Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
PART 6 PILIH AKU ATAU DIA



Suara riuh burung berkicau segera membangunkanku, ketika aku membuka mataku segera terlihat hari mulai terang dengan semburat kemerahan tampak di ufuk timur.

Sejenak kubenahi diri dan pakaianku sebelum bergegas pergi pulang ke rumah, yah setelah bergumul dengan asih semalam sampai hampir dini hari aku memang segera pergi ke gubug di pinggir Kompan( pos pompa untuk irigasi pertanian) di bantaran kali bengawan solo, untuk beristirahat sejenak.

Hasilnya lumayan mataku sempat terpejam meski kurang dari dua jam saja namun rasa rasanya cukup membuat tenaga dan pikiranku fresh kembali.

Titt...tutt..tiittt...ttuuutt......

Panggilan vc di hpku dari Asih

"Hlo Sih kenapa sayank...?"

"Gung gila kamu ngga salah kan transfer duitnya?"

"Ngga kenapa...apakah kurang?"

"Banyak banget tau, aku bisa kebeli motor baru..kamu yakin kan ngga salah ketik angkanya?"

"Ngga sayank...aq ikhlas Sih, buat jajan kamu ama anakmu yah tapi jangan bilang sama rudi loh tar ngamuk lagi dia"

"Ngga donk...makasih ya yank... eh itu kamu ada dimana kok banyak pohon singkong?"

"Di gubug kompan Sih...tapi ini aku sudah mau pulang kok"

"Ya sudah...buruan pulang tar klo mau mampir lagi yah aku mau bikin sarapan nasi goreng"

"Iya gampang, tapi lebih baik aku ga mampir Sih...bahaya...tar klo ktauan rudi kamu bisa di siksa lagi"

"Trus kamu sarapan apa yank.. bubur lagi yah"

"Ngga donk, bulik pasti sudah masak kok...udah dulu yank battery hp low nih"

"Iya sayank iya ati ati yah.. makasih banyak loh duitnya yank"

"Iya...sama sama Sih" ujarku seraya mengakhiri percakapanku dengan asih via video call.

Sejenak kemudian aku telah turun dari gubug dangau dan menyusuri tanggul kali bengawan yang lembab dan basah oleh air embun.

Untungnya aku sama sekali tak berpapasan dengan siapapun saat menyusuri jalan pinggiran kampung yang membuatku tak perlu berbasa basi.

Sampai di rumah ternyata pintu sudah terbuka, kulihat pula sejenak mobilku yang tertutup oleh embun pagi karena lupa ku selimuti semalam.

Di dalam rumah aku tak bercakap cakap apapun ketika kulihat bulik sedang duduk si depan tungku perapian, kulihat wajahnya tampak sembab saat dia menoleh padaku.

Aku tetap diam dan masuk ke bilik kamarku dan meraih handuk lalu bergegas ke sumur untuk bebersih diri, karena dari kemaren sore memang belum sempat mandi sama sekali.

Sampai di bilik mandi yang berdinding anyaman bambu usang dan beralaskan batubata yang penuh lumut di sana sini hingga harus hati hati jika tak ingin terjerembab karena keseredet, tiba tiba terlintas dalam benakku tentang rumah dan lahan pekarangan peninggalan seluas 900 an meter persegi ini, jelas aku tak mungkin menjualnya meski klo itu di lakukan akan sangat mudah bagaikan menjual kacang goreng

Belum lagi surat surat pengantar yang harus kubawa dari kantor desa yang baru saja aku ingat, kenapa aku tiba tiba jadi tolol begini, sedangkan nanti malam harus sudah berangkat.

Derit timba sumur yang berbunyi segera membangunkan aku dari lamunan, tiba tiba saja aku perlu untuk tergesa gesa dengan tak ingin menyia nyiakan setiap detik waktu untuk terbuang percuma lagi.

Bahkan sampai selesai mandi dan keluar dari bilik pun aku tergesa gesa hingga tak menghiraukan apapun sebelum langkahku terhenti karena sebuah panggilan lembut

"Mas..."

Kutatap sumber suara yang memang aku sudah tau sebelumnya klo itu adalah bulik sari tercintaku.

Aku tertegun ketika melihatnya menangis berderai air mata.

"Bulik kenapa?"

"Maafkan segala salahku mas aku memang pantas diperlakukan seperti ini, tapi aku ingin tau apa salahku...aku tersiksa jika kau diamin gitu" ucap bulik sari serak sambil mengusap air matanya yang terus saja mengalir dari kedua matanya yang indah karena memiliki bulu mata yang lentik.

"Bulik apa yang bulik katakan... aku sama sekali tak ada masalah apapun dengan bulik, kemaren aku memang sedikit cemburu dengan om yono bogel itu tapi setelah dapat jawaban dari bulik ya sudah tak masalah" jawabku

"Kenapa kau seakan menghindar dan bahkan menatapku pun tak sudi... klo sudah jijik melihatku bilanglah terus terang" ucapnya dengan agak keras seakan ingin melepas semua beban yang ada.

"Aku tadi tergesa gesa bulik kita belum ke kantor desa, bahkan kita belum memasrahkan rumah yang akan kita tinggal nanti"

"Pasrahkan siapa?" tanya bulik

"Mungkin ke pak rt atau siapa aku bingung"

"Semalam aku mencarimu antara lain untuk berbicara soal itu, tapi kamu malah pergi entah kemana"

"Aku tidur di gubug kompan meski sama sekali tidak bisa lelap karena nyamuk nyamuk kelaparan yang sangat rakus"

"Salah sendiri..."

"Trus menurut bulik gimana maksudnya soal rumah dan pekarangan ini bagaimana juga kita tak bisa membiarkannya terbengkalai"

"Kemaren aku sudah bilang ama mas harto, beliau sanggup mengurusnya asal kamu yang ngasih wewenang padanya"

"Oh alhamdulilah..trimakasih bulik aku sama sekali tak terpikir begitu sebelumnya"

"Jadi kamu setuju bapaknya lita yang mengurus tempat ini?"

"Tentu saja bulik selama beliau ga merasa repot" jawabku dengan tersenyum lega.

"Lain kali aku tak ingin melihatmu jutek lagi" ucap bulik ketus

"Siapa yang jutek... ya begini ini klo orang sedang tidak kelegan" balasku sama sekali tidak jujur

"Salah sendiri orang di tungguin semalaman eh taunya malah keliaran sampai kompan"

"Tar yah di Jakarta kita bisa membalas sepuasnya"

"Yakin...ada yulita loh...dia bukan gadis bodoh"

"Iya tar gampang biar ku atur sendiri, yang penting bagiku adalah selalu bersamamu hal hal lain di pikir kemudian...sekarang aku minta ijin buat ganti baju dan sarapan karena perutku sudah kelaparan"

Ya udah sana gih...eh itu baju kotornya siniin biar kucuci sekalian"

"Iya deh trimakasih istriku aku puas dengan pelayananmu hehe" godaku yang membuat bulik hanya mencibirkan bibirnya sangat menantang untuk di cipok tapi sayangnya napsu birahiku sedang adem karena semalem abis abisan di kuras oleh asih.

Selesai sarapan dan membenahi semua peralatan yang akan di bawa ke Jakarta termasuk keris pusaka bernama kiai slamet peninggalan kakek yang berbau wangi minyak misik, keris yang slalu akan berdiri dengan sendirinya saat kukeluarkan dari warangkanya, bersama wadah kotak kayu penyimpananya kumasukan dalam koper bersama barang barang lainnya, sementara baju baju ku simpan dalam koper yang lain.

Di halaman kulihat bulik sedang menjemur baju baju yang selesai di cucinya bahkan terlihat pula dia nampak segar karena sudah selesai mandi.

"Bulik aku ke rumah pak rt dulu" pamitku

"Loh ngapain nanti saja bareng pakde harto biar ga bolak balik"

"Trus surat pengantar desa gimana?"

"Pengantar buat apa bukankah kita tidak pindah rumah jadi ga perlulah klo sekedar berpamitan mau merantau lama iya tapi aku sarankan nanti sekalian bareng bapaknya yulita"

Aku tertegun sejenak

"Yang kita perlukan nantinya itu surat domisili sayank...tapi itu nanti klo sudah di lingkungan yang baru kalo ktp tetep kan"

"Iya iya aku mengerti bulik"

"Nah klo mau belilah penanak nasi dan kompor sayank karena kita akan memerlukannya nanti"

"Kenapa ga kita saja maksudku aku sama bulik"

"Aku masih harus beres beres ini itu, sebaiknya kau sendiri saja sekalian beli oleh oleh buat keluarga temanmu bukankah kita nanti ke tempat temanmu dulu"

"Iya yah kenapa semua tak terpikir olehku" gumamku pelan karena aku pikir sebelumnya hanya tentang pesanan fadil dan bossku itu saja cukup tapi ternyata...

"Aku ternyata benar benar bodoh bulik" ucapku pelan

"Bukan bodoh tapi kurang pengalaman dalam hubungannya dengan masyarakat tapi klo yang lain kamu sudah termasuk lelaki idaman kok"

"Ah aku lelaki bodoh itu saja karena itu aku membutuhkan wanita pintar sepertimu bulik"

"Iya tapi kau harus janji akan menyayangiku dan tak menjuteki aku lagi yah"

"Iya iya tanpa harus di janji juga aku sudah menyayangimu bulik"

"Ya sudah sana mumpung masih pagi tar biar banyak istirahatnya ingat nanti malam kamu masih nyopir loh semalaman"

"Iya deh...aku ambil kontak mobil dulu"

Namun sebelum beranjak, kulihat dari regol depan masuk sebuah mobil rusa lawas yang pernah jadi primadona di eranya.

"Nah kebetulan kan mereka sudah datang pula" ucap bulik sambil tersenyum.

Sejenak kemudian setelah mobil itu terparkir di sebelah mobilku keluarlah dari dalamnya yulita dan keluarganya yang langsung merubah suasana pagi itu menjadi riuh ramai penuh keakraban.

Beberapa saat kemudian aku telah terlibat perbincangan dengan pakde harto dan mas iwan mulai dari mobil hingga pekarangan yang membuatku langsung mengutarakan niyatku pada beliau.

"Baiklah gung kamu ga usah cemaskan soal itu, tapi memang aku ada sedikit saran yang barangkali kau berminat"

"Iya pakde saran apakah itu pakde"

"Itu rumah kan meskipun gebyog tapi terbuat dari bahan kayu yang baik...jati tua semuanya nah gimana kalo itu nanti daripada rusak tak terurus di bongkar saja terus pagar tanamannya itu di ganti dengan pagar tembok"

"Tapi pakde dananya belum ada atau klopun ada pasti belum mencukupi karena di rumah yang baru nanti sedikit banyak pasti masih butuh dana lagi untuk sekedar mengisinya"

"Kamu tak usah keluar duit lagi gung, kau harus tau gebyogmu itu bernilai cukup tinggi dengan sedikit polesan untuk sekedar bikin pagar pekarangan ini berkeliling kurasa cukup, daripada rusak ga berarti"

"Tapi itu bukankah akan sangat merepotkan pakde sekeluarga"

"Tentu tidak gung...aku hanya berpikir untuk kebaikan kalian kedepannya bukankah kau sudah memantabkan diri untuk menjalani hidupmu bersama yulita"

"Iya pakde tapi rasa rasanya kok ga enak juga untuk terlalu banyak merepotkan pakde"

"Sudah jangan bilang repat repot kaya sama siapa saja kamu itu, ini iwan juga bersedia juga klo kau minta membantu nyopir nanti malam maksudnya barangkali jika kau lelah masmu iwan bisa gantiin kamu"

"Ah ga perlu lah pakde bukankah mas iwan terikat dengan pekerjaannya"

"Apa salahnya ambil libur sehari dua hari gung" mas iwanlah yang berkata.

"Gini saja mas doakan saja aku kuat bawa mobil nanti malam meski aku sopir baru tapi rasanya bisa kok klo cuma menyusuri jalan tol sampai Jakarta, nah nanti silahkan mas iwan klo mau mengunjungi kami kapanpun mas iwan longgar waktu justru aku sangat berharap untuk itu"

"Hehehe baiklah klo begitu maumu Le...pakde rasa kamu memang masih sungkan tapi kedepan pakde harap kamu tak perlu sungkan lagi"

"Iya pakde"

"Baiklah ayo kalo mau menghadap pak rt pakde temani"

"Pakde tak beristirahat dulu"

"Beristirahat dimana?" Ujar pakde harto sambil tersenyum seakan ingin berkata gubug itu terlalu sempit.




Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd