenapa" tanya bulik sambil menatapku

"Karena buliklah cinta pertamaku yang selalu mengisi mimpi dan khayalku selama ini"

"Tapi kenapa kau bisa mencintai bulikmu sendiri aku kan istri om kamu...bulik memang bisa merasakan tatapan cinta dari matamu tapi rasanya aneh ada lelaki semuda kamu jatuh cinta pada wanita yang sebentar lagi akan keriput" kata bulik sambil menatapku dalam dalam sementara kedua tangannya melingkar di pinggangku

"Memang apa bisaku untuk menolak rasa cinta yang datang padaku bulik lagipula apa peduliku soal beda usia" kataku sambil mengecup kening bulik dan turun untuk mengecup hidungnya yang mbangir lalu mengecup bibirnya yang tebal sensual untuk kemudian saling melumat bibir sejenak.

"Kamu tidak ingin mengenal yulita dia sekarang cantik banget gung"

"Aku percaya bulik karena dulu yang kulihat yulita memang ada mirip dengan bulik"

"Trus gimana" kata bulik sambil mengusap punggungku dari bawah dengan kedua tangannya

"Gimana apanya klo di suruh milih aku tetap milih bulikku tercinta ini lagi pula belum tentu juga yulita mau sama aku" kataku sambil kembali melumat bibirnya

Sejenak kemudian kami menikmati frenckiss tanpa berkata kata lagi

"Bulik nanti om bangun ngga"

"Biasanya bangunnya besok jam tujuh pagi saat waktu sarapan"

"Baguslah"

"Kenapa seh hihi" kata bulik sari sambil tersenyum

"Aku benar benar kangen bulik malam ini bulik tidur disini yah"

"Hmmm emang mau apa"

Aku lalu mengambil dompetku dan dari selipan di dalamnya ku ambil selembar foto kecil

"Liat bulik selama ini aku hanya di temani selembar kecil potret wanita cantik ini namun alangkah bahagianya jika malam ini aku di temani orangnya langsung"

Bulik sari tersenyum dan ketawa kecil ketika aku perlihatkan potret dirinya saat menikah dimana bagian potret om anto aku gunting dan buang.

Bulik sari kembali memelukku dengan eratnya sambil berbisik

"Baiklah kuterima cintamu anak muda"

Kembali kami berciuman lalu melepaskan satu persatu pakaian yang kami kenakan sampai tak bersisa sebelum saling berbelit merapatkan tubuh hingga ranjang bambu itu ikut berderit derit.

"Bulik pelan pelan saja" bisikku saat bulik berpacu menggenjot tubuhku yang posisinya di bawah sedang bulik sari di atas duduk sambil merem melek bergoyang naik turun kadang maju mundur menembusi memeknya dengan kontolku yang tegak munjulang.

Suara desahnya yang agak gaduh membuatku cemas jika akan membuat om anto terbangun belum lagi jika ada tetangga yang mendengarnya.

Namun sesaat kemudian bulik sari rebah menindih seluruh tubuhku sambil berkejap kejap dan menciumi bibirku dengan kerasnya.

Aku membalas perlakuannya dengan membelai rambut kepalanya dan mengusap punggungnya sebelum membalik badannya untuk ku tindih dan ku bombardir memeknya yang cukup lebat bulu bulu jembutnya

Aku pun tak mampu bertahan sangat lama karena sekitar 10 menit kemudian aku pun telah klimaks dengan memuncratkan hampir seluruh spermaku di dalam lubang memeknya yang jelas sampai ke rahimnya.

Ketika aku akan mencabut kontolku bulik menahannya, dan barulah ketika kontolku telah menyusut dengan sendirinya lalu terlepas dari lubang memek yang tadi cukup kuat menjepit kontolku.

"Woww ini apa bulik kok kayak bolot gini" kataku ketika melihat batang kontolku di penuhi seperti kotoran kulit berwarna putih abu abu.

"Itu namanya gudal sayank biasanya klo tempik jarang di pake memang sering banyak gudalnya" kata bulik sambil mengelap kontolku dengan celana dalamnya

"Ohh...memang berapa lama ga di pake bulik pantesan mainnya sampai keras gitu" kataku lalu mengajaknya berbaring lagi dan berkelonan.

"Terakhir aku dan om kamu berhubungan itu tepat saat abis selamatan 7 harinya ibukmu"

"Wuih....pantess"

"Tadi enak ga sayank"

"Banget...kenthu kok tanya enak ngga ya pasti enaklah"

"Emang pernah kenthu sebelum ini" tanya bulik

"Ya baru ini bulik" ucapku boong karena sebelumnya aku pernah kehilangan perjakaku justru oleh pelacur yang di kenalkan oleh rekan kerjaku.

"Masa seh kamu masih perjaka"

"Ya gimana lagi bulik kita kan ngesexnya juga baru sekarang"

"Salah sendiri dulu kan kita sering bobo bareng"

"Dulu aku belum berani bulik"

"Sekarang sekali berani manteb bener....klo aku hamil gimana sayank"

"Justru lebih bagus bulik lebih cepat lebih baik karena dengan keadaan om yang kaya gitu aku takut kisah keluarga mbah kromo akan terhenti karena minim pewaris"

"Tapi klo aku hamil aku ga mau di tinggal sayank"

"Tentu saja tidak bulik malah aku berencana ngajak bulik pindahan ke jakarta"

"Trus om kamu gimana"

"Iya di ajak...trus disana kita numpang nikah"

"Lah masa aku punya suami dua apa bisa"

"Gampanglah bisa di atur itu...bulik aku lapar disini ada yang dagang baso keliling ngga"

"Mana ada...sudah biar kubikinin mie rebus saja"

"Bulik ngga capek emangnya"

"Ngga. tapi nanti harus ada ronde kedua yah gimana berani ngga"

"Okey siapa takut"



Bersambung

Part 2 SELIMUT TETANGGA
 
LANJUTAN PART 1



"Iya bulik sebentar..." jawabku yang langsung tergugah dari dunia khayalku.

Akupun segera memasukkan timba ke dalam sumur bata yang sudah di penuhi lumut namun airnya tetap bening itu.

"Bulik ini airnya di ember sudah penuh" ucapku pelan

"Buruan bawa masuk..." jawab bulik agak tak jelas karena sambil menyikat gigi.

Jedug...jedug...jeduggg..jeduggg

Hatiku berdegup kencang.. moment seperti inilah yang kunantikan selama ini moment yang mengawali masa masa puberku beberapa tahun lampau.

"Bulik...ini airnya" kataku setelah masuk ke dalam bilik.

Mata jalangku langsung nanar menatap tubuh telanjang bulat bulik sari yang jongkok sambil sibuk menyikat giginya.

Meski di bandingkan dulu terlihat berbeda karena tubuh bulik sekarang tidak sesintal dan sekencang dulu apalagi namun sama sekali tak mengurangi rasa nafsuku yang kini menggelegak.

"Ya sudah tumpahkan ke bak ini... kamu ini apa belum bosan liat tubuh bulik...ngliatin tubuh kaya gini saja sampek kek gitu" ucap bulik sambil berkumur kumur

"Mana mungkin bosan bulik" jawabku pelan sambil menumpahkan air ke bak yang cukup besar di depan bulik namun mataku terus saja menyorot ke arah lipatan berbulu lebat di pangkal pahanya yang sama sekali tidak tercover oleh bak air.

"Ya sudah timbalah seember lagi, masih kurang ini.." ujar bulik lalu mulai menyiram mukanya.

Aku segera keluar dari bilik itu dengan kontol yang tegang luar biasa dan kembali menimba air dengan cepat untuk kemudian kembali masuk ke dalam bilik dimana bulik sari kini tubuhnya telah berbalut busa sabun mandi.

"Sudah cukup gung..sekarang tunggulah di rumah..kecuali kamu mau ikut mandi juga" ujar bulik seperti menyindirku karena berlama lama di bilik.

"Iya bulik biar aku keluar saja" ucapku lalu keluar, tadi pagi aku memang sudah mandi di toilet sewa dalam stasiun yang harga sewanya di atas rata rata karena dikhususkan buat vip passenger.

Kembali masuk ke dalam rumah kulihat om anto masih tetap berbaring malas malasan, sementara dari sebelah rumah terdengar suara beberapa orang ketawa ketawa riuh.

Hari ini harusnya aku bergegas mencari tempat kursus setir mobil, tapi sepeda usang satu satunya sarana transport keluarga ini telah di jual oleh om anto, membuatku merasa awang ingin kemana mana harus jalan kaki.

"Bulikmu mana gung" tanya om anto dengan suara paraunya

"Lagi mandi...eh om itu sebenarnya sakit apa kok enak bener males malesan kaya gitu sementara istrinya panas panasan di ladang" ujarku sinis dan menyakitkan namun untuk om anto sama sekali aku tak sungkan berkata seperti itu.

"Ga tau...dokternya hanya bilang pada bulikmu trus di kasih obat yang hanya bikin tidur terusan terusan itu klo kamu pengen tau kenapa aku hanya malas malasan" jawab om anto

"Kamu sendiri pulangnya dari jepang kapan" lanjut om.anto

"Kemarin..."

"Trus sudah ga kerja lagi"

"Masih...cuma sekarang lagi dapat cuti"

"Ohhh"

"Sebaiknya om periksa lagi yang bener ke dokter spesialis...biar ga berlarut larut penyakitnya"

"Duit darimana"

"Ya klo om ga ada...aku ada, emang om mau numpang di hidupi wanita terus terusan" ucapku seakan menyindir om anto karena dulu pernah bergantung pada ibuku

Om anto hanya diam sementara aku kemudian masuk ke kamarku untuk menata baju baju dalam koper ke dalam lemari kayu jati lawas peninggalan kakek yang masih sangat layak pakai.

Sementara bulik sari sudah selesai mandi dan bahkan mencuci beberapa pakaiannya saat aku selesai berbenah.

"Bulik maaf hari ini aku baru bisa kasih uang belanja sedikit sisa uang kemaren, soalnya aku belum sempat tukar duit" kataku sambil menyerahkan beberapa lembar uang nominal tertinggi hasil tukar di tempat penukaran valuta yang ada di bandara kemaren.

"Oh trimakasih banyak ya Le"

"Oh iya aku mau pamit dulu bulik mau ke kota kabupaten"

"Loh mau ngapain baru juga datang udah mau pergi"

"Ya biasa lah kaya ga pernah muda saja" timpal om anto menjawab bulik aku hanya diam

"Ya sudah hati hati ya" pesan bulik

"Nanti kapan kapan kita jalan berdua bulik" bisikku sangat pelan di telinga bulik

"Hihihi...iya"

Aku melangkah keluar hanya dengan pakaian kasual di tunjang sepatu sneakers dan tas slempang kecil bermerk yang kubeli di jepang.

Aku menatap sekilas di sebelah rumah yang ternyata ada beberapa orang di teras, mereka semua adalah kawan sebayaku namun aku sama sekali kikuk jika harus menyapa duluan mengingat perlakuan mereka padaku dulu.

Akhirnya aku hanya tersenyum dan mengangguk saja kemudian berlalu.

"Gung mau kemana" tanya rudi berteriak

"Jalan jalan" jawabku bercanda

"Oleh olehnya mana" sambung asih istri rudi yang juga teman sekelas kami dulu, mereka menikah begitu lulus SMA karena kecelakaan dengan asih hamil duluan.

"Tar ya boss ini baru mau di ambil dulu" jawabku bercanda lagi

Namun rupanya didik yang juga di situ segera menstater motor bebek miliknya yang dulu pernah jadi primadona di jamannya kemudian menyusulku.

"Gung kau mau kemana" tanya didik begitu di dekatku

"Mau ke kota kabupaten kenapa mau ikut" jawabku

"Ya sudah ayo ku anter"

"Beneran Dik..."

"Ya udah ayo"

"Iya deh klo gapapa mah"

"Sudahlah gung yang lalu biarlah berlalu ga perlu di ingat ingat lagi lah, aku pun sudah menyesalinya"

Didik mengajakku mampir ke rumahnya sebentar untuk mengambil helm yang membuatku berbasa basi sebentar dengan kedua ortu didik dan kaka perempuan didik yang bernama mbak wasi

Ternyata didik berkenan mengantar kemana saja tujuanku karena setelah daftar kursus setir ternyata baru besok pagi mulai belajarnya.

Setelah mampir di bank untuk menukar sebagian duit yen yang masih kusimpan di dompetku aku mengajak didik menikmati kuliner mewah yang ada di kota kecil ini yang ternyata didik merasa puas karenanya dan langsung respect 100% padaku.

"Dik takut kelamaan lebih baik kau pulang duluan saja tapi besok besok boleh kan aku minta di anter lagi" kataku sambil memberikan selembar uang ratusan ribu ke didik untuk sekedar ongkos ganti bensin.

"Wah gung jadi ga enak aku"

"Udah gpp kaya ma siapa saja"

"Tapi gung soal yang tadi itu gimana yah"

"Soal apa ya"

"Itu gung bantu aku kerja di tempatmu"

"Oh ya sudah kamu bikin lamaran lengkap dulu saja nanti biar kubawa...aku masih akan di rumah sampai minggu depan kok tapi soal masuk apa ngga itu di luar tanggung jawabku loh yah"

"Emang syarat syaratnya gimana trus pake uang sogokan ngga gung"

"Kalo di perusahaanku yah dik info loker dan rekruitment itu biasanya lewat internet jadi kamu nglamarnya pake email tapi selain divisi produksi dan staff bisa kok di bawa tapi klo saranku dik kau mending ikut program magang saja ke luar negri nanti klo sudah pulang baru terserah mau kerja atau wirausaha" kataku yang membuat didik tertegun tampak bimbang

"Klo kamu berkeras ingin masuk ke perusahaanku bekerja sekarang maaf yah bukannya gimana tapi kupastikan sainganmu itu nanti dari anak anak akademi tekhnologi itu juga pas ada rekruitment klo ngga yah bakal buang waktumu"

"Gitu yah gung" kata didik tampak pesimis

"Gini saja kamu bikin lamaran saja dulu tar bisa kok ku titipkan ke beberapa rekanku gpp kan klo beda pabrik"

"Iya gung iya trimakasih banyak yah gung ternyata kamu orang baik tak pernah dendam meski aku sering menghinamu"

"Ya sudah klo gitu kau bisa pulang sekarang takut di cari ortumu"

"Trus kamu gimana nanti"

"Gampanglah"

"Ya sudah aku duluan ya gung" ujar didik lalu berlalu

Di pasar kabupaten aku kalap berbelanja mulai dari makanan kaleng, sembako, pakaian sampai jajanan pasar juga peralatan mandi dan cuci.

Untuk bulik sari aku sengaja membelikan baju bajunya di sebuah toko fashion yang cukup terkenal.

Baru setelah matahari condong ke barat aku memesan sebuah taxi biasa untuk mengantarku pulang.

Tentu saja bulik tak menyangka aku berbelanja seperti itu yang kebetulan pula beberapa di antaranya memang sangat di butuhkan olehnya.

Sisa waktu sore itu kuhabiskan untuk rebahan yang akhirnya membuatku tertidur pulas hingga melewatkan acara menimbakan air mandi buat bulik.

Malamnya aku sempat berkunjung ke rumah tetangga yang rata rata baru berumah tangga untuk sekedar silaturahmi dan berbagi sedikit buah tangan pada mereka di temani bulik sari.

Om anto sudah tertidur pulas saat kami kembali.

"Bulik sebenarnya penyakit om anto itu apa kok jadi teler terus gitu"

"Sssttt tar saja bulik ceritain kamu mau mie rebus ga"

"Ngga bulik masih kenyang aku"

"Ya sudah ayo ke kamarmu" ajak bulik sari sambil menarik tanganku.

Di dalam kamar aku segera mengunci pintu kamar dengan tulak.

"Kok di kunci seh" tanya bulik sambil duduk di ranjang bambu

"Biar bulik ga usah keluar"

"Hihihi...nakalll"

Aku hanya tersenyum lalu duduk di sebelah bulik sari yang juga tersenyum.

"Om kamu itu sebenarnya sakitnya parah gung selain gejala stroke dan akibat gagal jantung kata dokter juga ada kelainan di darahnya"

"Maksudnya bulik"

"Om kamu mengidap leukimia gung...awal awalnya hanya suka mimisan tapi makin lama makin sering hingga beberapa kali sehari saat itu hanya di anggap biasa tapi saat dia sering demam dan menggigil barulah di periksa ke dokter Ali topan yang kemudian ngasih rujukan untuk di bawa ke RS dr oen yang membuat kita terpaksa jual kambing kambingmu itu, nah disitu ketauan penyakit om kamu"

"Ya ampun tapi kok bisa rombongan gitu penyakitnya"

"Stroke itu baru baru saja belum lama ini gung itu juga karena memang om kamu sangat jarang bergerak..bulik pun bukan sekali dua kali menyuruhnya keluar rumah klo pagi hari biar kena sinar matahari tapinya asal setelah minum obat langsung tidur pulas"

"Biarin lah bulik mau gimana lagi"

"Terkadang bulik merasa kasian pada om kamu gung tapi apalah daya bulik"

"Kata dokter apa masih ada peluang sembuh bulik"

"Hampir ga ada gung hi..iii..iiiii" jawab bulik meledak tangisnya setelah dari tadi hanya berkaca kaca.

Aku segera merangkul bulik sari dan memeluknya,sementara bulik makin menangis tersedu

"Apapun yang terjadi aku akan selalu bersama bulik" ucapku sambil mengecup pelipisnya

Bulik sari menatapku sejenak namun aku kembali mengecup keningnya dan memeluknya lebih erat, saat aku mencium pipinya bulik sari hanya memejamkan matanya.

"Selama ini aku sangat merindukan bulik" bisikku lembut

"Kenapa" tanya bulik sambil menatapku

"Karena buliklah cinta pertamaku yang selalu mengisi mimpi dan khayalku selama ini"

"Tapi kenapa kau bisa mencintai bulikmu sendiri aku kan istri om kamu...bulik memang bisa merasakan tatapan cinta dari matamu tapi rasanya aneh ada lelaki semuda kamu jatuh cinta pada wanita yang sebentar lagi akan keriput" kata bulik sambil menatapku dalam dalam sementara kedua tangannya melingkar di pinggangku

"Memang apa bisaku untuk menolak rasa cinta yang datang padaku bulik lagipula apa peduliku soal beda usia" kataku sambil mengecup kening bulik dan turun untuk mengecup hidungnya yang mbangir lalu mengecup bibirnya yang tebal sensual untuk kemudian saling melumat bibir sejenak.

"Kamu tidak ingin mengenal yulita dia sekarang cantik banget gung"

"Aku percaya bulik karena dulu yang kulihat yulita memang ada mirip dengan bulik"

"Trus gimana" kata bulik sambil mengusap punggungku dari bawah dengan kedua tangannya

"Gimana apanya klo di suruh milih aku tetap milih bulikku tercinta ini lagi pula belum tentu juga yulita mau sama aku" kataku sambil kembali melumat bibirnya

Sejenak kemudian kami menikmati frenckiss tanpa berkata kata lagi

"Bulik nanti om bangun ngga"

"Biasanya bangunnya besok jam tujuh pagi saat waktu sarapan"

"Baguslah"

"Kenapa seh hihi" kata bulik sari sambil tersenyum

"Aku benar benar kangen bulik malam ini bulik tidur disini yah"

"Hmmm emang mau apa"

Aku lalu mengambil dompetku dan dari selipan di dalamnya ku ambil selembar foto kecil

"Liat bulik selama ini aku hanya di temani selembar kecil potret wanita cantik ini namun alangkah bahagianya jika malam ini aku di temani orangnya langsung"

Bulik sari tersenyum dan ketawa kecil ketika aku perlihatkan potret dirinya saat menikah dimana bagian potret om anto aku gunting dan buang.

Bulik sari kembali memelukku dengan eratnya sambil berbisik

"Baiklah kuterima cintamu anak muda"

Kembali kami berciuman lalu melepaskan satu persatu pakaian yang kami kenakan sampai tak bersisa sebelum saling berbelit merapatkan tubuh hingga ranjang bambu itu ikut berderit derit.

"Bulik pelan pelan saja" bisikku saat bulik berpacu menggenjot tubuhku yang posisinya di bawah sedang bulik sari di atas duduk sambil merem melek bergoyang naik turun kadang maju mundur menembusi memeknya dengan kontolku yang tegak munjulang.

Suara desahnya yang agak gaduh membuatku cemas jika akan membuat om anto terbangun belum lagi jika ada tetangga yang mendengarnya.

Namun sesaat kemudian bulik sari rebah menindih seluruh tubuhku sambil berkejap kejap dan menciumi bibirku dengan kerasnya.

Aku membalas perlakuannya dengan membelai rambut kepalanya dan mengusap punggungnya sebelum membalik badannya untuk ku tindih dan ku bombardir memeknya yang cukup lebat bulu bulu jembutnya

Aku pun tak mampu bertahan sangat lama karena sekitar 10 menit kemudian aku pun telah klimaks dengan memuncratkan hampir seluruh spermaku di dalam lubang memeknya yang jelas sampai ke rahimnya.

Ketika aku akan mencabut kontolku bulik menahannya, dan barulah ketika kontolku telah menyusut dengan sendirinya lalu terlepas dari lubang memek yang tadi cukup kuat menjepit kontolku.

"Woww ini apa bulik kok kayak bolot gini" kataku ketika melihat batang kontolku di penuhi seperti kotoran kulit berwarna putih abu abu.

"Itu namanya gudal sayank biasanya klo tempik jarang di pake memang sering banyak gudalnya" kata bulik sambil mengelap kontolku dengan celana dalamnya

"Ohh...memang berapa lama ga di pake bulik pantesan mainnya sampai keras gitu" kataku lalu mengajaknya berbaring lagi dan berkelonan.

"Terakhir aku dan om kamu berhubungan itu tepat saat abis selamatan 7 harinya ibukmu"

"Wuih....pantess"

"Tadi enak ga sayank"

"Banget...kenthu kok tanya enak ngga ya pasti enaklah"

"Emang pernah kenthu sebelum ini" tanya bulik

"Ya baru ini bulik" ucapku boong karena sebelumnya aku pernah kehilangan perjakaku justru oleh pelacur yang di kenalkan oleh rekan kerjaku.

"Masa seh kamu masih perjaka"

"Ya gimana lagi bulik kita kan ngesexnya juga baru sekarang"

"Salah sendiri dulu kan kita sering bobo bareng"

"Dulu aku belum berani bulik"

"Sekarang sekali berani manteb bener....klo aku hamil gimana sayank"

"Justru lebih bagus bulik lebih cepat lebih baik karena dengan keadaan om yang kaya gitu aku takut kisah keluarga mbah kromo akan terhenti karena minim pewaris"

"Tapi klo aku hamil aku ga mau di tinggal sayank"

"Tentu saja tidak bulik malah aku berencana ngajak bulik pindahan ke jakarta"

"Trus om kamu gimana"

"Iya di ajak...trus disana kita numpang nikah"

"Lah masa aku punya suami dua apa bisa"

"Gampanglah bisa di atur itu...bulik aku lapar disini ada yang dagang baso keliling ngga"

"Mana ada...sudah biar kubikinin mie rebus saja"

"Bulik ngga capek emangnya"

"Ngga. tapi nanti harus ada ronde kedua yah gimana berani ngga"

"Okey siapa takut"



Bersambung

Part 2 SELIMUT TETANGGA
Mantap benar
 
Semoga banyak fantasi tidak mudah ditebak and happy ending
Yupz...akan saya coba suhu
Karena selama ini para suhu di sini yang memang rata rata master selalu bisa nebak alur cerita dengan benar...dan itu rasanya jadi sedikit mengurangi mood dalam melanjutkan update.

Tapi klo happy ending....entahlah suhu masih blank belumm ada gambaran
 
Titip sandal jepit suhu @Raganata61 .
Cinta pertama agung untuk sang bu lik sari ya ....
Lanjut suhu
Perjiuangkan cinta sejati mu ....
Bu lik ... Ohhh Bu Lik .... Aku .... Ah susah sih ungkapinnya suhu tolong dong .....
Subes @Roo238 ples updaten crito anyarmu....aku salah satu termasuk penggemar karya karyamu
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd