Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
Lanjutan


POV AUTHOR

"Kamu kenapa Lit? Kok kaya murung gitu ? Ga kerasan yah disini ?" Bertanya Agung saat mereka sedang ngumpul di ruang tengah setelah menyelesaikan makan malam.

"Iya Lit tadi makanmu juga agak sedikit dari biasanya. Memang ada masalah?" Tukas Bulik Sari menimpali.

"Tadi mamak telpon Lik, katanya seminggu ini anaknya mas iwan rewel terus." Jawab Yulita seadanya.

"Rewel...ya wajar Lit... orang masih bayi, justru klo ga rewel malah aneh." Kata Agung menyambung.

"Masalahnya itu rewelnya sejak kita pergi ke sini mas...sebelum sebelumnya dedek ga pernah rewel, nangis aza hanya kalo ngompol apa ee aza, setelah di ganti popok diem." Ujar Yulita.

"Trus gimana ?" Ucap Agung sembari berdiri lalu melangkah ke dapur, bikin minuman teh hijau seperti biasanya.

"Kita doakan saja Lit smoga tidak ada apa apa. Kalo bayi rewel yah pasrah saja orang tuanya gimana cari cari supaya dedek ga rewel lagi." Kata Bulik Sari mencoba menenangkan Yulita.

"Iya Lik...tapi aku kasihan sama dedek Lik, kata mamak sekarang badannya susut banget." Tukas Yulita lagi dengan wajah muram.

"Dah ngeteh dulu aza biar pikiran tenang." Kata Agung sambil membawa tepak berisi tiga mug minuman.

"Ini teh nya nyonya nyonya kalo kopi khusus buatku yah." Kata Agung sambil meletakkan tepak di atas meja.

"Om kamu ga sekalian di bikinin Gung?" Tanya Bulik Sari.

"Oh sudah ndoro sudah di minum langsung abis." Jawab Agung sembari tersenyum simpul.

Beberapa saat kemudian mereka masih melanjutkan perbincangan segala hal, meskipun Yulita tampak kurang semangat seperti biasanya. Bahkan kemudian setelah beberapa saat menghabiskan minuman tehnya, Yulita berpamitan dan bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

"Menurutku memang ada yang tidak beres di tempatnya mbakyu Gung." Kata Bulik Sari pelan.

Sementara Agung segera berpindah duduk mendekati Bulik Sari, sambil tersenyum.

"Jangan aneh aneh dulu. Tar ketauan Lita bisa berabe." Ucap Bulik Sari berbisik, ketika Agung mulai merangkul dan menciuminya.

"Aku kangen sayank" Jawab Agung sambil mulai memeluki tubuh bulik sari dengan penuh nafsu.

"Jangan disini...! Nanti ketauan Lita." Kata Bulik Sari dengan muka di cemberutkan sambil membelalakkan matanya yang indah itu.

Agung menghentikan sejenak aktivitasnya menggrepe tubuh buliknya itu, namun raut mukanya menunjukkan sebuah kekecewaan. Bahkan ketika kemudian bulik sari perlahan bangkit dari duduknya lalu berjalan ke kamarnya, Agung hanya diam termangu seperti kucing kehilangan tikus yang sudah siap di santapnya.

Untuk sejenak Agung masih duduk dan menonton tv yang acara di tiap chanelnya seakan menyajikan acara sampah yang sesekali di selingi iklan iklan yang justru lebih menarik dari program acaranya.

Akhirnya Agung beranjak bangkit dari duduknya dan setelah mematikan tv dan lampu lampu ruangan, Agung bergegas masuk ke kamarnya sendiri meskipun sama sekali bukan untuk tidur.

Berulang kali matanya menatap jam dinding, sebelum kemudian keluar dari kamarnya dengan langkah perlahan, dan masuk ke kamar sebelah yang di tempati om dan buliknya yang sama sekali tak di kunci dari dalam.

Tiba tiba bulik sari membuka matanya yang baru saja hendak di coba untuk memejamkannya, karena sebenarnya ia pun sulit untuk bisa langsung tertidur, entah terganggu dengkuran di sebelahnya atau ada hal lain yang mengganggunya.

"Ngapain kesini..." Bisik bulik sari bertanya, meskipun sebuah senyum kecil tersinggung dari bibirnya.

Agung perlahan mendekati buliknya yang sudah duduk di ranjangnya sambil sesekali melirik ke sebelahnya dimana suaminya tengah tertidur sangat pulas.

"Ga bakalan bangun dia, sayank" ucap agung sangat pelan sembari duduk di sebelah buliknya.

"Kau beri apa tadi ?" Tanya buliknya juga berbisik.

"Hanya sedikit penenang kok ga akan bermasalah, yulita juga aku beri tadi" kata agung sambil tangannya mulai memegang tangan buliknya.

"Kontholku ngaceng terus sayank, sudah seminggu lebih ngga pernah di celupkan." Lanjut agung sambil menciumi buliknya yang kali ini sudah tak ada penolakan, bahkan buliknya ikut membalasnya.

"Jangan disini." Bisik bulik sari.

"Di kamarku gimana?" Jawab agung berbisik pula.

Bulik sari diam sejenak lalu melihat Anto suaminya sebelum kemudian menganggukkan kepalanya.

Agung masih menciumi buliknya sejenak sebelum mereka kemudian berdiri dan saling berangkulan lalu keluar dari kamar itu, dan terus masuk ke kamar agung.

Begitu mengunci pintu mereka segera menghempaskan tubuh di atas ranjang kasur busa bermerk setebal 40 senti. Dan langung bergumulan.

"Copot dulu sayank bajumu !" Pinta agung sambil dirinya sendiri segera melolosi baju kaos berikut celana pendek yang di pakainya.

Begitu juga Sari yang perlahan melepas dress yang di kenakannya.

"BH nya sekalian donk sayank juga cawetnya !" Bisik agung sambil mengelus elus batang konthol berurat nya yang sudah sangat tegang itu.

"Ya sudah sini lepasin !" Kata Sari yang justru kemudian merebahkan dirinya.

Agung lalu memelorotkan celana cawet dari bahan katun yang cukup besar itu karena bokong buliknya memang cukup besar membulat.

Agung mencolek colek tempik buliknya sejenak sebelum kemudian melepas sekalian bh hitam yang di kenakan buliknya.

"Kelon dulu ya mas." Ucap sari pelan.

"Langsung kenthu aza sayank aku sudah ga tahan ini, nih dah ngaceng kaya gini." Bisik agung lalu mulai menindih tubuh buliknya.

Sari akhirnya hanya membiarkan ketika agung mulai menganceli tempiknya, dengan sesekali mencium dan melumati bibirnya. Sari mulai menggoyangkan bokong dan pinggulnya untuk mengimbangi gerakan keponakannya yang sedang mengeksplor tubuhnya itu.

"Aku ingin segera punya anak darimu Sar." Bisik agung sambil terus memaju mundurkan kontholnya untuk menembusi tempik tembem buliknya.

Sari hanya diam tak menjawab meskipun dari bibirnya terdengar suara desahan desahan, sementara kedua tangannya di lingkarkan di punggung agung sambil sesekali mengusap usap rambut kepala keponakan tercintanya itu.

Setelah cukup lama berkimpoi dalam posisi missionari, agung akhirnya sampai di puncaknya dengan menyemburkan benih benihnya di dalam rahim buliknya itu.

"Enak ngga sayank ?" Tanya Bulik sari sambil menghentak hentakkan bokongnya saat merasakan konthol agung masih berkedut kedut di dalam lubang tempiknya.

"Banget...kamu belum dapat yah yank?" Jawab agung berbisik sambil menciumi dan menjilati leher serta kuping sari dengan sesekali memaguti bibir sexy wanita yang sangat jauh lebih dewasa dari umurnya itu.

"Sudah kok dua kali sebelum kamu ngecrot tadi." Kata sari sambil tersenyum, raut mukanya jelas mengatakan kalo persetubuhan itu benar benar memuaskannya.

"Ku harap kamu segera hamil sayank." Bisik agung lagi sambil beringsut dari atas tubuh sari setelah kontholnya terlepas dari lubang tempik sari dengan sendirinya karena mengecil.

"Maafkan aku mas...aku belum bilang kalo aku sudah tak bisa hamil lagi." Ujar sari pelan.

"Jadi selama ini..." Kata agung merasa sedikit shok.

"Karena itu aku ingin kau nikahi Yulita karena dengan begitu aku juga akan merasa memiliki anak kalian nantinya." Lanjut sari sembari memiringkan tubuhnya menghadap agung yang berbaring di sisinya.

"Tapi kan masih lama Sar... tiga tahun lagi kan rencananya. Trus aku kapan punya anaknya?" Tanya agung pelan.

"Ya sudah kamu percepat saja nikahnya kan gampang." Tukas bulik sari.

"Lah trus gimana rencana kuliahnya Lita, apalagi kemarin dia bilang ingin buka usaha toko roti juga di sini" ucap agung

"Yah klo gitu sabar dulu lagian kamu juga masih 22 tahun kan masih terlalu muda untuk pengen jadi seorang bapak." Ujar bulik sari sembari mengeloni tubuh agung dengan menumpangkan satu kakinya di atas kedua paha agung.

Agung hanya terdiam. Mendesah ada semacam ganjalan di hatinya.

"Kita bobok dulu ya mas...omong omong itu penenang reaksinya sampai jam berapa?" Ujar sari lagi sambil merapatkan tubuhnya mendekap agung.

"Jam 9 besok juga sudah pada bangun kok." Jawab agung datar.

"Sudah ayo tidur dulu mas ga usah terlalu di pikirkan." Lanjut sari.

"Aku sudah membayangkan punya anak darimu Sar...karena memang aku sangat mencintaimu. Membayangkan anak anak kita memanggil pak dan mamah ke kita sungguh membahagiakan." Kata agung pelan.

"Setelah tau keadaannya gini masih cinta ngga ?" Tanya bulik sari.

"Masih kok...gimana juga cintaku takkan luntur Sar...tapi yang kupikirkan itu keturunan sayank...klo kamu ga bisa punya anak gimana?" Jawab agung sangat pelan.

"Kan sudah di bilang nanti yulita yang ngelahirin anakmu, sabar donk...tiga tahun lagi kan tidak lama sekarang pikirin dulu modal kawin nanti. Ngga ngomongin anak anak mulu." Kata bulik sari sedikit jengkel.

"Maksudku itu seandainya yang jadi ibunya anakku itu kamu yank pasti hidup ini jadi sempurna. Tapi sudahlah yang penting kita tetap bersama toh rezeki ada yang ngatur." Ucap agung seakan membesarkan hatinya sendiri.

"Nah gitu baru pinter." Kata bulik sari sementara tangannya ngelus elus konthol Agung yang sudah terkulai.

"Emprit ini nanti masih bisa tegang lagi ngga mas ?" Lanjut sari sembari asek semakin intens mempermainkan batang konthol agung yang masih saja terkulai.

"Emprittt..? Sekecil itukah kontholku Sar?" Tanya agung sewot.

"Hihihi jangan ngambek dulu cayank, kan ini cuma panggilan cinta buat burung kesayangan aku ini. Klo ukurannya mah segede petung kok... Ini tempikku rasanya ngowoh kaya lower mas." Kata bulik sari dengan satu tangannya yang lain meraba raba tempiknya yang berjembut lumayan lebat itu.

"Sudahlah bobok dulu yuk." Kata agung cuek dengan segala perlakuan bulik sari atas tubuhnya.

"Memang ngga pengen naik lagi mas?" Tanya sari.

"Tau yak...pejuhku kayanya sudah abis tak keluarin semua tadi. Bisa juga paling nanti pagi." Jawab agung semakin cuek.

"Ya sudah kelonin dulu tow mas !" Kata sari sambil mendekap tubuh agung erat erat.

"Tubuhmu itu panas Sar....jadi gerah, dah lah ayoh bobok." Ucap agung yang membuat sari seketika mengendorkan pelukannya.

"Ya udah...gitu kok ngomong cinta, cinta apaan. Laki dimana mana sama klo sudah dapat enak trus molor semaunya...dasar egois." Gerutu sari sambil membalikkan badannya memunggungi agung.

"Hehehe kok sekarang kamu yang ngambek sayank...ya sudah ayo ku kelonin." Ujar agung sambil memiringkan badannya lalu membangkoli tubuh sari dari belakang, sementara tangannya meremas remas buah dada dari yang berukuran cukup besar bulat.

"Sudah sana sana ga usah...apaan ga ikhlas mending ga usah. Buruan tidur besok malah ngantuk." Kata sari namun sama sekali tak ada penolakan dari badannya.

Agung hanya tertawa pelan sambil mengecupi kepala dan pipi sari berulang kali.

Keesokan harinya aktivitas berjalan seperti biasanya. Sementara itu di kediaman Pakde Harto yang juga, Bowo sudah berkunjung dan membawa sesuatu berupa cairan bening dalam wadah botol air mineral, yang dengan petunjuk dari bowo air itu di gunakan untuk menyibin tubuh bayi cucu pakde harto yang ternyata langsung meredakan rewel tangis dari anak partama iwan itu.

Iwan yang kebetulan belum berangkat kerja merasa sangat senang begitu pula istri dan anggota keluarga yang lainnya. Tak hentinya mereka mengucapkan terimakasih pada bowo yang juga senang dalam hatinya karena berhasil merebut hati keluarga yulita.

Pada akhirnya Bowo pergi dari rumah bermodel joglo itu dengan senyum kepuasan setelah mendapat catatan nomer telepon dan sebuah alamat tempat tinggal di kawasan ibukota.

Yulita pun sangat gembira ketika ibunya menelpon dan mengabarkan kalo dedek bayi anak kakaknya sudah ngga rewel lagi. Meskipun kemudian menjadi sedikit galau ketika ibunya menyebut nama bowo yang tampil menjadi dewa penolongnya.

Apalagi tak lama setelah ibunya selesai menelponnya, hp nya kembali berdering notif sebuah dari nomer yang tak di kenalnya, dan barulah ketika dia mengangkatnya, yulita tau kalo bowo yang mengcalling dirinya.

Orang yang sebenarnya sudah yulita ingin lupakan dan singkirkan dari kehidupannya justru orang yang menolong keluarganya.

"Apa kabar lit ?" Tanya bowo dalam telponnya.

"Baik mas. Oh iya makasih banyak ya mas telah berkenan menolong keluargaku." Jawab yulita ramah.

"Pindah ke Jakarta kok ga pamit pamit seh Lit...tega bener." Kata bowo

"Hihihi perginya mendadak mas, jadinya ga sempat bilang sama teman teman semua." Jawab yulita.

"Tapi kok ganti nomer segala?"

"Ehm gpp seh mas pengen ganti aza kan hp nya juga baru hihihi."

"Emang bener Lit kamu sudah mau nikah?"

"Iya mas doain yah biar lancar, yah meski masih lama seh mas."

"Aduh Lit siapa lelaki yang beruntung mendahului aku untuk melamar kamu itu. Tega bener sama aku Lit."

"Ah mas bowo kan ceweknya banyak ada sahabatku pula, masa aku mau ngrebut cowok teman sendiri."

"Lah kan aku maunya sama kamu Lit, lagian Nonik sekarang sudah ada gebetan baru Lit, aku sekarang merana Lit terutama sejak kamu resign dari kerjaanmu."

"Hihihi kasian deh lu mas...dah cari lagi mas semangat yah toh di Solo ga kekurangan stok cewek cantik."

"Ah raja tega kamu Lit...eh kapan kapan aku main ke tempatmu yah boleh kan Lit?"

"Ehm ga tau ya mas soalnya disini aku juga cuma numpang kok, tapi emang ngapain juga main kesini mas ? Mas bowo kan orang sibuk. Eh mas maaf yah lanjut nanti aku lagi sibuk ini."

"Iya Lit iya...dadaaa."

Yulita buru buru menutup panggilan itu, hatinya mulai was was. Ia mengenal betul siapa bowo dengan reputasinya yang super playboy.

Namun yulita segera melupakannya dan memilih membantu buliknya melakukan aktivitas rumah tangga.

"Wuih Lik sepagi ini dah klimis aza rambutnya, emang om anto masih bisa Lik hihi?" Sapa Yulita bermaksud menggoda buliknya yang baru saja selesai mandi keramas.

"Ih apaan seh, godain orang tuwek saja. Sudah ayo Lit kita berdinas, hari ini kita mau masak apa ?" Jawab Sari datar saja.

"Terserah Lik ...emang mas agung tadi pesen supaya masak apa?" Kata yulita.

"Ah dia mah di masakin tempe goreng saja sudah diam ga bakal protes."

"Yah kok cuma tempe goreng seh Lik. Aku pengen soto Lik."

"Ya sudah ayoh...biar aku bikin bumbu kamu rebus daging ayamnya!"

"Wokey Lik...."

Sementara itu sambil membonceng Nonik, bowo berkata "Nanti malam giliranku yah Nik."

"Emang mas bowo masih mau sama aku?" Tanya nonik yang sebenarnya merasa terpaksa harus di antar bowo ke tempat kerjanya.

"Kok nanyanya gitu Nik, eh iya pria kerempeng kemaren itu siapa ?"

"Namanya mas fahri mas, dia calon suamiku."

"Hehhh....gilaa kok semua cewek sudah pada mau kawin sih." Kata bowo yang membuat nonik sedikit tertawa kecil.

"Doain lancar ya mas." Kata nonik dambil tersenyum.

"Enak aza di suruh doain." Ujar bowo yang makin membuat nonik tertawa lebar.

"Seneng yah bikin hati orang dongkol." Gerutu bowo.

"Trus maumu apa tow mas ?"

"Ya aku ingin kamu Nik, nanti malam kita ngedet lagi yah nonton konser monata di BK trus kelon."

"Tapi asal mas janji ini untuk terakhir kalinya ya mas setelah itu aku mohon jangan ganggu aku lagi."

"Janji segala."

"Kalo mas ga janji aku ga mau."

"Iya deh iya ..janji terakhir kali nik. Tapi nanti aku tetap berharap kau masih mau berselingkuh denganku."

"Ngga mas aku pun sudah janji setelah nikah nanti aku akan jadi istri yang baik, lagipula kata mas fahri aku akan di ajak ke tempat kerjaannya di pulau bangka mas."

Bowo menghentikan motor jantannya tepat di depan sebuah toko bakery yang masih tutup. Sementara Nonik segera bergegas masuk ke tempat kerjanya lewat lorong samping tanpa sepatah katapun terucap lagi.



Bersambung

Ke bagian akhir episode 'pilih aku atau dia'

SOON
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd