Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
Bimabet
PART 4 COMPLICATED



Setelah hampir semalaman kuhabiskan dengan rasa gelisah hingga istirahatpun sama sekali tidak bisa lelap akhirnya pagi pun datang juga.

Sejak fadil memberiku kabar baik soal calon rumah yang akan kubeli, mataku rasanya tak mau terpejam sama sekali apalagi juga kpikiran sama bulik yang tak ada kabar sama sekali mungkin karena kesibukannya di rumah kakaknya.

Setelah selesai memberi sesajen buat si jemblung atau istilah untuk panggilan sayangku ke om anto, aku segera bergegas ke sumur untuk membersihkan diri, tak lupa memanaskan kendaraanku yang masih gress kinclong juga gahar looking.

Jumat pagi ini aku berencana berkunjung ke tempatnya mas iwan yang katanya istrinya baru saja melahirkan anak pertama mereka, lalu setelah itu ke pasar klewer untuk membelikan pesanan fadil juga ke pasar antik untuk beli wayang kulit dan blangkon buat boss yang orang jepang.

Setelah merapikan dan memantas diri ala kadarnya dengan busana casual biasa kaos katun dan bawahan semi jeans di lapis dengan jaket semi kulit kwalitas A pemberian dari fumika san juga sneakers full kulit yang kubeli pas di jepang lalu sekali lagi melihat diri ini di cermin lemari yang sudah sangat kusam di makan usia aku segera capcuzz.

"Om aku mau pergi dulu..." kataku ke om anto yang lagi mantengin tv hitam putihnya.

"Mau kemana" jawabnya dengan suara paraunya.

"Itu urusanku ga usah kepow" jawabku cuekk

"Setan...kenapa pamitan segala" ujar om anto nggedumel namun tak kuhiraukan lagi karena aku sudah keluar dari rumah yang rasanya makin sumpek itu.

Kulihat asih masih menyapu di pekarangan samping rumahnya meski hari sudah mulai terik ,tak jauh darinya ada anaknya yang sedang asik bermain sendirian.

"Sih...! Rudi belum pulang" tanyaku agak keras dari seberang jalan dan balik pagar tanaman rumahku.

"Belum...ada apa gung" tanya asih balik

"Lah ini sudah jam berapa kok belum pulang aza" tanyaku lagi

"Biasa gung bapaknya niko kan ada sampingannya bantu bantu jualin barang punya orang" jawab asih sambil meletakkan sapu lidinya menyandar di pondasi rumahnya yang berbentuk panggung dengan pondasi cukup tinggi itu.

"La kamu sendiri kok sudah rapi gitu mau kemana hayooo" lanjut asih

"Mau ke kota solo hadiningrat.. ikut ngga Sih..." tanyaku sambil tersenyum menggodanya meski aku sudah tau jawabnya dia bakal menolak.

"Pengen rudi nanti ngamuk apa" jawab asih tepat sesuai perkiraan.

"Oleh olehnya azalah" lanjut asih dengan senyumnya yang amat menggoda.

"Beres...untukmu apa yang ngga Sih" ucapku dengan agak kupelankan.

"Gkgkgkgkkkk modussss" jawab asih dengan tawanya yang renyah

"Nikoo...sini nang...." panggilku ke niko anaknya asih sambil melambaikan duit 20 an ribu

Asih hanya tersenyum saat melihat niko bereaksi ingin menghampiriku, akhirnya akulah yang menerobos pagar tanaman yang agak longgar lalu menghampiri bocah yang masih mungil unyu menggemaskan itu.

Kuciumi pipinya yang gembil itu lalu memberikan duit yang langsung di raihnya.

"Kuharap tadi kau habis nyiumin niko Sih" ujarku ke asih

"Hehehe kenapa memangnya"

"Bukankah dengan begitu aku juga mencium bekas ciumanmu"

"Ih dari kemaren sudah nyosor terus memang masih kurang" ujar asih amat pelan

"Ya kuranglahhh..." kataku sambil berdiri mendekati asih yang malah mundur sambil tersenyum dan memeletkan lidahnya.

"Sudah Sih aku pamit dulu yah..."

"Ya ati ati...beneran ga ngamar dulu" kata asih menggodaku

"Tar aza lah rada sore sorean" jawabku yang membuat kami ketawa bersama.

Setelah itu aku mengemudikan kendaraan yang telah cukup aku panasi berlalu menyusuri jalan tengah kampung dan melihat suasana pagi yang sangat lengang karena memang jam sibuk...orang orang bnyak di sawah sawah mereka dan anak anak berada di sekolah mereka.

Di sebuah pasar tradisional aku sempatkan untuk berhenti mengisi perut yang sudah keroncongan karena hanya di isi dengan bubur tadi pagi, di sebuah kios yang menyajikan kuliner masakan tradisional, tak lupa kubeli perlengkapan bayi mulai dari minyak cajuputi dll sampai popok dan gendongan.

Lalu kembali melaju melewati sungai bengawan terus ke arah melawan matahari yang sorotnya sudah cukup menyilaukan.

Sampai di kediaman keluarga kakaknya bulik kulihat suasana cukup lengang bin sepi, meski memang kudengar suara tangisan bayi yang cukup nyaring.

"Asalamualaikummm..." kataku mengucap salam sebagai tanda permisi.

"Walaikumsalam.." terdengar jawaban dengan suara merdu yang sudah kukenal dari dalam sebuah kamar.

"Eh agung.....ayo masuk masuk" ujar yulita cukup ramah sambil tersenyum semringah yang malah bikin aku heran.

"Loh gung ayo masuk kok malah bengong seh hihihi" lanjut yulita benar benar ramah.

"Ehm iya lit...makasih sebenarnya aku kesini mau lihat anak mas iwan sekaligus ngasih selamat" jawabku

"Ya udah duduk dulu...baby nya juga lagi di mandiin sama mamak kok" kata yulita sambil tersenyum sangat ramah lalu menarik tanganku yang membawa kresek plastik berisi perlengkapan baby

"Iya lit..iya..." kataku agak gugup saat yulita menyentuhku tanpa sungkan sungkan.

Aku pun duduk di kursi tamu ukir yang sangat bagus karena aku yakin ini terbuat dari kayu jati asli maklumlah juragan mebel.

Sementara yulita mengambil duduk di dekatku sambil senyum senyum aneh, entah aku harus senang atau gimana saat ini karena ini rasanya begitu tidak wajar mengingat tempo hari yulita sangat ketus padaku.

"Ehm bulik mana lit" tanyaku pelan

"Ihh...kamu ini ngapain seh nyari nyari buliknya terus...masih pengen nyusu yah dah gede juga masih nyariin buliknya terus" jawab yulita bikin aku terdiam

"Lik sari lagi jalan jalan ke pasar sama om yono...lagi clbk" lanjut yulita yang membuatku tersentak seperti kena stroom listrik.

Belum sempat bibirku berucap dari arah dapur muncul sesosok wanita paruh baya yang menggendong seorang baby di ikuti seorang wanita muda yang mungkin sebaya dengan aku dan yulita.

"Siapa nduk.." tanya perempuan paruh baya yang juga kakak kandung bulik sari itu.

"Saya bude...agung" ujarku langsung berdiri

"Oh agung tow ya sudah santai saja dulu sebentar yah bude mau makein baju genduk bayi dulu" ujar mamah yulita

"Njih bude" jawabku

"Lita...agung di bikinkan minum tow kok di anggurin gitu" ujar mamah yulita lagi

"Oh iya hihi...bentar yah gung oh iya gung kenalin itu mbak nanit istrinya mas iwan" ujar yulita sambil berdiri yang segera aku ikuti.

Aku pun menyalami wanita yang di perkenalkan sebagai istri mas iwan itu yang menurutku parasnya cukup manis dengan kulit kuning langsat

"Saya agung mbak...dari kampung xxx" ucapku mengenalkan diri

"Nanit...istrinya mas iwan" jawabnya ramah

"Oh iya mbak ini sekedar buah tangan tak seberapa dariku buat dedek bayi mbak, selamat atas hadirnya buah hati mbak nanit dan mas iwan smoga jadi anak yang berbakti dan solehah juga berguna buat masyarakat aminnn" ujarku sambil menyerahkan bungkusan plastik yang kubawa pada mbak nanit.

"Aminnnnnn" ujar mbak nanit dan yulita serempak lalu tersenyum

"Makasih banyak ya mas agung atas berkat dan doanya smoga tuhan membalas kbaikan mas agung" ujar mbak nanit.

"Aminnn" jawabku ganti mengamini ucapannya.

"Silahkan nit genduk klo mau di nenenin" ujar mamah yulita sembari menggendong bayi yang sudah cakap di dandani lalu menyerahkannya ke mbak nanit yang kemudian permisi pada kami untuk menyusui bayinya.

"Loh kok blum bikin minuman itu gimana tow lit..." ujar mamah yulita

"Oh iya bentar ya gung tunggu bentar...oh iya mau di bikinin minum apa susu..kopi..kopi susu.. teh manis..."

"Air putih dingin saja lit" ujarku menyela kata kata yulita yang seperti meracau...bikin heran

"Ayo le gung duduk dulu" ujar mamah yulita ramah sambil mengambil duduk buat dirinya sendiri.

"Ehm pakde kemana bude" tanyaku sopan

"Pakdemu lagi nganter besannya pulang gung ke boyolali" ujar mamah yulita

"Oh jadi mbak nanit itu berasal dari boyolali ya bude"

"Iya gung tepatnya dari tlatar. Oh iya katanya kamu mau mengajak bulikmu pindahan ke jakarta ya gung" tanya bude mulai serius

"Iya bude rencananya gitu" jawabku

"Trus rumahmu itu gimana.. kosong kan klo di tinggal semua"

"Iya gapapa bude lagipula rumahnya sudah rusak gitu kok bude"

"Gung bude boleh ngomong ngga tapi maaf loh ini " ujar bude mulai bikin aku deg deg an

"Silahkan bude gapapa kok"

"Gini gung yulita itu juga pengen ikut ke jakarta misalnya ikut bersama kalian boleh ngga" ujar mamah yulita serius

"Beneran bude" tanyaku meyakinkan

"Ya beneran tow le masa boongan" jawab bude

"Ya klo aku ya gapapa bude klo lita mau ikut ke jakarta tapi memangnya yulita blum ingin nikah bude kok masih mau merantau" tanyaku

"Ya klo itu kamu tanya saja ke anaknya sendiri" jawab bude

"Hayoo tanya apa" sahut yulita ketika tiba tiba nongol dari pintu dapur sambil membawa tepak berisi beberapa gelas air minum dengan berbagai variant

"Tolong mak..." pinta yulita pada mamahnya untuk menyuguhkan minuman yang ia buat padaku sementara dirinya balik lagi ke dapur lalu kembali membawa tepak berisi piring piring yang ada makanan kecilnya.

"Udah lit jangan repot repot" ujarku ketika melihat yulita terlihat bersemangat sekali.

"Ini minuman buat siapa saja lit kok ada susu segala" tanya mamah yulita

"Buat agung semua mamak" kata yulita santai yang otomatis membuatku tertawa kecil.

"Astajim lit...ngga kira kira kamu itu..." ujar mamah yulita yang membuatku semakin ngakak sementara yulita hanya ikut ikutan ktawa.

"Pokoknya aku ga mau tau gung kamu harus habiskan semua minuman ini" tukas yulita yang membuatku langsung terdiam sementara mamah yulita giliran tertawa.

"Ampun lit aku hanya minum air putih saja kok klo yang lain bawa lagi saja siapa tau nanti ada yang butuh meminumnya" kataku

"Tidak bisaaa pokoknya minuman buatanku harus kamu habiskan gung" ujar yulita mengancam

"Aduh kumat ini" batinku

"Ampun lit perutku sudah kenyang ini..." kataku sambil mengusap usap perutku yang ku kembungkan sementara bude hanya ktawa cekikikan.

Tiba tiba dari gerbang halaman muncul sepeda motor yang datang di tunggangi seseorang bertubuh gempal gemuk pendek namun berwajah cukup bersih dan bersandang rapi dengan seorang wnita yang sangat kukenali membonceng sambil tangannya memegang pinggang sang pria, mereka terlihat sangat akrab.

Dengan santai mereka melangkah bareng sambil masing masing membawa beberapa bungkusan plastik plastik yang mungkin berisi barang belanjaan.

Bahkan dengan cuek mereka langsung berjalan ke arah dapur tanpa melewati ruang tengah dimana kami berada, rasanya cukup untuk membuat bara dalam dada ini yang bikin sesak dan pengap.

Lalu sebentar kemudian mereka berdua telah ke ruang tengah berbarengan juga.

"Siapa tamunya kak" tanya sang pria yang aku ketahui bernama yono yang juga adik kandung bapaknya lita yang juga punya toko furniture di daerah barat kotamadya

"Agungggg....sudah lama datang le" ujar bulik yang entah kenapa bikin aku muak.

"Eh ada setahun" ucapku datar yang membuat roman muka bulik sari langsung berubah.

Aku semakin jengkel ketika tiba tiba si bogel ikut nimbrung duduk di ruang tamu dan tanpa basa basi langsung meraih segelas susu dan meminumnya sampai habis tanpa sisa.

"Ini susu apa gula seh kok manis amat.." ujar yono setelah bersendawa memuakkan.

"Salah sendiri..*** sopan bnget seh om datang datang main serobot saja" sembur yulita yang juga kurang senang dengan sikap om nya.

"Wuih ini agung adeknya anto itu yah...ckckck...sekarang bisa gagah ganteng gini padahal dulu itu kecil kurus dekil hahaha" ujar yono benar benar memuakkanku meski aku tetap tersenyum

Sementara tak lama kemudian bude beranjak dari tempat duduknya dan berlalu ke kamar mbak nanit dan bayinya.

"Enakin aza ya gung santai aza bude mau nengok si genduk dulu" ujar mamah yulita sambil tersenyum ramah

"Iya bude kebetulan saya juga mau sekalian pamit bude" ujarku

"Loh..loh...baru juga datang sudah mau pamitan itu gimana tow le" ujar bude sambil menghampiriku lagi.

"Bukan gimana bude cuma mau melanjutkan langkah saja soalnya habis ini mau ke kotamadya bude"

"Loh ke kotamadya mau ngapain" tanya bude kepow

"Saya ada titipan dari teman untuk beli kain batik bude" jawabku tetap ramah meski suasana hati bad mood.

"Kebetulan aku boleh ikut ngga" tukas yulita nimbrung yang membuatku menatapnya.

"Aku tau tempat beli batik yang recomended loh" ujar yulita lagi

Akhirnya aku hanya menganggukan kepalaku saja yang membuat yulita girang.

"Tunggu bentar yah aku bersiap dulu bentar aza kok kamu duduk aza dulu...itu makan arem arem buatan lik sari dulu gapapa" ujar yulita yang mau tak mau aku hanya menganggukkan kepala saja untuk melegakannya.

"10 menit ga kelar aku tinggal" ujarku tiba tiba tegas.

"Eh iya iya..." jawab yulita sambil berlari ke kamarnya

Setelah itu aku berlalu membiarkan bulik sari dan yono duduk berdua di kursi tamu lalu mengetuk kamar mbak nanit yang segera di buka oleh mbak nanit sendiri sambil menggendong bayinya yang sudah terlelap.

"Mbak saya mau pamit pada dede baby...siapa namanya mbak"

"Nama saya nindy om..anindya putri utami" ujar mbak nanit

"Oh nindy yah manis banget cepat gede yah..ini sedikit dari om agung buat nindy yah" kataku sambil menyelipkan amplop berisi sejumlah uang kertas yang sudah kusiapkan sebelumnya.

"Aduhh makasih banyak om smoga lancar rezekinya yah om" ujar mbak nanit sambil tersenyum

"Dadaah nindy....cantik.."

"Dadahh om"

"Mbak saya pamit dulu"

"Eit...eitt...eittt...tunggu dulu ayo makan dulu sudah bude siapin itu" ujar bude yang tergopoh gopoh dari dapur

"Ahh maaf bude bukannya nolak tapi saya masih kenyang bude mungkin nanti saja bude" tolakku

"Ngga ngga pokoknya boleh berangkat klo sudah makan ayo lit temani agung makan dulu" ujar bude sambil menyuruh yulita menemaniku makan sementara bude menarik tanganku.

Di dapur aku melihat bulik sari yang entah kapan sudah di berada di dapur sedang membuat minuman sesaat kami bertatapan dan kulihat matanya sedikit sembab.

"Ayo gung ga usah malu malu kamu" ujar bude sambil mendorongku untuk duduk di kursi meja makan

"Ayo tow lit kamu itu kok malah lelet gitu buruan layanin masmu ini" ujar bude yang membuatku tertegun sejenak sebelum menatap yulita yang juga menatapku sambil tersenyum manis sekali.

Akhirnya mau tak mau aku mengisi perutku yang sudah kenyang ini dengan menu yang memang sebenarnya jadi favoritku yaitu nasi oseng lombok ijo dengan lauk ayam goreng

"Temani kita makan bulik" ucapku pelan ketika bulik sari menyuguhkan minuman yang di buatnya untuk aku dan yulita.

"Nanti saja" jawab bulik sambil berlalu pergi ke belakang rumah.



Bersambung still part 4
Akhir nya update juga.. Terima kasih gan 🙏🏻🙏🏻

Jangan lama2 lagi update nya ya gan, aseli ini jadi penasaran bingits,,👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd