Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA WASIAT

Status
Please reply by conversation.
Bimabet

POV ULFA



Beberapa jam setelah kepulangan reza, mas andre pun pulang dengan di antarkan oleh sebuah mobil Alpard berwarna hitam, hatiku merasa sangat lega dengan kepulangannya apalagi setelah melihat bahwa dia tidak kenapa kenapa, walaupun aku sudah beberapa kali melakukan hubungan badan dengan reza bahkan sudah jatuh cinta kedalam pelukannya, namun tetap mas andre adalah suamiku aku tetap menghormati dan melayaninya selayaknya istri yang berbakti kepada suami.

Dengan kepulangan mas andre, aku semakin yakin dengan reza bahwa dia memang lelaki yang istimewa, dan dia tidak hanya ngomong saja, aku sudah buktikan dengan mata kepalaku sendiri setelah dia menelpon seseorang tadi dan marah marah, lantas beberapa jam setelahnya mas andre pun segera dipulangkan dengan selamat.

Dan aku juga yakin dan percaya masih banyak yang aku belum ketahui tentang reza, yang dia ceritakan tadi aku rasa masih belum semuanya mungkin hanya 10-15% dari keseluruhan cerita sebenarnya, namun aku tidak mempermasalahkannya, dengan dia sudah terbuka padaku saja aku merasa menjadi wanita yang spesial dimatanya.



Dan aku ingat janjiku kepada reza bahwa untuk sementara aku rahasiakan dulu mengenai siapa dirinya yang sebenarnya, aku juga tidak merasa kesulitan nantinya menghadapi mas andre yang sudah siap bertanya dengan kebingungan, karena tipe mas andre adalah lelaki yang bodo amat.

Sesampainya dirumah aku segera menyuruh mas andre untuk segera mandi lalu kemudia makan, namun dia menolaknya dan langsung segera duduk disofa tempat tadi aku bermesraan dengan reza..

“papa... mandi dulu, trus makan yaa..” ucapku kepada mas andre

“gak Maa.. aku bingung..” balas mas andre dengan tatapan kosong mengarah ke depan

“papa bingung kenapa..?”

“kemarin penjahatnya terlihat ganas sekali, mereka mengancam kami semua dengan senjata api, aku tau loo ma itu senjata api beneran..”

Ucap mas andre dengan kebingungan, dan memamg dia mengetahui mana senjata api asli dan senjata palsu ataupun air softgun, karena dia memang juga hobi koleksi air softgun. Aku lantas terdiam mendengarkan mas andre berbicara..

“dan yang membuat ku bingung tadi pagi sekitar jam 10an sikap mereka sangat baik, terlebih lagi padaku, tiba2 kita disuruh bersih bersih, lalu setelah itu dikasih makanan enak, bandeng presto loo maa.. hehe.. yaa kita sikat semua makanannya, 2 hari kita gak makan, 2 hari cuman diksaih minum tok..”

Ucap suamiku lagi menjelaskan

“alhamdulillah paa.. mungkin penjahatnya dapat hidayah gitu..”

ucapku tersenyum, namun hatiku merasa kagum kepada reza karena secara tidak langsung dia sudah berjasa atas kebebasan mas andre dan rekan rekannya.

“aahh.. masa sih segitunya ma..?” ucap mas andre

“yaa... mungkin aja paa.. kan kita gak tau kapan orang mendapatkan hidayah..” ucapku tersenyum

“hhmm bisa juga sih maa.. mungkin penjahatnya nonton ceramah dulu kali ya, yg judulnya, dosa yang sangat besar bagi seorang preman menyekap pemilik perumahan.. hahaha...”

Ucap mas andre tertawa, dan aku mulai tenang bahwa mas andre dengan sikap bodo amatnya sudah mulai melupakan kebingungannya..



Selang beberapa menit kami mengobrol, smartphone mas andre pun berbunyi dan terlihat dari nama si penelpon adalah pak muhsin, yang ku tau pak muhsin tersebut adalah kepala pembangunan di proyeknya mas andre, dari percakapan yang aku dengar karena mas andre mengaktifkan speakernya, bahwa dari tadi siang beberapa orang datang ke proyek mungkin sekitar 100 orang, mereka membangun ulang bangunan bangunan yang telah dirusak, pak muhsin sendiri masih tidak berani mendekati mereka untuk menanyakan mereka siapa, dan disuruh oleh siapa karena masih trauma dengan kejadian yang kemarin, dia hanya memantau dari kejauhan menggunakan sepeda motor, bahkan sampai sekarang walaupun hari sudah petang mereka tetap bekerja.. sedangkan orang orang yang memang bekerja membangun perumahan itu sendiri sudah diistirahatkan untuk sementara waktu sampai keadaan mulai normal.

Setelah mas andre mengakhiri pembicaraan dengan pak muhsin wajah nya kembali terlihat bingung.



“annjjiingg.... apaa appaann lagi ini..”

ucap mas andre mgumpat, bukan karean emosi atau marah namun karena kebingngan yang sedang melandanya..

“papa seharusnya bersyukur.. hhmm.. kenapa malah ngomong jorok..” ucapku kepada mas andre

“uuppss... alhamdulillah.. hehe.. aku jadi bingung lagi maa..”

ucap mas andre tertawa, lalu kemudian memasang raut wajah bungung lagi..

“yaa.. namanya orang dapat hidayah paa.. mungkin biar sekalian aja papa dibuatin ulang lagi bangunan2 nya..”

ucapku tersenyum, namun hatiku lagi lagi dibuat kagum oleh reza karena pengaruhnya yang luar biasa.

“iyaa juga sih maa.. kayaknya orang nya mikir kalau mati biar langsung masuk surga.. hehe..”

“iyaa paa.. itu namanya the power of hidayah.. hehe..”

“hehe.. tapi siapa yaa yang jadi otak dari semua ini.. hhmm”

Ucap ma andre yang kemnbali dengan raut bertanya tanya, sontak aku teringat kembali dengan percakapannya reza, setelah dia menelpon orang yang bernama barong, dia kemudian menelpon lagi orang yang bernama joko, siapa ya pak joko ini,.. gumam ku dalam hati..



Dan aku kemudian teringat bahwa mas andre pernah bercerita ketika baru mulai merintis usaha perumahannya, dia ingin menjadi seorang pengusaha sukses di bidang properti seperti bpk joko susanto dirut utama PT. Bale Sejahtera, yang mana perusahaan beliau bergerak dibidang properti, sudah banyak yang beliau bangun perumahan perumahan elit dan aprtemen2 mewah di ibu kota, bahkan usaha propertinya sudah ada dibeberapa negara tetangga..

Apakah pak joko yang ditelpon oleh reza itu, pak joko susanto yang di idolakan mas andre yaa..? lamun ku dalam hati

Lamunan ku tiba2 tersadar karena smartphone mas andre tiba2 kembali berbunyi, setelah dilihat ternyata panggilan dari nomor asing..



“hallo..” ucap mas andre, yang kemudian mengaktifkan speakernya

“hallo.. dengan pak andre ya..?” terdengar yang menyahut seperti seorang bapak bapak

“iya saya sendiri..” ucap mas andre

“iya pak andre, perkenalkan saya joko susanto dari PT. Bale Sejahtera,..”

Ucap orang itu diujung telpn, begitu mendengar nama itu aku dan mas andre pu saling pandang merasa ter heran2,..

“oh.. ii..yaa. pak.. ada appaa.. pak, tiba2 telpn sya..?

Ucap mas andre yang tiba2 gugup dan langsung salah tingkah..

“begini pak andre, saya memohon maaf sebesar besarnya kepada pak andre beserta kelurga, yang terjadi belakangan ini di proyek nya bapak itu adalah perbuatan saya, dan juga penyekapan itu adalah perintah dari saya juga, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan saya, saya akan mengganti kerugian yang bapak alami, hari ini juga saya sudah kirim orang untuk langsung memperbaiki semua kerusakan yang terjadi, untuk 2 minggu kedepan saya pastikan semuanya sudah beres dikerjakan, untuk sementara biarkan mereka bekerja dulu, setelah itu bapak bisa melanjutkan lagi proyek pembangunan nya bersama tim bapak.

Dan satu lagi pak, bapak tidak perlu pusing pusing memikirkan kenapa saya melakukan semua ini, baik itu alasan saya dan sebagainya, intinya sekarang saya sudah mengaku salah dan saya mohon maaf yang sebesar besarnya, saya berjanji tidak akan mengganggu keluarga bapak dan proyek2 bapak yang sekarang maupun yang akan datang..”

Ujar pak joko panjang lebar, menguraian penjelasan tentang semua yang terjadi kepada mas andre, seketika itu pula mas andre diam terpaku mendengar penjelasan tersebut, dia sampai tidak bisa berkata kata.

“hallo pak andre..” ucap pak joko lagi

“eehh.. iyaa pakk..” ucap mas andre gelagapan

“apa bapak menyimak semua penjelasan saya..?”

“iyyaa.. pak saya mendengar semuanya..”

“baik kalo gitu pak, saya sudahi dulu ya, semoga bapak beserta keluarga diberikan kesehatan..”

‘iyyaa pak.. terimakasih..”

Panggilan itu pun terputus..



Setelah mengetahui semuanya melalui penjelasan dari pak joko susanto, aku dan mas andre beberapa detik kemudian hanya diam terpaku untuk mencerna semua informasi yang baru saja kita sama sama dengarkan, terlebih lagi mas andre dia tak habis pikir bahwa semua peristiwa ini adalah ulah dari pemilik PT. Bale Sentosa,

begitu pula dengan ku, aku kembali mengingat cerita2 dari mas andre yang dulu pernah menyebutkan tentang PT Bale Sentosa, perusahaan dengan nama yang sudah besar dan mendunia, setiap orang atau perusahaan lain yang memiliki sengketa dengan perusahaan tersebut dalam hal tanah pasti dengan mudah di menangkan oleh PT. Bale Sejahtera, baik diselesaikan dengan jalur hukum ataupun dengan kekerasan.

Di tengah lamunan ku, aku kembali mengingat reza yang beberapa jam lalu datang kerumahku, aku semakin kagum dengannya, hanya dengan skali telpn saja semua masalah ku dan mas andre menjadi beres, itu semua sontak membuatku jadi merindukan reza padahal beberapa jam lalu kita sudah sama sama memadu cinta bersama, dan aku semakin meyakini bahwa keluarga halland bukan keluarga sembarangan, namun aku tidak mau terlalu ambil pusing, biarlah nanti reza mengungkap jati dirinya sendiri, sudah mencintai dan dicintainya saja aku sudah sangat merasa bahagia.



“maa kok semua ini kayak mimpi ya..” ucap mas andre bingung

“ini semua nyata paa”

“iyaa.. aku tau, aku tau banget pt bale sejahtera itu kalo mau ambil lahan orang pasti akan gigih, tidak akan berhenti sampe menang..”

“iyaa kan.. tadi papa denger sendiri pak joko nya sudah minta maaf, terus mengganti kerugian papa..”

“iyaa mmaa... tapi alasan nya apa yaa..?”

“eehh... paa tadikan pak joko bilang jangan tanya2 dan cari tau alasan dia..”

Ucapku mengingatkan mas andre tentang ucapan pak joko, sekaligus aku bermaksud agar mas andre segera melupakan semua ini dan kembali fokus pada proyeknya, agar pengaruh reza pada kejadian ini tidak tercium olehnya..

“ahh iya juga yaaa.. yaudah laahh bodo amat kalo gituu.. hehe..”

Balas mas andre dengan sikap bodo amatnya..



Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama diruang tamu, dengan beberapa kejadian yang mengagetkan, akhirnya kita masuk ke kamar untuk beristirahat, dan benar saja selama dikamar, mas andre tidak pernah mengungkit ungkit lagi mengenai kejadian yang menimpanya dan siapa dalang dari semua ini, dan hatiku pun merasa lega, karena tidak perlu capek capek lagi harus menyembunyikan pengaruh dari kekasih ku reza.



POV HENI



Sudah hampir 5 hari aku dan mas ibnu saling diam diaman, kita saling diam bukannya tidak ngobrol sama sekali, namun kita ngobrol hanya seperlunya saja, sementara itu aku selalu menyempatkan saling berbalas chat dengan reza, ngobrol via chat dengan reza membuatku terasa nyaman, hal itulah yang membuatku merasa selalu tenang dan bisa mengobati sedikit setres ketika berada dirumah dengan sikap mas ibnu.

Aku dan mas ibnu jika diibaratkan seperti magnet dengan sisi kutub yang sama, yang jika didekatkan maka akan saling tolak menolak, sedangkan dalam menjalin hubungan dan mendapatkan chemistry harus masing masing orang mempunyai sisi kutub yang berbeda, harus memiliki sifat yang berbeda, jika salah satu judes dan cepat marah, maka pasangannya harus mempunyai sifat yang sebaliknya.



Hal ini aku dapatkan ketika bersama reza, karena hanya dialah yang aku kenal lelaki lain selain suamiku mas ibnu, ketika aku ngobrol dengan reza aku merasa sangat nyaman dan nyambung, walupun aku hanya membalas dengan singkat dia dengan mudah menanggapi dengan beribu ribu kata kata, dan setiap obrolan kami baik langsung maupun via chat selalu ada guyon yang dia selipkan, hal itu juga yang membuatku semakin merindu rindukan ngobrol dengannya.



Seperti hari ini, hari ini adalah hari minggu, sebelumnya memang aku sudah janjian dengan reza untuk pergi mengajak mala jalan jalan, sekalian membelikannya sepatu, karena reza ingin membayar janji reni kepada mala, yang dulu semasa hidupnya sudah berjanji akan membelikan mala sepatu, aku sih pada dasar nya tidak mempermasalahkan atas janji Reni kepada mala yang secara tidak langsung juga seolah olah berjanji kepadaku, namun Reza bersikukuh untuk segera menepatinya, dan berhubung aku merasa sumpek dan merasa penat dirumah dengan sikap diam diaman antara aku dan mas Ibnu maka aku iya kan saja ajakan Reza, selain itu juga hati kecilku tidak bisa dibohongi bahwasanya aku memang merindukan berjumpa secara langsung dengan Reza, aku rindu pada saat kita ngobrol entah itu membahas apapun, karena aku merasa nyaman apabila bersamanya.. Reza tatapan mu bisa membuat hatiku berdebar.. gumam ku dalam hati..



Setelah aku dan mala selesai sarapan bersama dengan mas Ibnu kemudian segera ku bereskan semua sisa sisa makanan dan piring kotor, setelah semua selesai meja makan dan dapur sudah rapih.

Lantas aku kembali menghampiri mas Ibnu untuk meminta izin, kalo hari ini aku sudah janjian akan pergi dengan Reza, untuk mengajak mala jalan jalan dan membeli sepatu baru..



“Mas.. hari ini aku sudah janjian sama Reza, mau ngajak mala jalan jalan, nanti sekalian beli sepatu baru buat mala, kan dulu Reni sempat janji..”

Ucapku kepada mas Ibnu, yang sedang sibuk mengurus tanamannya

“Hhmm Iyaa.. Reza mana..?” Tanya mas Ibnu singkat, dan pandangan masih fokus ke tanamannya.

“Kayaknya masih di jalan, aku siap2 dulu mas.” Balasku tak kalah singkat

“He’em..” jawab mas Ibnu degan tetap fokus ke tanamannya, kemudian segera ku tinggal kan mas Ibnu untuk bersiap2..



Aku segera meninggalkan mas Ibnu menuju kamar sembari bersiap2 menunggu kedatangan Reza, setelah aku merasa sudah pas dengan dandanan ku dengan make up tipis2, aku segera menghampiri mala ke kamar nya, membantu nya mempersiapkan diri juga.

Ketika aku sedang membantu mala mempersiapkan diri, aku mendengar ada suara dua orang laki laki ngobrol sambil tertawa ringan, dari suara nya aku mengetahui bahwa itu adalah Reza yang sedang berbincang dengan mas Ibnu, karena merasa sudah siap kemudian aku dan mala segera keluar dan benar saja ternyata Reza sudah datang.

“Zaa kapan datang..”

ucapku tersenyum

“Hhm sekitar 2 menit yang lalu kak..”

jawabnya tersenyum

“Om.. Reza jadi kan jalan2 nya..”

ucap mala girang

“Jadi dong sayang, hehe.. mala mau kemana..?”

“Mau beli es krim om.. hehe..”

ucap mala tersenyum

“Hhm.. ijin dulu ke mama ya..”

Balas Reza tersenyum sambil melihat ke arahku, duh pandangannya adem banget.. gumam ku dalam hati..

“Boleh sayang, tapi jangan banyak2 ya..”

ucapku kepada mala, yang langsung di respon dengan kegirangan

“Yaudah kalo begitu.. Ayoo omm cepetan berangkat..”

Ucap mala tidak sabaran sambil menarik tangan Reza..

“Iyaa iya sayang.. mas Ibnu aku jalan dulu ya..”

Kata Reza kepada mas Ibnu, dengan tangan yang terus di tarik oleh mala ke arah mobil..

“Iya Zaa.. hati2 dijalan ya..”

Balas mas Ibnu sambil melambaikan tangan dan tersenyum

“Mas.. kalo begitu aku jalan ya..”

Ucapku kepada mas Ibnu, sambil menyodorkan tanganku untuk salam..

“Iya,....”

Ucap mas Ibnu singkat, tanpa menatapku.. sontak membuatku tambah kesal

“Iyaa udah kalo gitu mas.. assalamualaikum..

“Waalaikum salam..”





POV REZA



Hari minggu ini, aku bersama kak Heni dan juga mala sudah berencana pergi jalan jalan ke mall, untuk menepati janji mendiang istriku Reni kepada mala.

Ditengah perjalanan sementara aku bercanda2 ringan dengan mala dengan guyonan2 ku, aku melihat kak Heni hanya duduk diam dikursi samping ku, tanpa memperdulikanku dan mala, menyadari hal tersebut maka ku suruh mala menonton yutub menggunakan Gadget yang terpasang di kursi tengah, karena aku ingin mengajak kak Heni ngobrol.



“Kak…”

“Kaak..”

“Kak..”

“Cantikk..”

Tegur ku ke kak Heni setelah beberapa kali memanggil namun tanpa jawab

“Ehh.. Iyaa Iyaa Zaa…”

Jawab kak Heni terkaget dari lamunannya

“Jangan melamun dong, nanti kakak kesurupan. Hehe..”

“Ahh gak kok Zaa..”

jawabnya tersenyum, memang aku yang sudah mengetahui dari pertama kedatanganku tadi kerumah nya, bahwa rumah tangga kak Heni dan mas Ibnu sedang tidak harmonis, maka tidak aku tanyakan mengapa dia bersikap murung..



“Kakak kalo murung nanti ada yang berkurang loo..”

“Hhm..emang apa yang berkurang Zaa..?”

Tanya kak Heni sambil menatapku, maka sontak aku mengarahkan spion tengah ke arahnya..

“Ini kak.. nanti Ayu nya berkurang.. hehe”

Ucapku dengan tersenyum, dan langsung dengan seketika kak Heni tersenyum sambil tertawa ringan..

“Ahh kamu ini bisa saja, he..”

“Tenang saja kak, hari ini kakak akan ku buat bahagia.. hehe”

Seolah faham dengan ucapanku dan mengerti maksudku mengatakan demikian, sontak kak Heni menatapku dengan tajam..

“Kamu gak tahu apa2 Zaa..”

“Aku tahu kak,..” ucapku tersenyum

“Hmm.. lama2 aku bisa setres Zaa..”

“Kakak gak akan setres, nanti aku yang jadi bentengnya biar si setres gak dateng ke kakak.. hehe”

“Hehe.. kamu ini bisa saja..” jawab kak Heni dengan senyum ringan

“Makanya sekarang kakak coba lepas semua penat, kakak nikmati aja hari ini..”

Ucapku tersenyum

“Iyaa Zaa.. Aku sedang berusaha..”

“Nanti aku bantu kak..”

“Kamu mau bantu kayak gimana Zaa..?”

Ucapkak Heni menatapku tajam, aku yang mengetahui kak Heni sedang menatapku maka ku tepikan mobilku dan berhenti sejenak, kemudian ku tatap mata kak Heni dengan tajam, yang langsung mengarah ke kelopak matanya, kami diam sejenak tanpa berkata kata, lalu aku mengucapkan..



“Kita nikmati saja hari ini, aku yakin nanti setelah kita bersama sama semua beban kakak bisa berkurang, sukur2 bisa hilang..”

Ucapku dengan diakhiri senyuman termanisku, yang kemudian dibalas oleh kak Heni dengan senyuman tersipu tanpa balasan..

“Om.. kok berhenti..” ucap mala menegurku

“Iya sayang,, tadi om ngeliat cewek cantik, caaaannntttiikkk sekali.. makanya om berhenti dulu sebentar.. hehe”

Jawabku ke mala, dan sekilas ku perhatikan kak Heni melototkan matanya sambil tersenyum simpul, tanpa berkata..



Lalu kemudian segera ku lajukan kembali mobilku mengarah ke tujuan kami, setelah beberapa lama diperjalanan, akhirnya kami sampai juga ditujuan, mall ini merupakan mall terbesar yang ada dikota yang dimana pemilik utama mall ini adalah aku, namun hanya beberapa orang saja yang mengetahui nya, termasuk ipar2 ku juga tidak ada yang mengetahui, kecuali kak Ulfa dia sudah ku beri tahu, karena dia juga memiliki tempat berjualan di dalam mall ini, kak Heni pun demikian dia mempunyai butik yang cukup besar warisan dari mendiang Reni di mall ini sekaligus juga tempat menjual produk make upnya, namun dia belum mengetahui bahwa aku adalah pemilik saham utama mall ini, dan lambat laun pasti kak Heni akan ku beri tahu..



“Om.. kita beli donat di tempatnya tante Ulfa yaa..”

ucap mala setelah kami keluar dari mobil

“Iya sayang..”

balasku tersenyum, kemudian kami segera masuk ke dalam mall, lalu langsung menuju tempatnya kak Ulfa, saat itu tempatnya kak Ulfa terlihat sangat ramai oleh pembeli entah itu muda mudi yang bersama pasangan ataupun orang2 yang bersama keluarganya,.

Pandangan kak Heni sejenak tertuju kepada pasangan suami istri bersama anaknya yang mungkin seusia Ratna anaknya kak Nining, mata kak Heni tertuju kepada mereka lalu kemudian kembali mengalih kan pandangan namun raut wajahnya kembali murung, aku yang menyadari hal tersebut memberanikan diriku menggenggam tangan kak Heni dengan erat, lalu kemudian kuucapkan..



“Anggap saja aku suaminya kakak..”

ucapku tersenyum, tanpa di duga kak Heni membalas tersenyum dan membalas menggenggam tanganku, tanpa mengucapkan kata kata..

“Ehh Zaa.. nanti kita mampir di butik ya..”

“Siap kak..” ucapku sambil tersenyum



Setelah memesan beberapa kue, dan mala tentunya juga memesan es krim, lalu kami mencari tempat duduk, agar kami bisa menyantap hidangan kami dengan lebih khidmat.

“ Maa..kok tante Ulfa gak ada..”Ucap mala

“Iya sayang, kan tante Ulfa yang jadi bos tempat ini, jadinya cukup anak buah nya saja yang kerja..”

Ucap kak Heni menjelaskan ke mala..

“Ohh.. asyik ya kalo jadi bos, gak capek2 kerja, besok mala mau jadi bos juga deh.. hehe”

Kata mala tertawa..

“Sayang mama kamu juga sekarang sudah jadi bos loo..”

Ucap ku kepada mala

“Memang mama jualan donat dimana..?”

Ucap mala penasaran

“Tidak sayang, mama kamu sekarang punya usaha jualan baju dan alat2 kecantikan.”

Ucapku menjelaskan secara sederhana kepada mala dengan senyum..

“Mama hebat dong..hehe..”

Ucap mala, lalu aku dan kak Heni hanya membalas dengan tersenyum..



Setelah menyantap beberapa kue2 yang kita pesan, akhirnya kita segera berangkat menuju toko yang menjual sepatu dan alat2 sekolah, namun sebelum nya kita menyewa mini car dulu, agar kita tidak begitu capek jalan, memang mall ini saking besarnya kami menyediakan mini car yang seukuran seperti mobil golf dan sudah ada jalur nya tersendiri agar para pejalan kaki tidak terganggu, hampir 3 toko yang kita masuki dan akhirnya mala menemukan sepatu yang cocok dan pas di toko yang ke 3,



“Huuffh.. untung kita pakai mini car Zaa.. kalo gak ya bisa patah dengkul ku..”

Ucap kak Heni,

“Tenang kak.. nanti aku gendong.. hehe..”

“Heehh… apa kata orang kalo aku digendong kamu.. hmm..”

“Lohh kan hari ini aku suaminya kakak.. hehe..”

Ucapku sambil tersenyum, namun kak Heni tidak membalas ucapan ku melainkan dia hanya tersenyum sedikit..



“Omm.. Kita nonton bioskop yukk..”

Ucap mala, setelah kita keluar dari toko sepatu..

“Hhmm.. Gimana kak..?”

Tanya ku kepada kak mala yang duduk disamping ku..

“Boleh.. tapi kita ke butik dulu ya, aku mau liat2 soalnya lagi ada promo,..”

Ucap kak mala tersenyum kepada ku dan mala..



Lalu segera ku arahkan mini car ke arah butik kak Heni, setelah sampai disana ternyata butik juga sedang ramai didatangi oleh para pengunjung yang sedang berburu baju baju yang bagus namun dengan harga miring.



Kami segera turun dari mini car kemudian berjalan masuk ke dalam kantor manajer, para pegawai yang kita lewati hampir semua menyapa dan menyambut kedatangan kami, sesampainya di kantor manajer kami menemukan mbak Siska selaku manajer pemasaran dia sudah bekerja menjadi manajer dari semenjak Reni masih ada.



mbak Siska yang sebelumnya sudah mengetahui kedatangan kami segera menyambut kami dan mempersilahkan duduk di sofa, sementara kak Heni ngobrol dengan mbak Siska terkait proses pemasaran, sedangkan aku dan mala lagi asyik bermain lego yang sebelumnya sudah kita beli.



Sesekali pandangan kak Heni mengarah kepadaku dan mala lalu kemudian tersenyum, entahlah apa yang dia fikir kan ucapku dalam hati,

Hampir 1 jam lamanya kita berada di dalam ruangan mbak Siska, dan akhirnya kita memutuskan untuk segera cabut, sesuai rencana tadi aku pun segera mengarah kan mini car menuju ke bioskop..



“Mala mau nonton apa sayang..?”

Ucapku ke mala, setelah kita sampai di bioskop

“Hhmm.. apa yaa.. Ohh itu aja om kartun Shrek..”

Ucap mala tersenyum..

“Oke siap.. hehe”

Ucapku membalas, sambil melihat kak Heni kemudian dia hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum..



Setelah itu kami segera memasuki ruang bioskop, ruangan yang kami pesan adalah kelas VVIP, yang mana hanya terdapat 3 seat yang bisa di atur ketinggian dan sandarannya, di ruangan ini juga ada kamar tidur dengan ukuran 3,5mx3m dengan kamar mandi didalam nya, selain sebagai bioskop dengan layar yang lebar pada umumnya diruang ini juga ada fitur karaoke nya, maka tak ayal didalam nya juga terdapat kamar, mungkin disiapkan untuk pengunjung2 yang membawa pasangan kencannya.



Ketika kami memasuki ruangan bioskop kelas VVIP tersebut, maka sontak kak Heni kaget dengan kemewahan didalam nya,



“Zaa.. Ruangannya bagus banget..”

Ucap kak Heni sedikit berbisik kepadaku, mungkin agak malu karena masih ada petugas yang menemani..

“Iya kak.. ini kelas VVIP, dulu aku sering ngajakin Reni kesini nonton setelah itu lanjut karaoke..”

Balas ku tersenyum, kemudian kak Heni hanya membalas dengan tersenyum

“Ohh.. iya kak.. kita mau nonton saja atau lanjut karaoke..”

Tanyaku kepada kak Heni.:

“Nonton saja deh Zaa..”

Balas kak Heni

“Oke siapp..”

Ucapku tersenyum, dan langsung ku katakan lagi kepada si petugas kalo kita cuman nonton saja..



Setelah petugas nya pergi kami langsung menempati tempat duduk masing masing, yang mana, mala berada di tengah sedangkan aku dan kak Heni berada dipinggir..

Kami dengan khusuk dan khidmat menonton film Shrek yang sedang di tayangkan sambil menikmati popcorn dan minuman yang sudah kami pesan sebelumnya, begitu pula kak Heni dia dengan khidmat menyaksikan adegan demi adegan di film tersebut.



Sampai di menit ke 35 film sudah berjalan, aku tak sengaja menengok ke arah mala, ternyata dia sudah tertiur dengan pulasnya, maka segera ku beri tahu kak Heni, kemudian dia meminta ku memindahkan mala ke kamar tidur yang memang sudah ada, karena takut nanti kualitas tidur mala jadi gak bagus yang disebabkan oleh ributnya suara dari film tersebut.



Akupun segera membopong mala menuju kamar, dan setelah itu aku kembali menuju kak Heni dan melanjutkan menonton film, namun kali ini aku duduk ditempat mala duduk sebelumnya yaitu ditengah yang otomatis berdekatan dengan kak Heni.

Kak Heni yang mengetahui aku kembali dan duduk tepat di sebelahnya hanya tersenyum kepadaku..



Kemudian Aku dan kak heni kembali menikmati adegan demi adegan, percakapan demi percakapan pada film tersebut dengan khusuk, kami yang sudah terbawa alur dan cerita didalam film kadang kadang tertawa, tersenyum dan manyun mereaksikan adegan pada film.

Sampai pada suatu saat kak heni tiba tiba berbicara, di 30 menit film akan berakhir.



“Walaupun pasangan itu berbeda, yang satu dengan fisik aneh dan wanitanya cantik, namun mereka terlihat bahagia ya..”

Ucap kak Heni tiba tiba, namun pandangannya tetap fokus kepada film.



Aku memahami ucapan kak Heni tersebut, seolah olah dia sedang membandingkan dengan kehidupan rumah tangga nya.

Maka sontak aku menggenggam tangan kak Heni, menyadari tangan nya ku sedang ku genggam, pandangan kak Heni tiba2 mengarah padaku, namun dia masih merelakan tangannya ku genggam..



“Hari ini kakak akan ku buat bahagia, bukankah hari ini aku akan menjadi suamimu..?”

Ucapku kepada kak Heni dengan serius, dengan menatap tajam langsung ke arah bola matanya. Kak Heni yang menyadari keseriusan ucapanku dia tidak membalas satu patah kata pun, matanya membalas menatap tajam kepadaku tanpa ekspresi apapun, kemudian dia berbalik menggenggam tanganku.

Yang ku artikan sendiri bahwa dia juga menghendaki segala perbuatan ku, maka segera ku kecup tangannya yang lembut.



Setelah kejadian itu kami berdua kembali menyaksikan film yang sedang berlangsung dengan masih dalam keadaan saling menggenggam tangan masing masing..



Film Shrek pun telah selesai kami tonton, keadaan kami masih terdiam dengan tangan masih saling genggam, barang kali perasaan kak Heni masih berkecamuk didalam hati, entah menganggap aku serius dengan ucapanku yang terlihat meyakinkan atau hanya sekedar menghiburnya saja.



Beberapa menit setelah layar bioskop sudah gelap namun kami masih terdiam, ingin rasanya ku ungkapkan perasaan ku kepada kak Heni, namun ada sedikit keraguan didalam hatiku jika nanti harus dibalas dengan penolakan, karena aku tahu kak Heni tidak seperti kak Ulfa ataupun kak fani.

Kak Heni adalah tipikal orang yang menurutku tegas dan juga judes, dia juga terlihat pandai menyembunyikan perasaannya, sifatnya hampir sama seperti kak Nining.

Namun semua keraguan ku segera ku tepikan, aku segera kembali mengangkat tangannya dan memegangnya dengan kedua tangan ku, dan pandanganku ku arahkan ke padanya, kak Heni yang menyadari perbuatan ku diapun berbalik memandangku tanpa ekspresi.



“Kak.. AKU MENCINTAIMU..”

Ucapku dengan nada dan ucapan yang serius dan mata yang langsung mengarah ke bola matanya, begitu pula kak Heni dia memandang kearahku dengan serius, seolah olah kami saling membaca raut wajah masing masing.



Namun ucapanku tidak dibalas dengan satu patah katapun, tapi tiba2 kak Heni berbalik menggenggam tanganku dengan kedua tangannya juga, dengan raut wajah tanpa ekspresi, aku yang menganggap itu sebagai jawaban bahwa dia juga mencintai ku, segera kembali ku kecup tangannya mesra dan agak lama.

Setelah ku kecup tangan nya pandangan kami kembali bertemu, namun kali ini kak Heni tersenyum manis kepadaku, aku semakin yakin bahwa dia juga mencintai ku..



Setelah itu aku memegang kepalanya dengan kedua tangan ku, kemudian segera ku kecup kening nya mesra dan agak lama, kak Heni yang menyadari perbuatan ku sontak memejamkan matanya tanpa ekspresi. Mungkin hatinya masih berkecamuk.. ucapku dalam hati..



“Hari ini kakak akun ku buat bahagia, aku sangat mencintai mu kak..”

Ucapku setelah mengucup keningnya, namun kak Heni hanya terdiam tanpa membalas ucapanku, namun tiba2 bibirnya kembali tersenyum manis..



“Hhm.. kita karaoke yuk Zaa..”

Ucap kak Heni tiba2 dengan tersenyum..

“Hmm.. baik kak..”

Balasku dengan tersenyum..



Namun tiba2 pintu ruangan dibuka oleh mbak2 petugas tempat ini,..

“Maaf pak buk.. waktunya sudah habis, kebetulan sudah ada yang mau pakai lagi ruangannya, silahkan pak buk bisa segera keluar..”

Ucap mbak2 tersebut, dengan sedikit judes..

“Saya mau lanjut karoke mbak..”

Balasku kepadanya..

“Hhmm.. Mohon maaf pak tidak bisa.. Itu orangnya sudah lama tunggu..”

Ucap si mbak tersebut..

“Yahh.. batal deh karokenya.. Ayoo zaa kalo gitu kita keluar”

Ucap kak Heni tiba2 dengan sedikit kecewa, ketika dia hendak berdiri akan membangun kan mala yang sedang tertidur nyenyak, segera ku pegang tangan nya untuk mencegahnya..

“Kakak tunggu dulu ya.. Kita akan tetap lanjut kok karokenya, lagian mala masih nyenyak tidurnya..”

Ucap ku kepada kak Heni dengan tersenyum, kemudian dia kembali duduk

“Hhm.. tapi itu si mbak nya sudah nyuruh keluar Zaa..”

Balas kak Heni..

“Iya.. istrikuu…. Nanti aku yang urus..”

Ucapku kembali dengan nada romantis diakhiri dengan senyuman..



Kak Heni, yang mendengar ucapanku tersebut sontak tiba2 menjadi tersipu dengan senyuman yang agak disembunyikan..

Aku yakin hatinya secara perlahan sudah bisa aku taklukan.. gumamku dalam hati..



Aku segera berdiri dari tempat duduk ku dan menghampiri mbak petugas tadi..

“Saya mau Lanjut karoke mbak..”

Ucapku dengan ekspresi datar

“Tidak bisa pak, itu orangnya sudah tunggu dari tadi, 10 menit dari bapak masuk ruangan ini, orangnya sudah datang, kebetulan dia adalah member di tempat ini, dia juga salah satu pejabat pak..”

Ucap si mbak menjelaskan,

dan ditengah penjelasan dari si mbak tersebut datang juga mas2 yang sepertinya manajer dari tempat ini, dia pun juga menghimbau kepada kami agar segera keluar, namun dengan kata2 yang sopan.



Aku yakin kedua orang ini pasti habis di marah marahi oleh si bapak2 yang akan menggunakan ruangan ini, apalagi mendengar penjelasan si mbak tadi bahwa bapak tersebut merupakan seorang pejabat.



“Hhmm.. Baik2, tunggu sebentar ya, saya tlpn pak Anton dulu..”

Ucapku kepada 2 orang tersebut yang sontak membuat keduanya sedikit terkaget, kemudian aku segera mengambil smartphone ku dan mulai mencari kontak atas nama Anton, dia adalah pemilik dari tempat ini, dia juga mempunyai beberapa usaha lain lagi.

Setelah aku menemukan namanya maka segera ku tlpn pak Anton, lalu aku sengaja meng aktifkan speaker..



“Hallo mas Reza.. Tumben nih tlpn.. hehe..”

Ucap pak Anton di ujung tlpn

“Iya pak, kebetulan saya sekarang lagi main ke tempat bapak ni..”

“Ohh.. kenapa mas Reza gak bilang2 dulu, tau gitu kan saya bisa temenin, aduhh nanti sudah saya suruh anak2 disana buat layanin mas Reza..”

“Wahh.. masak saya harus nonton sama karaoke sama bapak.. hehe..”

Ucapku dengan sedikit guyon..

“Hehe…. Bukan begitu maksud sya mas,, hehe.. yyaa paling tidak saya bisa persiapkan dulu kalo mas Reza mau datang…”

Ucapan pak Anton kepadaku,



yang membuat kedua petugas ini menjadi saling pandang dengan ekspresi kaget dan bingung, mungkin didalam hati merek berkata, siapa orang ini kok bisa2 nya dia tahu pak Anton, dan dia terlihat kenal betul dengan beliau, dan pak Anton juga terlihat sangat menghormati nya.



“Gini pak.. ini saya sudah di ruangan dan sudah selesai nonton, sekarang mau lanjut karoke tapi gak dibolehin sama pegawai bapak, katanya ada member yang sudah boking..”

Ucapku kepada pak Anton..

“Waduuhh…. Mohon maaf sebelumnya mas Reza.. kalo boleh tahu siapa nama petugas nya mas..?”

“Ini bapak langsung ngomong aja..”

Setelah itu, aku menyerahkan smartphone ku kepada si bapak menejer tersebut..



“Hhhaallo pak, ini saya Irfan pak..”

Ucap si manajer



“Eehh fan.. tolong itu dilayani mas Reza, kamu jangan sembarangan ya.. dia ituu…eee..ee.. pokok nya kamu layani sebaik2 nya..”

Ucap pak Anton sedikit membentak, namun ketika dia ingin memberi tahu siapa aku, ucapannya segera dipotong tidak di lanjutkan..



“Baaaiikk pak.. tapi bagaimana dengan pak Marwan..? tadi kita di marah marahi pak..”

Ucap si manajer, menjelaskan bahwa dia mendapat omelan dari si pejabat..



Namun pertanyaan si manajer belum sempat di jawab oleh pak Anton, smartphone ku segera ku ambil lagi..



“Tenang saja pak Anton, Nanti saya yang urus si Marwan, kedua pegawai bapak tidak tahu apa2 kok, mereka cuman jalanin tugas aja, jadi jangan di apa2kan.. hehe..”



“Baik mas Reza.. hehe.. terimakasih banyak sebelumnya..”



“Yaudah kalo begitu pak..”

Ucapku kemudian segera ku akhiri obrolan ku dengan pak Anton via tlpn



“Ayoo pak antar saya ke pak Marwan yang sampean bilang tadi..”

Ucapku kepada si manajer..

Setelah itu, kami segera keluar dari ruangan menuju ke ruang tunggu, namun sebelumnya aku meminta kak Heni agar menunggu sebentar, yang hanya dibalas dengan senyuman olehnya dan ekspresi bertanya tanya tentang kejadian yang baru saja dia lihat dan dengar kan, dan akupun nantinya sudah siap dengan pertanyaan2 dari kak Heni..



Sesampainya di ruang tunggu, aku melihat Marwan si pejabat yang dimaksud oleh kedua petugas tersebut, dia terlihat bersama seorang wanita yang cukup muda jika dibandingkan dengannya..

Segera ku hampiri kursi tempat dia duduk, terlihat wajahnya dari kejauhan sangat terlihat kesal.



“Wan.. ruangan yang kamu tunggu dari tadi yang pakai saya..”

Ucapku kepadanya, dengan masih dalam keadaan berdiri dan kedua petugas tersebut juga berdiri dibelakangku..



“Ohhh.. mas Reza yang pakai too.. saya kira siapa2, hehe.. silahkan dilanjutkan mas, mohon maaf saya jadi ganggu ini..”

Ucap Marwan dengan lembut, dengan seketika raut wajah yang terlihat kesal tadi berubah menjadi tersenyum..



“Kamu jangan kampungan, marah2 di tempat umum, kan kalo full bisa cari tempat lain..”

Ucapku lagi..



“Hehe… siapp mas rezaa.. siap siap.. siap salah mas… saya mohon maaf hehe..”

Ucap Marwan dengan menempelkan kedua tangannya kepadaku..



“Yaudah kalo begitu saya mau lanjut lagi, gara kamu saya jadi terganggu..”

Ucapku, lalu kemudian meninggal kan Marwan tanpa tahu balasannya dengan kata2 yang aku lontarkan, karena aku juga sudah mulai kesal terhadapnya..



Aku segera kembali menuju ruangan VVIP tadi, yang dimana kak Heni sudah menunggu ku, ketika berjalan kembali ternyata si manajer mengikuti ku dan menegurku dari belakang..



“Ehh… maaf pak.. eeeh.. ee… mohon maaf sebelumnya pak.. ehh.. ee… bapak ini siapa ya, kok semua orang2 penting tadi terlihat begitu hormat ke bapak, maaf sebelum nya kalo saya lancang..”

Ucap si manajer dengan sangat sopan kepadaku.:



“Iyaa pak tidak apa2.. perkenalkan saya Reza Halland…”

Ucapku sambil tersenyum dengan mengulurkan tangan untuk menyalaminya..



Setelah itu kemudian ku tinggalkan si manajer yang sedang terdiam dengan ekspresi bingung karena beberapa kejadian yang sudah terjadi barusan..



Sekembalinya aku ke ruangan terlihat kak Heni langsung menatapku, yang sepertinya sudah siap dengan pertanyaan pertanyaan yang mengganjal hatinya, dan benar saja setelah aku duduk tepat disampingnya, di langsung menanyakan terkait semua kejadian tadi,



“Zaa… sebenarnya apa yang terjadi tadi..?”

Tanya kak Heni sambil menatapku..



Kemudian segera aku menjelaskan kepadanya mengenai masalah tersebut, namun rasa2 nya kurang lengkap dan kurang bisa masuk di akal Fikiran penjelasanku jika harus menjelaskan setengah setengah, maka aku memutuskan untuk menjelaskan semuanya kepada kak Heni tentang siapa aku, persis seperti yang aku jelaskan kepada kak Ulfa, bahkan saking asyik menjelaskan akhirnya nyerempet juga ke kasus yang menimpa perumahan kak Andre, mau tak mau aku juga menjelaskan kepada kak Heni kronologis kejadian nya seperti apa dan bagaimana aku menyelesaikannya.



Setelah aku selesai menjelaskan, kami terdiam beberapa saat, kemudian kak Heni mengucapkan kata kata..



“Zaa… ternyata kamu adalah lelaki yang luar biasa.. kenapa selama ini kamu menyembunyikan nya..?”

Ucap kak Heni dengan raut wajah serius..



“Buat apa kak..? Biar semua orang menghormati ku..? Tidak kak.. aku mau hidup normal di hadapan orang2 tanpa harus di perlakukan berbeda..”

Ucapku kepada kak Heni..



“Hmm… iya Zaa.. aku menghargai keputusan mu..”

Ucap kak Heni dengan tersenyum



“Mau lanjut karoke kak..? Hhmm kalo batal sih semua yang aku lakukan jadi sia2 nih… hehe”

Ucapku tersenyum..



“Lanjut dong Zaa.. he..”

Balas kak Heni..



Setelah itu kami melanjutkan untuk berkaraoke, entah itu kita duet bersama maupun kita bergantian bernyanyi, semuanya kita barengi dengan canda dan tawa, kebahagiaan pun terpancar dari raut wajah kak Heni.



Dan sampai pada suatu ketika, aku ingin bernyanyi Solo, lagu yang ku nyanyikan adalah lagu yang sangat romantis, dari awal lagu aku menyanyikan dengan berdiri sambil tetap memandang dan tersenyum kepada kak Heni, dan di tengah2 lagu aku mengulurkan tanganku ke kak Heni mengajak dia ikutan berdiri, dia pun menghendaki.



Suasana romantis pun semakin bertambah, aku bernyanyi dengan posisi berdiri begitu pula kak Heni, kami saling berhadap hadapan, walaupun kak Heni semakin terbawa suasana namun dia tetap dengan rautnya yang masih sulit melepaskan senyum bahagia..



aku tahu jauh didalam lubuk hatinya pasti dia sekarang sangat sangat bahagia, tapi karena tipikal nya yang pendiam maka sulit untuknya mengekspresikan nya..

Namun aku yakin, secara perlahan aku akan mengubah nya supaya bisa mengekspresikan diri apabila bahagia, mungkin saking lamanya dia tertekan didalam kehidupan rumah tangga nya membuat hati nya menjadi beku..



Setelah lagu yang ku nyanyikan berakhir, kami kembali beradu pandangan, namun kali ini kak Heni sedikit melebar kan bibirnya untuk tersenyum kepadaku, aku pun kembali mengutarakan isi hatiku padanya..



“Aku sayang kamu kak.. aku cinta kamu kak…”

Ucapku sambil memegang kedua tangannya dalam keadaan berdiri,..

Lalu tiba2 kak Heni memejamkan matanya sejenak, kemudian setelah itu membuka kembali dan dia pun mengangguk kan kepalanya, sambil tersenyum..

Aku menafsirkan bahwa dia juga demikian, dia juga merasakan seperti apa yang aku rasa..



Tanpa menunggu lama, aku kembali mengecup keningnya mesra, lalu aku membisikkan..

“Sepertinya aku akan kena diabetes kak..”

Ucapku tepat ditelinga nya..

“Lohh kenapa Zaa..?”

Ucap kak Heni kaget..

“Senyuman kakak mengandung gula.. manis banget.. hehe”

Kemudian kak Heni segera mencubit pinggang ku..

“Ihhh… aku kira kamu beneran sakit..”

Ucap kak Heni kesal sambil memanyun kan bibirnya..

“Berarti aku gak usah senyum ya kalo sama kamu, aku jutek in saja ya..”

Ucap kak Heni kembali..

“Hehe.. jangan dong kak.. nanti aku bisa kena serangan jantung.. hmm..”

Ucapku lagi

“Lohh kenapa..? Kok bisa..”

Tanya kak Heni penasaran

“Iyaa.. nanti aku bawaan nya tertekan terus kalo kakak jutekin.. hehe..”

Ucapku sambil tersenyum

“Ihh kamu ini ada ada saja.. terus aku harus bagaimana doang Zaa..”

Ucap kak Heni

“Aku mau kakak jadi diri sendiri aja, kalo kakak sedih curhat sama aku jangan kakak pendam sendiri, kalo kakak bahagia ekspresikan dengan tersenyum manis ke arahku.. hehe.. Tapi biar bagaimana pun entah kakak jutek entah kakak acuh, aku tetap kok mencintai kakak.. hehe..”

Ucap ku lagi sambil tersenyum dan memegang kedua tangannya..



Setelah aku mengucapkan kata kata demikian, tiba2 kak Heni langsung memelukku erat, sepertinya dia meluapkan semua isi dihatinya melalui pelukan..



“Aku bahagia Zaa.. aku bahagia..”

Ucap kak Heni dengan tetap memelukku erat..



Yang namanya lelaki jika sudah dalam keadaan seperti ini, apalagi hanya berdua, sontak membuat juniorku bangkit, mengembang dan terus mengembang sampai terasa sesak di celana..

Aku yakin kak Heni juga merasakan perubahan dibawah sana, namun dia tetap memelukku erat..



Aku bersikap profesional, aku tidak mau gegabah melakukan hal yang tidak2, aku sadar ini adalah permulaan, jika aku langsung berbuat tidak tidak aku takut kak Heni malah menjadi ilfeel, maka aku hanya membalas memeluk nya erat..



Setelah beberapa lama kita berpelukan mesra, kak Heni mulai melepaskan pelukannya, kemudian tersenyum ke arahku..



“Love you..”

Ucap kak Heni singkat, dengan tersenyum

“Iyaa kak aku tahu.. hehe..”

Ucapku membalas dengan tersenyum…

“Ihh.. kok begitu jawabnya..”

Kata kak Heni kesal..

“Hehe… emang harus bagaimana jawab nya kak..”

Ucapku sengaja memancing agar dia tambah kesal..

“Yaa.. bilang love you too kek.. hmm..”

Ucap kak Heni memanyunkan bibirnya..

“Hehe.. Iyaa sayang.. aku juga cinta kamu… ciiiiinnnntaaaaa saaanggaatt saanngat cintaa.. hehe”

Ucapku, kemudian kak Heni seperti salah tingkah setelah mendengar ucapanku.. dia hanya tersenyum simpul..



“Mulai sekarang aku akan selalu membuat kakak bahagia, kalo ada yang berani menyakiti hati kakasihku, aku akan membuatnya menyesal seumur hidup nya..”

Ucapku kepada kak heni dengan tersenyum..



“Termasuk mas Ibnu..??”

Ucap kak Heni menatapku..



“Dia akan menyesal kalo berani menyakiti kakak..”

Ucapku lagi tersenyum



“Terimakasih Zaa..”

Ucap kak Heni



“Hmm.. panggil sayang dong kak.. hehe..”



“Hhm.. iya sayang.. hehe..”

Ucap kak Heni yang sudah mulai terbawa perasaan..



Setelah melakukan serangkaian kegiatan pada hari itu, kami pun segera pulang, karena mala saat itu masih dalam keadaan tidur pulas, aku terpaksa membopong nya, namun dia terbangun pada saat berada di mobil.



Aku merasa sangat bahagia sekali karena cintaku telah dibalas oleh kak Heni, ketika berada dimobil kadang kadang tangan ku menggenggam tangan kak Heni mesra, dan kak Heni tanpa malu malu lagi juga membalas menggenggam tanganku, kemudian kita sama sama berbalas senyum..

Aku tidak khawatir dengan mala atas aksiku menggenggam tangan kak Heni, karena mala disibukkan dengan memainkan mainannya yang sudah ku belikan..



“Zaa.. aku berniat mau memondokkan mala.. kan seminggu lagi dia lulus TK..”

Ucap kak Heni tiba2

“Hmm.. ditempat kakak mondok dulu ya..?”

“Iya Zaa...”

“Aku sih terserah kakak saja, nanti aku bantu mempersiapkan semuanya kak..”

Ucapku tersenyum

“Terimakasih Zaa..”

“Sayang…” ucapku tersenyum

“Hehe… Iyaa..” balas kak Heni tersenyum



Akhirnya kita sampai juga dirumahnya kak Heni pada sore hari, setelah berpamitan dengan kak Heni dan mala, aku langsung menancap gas untuk segera pulang karena badan sudah terasa sangat capek, aku tidak berpamitan dengan mas Ibnu walaupun dia terlihat sedang menyirami tanaman nya, aku hanya membunyikan klakson, kemudian mas Ibnu membalas dengan melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar..



POV HENI



Hari ini aku merasa sangat bahagia, kebersamaan ku dengan Reza hari ini seperti menjadi sebuah obat untuk hati dan Fikiran ku, setelah selama seminggu lebih aku berkutat dengan rasa tertekan dalam kehidupan rumah tanggaku bersama mas Ibnu.



Terlebih lagi ketika Reza mengutarakan isi hatinya, aku merasa terbang bahagia, karena aku memang sudah mulai mencintainya dari semenjak menonton vidio yang dibuat oleh Reni.. Ren.. aku cinta sama Reza, izinkan aku mencintai nya.. ucapku dalam hati..



Dan perlu diketahui, hatiku sudah ditaklukkan oleh Reza, aku benar benar merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta dan bagaimana indahnya jatuh cinta, bahkan mas Ibnu pun tidak bisa menaklukkan hati ku walaupun dia adalah suamiku.. hari ini aku benar2 bahagia.. aku cinta kamu Reza.. gumam ku lagi



Sesampainya dirumah, setelah berpamitan dengan Reza, aku langsung masuk ke dalam rumah setelah melepas salam dan mencium tangan mas Ibnu, yang memang saat itu dia disibukkan oleh tanaman nya.



Reaksi mas Ibnu pada saat kepulangan ku pun tidak ada perubahan sama sekali, dia tetap dingin terhadapku, padahal barusan dia terlihat tersenyum sumringah kepada Reza sambil melambaikan tangan, sedangkan Reza saat itu langsung pulang tanpa pamit kepadanya,..



hal itu membuat hatiku menjadi agak kesal, namun segera ku tepiskan, jangan sampai sikap mas Ibnu terhadap ku merusak kebahagiaanku saat ini..



Karena waktu sudah akan menjelang malam, maka aku segera menyuruh mala mandi, setelah itu kemudian aku yang gantian untuk mandi.



Setelah acara mandi selesai aku kembali disibukkan dengan kegiatan ku didapur, untuk menyiapkan makan malam kepada mas Ibnu dan mala,.



Acara makan malam pun tiba, kami makan malam dengan khusuk, aku sesekali mengajak mala ngobrol, sedangkan mas Ibnu fokus untuk menyantap makanannya..



Ketika mas Ibnu ingin mengambil telur ceplok yang ku siapakan, dia tiba2 langsung memuntahkan kembali telur yang sudah di makan nya..



“Kamu gimana sih.. telur nya hambar gini, gak ada rasa2 asin..”

Ucap mas Ibnu kesal..



“Maaf mas.. tadi aku kayaknya lupa taruh garam, karena agak letih juga..”

Ucapku meminta maaf kepada mas Ibnu..



“Masak begitu saja lupa..”

Ucap mas Ibnu mulai meninggikan suara..



“Mass… ada mala nihh..”

Ucapku mulai melotot kepadanya, karena sangat tidak elok jika harus adu mulut didepan anak..”



Mas Ibnu pun tanpa aba2 langsung meninggal kan aku dan mala, sedang kan makanan nya masih tersisa setengah..



Ingin rasanya aku menangis saat itu, namun aku masih bersama mala, aku harus menyembunyikan kesedihan dan kekesalan ku dihadapan mala..



Setelah aku dan mala selesai makan, kami segera membereskan sisa2 makanan yang ada di meja, dan langsung membersihkan piring2 kotor yang sudah terpakai..



Setelah itu, untuk mengobati kesedihan ku, aku mengajak mala ke kamarnya untuk belajar dan bermain lego,,



“Maa kok bapak marah2 terus ya..?”

Ucap mala dikala kami bermain lego



“Hmm.. jangan terlalu di Fikiran sayang.. mala fokus belajar saja ya..”

Ucapku tersenyum



“Hmm.. mala jadi gak betah dirumah Maa.. beda kalo sama om Reza.. mala seneng kalo sama Om Reza..”



“Hmm.. iya sayang.. Besok kapan2 kita jalan2 lagi sama om Reza yaa..”

Ucapku tetap tersenyum



“Asyiikk… hehe..”

Ucap mala senang ketika ku katakan demikian..



Setelah cukup lama bermain dengan mala, maka aku menyuruh mala untuk segera tidur karena besok pagi harus bersekolah, dan akhirnya mala pun tertidur setelah aku mendongeng kan kisah2 sahabat selama kurang lebih 20menit.



Ketika mala sudah tidur, timbul dilema didalam hatiku apakah aku akan tidur dikamar ku bersama mas Ibnu atau tidur disini bersama mala..



Dan tanpa lama lama ber fikir lagi, akhirnya aku memutuskan untuk tidur bersama mala..

Biasanya kalo sudah seperti ini, keadaan aku dan mas Ibnu, dia tidak terlalu ambil pusing dengan segala tindakan ku, entah aku tidur dengan mala atau aku tidak mengajak nya berbicara,..



Belum selesai masalah yang lalu, sekarang sudah timbul lagi masalah baru, kehidupan rumah tanggaku selalu saja begini, maka tak ayal hati ku menjadi tertekan dan membeku.



Aku terus saja membayangkan permasalahan permasalahan di dalam kehidupan rumah tangga ku, hal itu membuat aku semakin tertekan,..

Ahh.. buat apa aku memikirkan semua ini.. sekarang kan sudah ada Reza,.. yang sudah mulai membuat hatiku bisa mencair.. ucapku dalam hati..



Setelah itu aku kemudian memutuskan untuk segera memejamkan mata agar segera tertidur, namun tiba2 smartphone ku bergetar menandakan ada chat masuk..



“Selamat tidur sayang, mimpi indah ya.. 😘😘

Pesan yang dikirim kan oleh Reza melalui Wa, sontak membuat ku tersenyum bahagia, rasa kesal dan sedihku pun seakan langsung sirna



“Mimpi indah juga Zaa ☺️☺️😊””

Balasku dengan tersenyum

“Hmm.. kok begitu jawab nya.. 😔

“Lohh.. memang harus jawab apa Zaa..?? 🤔

“Bilang sayang juga dong.. 😋😉

“Hehe.. iya sayang mimpi indah juga.. 😊😊

Ketika aku menulis demikian entah mengapa hatiku terasa bergetar jantung terasa semakin cepat memompa darah dan juga terasa panas.. apakah ini yang dinamakan jatuh cintaa…
Hhmm AKU CINTA KAMU REZAA.. gumam ku dalam hati



Setelah chatingan kami akhiri, maka akupun segera memejamkan mata agar segera tertidur..
Terimakasih updetnya om
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd