Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 23

Aku terpaku, shock dengan kabar kematian ibu yang terasa begitu tiba tiba. Belum 40 hari ayahku meninggal, sekarang ibu menyusul ayah.

"Emakkkkkkk...!" aku berteriak memanggilnya dan kemudian semuanya terasa gelap.

*******

"Kokom...!" seseorang memanggilku dan aku sangat mengenalnya. Suara ibuku. Apa aku sudah mati menyusul ibu ke alam barzah.

"Kom, bangun. Ini Emak..!" kembali suara ibu memanggilku disertai pijitan raingan pada kepalaku. Perlahan aku membuka mata dan benar, ibu berada di hadapanku tersenyum. Senyum yang membuat hatiku tenang.

"Mak, Kokom sudah mati ya?" tanyaku bahagia karena bisa kembali bertemu ibu walau di alam barzah. Biarlah semua kehidupanmu di dunia menjadi tinggal kenangan.

"Kamu ngomong apa? Kamu masih hidup, belum mati..!" jawab ibu sambil mencubit pipiku dengan keras membuatku berteriak kesakitan.

"Emak, sakit....!" jeritku. Belum pernah ibu mencubitku sekeras itu. Biasanya cubitan lwlembut yang membuatku tertawa terpingkal pingkal geli.

Kesadaranku pulih melihat ibu yang terlihat cantik dengan baju gamisnya yang berwarna krem. Apakah aku sedang bermimpi melihat ibu berada di tempat ini? Aku menatap keadaan sekelilingku, ini kamar Mang Jalu.

"Kata A Agus?" tanyaku heran. Aku memeluk ibu dengab erat, bahagia ternyata ibu masih hidup, tidak kurang apapun.

"Aa mu salah tafsir. Hp Emak ketinggalan di rumah. Trus dipake nelpon Aa mu ngabarin Mak Ijah meninggal. Bukan Bu Hajjah Ijah." kata ibu menerangkan kejadian yang senenarnya. Mak Ijah adalah janda tua yang hidupnya mendapat sokongan ibu. Semua jebutuhan makan dan pakaian, ibu yang memberinya. Aku agak sedeih dan merasa kehilangan Mak Ijah meninggal karena sejak kecil Mak Ijah yang mengasuhku. Sekali lagi aku memeluk ibu dengan perasaan bahagia.

"Emak ke sini dengan siapa?" tanyaku.

"Mang Ikat, dia tahu Ecih ke sini dari Tina." kata Ibu tidak melepaskan pelukannya yang penuh kasih sayang.

"Ecih?" tanyaku terkejut Mang Ikat ikut je sini, berarti Ecih terancam bahaya.

"Sudah dibawa pulang oleh Mang Ikat..!" jawab ibu tenang, memang sudah seharuanya Ecih pulang. Tiga hari lagi dia harus menikah walau aku merasa sedih akan kehilangan sahabat tedbaikku yang selalu menemaniku.

Mang Ikat pasti marah besar mengetahui Ecih ke sini dan mslakukan ritual terlarang yang seharusnya tidak dilakukan oleh gadia seusia kami. Gadis yang baru berusia 18 tahun.

"Kasian Ecih..!" kataku tanpa sadar. Ya Ecih tidak seberuntung aku, dia akan menikah di usia muda dengan seorang pria yang lebih pantas jadi bapak. Hamil dan membesarkan anak anaknya dinsaat dia masih ingin bermain dengan teman temannya.

"Iya, Emak juga kasian sama Ecih, tapi kita gak bisa berbuat apa apa untuk menolongnya." kata Emak semakin mempererat pelukannya kepadaku. Bau tubuhnya membiatku merasa nyaman.

"Kok Tina tahu kami ke sini?" tanyaku heran, apa Ecih memberitakan Tina akan melarikan diri ke sini untuk melakukan ritual?

"Tina cuma cerita kalian pernah ritual ke Gunung Kemukus,, makanya Mang Ikat curiga kalian lari ke sini. Mang Ikat maksa Emak buat nganter ke sini. Kamu diperawanin Mang Jalu ya?" tanya ibu membuatku tersipu malu. Sudah tidak ada lagi rahasia di antara kami bahkan hal yang paling intim. Perawanku sudah hilang oleh pria yang lebih pantas jadi ayahku.

"Kamu gak sakit? Kontol Mang Jalu segede gitu?" tanya ibu menggelitik pinggangku. Anak gadisnya sudah menjadi wanita sempurna setelah keperawanannya terenggut.

"Sakit sakit enak. Kok Emak tahu kontol Mang Jalu gede banget?" tanyaku beran. Apa ibu juga pernah ewean dengan Mang Jalu.

"Ya tahu, kan yang merawanin Emak Mang Jalu. Sekarang malah kamu yang diperawanin Mang Jalu." kata ibu membuatku terkejut. Ternyata yang memerawani ibu Mang Jalu. Pantas wajah A Agus sangat mirip dengan Mang Jalu, berarti benar A Agus adalah anak Mang Jalu.

"A Agus anaknya Mang Jalu ya, Mak?" tanyaku. Entah kenapa hatiku bergetar menyadari A Agus adalah anak Mang Jalu.

"Iya, Aa mu a anaknya Mang Jalu." kata ibu mengakuinya. Mengakui rahasia puluhan tahun silam.

"Yang ngajarin A Agus ewean, Emak ya?" tanyaku lagi. Aku ingin tahu semuanya agar bisa menerima kelakuan ibu dan mendiang ayah.

"Iya, Ayahmu pengen liat Emak diewe Aa mu.!" kata ibu terlihat tenang dan merasa seolah olah itu adalah hal yang wajar. B

"Aa mu yang ngasih tahu?" tanya Ibu menatapku lembut.

"Iya. A Bandi dan A Dani juga ibu ajarin ewean gak?" tanyaku penasaran. Bukan hal yang tidak mungkin kalau ke dua kakakku juga mendapatkan hal yang sama dengan A Agus.

"Enggak, cuma A Agus saja yang emak ajarin ewean. Kenapa? Kontol A Agus juga segede kontol Mang Jalu. Kamu pernah liat belum?" tanya ibu membuatku tersipu malu. Kalau saja dia tahu aku hampir saja diperawanin A Agus, apa ibu akan marah atau menganggapnya sebagai hal yang biasa saja.

"Permisi, Bu...!" ketukan di pintu menghentikan obrolan kami. Itu suara Satria, aku mengenalnya.

"Masuk aja, gak dikunci..!" jawab ibu mendahuluiku.

Pintu terbuka dan Satria masuk membawa nampan berisi nasi dan lauk pauknya serta ait putih dalam kendi yang tentunya berat. Entah kenapa melihat Satria membuat hatiku berdesir dan detak jantungku semakin kencang. Sayangnya bukan Satria yang menjebol keperawananku. Andai dia yang mendapatkan perawanku, mungkin akan lebih berkesan.

"Makan dulu, Bu..!" kata Satria meletakkan bawaannya ke atas meja yang berada di samping ranjang. Matanya melihatku sambil tersenyum. Senyum yang membuatnya semakin tampan.

"Pak Jalu ke mana? Dari tadi gak kedengaran suaranya?" tanya ibu.

"Pakdhe katanya ada perlu mau ke Solo, besok baru kembali." jawab Satria singkat.

"Duduk dulu, kita ngobrol ngobrol. Kamu kan gak punya pasangan ritual, mau gak ibu temenin kamu ritual atau kamu mau ditemenin Kokom?" tanya Ibu membuatku tersipu malu. Aku buru buru mengambil nasi dalam piring dan mulai melahapnya dengan terburu buru sekedar menghilangkan rasa maluku.

"Tuch liat, Kokom sudah gak sabar pengen ritual ewean sama kamu..!" kata Ibu membuatku semakin malu. Entah kenapa membayangkan ewean dengan Satria membuat memekku berdenyut dan menjadi basah.

"Ibu, apa apaan sich...!" kataku sambil mencubit pinggang ibu dengan keras membuat ibu berteriak kesakitan.

"Och ya, Agus ke mana?" tanya ibu ke Satria yang dari tadi hanya diam mendengar ocehan mesum ibu.

"Katanya mau jalan jalan sama Mbak Ratih. Kalau sudah kepegang Mbak Ratih susah lepas. Bakal diperes habis habisan sampe gak bisa bangun lagi. Hahaha.." jawab Satria diahiri tawanya yang has. Tawa yang membuatnya semakin tampan.

"Apanya yang gak bisa bangun?" tanya ibu puta pura tidak tahu maksud Satria.

"Itunya...!" jawab Satria tidak meneruskan perkataannya. Tentu dia merasa tidak sopan berkata kotor kepada ibu yang terlihat anggun dengan balutan baju gamisnya.

"Maksud kamu kontolnya? Emang kamu udah pernah ewean sama Ratih sampe kamu tahu hal itu?" tanya ibu tersenyum menggoda Satria yang terlihat lugu di hadapan ibu yang mempunyai jam terbang sangat tinggi. Entah sudah berapa kontol yang merasakan kenikmatan memeknya.

"Eh, sudah pernah." Satria tersipu malu mengakuinya.

"Gedean mana tetek Ratih dengan Tetek Bu Haji?" tanya ibu sambil membuka bajunya sehingga payudaranya yang terbalut BH terlihat begitu menantang. Ibu melepas BHnya dan kini payudaranya tergantung bebas menggoda Satria yang terbelalak kagum melihat keindahan payudara ibu.

"Ech, sama gedenya..!" kata Satria, matanya melotot melihat payudara ibu. Lelaki mana yang akan menolak keindahan payudara ibu yang masih terawat.

"Masa...?" ubu tidak berhenti menggoda Satria dengan melepaskan rok panjang yang menutupi mata kakinya. Dalam sekejap ibu sudah berdiri bugil di hadapan Satria. Walau perutnya berlemak, tapi tidak mengurangi keindahan tubuhnya, apa lagi pantatnya yang bulat dan besar, akan membuat setiap lelaki berhayal menyodok memek ibu dari belakang.

Ibu berjalan meraih tangan Satria dan meletakkannya pada payudaranya yang besar. Satria langsung meremasnya dengan bernafsu. Ibu menarik kepala Satria ke payudaranya, menjejalkan wajah pria tampan itu pada payudara besarnya yang hangat. Melihatnya membuatku terangsang. Aku menaruh nasi yang tinggal separuh dan dengan terburu buru aku minum air putih dari gelas hingga habis tidak tersisa. Aku tidak mau melewatkan momen ibu menggoda Satria dengan tubuh montoknya yang sangat menggoda iman. Seorang wanita cantik dengan tubuh bugil dan hanya menyisakan jilbab sedang menggoda seorang pemuda tampan.

"Ibu...!" seruku. Entah kenapa aku merasa agak cemburu dengan apa yang ibu lakukan ke Satria

"Kamu cemburu?" tanya ibu menoleh ke arahku, tersenyum menggoda. Aku hanya menunduk malu.

Ibu menarik Satria agar berdiri dan ibu segera membuka kaos Satria dan menarik celana trainingnya lepas dari tubuhnya. Aku tidak bisa melihat kontol Satria karena tertutup tubuh ibu, padahal aku sangat ingin melihatnya.

Rasa penasaranku tidak berlangsung lama, ibu menarik tangan Satria agar rebah di ranjang tepat di sampingku. Kedua kakinya terjuntai ke bawah. Gila, kontol Satria ternyata sebesar kontol Mang Jalu. Aku benar benar terpesona melihatnya. Kontol yang terlihat kekar dan mengacung sempurna. Tanpa sadar aku meraihnya. Benar benar keras seperti kontol Mang Jalu.

"Tuh, Sat. Kokom sudah gak tahan pengen nyobain kontol kamu." goda ibu. Aku cuek dengan godaanya, aku lebih fokus pada kontol Satria. Aku tau sekali, kontol Satria akan mampu memberiku kenikmatan maksimal saat menyodok memekku.

Satria meremas dadaku dengan lembut. Entah kenapa aku tidak menyukainya. Aku lebih suka saat Mang Jalu meremasa payudaraku dengan keras, seperti tembus ke dasar hatiku. Tembus hingga sumsumku.

"Sat, ngeremas tetek Kokom harus keras, baru Kokom bisa merasakannya." kata ibu seperti mengerti apa yang kuinginkan.

Satria cukup cerdas untuk mengerti apa yang dikatakan ibu, dia meremas payudaraku dengan keras membuatku merintih nikmat. Ini yang aku mau, sentuhan kasar pada payudaraku, sodokan keras dan cepat pada memekku. Aku sudah bosan diperlakukan dengan lembut bak putri bangsawan.

"Buka bajunya, sayang..!" ibu membantuku membuka baju syar'iku sehingga Satria bisa melihat keindahan tubuh beliaku. Tubuh yang sudah dinikmati oleh beberapa pria tua dan ahirnya Mang Jalu berhasil menjebol keperawananku dengan semputna.

"Badan kamu bagus sekali. Sayang, memek perawanmu sudah dijebol Pak Jalu...!" gumam Satria sambil meremas payudaraku dengan keras. Terlihat sekali kekecewaannya karena gagal mendapatkan perawanku.

"Anda kurang beruntung. Tapi ada hadiah hiburan buat kamu, bisa merasakan memek Bu Haji Ijah." kata ibuku bercanda. Ibu berjongkok di atas kontol Satria, tangannya meraih kontol Satria agar tepat pada lobang memeknya yang kuyakin sudah sangat basah.

"Och, kontol kamu ennnak banget...!" rintih ibu saat kontol Satria masuj dengan cepat ke dalam memeknya. Sekali lagi aku di sabotase. Pertama, Mang Jalu mensabotaswku sehingga memek perawanku jebol olehnya dan aku gagal menikmati kontol Satria dan sekarang ibu kembali mensabitase kontol Satria. Benar benar menjengkelkan.

Aku segera berjongkok di wajah Satria, kupersilahkan pemuda tampan itu menikmati memekku dengan mulutnya sebagai hidangan pembuka. Aku menghadap ke arah ubu yang begitu bersemangat memompa kontol Satria. Aku bisa melihat dengan jelas kontol Satria yang basah oleh lendir memek ibu.

"Gilaaaaaa, Bu Haji gak tahannnn, Bu Haji kelllluar...!" ibu menjerit menggapai orgasme dahsyat. Orgasme yang dialami ibu membuatku uri, seharusnya aku yang sedang nengalami orgasme tersebut.

Ibu segera bangkit dari atas Satria, tubuhnya tergolek di samping Satria. Aku segera menggantikan posisi ibu, berjongkok diatas kontol Satria. Dengan cepat aku menurunkan punggul menelan kontol Satria dalam lobang sempit memekku.

"Kontol kamu ennnak, Sat....!" aku memejamkan mata menikmati kontol Satria dalam lobang memekku, tanpa beristirahat aku nemompa kontol Satria dengan cepat, secepat yang aku bisa.

"Enak mana memek Bu Haji dan kokom?" tanya ibu menggodaku yang begitu bersemangat memompa kontol Satria sehingga payudaraku berguncang keras. Satria segera meraih payudaraku dan meremasnya dengan keras seolah takut payudaraku terlepas.

"Sama enakknya, Bu Haji...!" rintih Satria yang begitu menikmati memekku.

Cukup lama aku memompa kontol Satria dan sudah dua kali aku mendapatkan orgasme dahsyat, tapi aku tidak mau berhenti. Aku terus memompa kontol Satria dengan cepat, sangat cepat menimbulkan rasa ngilu yang nikmat.

"Akkkkku kelllluar, Kommmm...!" Satria berteriak disertai semburan pejuhnya pada memekku.

"Akkku jugaaaa kelllluar lagiiii....!" aku ikut menjerit sambil meremas dada Satria yang berotot.

"Kalau lagi ewean suaranya pelanin, malu kedengeran tetangga.?" kata A Agus yang tiba tiba masuk bersama Mbak Ratih. Rupanya kunci kamar tidak terkunci.

BersambungAa mu salah tafsir. Hp Emak ketinggalan di rumah. Trus dipake nelpon Aa mu ngabarin Mak Ijah meninggal. Bukan Bu Hajjah Ijah.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd