Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
lanjutan masih part 4


"Hahahaa maaf lit... eh tapi lit klo kamu cemberut gitu swear deh cakep banget...asli.." ucapku

"Modus murahan.." jawab lita dengan menggerutu yang malah memamerkan wajah yang begitu manis ayunya yang bisa bikin melting lelaki manapun yang menatapnya.

"Asli lit...ucapan anak soleh sepertiku ini sangat kredible kok" jawabku dengan tersenyum.

"Eleh gayamu itu gung basi tau ngga, dah ah yuk cabut" ujar yulita sambil berdiri.

"Ya udah tapi abisin dulu dawetnya, sayang klo ga di abiskan itung itung menghargai penjualnya" ujarku berbisik yang membuat yulita kembali duduk, sementara aku lalu secepatnya menghabiskan minuman yang sungguh menyegarkan itu.



Demikian pula yulita yang meski wajahnya sedikit muram memerah dan terlihat sekali kecewa, namun masih mengedepankan logikanya daripada terlalu menuruti perasaan hatinya.

Sesaat kemudian yulita benar benar menghabiskan minuman dawetnya.

"Kita langsung pulangkan lit ?" tanyaku pelan.

"Terserah" jawab lita ketus dan kembali raut wajahnya terlihat cemberut.

"Baiklah sebentar lagi tengah hari lit dan sekarang hari jumat.. maukan nunggu aku sebentar saja" ujarku pelan yang di jawab anggukan saja oleh yulita.

Sejam kemudian berlalu dengan cepatnya.

"Lit kamu masih ingin disini atau gimana" tanyaku saat menghampiri lita yang tampak asik membaca sebuah novel di sebuah fasilitas perpustakaan yang terintegrasi dengan tempat parkir kawasan itu bersama beberapa kaum hawa lainnya yang juga sedang menunggu.

"Gung jawablah pertanyaanku dengan jujur mumpung kita masih di tempat ini" kata yulita tiba tiba membuatku tertegun sejenak.

"Tanya apaan" ucapku

"Kamu sudah punya pacar apa belum ?" ujar yulita yang sukses membuat beberapa orang yang di situ spontan memandanginya, namun gadis itu hanya acuh tak acuh sambil trus menatapiku.

"Kan aku sudah bilang tadi lit masa blum jelas, aku masih single... gimana kalo kamu saja yang jadi pacarku lit" jawabku bcanda.

"Oke deal yah...kuharap kau tidak mempermainkan aku dan perasaanku" jawab yulita cepat lalu tersenyum manis yang membuatku bengong.

Gila..what the fuck apa yang barusan kulakukan, ampun ampun aku hanya bcanda dan yulita menanggapinya serius, ruwet ruwet...knapa urusannya jadi gini banget.

Kutatap wajah cantik yang slalu enak di pandang dan tidak membosankan itu kini bibirnya tersenyum dan mata indahnya itu menatap ke arah lalu lalang orang orang yang sedang mengambil kendaraan mereka di parkiran lalu berebut keluar duluan.

"Kok malah ngelamun seh gung kamu serius kan yang tadi" ujar lita bertanya sambil menepuk lenganku.

"Eh ehm...lit gimana yah..."

"Kamu tadi serius ngga nembak aku...!!" ujar yulita keras dengan raut mukanya mulai berubah lagi.

"Iya lit asal kamu belum ada yang punya tapinya"

"Jujur gung banyak banget yang sudah nembak aku, bahkan anaknya bossku pun juga pernah bilang menyukaiku dan mereka rata rata bilang ingin menikahiku dan janji ingin kasih ini itu juga, tapi tak satupun yang sreg di hatiku gung" ujar lita lirih.

"Lantas knapa justru aku kau terima lit bukankah kau tau latar belakangku gimana, aku anak yatim yang mungkin tak selevel denganmu dan keluargamu" ucapku tak kalah pelan.

"Untuk saat ini aku belum bisa memastikan perasaanku yang sebenarnya gung tapi yang jelas aku nyaman bersamamu dan itu kurasa lebih dari cukup untuk menjelaskan isi hati seorang cewe, paham kan maksudku" kata lita semakin lirih.

"Sudahlah ayo kita jalan lagi, sudah sepi kan... aku lapar gung kita makan dulu yah" sambung lita lagi yang ku jawab dengan anggukan saja.

Sebentar kemudian kami sudah keluar dari komplek masjid besar yang lokasinya hanya berjarak selebar jalan dengan pasar klewer itu.

Segera saja yulita berperan sebagai navigator yang mengarahkan aku harus kemana mengemudikan kendaraanku.

Dan anehnya yulita justru mengarahkanku berkebalikan arah dengan jalur menuju tempat tinggal kami, yang makin lama makin jauh.

Beberapa tempat makan yang cukup enak dari segi tempat di lewati begitu saja membuatku tak mengerti apa yang sebenarnya di inginkan gadis ini.

"Pinjam pundakmu bentar yah... kepalaku pusing nih" kata lita sambil merebahkan kepalanya di atas pundakku tanpa tunggu persetujuanku dulu.

"Gung cerita donk..kok diam aza dari tadi, disitu trus ambil kanan gung" ucap yulita santai.

"Ehm sebenarnya kita mau makan dimana seh lit.... ini sudah terlalu jauh loh.. jangan bilang kau ingin makan di Palur" tanyaku setelah lita mengarahkanku untuk mengambil jalan arah kota lereng gunung lawu.

"Suka suka akulah...sopir harus nurut yah" kata yulita cuek membuatku memilih lebih baik diam.

Setelah hampir di ujung batas kota, yulita mengarahkan aku untuk belok kiri dan sampailah kami di taman wisata bonbin yang letaknya persis di sebelah barat kali bengawan.

"Lit kita mau masuk kesitukah ?" tanyaku untuk meyakinkan sementara lita hanya mengangguk saja dan tersenyum.

"Kau ingin makan atau ingin memperbandingkan rupaku dengan penghuni tempat ini lit" tanyaku lagi namun lita malah tertawa ngakak.

"Dua duanya..hihihi... dah buruan parkir" ujar lita memerintah yang jelas tak akan bisa aku tolak.

Sebentar kemudian setelah sampai di dalam wilayah bonbin suasana rindang dan sejuk langsung terasa.

Yulita tak ragu ragu menggamitkan tangannya di lenganku, bahkan kemudian malah mengajakku ke sebuah sudut di dekat kali

"Lit ngapain seh ngajakin ksini sini segala, sepi gini... liat noh kita yang malah jadi tontonan orang orang" ucapku setelah lita duduk sangat rapat dan dekat denganku.

"Biarin aza klo cuma nglihat mah...kan mereka punya mata, ehm sebenarnya ada yang ingin ku omongin gung ama kamu" jawab yulita sambil menatapku.

"Soal apa...?" tanyaku.

"Semalem kan keluarga besarku ngumpul gung, mulanya bicara yang ngga penting penting sebelum lik sari bilang mau pamitan akan ikut kamu ke jakarta" ujar lita

"Terus.." ucapku menyuruhnya melanjutkan.

"Entah knapa hatiku tiba tiba ingin juga gung dan keceplosan ingin ikut juga ke jakarta ama kamu dan lik sari" ujar lita sambil menatapku sebelum diam sesaat.

"Iya tadi bude ehm maksudku mamahmu sudah bilang juga kok dan kukira no problem, rumah yang kubeli cukup besar kok dengan tiga kamar tidur brarti pas kan klo kamu mau ikut" ujarku.

"Iya lik sari sudah cerita juga kok tapi gung masalahnya semalam lik sari juga bilang mau jodohin aku sama kamu gitu, yang oleh bapak dan mamakku malah di tanggapi serius dan kluarga besar smuanya setuju usul lik sari itu" ujar lita lalu kembali menatapku sejenak.

"Terus kamu sendiri gimana apa pendapatmu" kataku menyela, meski hatiku deg deg an tak karuan.

"Entahlah gung maksudku aku kan cewe yah...dan kau tau seorang cewe itu pamali istilahnya jika mengutarakan perasaannya duluan ke lelaki betapapun cintanya" jawab lita diplomatis yang membuatku hanya diam, seakan berpikir namun jelas meski tak berpikirpun aku tau hal ini akan membuat hubunganku dengan bulik menjadi sangat rumit.

"Nanti misalkan bapakku bilang sama kamu gimana gung, apa jawabmu" tanya yulita ingin melimpahkan masalahnya padaku.

"Ya aku gimana yah lit... aku sudah tak punya orang tua jadi tentu aku akan nurut saja, dalam hal ini bulik ku anggap sudah mewakili orang tuaku" ujarku

"Jadi kamu setuju kan gung" tanya lita dengan nada keras

"Kamu sendiri lit" balikku bertanya

"Aku juga nurut bonyok donk gung"

"Maksudku lit kamu sendiri misalnya benar kita di jodohkan kamu setuju ngga jawablah sesuai kata hatimu"

"Iya gung aku setuju, aku takkan kesulitan menjawab ini karena kurasa memang aku nyaman bersamamu gung, klo kamu gung gimana cinta tidak sama aku" tanyanya balik

"Jujur yah lit sebelumnya aku tak pernah bermimpi jika bakal di jodohkan atau dapat calon pendamping yang seperti kamu maksudku kamu itu terlalu istimewa untuk orang seperti aku lit...cantik manis pintar dan luwes dalam segala hal tercampur jadi satu, aku justru merasa minder lit klo bilang aku suka dan cinta ama kamu tentu sangat wajar kan karena aku normal seperti lelaki pada umumnya tapi jika kamu yang suka dengan lelaki sepertiku ini rasanya kok aneh lit gimana yah rasanya seperti mimpi apa ngga" ujarku sambil menatap lita.

"Ya ngga lah gung lagian ngapain minder sgala orang kita sama sama makan nasi, buatku yah gung lelaki yang bisa bikin nyaman aku itulah yang justru aku idamkan klo tampan atau fisik yg lain itu cuma kuanggap bonus" jawab lita

"Nah itulah lit aku takut sekali tak bisa memberikan kenyamanan yang kamu butuhkan itu"

"Sekarang ini buktinya aku nyaman gung aku seperti jadi diriku sendiri tak perlu harus pura pura segala macam, tau tidak gung seorang cewe klo sudah nyaman pasti akan siyap memberikan segalanya pada lelakinya" kata yulita sambil menunduk dan tersenyum.

"Tidak lit aku tidak akan memanfaatkan situasi apapun yang bisa membuatmu rusak dan menyesal"

"Nah benarkan aku sudah yakin kamu akan begitu gung karena itu aku nyaman bersamamu dan sangat yakin bahwa aku akan bisa hidup bersamamu dalam ikatan yang sakral, kuharap yang kuucapkan ini sudah menjelaskan perasaanku padamu gung" kata lita yang aku jawab dengan anggukan.

"Iya lit" kataku pelan yang membuatku laksana berdiri di depan sebuah jurang yang teramat dalam sementara di belakangku ribuan singa tengah mengintaiku.

Sari...kenapa kau memperumit segalanya...keluhku dalam hati.

Pada akhirnya sisa hari ini benar benar kuhabiskan bersama yulita yang sepertinya enggan untuk cepat cepat pulang dengan mengajakku berputar putar ke berbagai tempat yang mau tak mau harus kuturuti.

Hingga baru ketika hari sudah benar benar sore barulah lita bersedia aku ajak pulang.

"Memang kau sama sekali ngga mau bermalam denganku gung hihihi takut yah" keluh lita saat kami dalam perjalanan pulang.

"Bukan gitu lit, semua belum pasti kan, dan aku sudah berjanji tak akan berbuat aneh aneh padamu"

"Dasar perjaka...cemen hihi...cemen kan" ucap lita menggodaku

Aku hanya diam dan membiarkan yulita meracau menghinaku sesuka hatinya.

"Jangan jangan kau impoten yah gung..." ucap lita terlihat kesal setelah semua upayanya menggodaku hanya ku abaikan.

"Hati hati dengan ucapanmu lit apalagi jika menyangkut juniorku karena sekali saja di tantang pasti akan ada korban yang bisa membuatnya bengkak 9 bulan" kataku yang malah membuat yulita tertawa ngakak.

"Eleh omdo saja ga ada bukti dari tadi zonk kan nyenggol aza ga berani kok bisa sesumbar" kata yulita makin tertawa tawa.

"Kamu benar benar yakin lit, kamu ga bakal nyesel" kataku sambil menghentikan mobil du pinggir jalan yang membuat lita terdiam.

"Eh maaf gung aku hanya ingin ngetest saja soalnya dari tadi kau sama sekali tak mau menyentuhku, merangkulpun harus aku duluan, aku takut kau tak nafsu sama aku gung" ujar yulita pelan dan terlihat takut ketika aku tatap dengan serius.

"Dengar yah lit aku sudah bilang tadi kan hanya orang yang gila dan tidak normal saja yang tak nafsu ama kamu, tapi ada sesuatu yang harus kujaga terutama karena itu kamu lit, klo kau ingin bahkan dari tadi pun aku bisa memperkosamu tapi aku tau lit kamu masih benar benar virgin dan itu sangat ku hargai dan aku tak ingin merusaknya, paham..!" Ujarku sangat tegas.

"Iya gung iya maaf...tapi darimana kau tau aku masih perawan sok tau kamu kaya dukun saja" ucap lita

"Hahahaa...tapi bener kan" kataku sambil menjalankan kendaraanku lagi, sementara lita kulirik hanya tersenyum saja.

Setelah beberapa kali berhenti lagi di tempat kuliner pinggir jalan hanya untuk beli makanan buat di bungkus untuk buah tangan, akhirnya aku benar benar telah melalui hari yang sangat panjang dan melelahkan ini dengan sampai di kediaman yulita dan keluarganya, tepat jam 5 sore.

Dan seperti dugaanku hampir semua anggota kluarga lita telah menunggu kami di teras rumah mereka, juga bulik yang ternyata belum pulang.

Mas iwan yang waktu kecil sangat akrab denganku langsung menyalamiku dengan hangat, sementara yulita dengan santainya langsung duduk di tengah tengah kedua orang tuanya, terlihat sumringah dengan langsung memperlihatkan bawaannya pada mamahnya.

Beberapa saat akupun masih beramah tamah sejenak dengan keluarga cemara dari tegalsari itu, bahkan mamahnya yulita terlihat senang ketika lita memberikan kain panjang yang memang sengaja kubelikan buat beliau, hingga berulangkali mengucapkan trimakasih padaku.

Di situ aku melihat bahwa yulita memang benar benar mendominasi di rumahnya.

Setelah makan malam dengan situasi yang sangat aneh dan tidak terbayang olehku sebelumnya, dengan tiba tiba saja yulita begitu terlihat intim di dekatku sementara aku melihat bulik terus terusan memamerkan senyuman palsunya di hadapanku membuatku berada dalam situasi yang bangsat banget, yang mana aku merasa sangat emosi karena di bohongi oleh wanita yang sangat kucintai dan di saat bersamaan aku harus selalu memperlihatkan sikap dengan disertai wajah yang menampilkan senyum ramah jelas merupakan pekerjaan yang sangat berat bagiku terutama karena aku begitu muak dengan segala bentuk kepura puraan.

Pada akhirnya kami bisa berpamitan dengan alasan yang tepat yaitu tak tega dengan om anto yang telah di tinggal begitu lama.

Ah entah knapa dia tidak pulang saja duluan dari tadi sehingga aku tak perlu melihat senyum palsunya itu malah menungguku seakan ingin memastikan kesuksesannya membuat hatiku porak poranda.

Akhirnya begitu kami telah berlalu, aku tak kuasa lagi untuk menahan emosi ini untuk tak meledak.

"Puas kan kamu..." ucapku ketus

"Bukankah harusnya aku yang tanya begitu..kok malah di balik, di kasih apa sama lita tadi sampai seharian baru pulang"

"Lah knapa juga mesti nungguin aku, kamu sendiri kan bisa minta antar si bogel pacar barumu itu pulang duluan"

"Ngomong apa seh kamu, jangan ngaco deh"

"Bangsattt...."

"Heii...baru kali ini kau sekasar ini gung"

"Itu gara gara kamu tau, kau hancurkan harapanku begitu saja dan menghempaskan perasaanku seakan hanya sampah tak berguna, kenapa kau sekejam itu"

"Apa seh maksudmu ?"

"Bukankah sudah jelas kau menjodohkanku dengan yulita supaya kau bisa bebas berhubungan dengan si bangsat yono itu kan...licik bener"

"Ya ampun tega banget seh nuduh yang ngga ngga, belum apa apa saja sudah di perlakukan begini, gitu kok bilang ingin membahagiakanku, sudahlah pergi saja ke jakarta sendiri sama lita.. aku ngga ikut" ujar bulik keras

Aku bengong sesaat berpikir ini gimana ceritanya kok jadi aku yang di salahkan dan di tuduh berbuat zholim.

"Kok aku yang jadi salah, orang korbannya saja aku" gerutuku

"Jangan pura puralah aku tau dari kecil kamu suka lita kan lah sekarang giliran lita sudah bersedia jadi istrimu kau bilang jadi korban, munafik"

"Aku harus gimana nolak..? mau di taruh dimana mukaku lagipula bukankah sama halnya aku akan di bilang tak tahu diri dan pastinya pakde dan bude harto pasti akan merasa terhina jika aku nolak yulita"

"Ya klo ngga suka ngapain juga mesti nerima, bagaimanapun juga lita itu juga ponakanku dan aku tak kan terima jika dia di sia siakan oleh seseorang" ujar bulik yang serasa mengiris hatiku.

"Klo kamu ga suka lita dan ngga berani ngomong biar besok aku yang ngomong biar ga usah ribet" lanjut bulik makin membuatku tertekan.

"Setelah itu aku akan bunuh diri dari pada kesulitan membuang kemana mukaku" jawabku

"Makanya ngga usah banyak tingkah, udah di enakin malah ngelunjak" gerutu bulik pedas sekali di kuping.

Bajingan apa perlu ku bawa dulu ke pinggir dengkeng lalu kuperkosa dulu sebentar bulik untuk meredakan pikiran penat ini.

"Tapi aku sangat mencintaimu sari... dan kamu sungguh tega membuatnya rumit"

"Mau gimana lagi tadinya aku cuma bcanda kok dan di tanggapi serius ya sudah itung itung balas budi ke kamu kan lagian yulitanya juga suka kok sama kamu mau gimana lagi"

"Klo gitu bilanglah sama mereka biar menggagalkan semuanya dan bilang bahwa kau sendiri yang akan menikahiku" ujarku dengan tersenyum simpul.

"Gila...di bayar 10 milyar juga ga bakal kulakukan"

"Lah siapa juga yang mau bayar"

"Sudah jangan ribet ah...eh kenapa berhenti seh" ujar bulik ketika kemudian kuhentikan kendaraan secara mendadak di bulak yang sepi.

Bulik terkejut ketika tiba tiba tanganku meraih kepalanya lalu aku mencium dan melumat bibirnya, meskipun beberapa saat bulik memukul mukul dadaku pelan pelan, namun dengan dia sendiri ikut membuka bibirnya dan membalas lumatan bibirku membuat kami tenggelam dalam ciuman yang tlah kutahan sejak tadi.

"Sudah jangan disini hh..hhh" ucap bulik

"Aku sangat mencintaimu" bisikku sambil tanganku membelai pipinya.

Bulik hanya mengangguk lalu memegang tanganku itu kemudian di kecup kecupnya sesaat.

"Aku sangat kangen sar"

"Sama sayank aku juga..ya sudah jalan lagi dulu"

Lalu kembali kulajukan kendaraan dan setelah itu kembali kami saling bergenggaman tangan.

"Kau benaran kan ga aneh aneh dengan si bogel" tanyaku

"Ngga ya ampun...hihihi klo mau juga dari dulu aku tlah jadi istrinya"

"Tapi tadi lita bilang kau clbk sama bogel"

"Gkgkgkgkk..hanya nganterin belanja doank ke pasar cipluk sayank itu juga cuma sebentar"

"Sebentar ato lama terserah orang ku juga ga tau kok"

"Gkgkgkgkk..kamu tuh lucu loh klo lagi ngambek...resee tau"

"Itu karena aku takut khilanganmu sari sayank"

"Ohhh makasih"

"Malam ini aku ingin di service yah"

"Lah tadi knapa ngga minta service lita hihihi"

"Ngga, aku ngga mau merusaknya"

"Itu brarti kamu beneran cinta sama lita"

"Kok bisa"

"Karena cinta itu tidak merusak sayank..."

"Knapa seh kau niyat bener jodohin aku ama lita"

"Kalian itu serasi dan yang penting kalian saling mencintai satu sama lain"

"Tapi aku mencintaimu"

"Iya sayank tapi aku tau aku bukan jodohmu"

"Ohh tidakkk"

"Kita jalani saja apa yang harus di jalani sayank..."

"Mmm..."





Bersambung

PART 5 TAK TERKENDALI
Ciu ciu ciu...ne hu...lumayan gen tambah esmosi si agung....wkwkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd