Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter 2

Aku terpaku seperti juga ibu yang terkejut dengan kehadiranku yang sangat tiba tiba. Kami saling bertatapan dengan pikiran kami. Untuk beberapa detik kami tidak berkata apa apa, berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Ahirnya ibuku yang berhasil mengendalikan dirinya terlebih dahulu.

"Ada apa Kom, kamu masuk gak ngetuk pintu dulu." kata ibu sambil mengambil bajunya yang tergeletak di pinggir ranjang besi yang konon adalah peninggalan almarhum orang tua ibu atau kakek dan nenekku. Belum sempat ibu memakai pakaiannya aku sudah lebih dahulu memeluknya disertai tangisanku yang meledak tanpa dapat kutahan lagi. Mau tidak mau ibu melepsakan baju yang masih dipegangnya dan beralih memelukku dengan perasaan heran.

"Ada apa, geulis?" tanya ibu sambil membelai kepalaku. Hatiku merasa nyaman dan perlahan kesadaranku pulih, tidak mungkin aku menceritakan apa yang terjadi karena ini adalah aib orang lain. Aku jadi bingung harus bicara apa dan satu satunya hal yang aku lakukan adalah membenamkan wajahku di payudara ibu yang telanjang. Aku merasa nyaman.

"Ada apa, Kom?" tanya ayahku yang tiba tiba muncul dari pintu yang lupa aku tutup kembali. Aku menoleh ke belakang, ternyata ayahku sudah menutup pintu dan sekarang berdiri di sampingku sambil ikut membelai punggungku dengan tatapan heran dan was was.

"Tadi....tadi..!" aku bingung harus bicara apa. Apa aku harus menceritkan apa yang sebenarnya terjadi atau tidak dengan segala kosekwensinya. Teh Euis adalah anak dari Uwakku alias keponakan ayahku. Kalau sampai ayah tahu kelakuan bejad mereka entah apa yang akan terjadi dengan Asep. Dia pasti akan dihajar habis habisan oleh ayahku dan anak buahnya. Hal yang sangat mengerikan.

"Cik, carita ke Emak..?" kata ibu sambil terus membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang.

Aku mengangkat wajahku dari payudara ibuku dan pada saat itulah aku melihat bercak bercak merah di payudara dan juga leher jenjangnya. Seperti bekas gigitan. Aku menjadi hawatir dengan keadaan ibuku sehingga rasa sakit hatiku hilang tidak berbekas sama sekali.

"Emak, ini kenapa?" tanyaku sambil menyentuh bercak merah yang ada di payudara dan lehernya. "Sakit gak, Mak?"

"Eh, ini kerjaan ayahmu. Nanti juga kamu tahu kalau sudah nikah. Ini gak sakit, kok..!" kata ibu setelah menyadari keadaanya, reflek Ibu mundur dan mengambil bajunya yang tergeletak di lantai. Dengan wajah merah padam ibu seger memakai baju gamisnya tanpa memakai pakaian dalamnya yang masih tergeletak di kasur.

Aku hanya menatap bingung, apa ayah telah menyakiti ibuku atau tidak. Aku menoleh ke arah ayah yang menatapku dengan berbagai macam pertanyaan yang masih tersimpan di kepalanya.

"Udin dan Jaka ke mana, Kang?" tanya ibu ke ayahku yang masih terus memandangiku sehingga aku merasa agak risih dengan tatapannya yang menurutku aneh.

"Udah aku suruh pulang. Kamu ada apa datang datang nangis?" tanya ayahku.

"Tadi Kokom ditinggal lari waktu lewat makam lenganten..!" kataku. Tiba tiba aku menemukan sebuah kebongan yang akan bisa diterima ke dua orang tuaku ini. Bukan hal yang aneh, aku sering menangis setiap kali ditakut takuti. Karena pada dasarnya aku seorang penakut, aku sangat takut dengan hantu

"Oalah, Kokom Kokom, kirain Ayah ada apa. Jadi orang kok penakut amat." kata ayahku mengeleng gelengkan kepalanya sambil menahan tawa melihatku yang dianggapnya kekanak kanakan. Ibuku langsung tertawa terbahak bahak mendengar penyebab aku menangis.

"Ya udah, kamu tidur sana. Katanya besok mau ke pasar, besok hari minggu, mumpung kamu libur." kata Ibu setelah tawanya reda.

Aku segera keluar kamar orang tuaku dengan berbagai macam peryanyaan yang ada di kepalaku. Aku baru sadar di payudara ibuku tercium seperti bau ludah dan aroma yang menyengat di dalam kamar. Aroma yang masih asing buatku. Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku. Aroma yang entah kenapa sangat aku sukai.

******

Pagi pagi aku sudah bersiap ke pasar untuk membeli BH. Tentu aku tidak pernah membeli BH di pasar tradisional tapi di Mall yang menyediakan kamar pas untuk mencoba BH yang akan aku beli. Pernah sekali membeli BH di pasar tradisional dan saat aku pakai ternyata BH yang aku beli kekecilan. Ahirnya BH itu aku berikan ke Ecih. Ternyata BH yang kekecilan untukku justru terlalu besar untuk Ecih. Benar benar payudaraku sangat merepotkan.

Selesai berdandan aku duduk di teras depan menunggu Ecih dan Tina datang. Kami sudah janjian untuk pergi ke Mall membeli BH dan pasti akan merembet ke barang lain. Uang bukanlah masalah buatku si anak bungsu dan wanita satu satunya. Ayahku sangat memanjakanku, belom pernah dia menolak permintaanku apa lagi kalau berkaitan dengan uang. Tidak lama kemudian Ecih dan Tina sudah terlihat dari kejauhan. Wajah mereka terlihat ceria karena aku ajak belanja, itu artinya merekapun akan mendaptkan jatah belanja satu stel baju. Itu adalah sebuah perjanjian tidak tertulis di antara mereka.

Setelah berpamitan kami berangkat menggunakan kendaraan umum yang tentu saja memakan waktu lebih lama dibandingkan kami memakai kendaraan pribadi, seperti motor. Tentu saja perjalanan akan menjadi lebih cepat. Tapi kami lebih suka naek kendaraan umum, perjalanan ke pasar menjadi sebuah petualangan yang mengasikkan di mana kami bisa berlaku sebagai gadis dewasa dan berharap banyak pria yang menggoda kami.

Sampai pasar kami langsung menuju mall, melihat lihat barang barang yang dijual ke dalam mall adalah sebuah keasikan tersendiri apa llagi melihat berbagai macam aksesoris dan peralatan kecantikan yang sangat komplit. Semua sangat menggoda matam dan hati. Kalau sudah begitu aku harus mensugesti diriku sendiri, aku hanya butuh BH, BH dan BH.

"Kalian mau beli apa?" tanyaku sambil memegang BH dan celana dalam yang akan aku coba kamar pas. Kulihat Ecih dan Tina masih saja memilih milih tanpa mengambil barang yang mereka inginkan.

"Ecih boleh beli inikan?" tanya Ecih sambil menunjukkan sebuah BH berwarna pink yang sejak tadi dipegang lalu ditaruh kembali. Kemudian dipegang lagi berulang ulang. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Tina yang ini ya, Kom?" kata Tina dan tanpa menoleh ke arahnya aku mengangguk setuju.

Perhatianku tertuju ke stand lain, sekilas aku melihat Asep dan Teh Euis berjalan bergandengan tangan. Luka hatiku yang semalam kembali terbuka, perih dan menyakitkan.

"Itu Asep dan Teh Euis!" tunjuk Tina dengan suara keras mengejutkan SPG yang berdiri di dekat kami. Dia ikut ikutan menoleh ke arah yang ditunjuk Tina dengan wajah bingung atau mungkin menggerutu dalam hati karena telah dibuat kaget.

"Sst, pelan pelan nanti kiya ketahuan..!" kataku menarik tangan Tina ke arah kamar pas sebelum ke dua orang jelek itu menyadari kehadiran kami. Dengan jantung berdegup kencang aku masuk ke dalam kamar pas diikuti Ecih dan Tina, kami bersesakan di dalam, menghindar agar tidak terlihat oleh mereka.

Aku berusaha mengabaikan bayang bayang ke dua orang itu yang tiba tiba berubah menjadi hantu yang menakutkan dan berusaha aku hindari. Aku tidak mau mereka melihatku di sini.

"Sudah diam, aku mau nyoba BHku dulu.!" kataku menyuruh mereka terus berbisik bisik tentang ke dua orang itu. Aku membuka baju gamisku dan juga BH yang mulai kekecilan.

"Susu kamu bagus banget..!"kata Ecih sambil meraba payudaraku yang terbuka.

" ich, apa apaan, Cih..?" kataku terkejut sambil menepiskan tangan Ecih dari payudaraku. Aku bisa melihat tatapan takjub ke dua temanku itu. Seperti sudah janjian, Ecih dan Tina membuka baju gamis dan juga BH mereka. Entah kenapa aku selalu saja merasa iri dengan ukuran payudara mereka yang tidak terlalu besar, terluhat lebih indah dan tentu tidak akan merepotkan saat beraktifitas yang memerlukan kelincahan tubuh.

Setelah selesai memncoba BH yang akan kami beli, aku segera mengajak ke dua temanku ke meja kasir untuk membayar. Aku harus bergerak cepat sebelum Asep dan Teh Euis menyadari kehadiran kami. Itu bisa menjadi malapetaka. Membayangkan kejadian semalam dan ucapan kotor mereka membuatku mual dan merasa malu karena dengan sengaja mengintip mereja. Apa bisa dikatakan kalau kami tidak melihat apa yang mereka lakukan. Kami hanya mendengar suara mereka mengucapkan kata kata yang kotor.

"Kokom, Ecih, Tina...!" kata Teh Euis dengan wajah pucat sepucat dengab wajahku yang terkejut Teh Euis memergoki kehadiranku tepat di dwpan meja kasir. Aku menunduk menghindar dari tatapan matanya yang menusuk.

Sia sia usahaku untuk menghindar dari mereka. Tangannku mempermainkan ujung jilbab syar'iku dengan gelisah. Untung saja aku tidak melepaskah BH yang akan aku bayar sehingga tidak menambah rasa maluku.

"Teh Euis, Asep lagi apa?" tanya Ecih sekaligus menjawab sapaan Teh Euis yang membuat lututku gemetaran.

"Kokom kenapa, sakit?" tanya Teh Euis yang melihatku pucat dan entah kenapa wajahku berkeringat di ruangan ber AC.

"Enggak, Teh..!" jawabku dengan suara serak. Aku ingin secepatnya pergi dari hadapan ke dua orang ini.

Tanpa banyak bicara aku segera memberukan semua barang yang kami beli ke kasir untuk dihitung yang menghabiskan waktu lama. Apa tidak bisa lebih cepat lagi. Aku segera membayar jumlah yang disebutkan oleh kasir.

"Kom, bareng..?" Teh Euis memanggilku yang berjalan tergesa gesa meninggalkan ke dua orang itu. Aku pura pura tidak mendengar.

"Kom, Teh Euis ngajak bareng..!" kata Ecih menarik tanganku agar berhenti menunggu.

"Cerewet..!"kataku menghentakkan tangan dari pegangan Ecih dan kembali berjalan dengan cepat yang diikuti kedua temanku itu.

Ternyata sulit untuk menghindar dari kedua orang itu. Baru saja aku sampai pinggir jalan dan menunggu angkutan umum menuju rumah. Teh Euis dan Asep berhasil menyusul kami, sepertinya mereka setengah berlari terlijat dari nafas Teh Euis yang tersengal sengal.

"Kita pulangnya bareng, y..! Teh Euis mau bicara sesuatu sama kamu, Kom..!" kata Teh Euis. Aku menunduk tidak berani menatap wajahnya.

"Kokom mau ke tempat kosannya , A Agus dulu, Teh.." kataku berbohong. Aku telah berbohong dua kali sejak semalam. Berbohong ke dua orang yang berbeda. Eh salah, tiga orang yang berbeda. Pertama ayah dan ibuku dan ke dua ke Teh Euis.

Tanpa menunggu jawaban dari Teh Euis, aku menarik tangan Ecih dan ikut ikutan menari tangan Tina meninggalkan ke dua orang yang berubah menjadi momok yang menakutkan bagiku.

*******

Sampai juga di tempat Kos A Agus kakak tertuaku yang sudah bekerja. Aku lupa menelpon menanyakan apa A Agus ada di tempat kos atau tidak. Tapi sekarang aku sudah berada di tempat kosnya, jadi percuma aku menelponnya. Lagi pula aku ke sini untuk menghindar dari Teh Euis dan Asep. Aku lega melihat motor A Agus terparkir di depan pintu kamar Kosnya, itu artinya A Agus ada.

"Assalam mu'alaikum, A Agus..!" kataku mengucapkan salam sambil mengetuk pintu dengan keras.

"Wa 'alaikum salam.. Tunggu sebentar, Kom..!" jawaban dari A Agus membuatku lega. Ketegangan yang berlangsung sejak tadi berangsur hilang.

Agak lama menunggu, pintu belum juga dibuka oleh A Agus. Lagi apa kakak tertuaku di dalam. Hampir lima menit aku menunggu ahirnya pintu terbuka.

"A Agus mau nganter Teh Rina dulu, ya..! Kamu tunggu di dalam..!" kata A Agus menyambut uluran tanganku yang mencium tangannya diikuti oleh Ecih dan Tina. Dari dalam keluar Teh Rina pacar A Agus yang cantik dengan baju muslimnya yang selalu modis mengikuti perkembangan, berbeda denganku yang selalu menngunakan baju muslim syar'i yang lebar.

Kami melepas kepergian A Agus dan Teh Rina dengan pikiran yang berkecamuk di kepala. Apa yang mereka lakukan di dalam sampai aku harus menunggu lama di luar menunggu pintu dibuka. Jangan jangan mereka melakukan hal yang dilarang oleh agama. Aku menggelengkan kepala berusaha mengusir pikiran negatif.

Kami segera masuk ke dalam kamar kos yang cukup luas dan tertata rapi. TV masih menyala. Bukan TV yang masih menyala yang menarik perhatianku, tapi dvd player yang juga masih menyala. Rupanya A Agus lupa mematikan dvd player. Aku penasaran jngin tahu apa yang sedang ditonton A Agus dan Teh Rina tadi. Aku mengambil remote tv dan memindahkan ke dvd.

"Kokom, iye pilm bf, geuning..!" kata Tina menutup mulut melihat adegan film seorang pria bule sedang bersetubuh dengan seirang gadis cantik berambut pirang. Adegan beralih ke alat kelamin mereka yang bersatu.

"Gelo, kontolnya gede amat...!" kata Ecih melihat kontol pria bule yang sangat panjang sedang mengocok memek lawan mainnya. Kami terpaku melihat adegan film yang belom pernah kami tonton. Adegan yang membuat kami gelisah.

"Aku kencing dulu...!" kataku. Tiba tiba aku kebelet kencing. Tanpa menunggu jawaban aku masuk ke dalam kamar mandi. Lega sekali rasanya setelah air seniku terkuras habis.

"Ich, ada kondom...!" teriakan kecil Ecih mengagetkanku. Heboh sekali si Ecih sampai suaranya terdengar bergema di kamar mandi.

"Ecih, jorok..!" Tina kalah heboh, entah apa yang membuat ke dua temanku heboh. Kondom, nama yang sering aku dengar namun belum pernah kulihat bentuknya.

Aku bergegas keluar menemui ke dua temanku itu, aku sendiri penasaran dengan bentuk kondom yang membuat ke dua temanku menjadi heboh dan kenapa ada kondom di kamar A Agus. Kecurigaanku semakin kuat, A Agus sudah berzinah dengan Teh Rina, itu sebabnya A Agus memilih kos dari pada tinggal di rumah yang jaraknya hanya 15 km dari kota.

"Ada apa sich pada rame ?" tanyaku sekedar basa basi karena aku sudah mendengar apa yang membuat mereka menjadi heboh.

"Ini, aku nemu kondom di tempat sampah..!" kata Ecih sambil memperlihatkan sebuah benda aneh yang katanya kondom terjepit diantara jempol dan jari telunjuknya. Aku bisa mencium aroma aneh seperti yang tercium di kamar ibu semalam.

Entah kenapa aku justru penasaran dengan benda yang dipegang Ecih, aku mengambil kondom bekas pakai. Seperti ada cairan berwarna putih seperti susu di dalamnya. Mungkin ini yang dinamakan air mani seperti yang kubaca dari buku. Cairan mani yang katanya bisa bikin hamil. Aku mencium aroma yang menyengat namun justru aku sangat menyukainya.

"Kokom, jangan dicium. Nanti kamu hamil...!" teriak Ecih panik melihatku mencium aroma cairan yang ada di dalam kondom.

Tiba tiba suara motor berhenti di depan pintu kamar kos. Terdengar A Agus mengucapkan salam sambil mengetuk pintu.

Bersambung....
 
:polisi: terdeksi ada cerita baru.

:sos: Teman-teman ada cerita baru nih, teman-teman coba dikunjungi siapa tahu sesuai genre kesukaan....
@kuciah, @rad76, @RSP27,
@Yoed, @cung tangkil, @timo7 ,
@deqwo, @jodoaNG, @D 805 KI,
@DianTemimbok, @Kusan6 ,
@RebelionZ, @digule,
@bek453, @mamnu, @kelana678 ,
@Nicefor, @nabirongx, @praharabuana, @KONTrOL69.
@Messier45,

@Rezzo, @Jaka_Balung,
:sos:

Ijin menyimak dan mengawal sampai TAMAT, ya om@Beuqi90

Hadir Mang @RSP27, undangan diterima.

Tante @Beuqi90, ikutan baca ceritanya ya. keknya seru sampe Si Mamang teriak2 pake corong mesjid.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd