Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 21

"Biar Kokom ritual dengan Mang Jalu..!" kata Mang Jalu menatapku. Aku hanya bisa menunduk malu. Inilah takdirku, perawanku akan dijebol oleh Mang Jalu. Aku menggit bibir menahan debaran jantungku yang semakin kencang.

Entah kenapa membayangkan perawanku jebol oleh Mang Jalu, sensasi yang kurasakan melebihi saat aku membayangkan perawanku jebol oleh A Agus maupun Satria. Kenapa aku justru lebih terangsang seperti ada yang mengalir dalam memekku. Geli geli nikmat.

"Iyyya...!" kataku sambil mempermaikan jemariku. Keringat dingin membasahi keningku.

Ya sudah, kita mulai ritualnya sekarang." kata Mang Jalu berdiri mengulurkan tangannya padaku. Seperti terhipnotis aku menyambut uluran tangan Mang Jalu.

Mang Jalu mwngajakku masuk ke sebuah kamar yang kusennya berukir indah dan satu satunya kamar di rumah ini yang kusennya berukir. Begitu kami masuk ke dalam kamar yang ternyata cukup besar. Ranjang terbuat dari kayu dengan tiang di setiap sisinya kayu ulir yang berukir. Benar benar seperti ranjang kaum bangsawan yang aku lihat di film film bioskop. Ada sebuah meja rias antik tertata rapi dekat jendela yang tertutup.

"Duduk.!" kata Mang Jalu menyuruhku duduk. Aku duduk di sisi ranjang. Mataku tidak berani menatap Mang Jalu yang duduk di kursi kayu menghadap ke arahku sambil merokok.

"Kamu tahu kenapa ibumu menyuruhmu ke sini?"tanya Mang Jalu, suaranya yang berat terdengar berwibawa.

"Kokom gak tahu. Kokom lagi main di kosan A Agus tiba tiba disuruh ke sini untuk menyelamatkan diri." kataku jujur.

"Menyelamatkan diri dari apa?" tanya Mang Jalu heran dengan pengakuanku yang terkesan mengada ada. Aku sendiri bingung menyelamatkan diri dari apa.

"Kokom gak tahu, Mang." jawabku jujur.

"Benar ayahmu meninggal karena terbunuh?" tanya Mang Jalu lagi seperti sedang menginterogasiku. Sebenarnya Mang Jalu mau membimbing aku ritual atau apa? Aku jadi bingung dengan pertanyaan pertanyaannya yang aku sendiri tidak tahu jawabannya.

"Iya, ayah terbunuh..!" kataku. Pertanyaan Mang Jalu membuatku bersedih teringat dengan kematian ayahku yang tidak wajar.

"Maaf kalau Mamang bikin kamu sedih. Mamang heran saja, gadis seusia kamu mau ritual." kata Mang Jalu tenang. Wajahnya sangat berwibawa.

"Iya, Kokom memang mau ritual biar kalau sudah lulus bisa jadi orang sukses. !" jawabku berusaha selugu mungkin. Tapi yang aku hadapi adalah Mang Jalu yang sudah kenyang makan asam garam dunia, tentu saja dia tidak bisa dibodohi begitu saja oleh anak kemaren sore sepertiku.

"Kalau kamu memang mau ritual biar sukses, kenapa kamu belum buka baju?" tanya Mang Jalu membuatku tersipu malu.

Aku membuka bajuku dengan santai dihadapan pria yang lebih pantas jadi ayahku. Rasa maluku sepertinya sudah hilang sejak aku berbugil ria di hadapan Mang Ikat. Hingga tidak ada lagi yang menempel di tubuhku. Aku benar benar sudah polos di hadapan pria yang baru aku kenal.

"Kamu nakal, berani telanjang di sepan pria yang baru kamu kenal..!" kata Mang Jalu membuat hatiku berdesir senang. Ternyata aku tidak sebaik seperti yang dibangga banggakan orang tuaku dan orang orang di sekelilingku. Mereka selalu memujiku sebagai anak baik, anak sholehah dan segala pujian yang menyanjungku. Pujian yang sebenarnya membuatku muak karena mereka melakukannya untuk mencari muka ke orang tuaku.

"Sini...!" panggil Mang Jalu melambaikan tangannya menyuruhku mendekat ke arahnya.

Aku berjalan menghampiri Mang Jalu yang menatapku dengan wajah bernafsu. Siapa pria yang tidak akan tergiur melihat keindahan tubuh polosku. Aku seperti wanita binal yang sedang menawarkan tubuhku untuk dinikmati Mang Jalu.

"Kamu benar benar nakal, seharusnya kamu dihukum...!" kata Mang Jalu meremas payudaraku dengan keras membuatku merintih nikmat. Yah, memang seharusnya aku dihukum, dilecehkan sekujur tubuhku atas semua kesalahan yang aku lakukan.

"Hukuman pertama, buka celanaku..!" kata Mang Jalu suaranya terdengar tegas. Tidak ada lagi toleransi ata kenakalanku. Aku harus dihukum karena kesalahanku dan Mang Jalu adalah algojo yang akan menghukumku.

Aku segera membuka sabuk celana Mang Jalu, agak sulit karena aku belum terbiasa membuka celana pria. Setelah berusaha cukup lama ahirnha aku berhasil membuka celana Mang Jalu dan menariknya lepas tinggal celana dapamnya dan itu tidaklah sulit. Cukup dengan menariknya maka kontol Mang Jalu yerbebas dari sangkarnya. Tegak mengacung dan aku terbelalak melihat ukurannya yang panjang dan besar tidak kalah dengan punya A Agus.

"Hukuman ke dua kamu harus menghisap dan mengulum kontol Mang Jalu, sebelumnya harus kamu jilatn dulu." kata Mang Jalu mengatakan hukuman apa yang harus aku lakukan yaitu menjilati kontolnya dan mengulumnya seperti yang kulakukan pada kontol Mang Ikat, Mang Gandhi dan A Agus. Hukuman yang membuatku terbakar api birahi.

Aku mencium kontol Mang Jalu, .erasakan aromanya yang terasa menyenangkan. Lidahku terjulur menjilati semua permukaan batang kontol dengan penuh penghayatan. Merasakan sensasi saat lidahku menyetuh kulit kontol dan tonjolan uratnya yang melingkar perkasa. Aku benar benar menikmtinya. Tidak merasa jijik sedikitpun.

"Anak nakal, terussssz ennnaaak..!" Mang merintih menikmati jilatanku. Tangannga melepas ikatan rambutku hingga tergerai ke samping kiri dan kananku. Rambut yang panjang mencapai pingganngku. Rambut yang selalu tersembunyi di balik jilbabku kini bebas dipermainkan Mang Jalu.

Puas menjilati batang kontol Mang Jalu, aku mengulumnya dengan rasa bahagia seperti anak kecil yang nendapatkan mainan baru. Mainan yang sudah lama diinginkannya. Aku benar benar bahagia mempermainkan kontol Mang Jalu di dalam nulutku. Mengulum dan menghisapnya dengan penuh penghayatan. Aku tudak moment ini terlewatkan walau hanya satu detik.

"Kokom, kamu benar benar nakal. Kontol Mang Jalu kamu isep....!" rintihan Mang Jalu yang menjambak rambutku dan menekan kepalaku hungga kontilnya semakin dalam masuk mulutku. Rasa sakit akibat dijambak tidak sebanding dengan rasa nikma dan bahagia saat mengulum kontol Mang Jalu. Aku benar benar anak nakal dan harus dihukum.

"Sudah... Sekarang hukuman ke tiga." kata Mang Jalu mengangkat bahuku agar berdiri di hadapannya.

Mang Jalu langsung meremas payudaraku dengan bernafsu dan menciumi permukaan payudaraku, kadang payudaraku diremas dengan keras dan diselingi remasan lembut secara bergantian membuatku tubuhku menggelinjang nikmat. Terlebih saat putingku mulai dihisapnya dengan keras disertai gigitan kecil. Ya Tuhan, kenikmatan yang kurasakan sangatlah dahsyat.

"Mang Jaluuuu..!" hanya itulah yang bisa aku ucapkan. Begitu hebat rasa nikmat yang aku rasakan sampai sampai sekujur bulu halus di tubuhku bangun merespon apa yang kurasakan.

Puas bermain dengan payudaraku, Mang Jalu tiba tiba menggendongku dan meletakkan tubuhku di atas ranjang yang berkesan mewaha dan sakral. Kakiku dibiarkan jatuh menjuntai ke bawah. Entah apa yang diinginkan Mang Jalu, aku hanya pasrah dengan keinginannya karena saat ini aku sedang menjalani hukuman.

Mang Jalu melebarkan pahaku sehingga memekku terlihat jelas menunjukkan keindahannya. Aku melihat Mang Jalu mendekatkan wajahnya ke memekku. Sekarang aku benar benar yakin, sebentar lagi memekku akan merasakan benda asing memasukinya. Merobek selaput daranya yang tersembunyi tidak jauh dari permukaan.

Aku merintih kecil saat lidah Mang Jalu menyentuh itilku, tangannya membuka belahan memekku sehingga lidahnya dengan leluasa menjilati celah sempit memekku.

"Mang Jaluuuu memek Kokom...!" aku menjerit lirih dan menjambak rambut Mang Jalu dan menekannya ke memekku. Aku tidak perduli denga etika dan sopan santun.

Lidah Mang Jalu semakin liar menjilati memekku disertai hisapan pada lobang memekku hingga ahirnya aku tidak mampu lagi bertahan, aku seperti tersetrum ribuan volt kenikmatan yang sangat dahsyat.

"Mang jallllluuuu..!" ahirnya aku terkapar tidak berdaya menanti hukuman apa lagi yang harus aku terima.

"Bangun, hukuman kamu belum selesai...!" kata Mang Jalu menyadarkanku yang hampir saja tertidur setelah badai kenikmatan menghempaskanku.

Aku membuka mataku dan melihat Mang Jalu ternyata sudah bugil. Aku kagum dengan bentuk tubuhnya yang berotot, hasil dari olah raga rutin yang dilakukannya. Mataku melihat kontol Mang Jalu masih berdiri gagah. Apa Mang Jalu akan memintaku menghisap kontolnya lagi hingga mengeluarkan pejuh atau inilah waktunya menjebol memekku.

Mang Jalu naik ke atas ranjang dan terlentang. Kontolnya begitu gagah mengacung seperti tonggak kayu. Ya, inilah hukuman terahir yang harus aku terima, kontol Mang Jalu yang akan menjebol memekku.

"Kamu jongkok di sini, mauskin Kontol Mang Jalu ke memek Kokom..?" kata Mang Jalu. Vonis telah dijatuhkan, aku harus menerima hukumannya.

Jantungku berdegup sangat kencang dan hatiku berdesir mengkitkan bulu halus yang berada di sekujur tubuhku. Dengan hati yang tabah aku mengangkang dan berjongkok di atas Kontol Mang Jalu. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Hanya naluri yang menuntunku memegang kontol Mang Jalu agar tegak. Perlahan aku menggerakkan kontol Mang Jalu agar tepat berada dilobang memekku.

Jantungku semakin berdebar kencang, aku menarik nafas mengumpulkan tekad yang tersisa untuk menjalani hukuman ini. Perlahan aku menurunkan pinggulku, kontol Mang Jalu terbenam sedikit, hanya bagian kepalanya saja. Kembali aku menarik nafas dan meyakinkan hatiku bahwa ini adalah hukuman setimpal yang harus aku terima. Aku harus berani.

Aku menggigit bibirku dan melihat memekku. Inilah saatnya eksekusi tidak boleh ditunda lagi. Dengan menahan nafas aku menurunkan pinggulku sekaligus, aku bisa melihat kontol Mang Jalu terbenam masuk memekku, nerobek selaput daraku. Sakit sekali rasanya, tapi rasa sakitnya setimpal dengan hukuman yang harus aku terima karena kenakalanku.

"Kokom, kamu benar benar melakukannya?" tanya Mang Jalu kaget dengan kenekatanku. "Mamang pikir kamu gak akan berani melakukannya." kata Mang Jalu sambil mengusap pahaku yang putih mulus.

Aku tidak menjawab, kosentrasiku tertuju ke memekku yang ditebus kontol Mang Jalu, rasa sakitnya begitu teras berbarengan dengan rasa asing, memekku seperti membesar. Inikah rasanya diperawani..? Tapi kenapa aku tidak merasa menyesal sama sekali.

Perlahan aku mengangkat pinggulkunsehingga kontol Mang Jalu tertarik keluar seperti membentot memekku menjadi monyong. Mataku tidak berkedip melihatnya, takjub dengan pemandangan yang ada di depanku. Rasa perih masih kurasakan akibat sobeknya selaput daraku tapi ada sensasi lain yang menguasai jwaku. Rasa puas karena sudah berhasil menjalani hukuman mengalahkan rasa sakit di memekku.

"Kom...!" aku melihat wajah Mang Jalu dan memberikan senyum termanisku untuk menyakinkannya bahwa aku tidak apa apa. Aku tidak keberatan menjalani hukumanku.

Pinggulku bergerak perlahan memompa kkntol Mang Jalu, aku lihat ada noda darah di kontol Mang Jalu, darah perawanku. Pinggulku semakin cepat bergerak untuk mengalihkan rasa sakitku. Semakin cepat pinggulku bergerak, ada rasa aneh yang kurasakan. Rasa nikmat yang masih samar, walau rasa sakit maaih terasa lebih dominan.

Mak, beninikah rasanya ewean? Rasanya aneh namun semakin lama rasanya semakin enak dan rasa perih yang kurasakan semakin berkurang.

"Mang... Kontol mamang kok muat ya?" tanyaku takjub melihat kontol Mang Jalu semakin lancar keluar masuk memekku. Berkilat oleh lendir dari memekku.

"Gantian, Mang Jalu yang di atas. Kamu di bawah...!" kata Mang Jalu terharu melihat pengorbananku. Aku segera beranjak bangun dan merebahkan tubuhku celentang di samping Mang Jalu. Karena sebenarnya aku sudah mulai cape berjongkok memompa kontol Mang Jalu.

Mang Jalu merangkak di atas tubuhku, spontan aku melebarkan pahaku siap menerima hujaman kontol Mang Jalu. Kontol Mang Jalu masuk dengan mudahnya walau masih terasa perih. Mang Jalu mulai memompa memekku dengan irama teratur sehingga rasa nikmat yang kurasakan semakin meningkat.

"Enak gak?" tanya Mang Jalu berbisik di telingaku diahiri dengan ciuman di leherku.

"Ennnnak, tapi masih perih..!" kataku jujur.

Mang Jalu terus memompa memekku hingga ahirnya aku merasakan puncak kenikmatan yang terasa azing dan membuat sekjur tubuhku menegang dialiri sensasu yang tiada duanya.

"Mamang, akuuu..!" berteriak memanggil nama Mang Jalu

"Mang Jalu kelllluar..!" aku merasakan memekku seperti disembur cairan hangat yang keluar dari kontol Mang Jalu.

********

"Kang Ujang benar benar bajingan, dulu Rini kang Ujang perawanin. Sekarang anak Rini yang Kang Ujang perawanin." kata sebuah suara membangunkanku yang tidur nyenyak setelah aku mencapai puncak orgasme.

"Kupikir Kokom tidak akan melakukannya..!" kaata Mang Jalu membela diri.

"Dia anakku, tentu saja dia mewarisi kenekatanku. Cara yang sama seperti aku yang menyerahkan keperawananku ke Kang Ujang dulu. Ini seperti sebuah karma." kata ibu. Aku pura pura tidur, tidak berani membuka mata karena takut ibu marah.

"Siapa yang membunuh Kosim?" tanya Mang Jalu, seolah olah ibu tahu siapa sebenarnya pembunuh ayahku.

"Aku terpaksa mellakukannya, Kang. Untuk melindungi anak anakku dari marabahaya. Mereka sudah tahu keberadaan Kang Kosim. Mereka mulai mengintai kami. Aku takut anak anakku terbawa oleh masa lalu kami. Aku terpaksa membunuh Kang Kosim." seperti bunyi petirbdi siang hari, aku terkejut dengan pengakuan ibuku bahwa pembunuh ayah adalah ibu.

Bersambung
 
pernah baca cerita awalnya yang dulu
cerita aslinya mulai mengembang ke sana kemari ya
sampai bingung menyusun ceritanya yang ada banyak itu

dan sekarang cerita yang ini juga jadi kusut
makin pusing lagi coba nyusun susunan ceritanya
ya kalo kisut mah gak usah dibaca. inikan cuma buat hiburan. buat yang ngarang dan buat yang baca.
 
pernah baca cerita awalnya yang dulu
cerita aslinya mulai mengembang ke sana kemari ya
sampai bingung menyusun ceritanya yang ada banyak itu

dan sekarang cerita yang ini juga jadi kusut
makin pusing lagi coba nyusun susunan ceritanya
ya kalo kisut mah gak usah dibaca. inikan cuma buat hiburan. buat yang ngarang dan buat yang baca.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd