Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
buat para pembaca setia, kokom baru bisa apdet setelah lebaran. maklum sedang sibuk sibuknya mempersiapkan dan menyambut Idhul Fitri.

mlMinal Aidhin wal Faidzin buat yang merayakannya. mohon maaf lahir dan batin.
Mohon maaf lahir batun suhu....
Semoga diapdrt hu kedepannya
 
Suhu request special side story donk hu, suasana lebaran di rumah Kokom, semua tamu cowok ngasih THR pejuh ke Kokom sementara tamu cewek di jilmek Kokom, atau kalau mau jadi main story juga boleh hu, apalagi kalo dari setting puasa, Kokom berbuka bareng anak-anak baru aqil baliq dan ngajarin kenikmatan disepong ke mereka selama 30 hari berturut2.
 
*SURAT PERMOHONAN*
___________________________

No. : 01/IdulFitri/1439 H
Lamp. : Penting
Perihal : Permohonan Maaf
Di tujukan :
Kepada
@Beuqi90 dan Keluarganya
Yang Saya Muliakan.

*MENGINGAT :*
1 hari lagi Idul Fitri 1439 H akan segera tiba.

*MENIMBANG :*
Kesalahan yang telah saya perbuat baik sengaja maupun tidak di sengaja.sudah banyak banget (tak terhitung).

*MEMPERHATIKAN :*
Tentang saling mema'afkan sesama umat muslim untuk menjaga Silahturahmi adalah perintah Allah SWT.

*MEMUTUSKAN :*

*"DENGAN KERENDAHAN HATI DAN BERSUNGGUH- SUNGGUH"*
Saya atas nama *Pribadi dan Keluarga* menyampaikan *Permohonan Maaf Atas Segala Kesalahan Selama Ini* - serta ingin mengucapkan :

*SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1439 H*

*MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN*

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَا وَ مِنْكُمْ صِياَمَنَا وَ صِيَامَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Wassalamu'alaikum Wr Wb
 
Mantap hu, selamat lebaran
Mungunggu aksi ustadzah aisyah, klo suara ngajinya merdu berarti desahannya juga merdu pasti
 
Duuhhh.... Sialaaann........!!!!!!

Mang Gandhi lagiiiii...... Mang Gandhi lagiiiiiii.....

Ibu Haji (pujaan hatikuuuuu...... :tegang:) pasti diapa apain Mang Gandhi... nih
 
Bimabet
Chapter 32

"Iya, sebentar.!" jawab Ustadzah Aisyah sambil bangun mengambil pakaian syar'inya yang tergantung di tembok. Ustadzah Aisyah membuka daster tipisnya dan benar, tidak ada pakaian dalam yang melekat di tubuhnya yang indah. Aku bisa melihat dengan jelas cairan lendir yang mengering di selangkangannya karrna posisi Ustadzah Aisyah yang menghadap ke arahku. Memeknya yang tanpa bulu terlihat indah.

"Kamu harus rajin nyukur bulu memek biar tetap bersih." kata Ustadzah Aisyah tersenyum melihatku yang heran dengan keberaniannya bugil di hadapanku.

"Iya, Teh..!" jawabku memalingkan wajah. Malu dipergoki sedang memperhatikan tubuhnya yang indah. Tiba tiba aku melihat ada sesuatu yang keluar dari balik bantal Ustadzah Aisyah, bentuknya seperti kepala kontol berwarna coklat tua.

"Teh, ini apa?" tanyaku sambil mengambil benda tersebut. Aku terbelalak melihat benda yang berada di tanganku. Benda yang terbuat dari karet berbentuk kontol, besarnya mengingatkanku dengan kontol A Agus. Lebih tepatnya kontol Satria dan Mang Jalu, karena mereka berwarna coklat tua, sesuai dengan kulit tubuh mereka. Sedangkan kontol A Agus putih sesuai dengan kulitnya yang putih.

"Eh itu, dildo...!" jawab Ustadzah Aisyah dengan wajah bersemu merah karena malu. Diambilnya dildo yang berada di tanganku ke dalam lemari bajunya.

Dildo itu menjawab semua kecurigaanku tentang bau aneh dan bercak noda di sprei putih. Ternyata itu adalah cairan memek Ustadzah Aisyah yang varu selesai masturbasi. Tapi, bukankah ada bau sperma yang tajam tercium olehku? Apa jangan jangan? Tapi tidak ada pria lain selain Imron di rumah ini? Aku menggelengkan kepalaku berusaha mengusir bayang bayang yang tidak seharusnya aku pikirkan.

"Yuk, kita keluar..!" ajak Ustadzah Aisyah membuyarkan semua lamunanku. Ustadzah Aisyah sudah berpakaian syar'i yang tertutup.

"Iya, Teh..!" jawabku mengikuti Ustadzah Aisyah ke ruang tamu. Kulihat Ecih dan Tina sudah duduk manis, di hadapan mereka sudah tersaji empat gelas teh manis hangat, pasti Imron yang sudah menyiapkannya.

"Ustadzah mau ke Semarang dengan Kokom, ya?" tanya Ecih terlihat tidak senang dengan kepergianku ke Semarang.

"Iya, cuma seminggu. Memangnya kenapa?" tanya Ustadzah dengan senyum indahnya.

"Kok, kami gak diajak?" tanya Tina yang belum pernah merasakan perjalanan jau menggunakan bis malam. Matanya melihat dengan tatapan menghiba ke arahku dan Ustadzah Aisyah, bergantian.

"Kalian gak usah ikut, nanti lain waktu kita pasti ke Semarang bersama sama. Bukan begitu, Ustadzah?" tanyaku ke Ustadzah Aisyah. Tentu saja aku tidak mau Ecih dan Tina ikut, mereka harus terus melakulan penyelidikan sampai pembunuh ayahku berhasil ditemukan.

"Janji...!" kata Tina dengan mata berbinar mendengar perkataanku. Anggaplah itu sebuah janji, aku akan mengajak ke dua sahabatku berjalan jalan apa bila pembunuh ayahku berhasil ditemukan.

"Yuk, kita pulang..!" ajakku setelah melihat sebuah isyarat dari Ecih, sepertinya mereka sengaja datang menjemputku. Apa lagi, hpku ketinggalan di kamarku. Bisa saja mereka sudah mengirim chat, tapi karena tidak ada balasan merwka datang mencariku.

"Mau ke mana, Kom?" tanya Ustadzah terlihat heran dengan keputusanku mengajak Tina dan Ecih pulang. Keputusan yang terkesan mendadak.

"Gak apa apa, Teh. Kan Kokom mesti nyiapin baju. Belum beres semu." kataku berbohong, padahal semua bajuku sudah rapih kumasukkan ke dalam ransel.

"Ya, sudah. Kamu beresin dulu bajumu." kata Ustadzah Aisyah memberiku ijin pergi.

Tanpa membuang waktu, aku berpamitan diikuti oleh Ecih dan Tina.

"Ada apa?" tanyaku setelah meninggalkan rumah Ustadzah Aisyah, walau jaraknya belum jauh. Kalau menoleh ke belakang, rumah Ustadzah Aisyah masih terlihat jelas.

"Asep, punya berita penting. Dia nunggu di saung, kandang bebek yang baru jadi." jawab Ecih sambil menengok ke belakang, takut ada orang yang mendengar pembicaraan kami, reflek aku mengikuti gerakan kepala Ecih memperhatikan sekeliling kami. Wajar, kami harus menjaga kerahasiaan rencana kami jangan sampai diketahui oleh orang lain.

"Berita, apa?" tanyaku setelah yakin tidak ada orang yang berada di dekat kami, sehingga tidak akan ada orang yang akan mendengar berita penting yang akan disampaikan oleh Ecih.

"Asep gak ngasih tahu, cuma bilang penting." kata Ecih sambil menarik tanganku berbelok ke arah kanan. Jalan terdekat menuju saung tempat kandang bebek yang sedang dibangun oleh Mang Gandhi dan Asep.

Aneh, kalau beritanya penting kenapa harus bertemu di saung? Bukankah ada Mang Gandhi, kenapa tidak mencari tempat yang lebih aman.

"Mang Gandhi lagi disuruh ke pasar, oleh Bu Haji." kata Tina menerangkan apa sedang kupikirkan. Tumben, Tina bisa berpikir, biasanya dia yang paling telat berpikir.

Aku tidak bertanya apa apa lagi, hingga ahirnya kami sampai ke tempat yang kami tuju. Dari kejauhan Asep sudah tertawa lebar melihat kehadiran kami.

"Masuk..!" ajak Asep mengajak kami masuk ke dalam saung yang berlantai tanah, di dalamnya ada bale dari kayu berukuran 2 x 2, sebuah saung yang lumayan besar disediakan untuk orang yang akan merawat bebek dengan ukuran 3 x 4.

"Ada berita apa, Sep?" tanyaku begitu duduk di atas bale bale. Pantatku bersentuhan dengan benda keras yang dingin, menandakan aku orang pertama yang mendudukinya, hari ini.

"Aku ragu kalau Mang Gandhi yang membunuh Pak Haji, karena...!" Asep tidak meneruskan perkataannya membuatku menahan nafas menunggu perkataan Asep.

"Alasannya?" tanyaku penasaran setelah sekian lama kutunggu, Asep tidak juga meneruskan kalimatnya yang menggantung.

"Ada sesuatu yang janggal. Sepertinya ada orang lain yang melakukannya dan Mang Gandhi hanyalah kambing hitam. Karena pada saat kejadian, Mang Gandhi sedang bersama ayahku." jawab Asep.

"Maksud kamu, ayahku sengaja menfitnah Mang Gandhi?" tanya Ecih dengan suara tinggi.

"Bukan begitu, ada seseorang yang sedang berusaha menfitnah Mang Gandhi dan aku percaya orang itu bukan ayahmu, karena ayahmu tidak mungkin menfitnah Mang Gandhi. Aku mencurigai seseorang yang sudah membunuh Pak Haji, karena pada malam kejadian sebelum Pak Haji terbunuh...!" kembali Asep menggantung kalimatnya sehingga aku kembali menahan nafas, menunggu Asep menyelesaikan kalimatnya.

"Kamu mencurigai siapa?" tanyaku jengkel karena Asep tetap menggantung kalimatnya.

"Aku masih harus melakukan penyelidikan, sampai aku menemukan bukti orang itu adalah pelakunya." jawab Asep tersenyum licik, aku merasa dia menyembunyikan sesuatu demi mendapatkan keuntungan dari kami.

"Setidaknya kamu harus ngasih tahu, siapa orang yang kamu curigai. Kita adalah tim, jadi tidak ada rahasia diantara kita. Kita harus saling membantu agar pembunuh ayahku tertangkap." kataku dengan perasaan jengkel, bagaiman mungkin Asep sengaja merahasiakan apa yang diketahuinya.

"Iya, pasti aku kasih tahu. Tapi tidak sekarang.!" jawab Asep kembali menunjukkan senyum liciknya yang membuatku muak dan ingin menghajarnya.

"Aku mau tahu sekarang sesuai dengan perjanjian kita, tidak boleh ada yang disembunyikan.!" kataku dengan suara keras berusaha menunjukkan, bahwa akulah bosnya.

"Aku kasih tahu, tapi gak ada yang gratis di dunia ini." jawab Asep, suaranya terdengar sangat memuakkan

"Tentu, sesuai dengan perjanjian aku pasti akan membayar kamu dengan harga yang pantas..!" jawabku menurunkan nada suaraku yang sempat meninggi. Asep bukan orang yang bisa dikasari, dia akan berbalik melawan saat dikasari.

"Aku minta panjernya, sekarang...!" jawab Asep.

"Aku gak bawa uang, besok aku kasih panjernya." jawabku mengalah. Kalau masalah uang, aku sudah menyiapkan uang di kamarku, tersimpan rapi di bawah kasur.

"Bukan uang,!" jawab Asep membuatku bingung, apa yang dimaksud panjer oleh Asep.

"Lalu, apa?" bentakku. Nada suaraku kembali meninggi. Anak ini tidak bisa diberi hati.

"Aku pengen nyobain memek kamu, Kom..!" jawab Asep dengan seringai paling menyebalkan yang pernah aku lihat. Seharusnya aku sudah bisa menebak apa yang diinginkan Asep kenapa dia begitu bersemangat membantuku.

"Baik, aku akan nyepong kontol kamu sebagai panjer. Setelah itu kamu katakan apa yang kamu ketahui, apa bila ternyata informasi darimu cukup berharga, kamu bisa nyobain memekku. Bagaiman, setuju?" tanyaku. Tidak ada pilihan lain, kecuali mengikuti apa yang diinginkan Asep.

"Baik, aku setuju..!" jawab Asep tertawa senang karena merasa sudah berhasil mengalahkanku dengan telak. Tanpa menunggu lama. Asep berdiri dan membuka celananya, sehingga kontolnya yang sudah ngaceng terbebas.

Tanpa memberiku kesempatan. Asep menarik kepalaku dengan kasar ke arah kontolnya yang baunya terasa menyengat penciumanku. Deg, perlakuan Asep menyentuh relung terdalam nuraniku. Perlakuan kasarnya telah membangkitkan gairahku tanpa disadari Asep. Tanpa perlawanan, aku melahap kontol Asep yang bau, bau yang semakin membakar birahiku yang butuh penyaluran.

Dengan rakus aku menghisap kontol Asep, lidahku bergerak lincah menjilati lobang kencingnya membuat Asep belingsatan. Dia memegang kepalaku dan menggerakkannya memompa kontolnya di mulutku. Gila, aku sangat menyukainya sehingga aku mengabaikan teriakan dan komentar Ecih dan Tina yang memaki Asep. Tidak, Asep tidak kuranf ajar karena aku sangat menikmatinya.

"Gila, sepongan kamu, ampun.... bisa ngecrot nih...!" rintihan nikmat Asep membuatku semakin bernafsu menghisap kontol Asep. Aku bertekad untuk menguras habis semua kandungan pejuh Asep hari ini sehingga kontolnya tidak mampu berdiri lagi.

"Sep, Asep....!" teriak seseorang dari luar membuatku terkejut dan menghentikkan aktifitasku. Suara Mang Gandhi.

Asep terlihat lebih kaget dariku, dengan tergesa gesa dia segera memasukkan kontolnya yang basah oleh ludahku.

*******

"Mak, Kokom berangkat ya..!" pamitku ke Emak. Ya, hari ini aku akan pergi ke Semarang dengan Ustadzah Aisyah, bisa juga berarti sebuah petualangan baru. Walau untuk itu aku harus menunda penyelidikanku atas kematian ayahku, bukan menunda. Penyelidikan tetap berjalan, Ecih, Tina dan Asep yang akan melqnjutkan penyelidikan selama aku berada di Semarang.

"Iya, hati hati di jalan. Kamu jangan nakal, harus nurut sama Ustadzah Aisyah. Ustadzah, nitip Kokom. Kalau nakal, jewer saja." kata Emak ke Ustadzah Aisyah yang berdiri di belakangku bersama Imron lengkap dengan ransel berisi pakaian.

"Iya Bu Haji, Aisyah pamit dulu. Assalam mu'alaikum...!" kata Ustadzah Aisyah bersalaman dengan emakku. Mereka saling menempelkan pipi.

"Imron pamit dulu, Bu Haji..!" kata Imron sambil mencium tangan Emakku.

"Iya, Ron. Kokom jangan diapa apain, ya..!" goda Emakku membuat Imron menunduk malu. Matanya melihat ke arahku, untuk beberapa saat kami saling berpandangan. Imron semakin berani dan terang terangan menatapku, aku memalingkan wajah karena malu.

Setelah melakukan perjalanan naik angkutan umum dari desa kami ke terminal yang memakan waktu tempuh satu jam lebih, ahirnya kami tiba di pool bis yang akan membawa kami ke Semarang. Tepat pada saat bis akan segera berangkat.

Tidak berapa lama. bis mulai meninggalkan tempat kami, memulai perjalanan menuju Semarang. Memulai petualangan baru yang akan segera aku hadapi. Petualangan yang pasti akan sangat terasa membosankan karena tidak ada aroma birahi yang akan membuatku menggelinjang nikmat dan menjerit meraih orgasme berulang ulang. Orgasme yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam hidupku.

"Kok dari tadi kamu diam, terus?" tanya Ustadzah Aisyah menepuk pahaku dengan cukup keras sehingga membuyarkan lamunanku

"Gak apa apa, Teh. Cuma sedikit ingat teman teman saja." jawabku berbohong. Perjalanan dengan seorang Ustadzah akan berbeda dibandingkan perjalananku dengan Ecih, perjalanan yang tidak membosankan. Perjalanan ke Gunung Kemukus. Tiba tiba aku teringat dengan Mang Jalu yang sudah merenggut keperawananku, memekku berkedut lembut.

"Tenang, perjalanan ini tidak akan membosankan. Imron akan bikin kamu berteriak teriak meminta ampun...!" bisik Ustadzah Aisyah membuatku bengong. Apakah yang dimaksud....?

Bersambung.

Pemanasan sehabis lebaran. Nantikan kisah Kokom selanjutnya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd