Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA When We were Young

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
N Y I M A K

CLARA
9ZBRDnI.jpg
 
Part 2: Vina


“Hey nji, apa kabar?” tanya Vina dengan senyum simpulnya yg anggun.
“Vina.” jawabku sedikit kaget karena bertemu lagi dengannya.
“Aku perhatiin sejak kita putus, kamu ko jaga jarak banget sih nji dari aku.” lanjut Vina.
“Kita ga pernah jadian vin.” ujarku mengklarifikasi ucapan Vina.
Aku dan Vina memang pernah dekat, ya bisa dibilang layaknya pasangan yg sedang PDKT. Tapi memang benar, tak pernah terucap sekalipun dari mulutku maupun mulutnya kita resmi menjadi pasangan, kekasih atau pacar.
“Hmm g pernah jadian tapi ko kamuuuu”
“Mau kamu apa sih vin?” ujarku memotong kata-katanya yg belum selesai.
“Hehe kamu tuh pinter deh, tau aja arah pembicaraan aku. Oke pulang sekolah kita janjian di TB ya.” pintanya yg tentu terpaksa aku turuti.
Oh iya TB itu Tempat Biasa sebutan untuk Kedai Kopi tempat anak-anak SMAku nongkrong sepulang sekolah, jaraknya hanya beberapa kilo dari sekolah.
“See you dung!” tutup Vina sambil memoles hidungku dan berlalu meninggalkan kantin.

Aku mengenal Vina kurang lebih enam bulan lalu, pada dasarnya aku dan Vina berasal dari kelas yg berbeda. Saat itu ia di kelas 2 Sosial 2 dan sekarang pun di kelas 3 Sosial 3 bahkan saat masih di kelas 1 aku hampir tak pernah mendengar namanya. Jadi awalnya bisa dibilang aku tak pernah bertemu dengan Vina mengingat perbedaan kelas, dan itu didukung juga dari letak kelas kami yg berjauhan.
Vina ini sebenernya masuk kriteria Primadona sekolah juga, secara fisik cantik ditambah body yg proposional, anaknya supel bahkan cenderung over supel. Hanya saja terlalu banyak gosip buruk tentang dirinya, berbeda 180 derajat dengan Clara, Vina justru membawa predikat anak broken home, ratu toge, boomsex dan yang paling parah adalah dilabeli cewe bispak. Predikat buruk tersebut yg membawa kami pada satu kejadian yg akhirnya terpaksa saling mengenal.


Ilustrasi Vina

Sekitar 6 bulan lalu saat masih kelas 2.

Tak lama setelah jam istirahat berbunyi, aku, Regas dan Angga seperti biasa hendak menuju kantin namun tiba-tiba kelas kami dihebohkan dengan kedatangan wanita yg sedang naik pitam mencari cari seseorang yg bernama Panji. Ya dialah Vina, yg saat itu bertanya kepada salah satu teman sekelasku siapa Panji, dan bisa ditebak ia langsung menoleh ke arahku dan menatapku dengan wajah yg sangat tidak bersahabat.
Vina berjalan mendekat kearahku dan langsung menghardiku.
“Cowo macam apasih lu! Jadi cowo mulutnya lemes. Pake rok aja lo bangsat!”
Aku yg saat itu tidak merasa bersalah berlalu tanpa menghiraukan Vina sedikit pun.
Vina yg memang sudah sangat emosi langsung menarik tanganku untuk berbalik kearahnya dan meminta jawaban dariku.
“Lo kenal gue?” tanyaku kepada Vina dengan nada yg tenang.
“Panji kan lo! Yg bacot jelek-jelekin gue. Pake bilang gue bispak lah!” emosi Vina
“Tau nama panjang gue?” jawabku tetap tenang mencoba mendinginkan suasana
“Apa pentingnya nama panjang lo buat gue!” Vina menjawab masih dengan nada tinggi.
“Nih ya mba yg cantik gue kasih tau. Lo ga kenal gue. Gue pun sama ga kenal lo. Gue bahkan ga tau siapa nama lo. Gimana bisa gue jelek2in lo?” jawabku dengan suara yg masih rendah.

Tak lama kemudian muncul seorang cowo yg kuketahui setelahnya namanya adalah Indra, ia datang menarik Vina untuk keluar dari kelas kami. Indra terlihat membisiki Vina, namun aku tidak mendengar apa pembicaraannya dan mereka berdua meninggalkan kelasku diiringi tatapan Vina yg seolah masih menyimpan dendam terhadapku.

Regas dan Angga yg daritadi hanya diam saja tiba-tiba kompak berkata
“Lo kalo abis make cewe, bayar nji.”
“Kampret!”
Biadab memang kedua sahabatku itu, selama aku dicecar Vina mereka hanya diam tidak membantu dan setelah selesai malah berkomentar macam netizen jaman sekarang.

Saat memasuki jam istirahat kedua (oh iya di sekolahku saat itu kami istirahat dua kali, jam 10 dan jam setengah 1 karena ini termasuk full day school yg jam pulang sekolahnya adalah jam 3) aku melihat Indra memasuki kelasku dan benar saja ia berjalan menghampiriku.
“Panji? Kenalin gue Indra.” sapanya sambil mengulurkan tangan yg tak lama kemudian tanganku menyambut ulurannya.
“Bisa ikut gue sebentar ga, ada yg mau gue omongin.” lanjut Indra.
Aku hanya mengangguk, kupikir ini ada kaitannya dengan kejadian di jam istirahat pertama tadi. Aku yg penasaran dan tentunya ingin tau apa yg sebenernya terjadi memilih ikut bersama Indra dan meninggalkan Regas dan Angga.

Benar saja Indra membawaku ke ruang Pramuka dan disana sudah ada Vina. Oh iya Indra ini anak Pramuka, jadi mungkin ia memegang kunci ruangan ini sehingga bisa terbuka.

“Panji, maafin gue ya.” ucap Vina sesaat melihatku datang bersama Indra.
“Setelah lo teriak-teriak didepan satu kelas?” jawabku yg bermaksud meminta ia menjelaskan apa alasan tindakan anehnya tadi.
“Dia salah orang nji. Yang dia cari harusnya Panji anak 3 Sosial 2.” bela Indra.
“Gue tau gue salah. Gue harus ngapain biar lo maafin gue?” ucap Vina dengan raut wajah yg mengiba.
“Klarifikasi lah, biar semua tau kalo kejadian tadi itu salah lo bukan gue.” jawabku singkat.
“Oke gue bakal minta maaf lewat Radio sekolah, apa itu cukup?” tanya Vina
“Oke gue tunggu.” jawabku yg bersiap meninggalkan mereka karena sudah paham dan puas atas penjelasan kejadian tadi sambil mengangkat kedua jempol dan digerakan kearah luar pintu mengisyaratkan untuk pamit.
“Ada lagi selain itu nji?” tanya Vina sebelum aku meninggalkan ruangan yg ku jawab dengan menggelengkan kepala dan berlalu keluar ruangan.

Keesokan harinya saat jam istirahat pertama Radio Sekolah yg memang selalu on air di jam istirahat mulai mengudara, dan benar saja salam pertama dari pendengar diawali dengan permintaan maaf Vina kepadaku.
“Lo pake pelet apaan nyet?” ujara Regas kepadaku
“Kampret!” jawabku menanggapi
“Gue sih jadi Vina ogah minta maaf ama kampret macam ini. Nanti kegeeran, kalo udah geer idungnya yg gede makin gede megap-megap kaya mau sakartul maut.” lanjut Angga meledeku.
“Lo kenal ama dia ngga?” tanyaku merubah arah pembicaraan.
“Wibu mesum macam Angga ga mungkin kalo ga bisa nangkep sinyal toge nya Vina.” lanjut Regas
“Lo kenal juga gas?” heranku kenapa seolah hanya aku yg tidak mengenal Vina.
“Gosip anak-anak aja sih nji, gara-gara kejadian kemaren pas lo dipanggil Indra gue ama Regas di kantin nanya-nanya ke yg lain soal cewe itu. Dapatlah kita namanya Vina dan gosip-gosip hot tentangnya hahaha” ujar Angga disertai senyum mesumnya.
“Harusnya gue seneng sih lo berdua ternyata peduli ama gue, tapi kampret juga ya ujung-ujungnya malah asik nyari info gosipnya Vina.”
“Hahaha you know us so well nji” ujar Regas seraya bangkit dari duduknya dan mengajak ke kantin.
Namun tak lama sebelum kami keluar dari pintu kelas muncul Indra, dan sudah ditebak pasti mencari ku.
“Nji, bisa ngomong sebentar?”

Ternyata Indra dipinta Vina untuk memanggilku. Aku pun meninggalkan Regas dan Angga lalu menghampiri Vina yg sedang duduk di kursi panjang depan kelasnya.
“Duduk nji” ucap Vina yg melihatku datang menghampirinya
Aku pun duduk disebelahnya namun masih menyisakan jarak antara kami.
“Gimana kabar nji? Ga ada yg gosipin lo aneh-aneh kan gara-gara kejadian kemaren?” lanjutnya
“Udah lah vin g usah dibahas, lo minta maaf kaya tadi udah cukup ko.” jawabku meyakinkan Vina bahwa masalah kemarin sudah selesai.
“Jadi udah denger gosip apa aja tentang gue?” lanjut Vina yg entah kenapa seakan bisa membaca bahwa aku sudah mengetahui gosip-gosip tentang dirinya.
“Gosip apa?” jawabku mengelak dan memasang wajah yg seolah tak paham maksud Vina.
“Ya gue sih udah biasa di gosipin aneh-aneh di sekolah ini.” jawabnya cengengesan.
“Digosipin ko malah cengengesan.” tanyaku heran
“Gue cuma punya dua tangan nji, ga cukup buat nyumpel mulut mereka. Yg bisa gue lakuin cuma nutup kedua kuping gue.” jawabnya bijak
“Ooooooh terus kenapa kemaren malah dateng ke kelas orang ngamuk-ngamuk?” jawabku bermaksud meledeknya
“Hahaha jadi masih dendam nih?” tanya Vina sambil tertawa.
“Ga ko becanda. Cuma aneh aja tadi jawaban bijak nya agak bertolak belakang ya dengan aslinya padahal bagus banget loh buat pencitraan.” lanjutku meledeknya
“Sialan lo nji. Udah ah g usah dibahas.” ujar Vina sambil tersenyum kearahku.

Kami pun mengobrol banyak tentang kesalahpahaman kemarin, termasuk mendengarkan curhatnya tentang gosip-gosip yg beredar di sekolah tentang keburukan dirinya. Tapi tak kutemukan raut wajah depresi dari Vina, kuanggap sifat masa bodohnya menyelamatkan dirinya dari bullying di sekolah. Malah dimataku, Vina seperti hidup dalam kenormalan siswi SMA pada umumnya.

Semenjak hari itu aku jadi sering menemui Vina di jam istirahat pertama. Awalnya karena Indra yg selalu datang memintaku, tapi lama kelamaan tanpa dipinta Indra aku sendiri yg mulai rajin menemui Vina.
Regas dan Angga yg paham perubahan pada sahabatnya satu ini mulai menegerti untuk membiarkan aku memiliki waktu bersama Vina di jam istirahat pertama. Namun jam istirahat kedua aku masih ke kantin bareng Regas dan Angga untuk makan siang.

Hingga setelah sekitar hampir sebulan kami berhubungan. Aku ingat itu hari jumat, Vina memintaku untuk bertemu di luar sekolah.
“Nji, nanti pulang kemana?” tanyanya ditengah obrolan kami tentang sesuatu yg tidak berfaedah.
“Biasanya kumpul dirumah Angga, main PS sambil ngehabisin isi kulkasnya hahaha” jawab ku.
“Dasar, kasian Angga dimanfaatin ama dua temennya.” cemoohnya.
“Kenapa emang? Mau ikutan?” lanjutku.
“Tau cafe yg diujung jalan Setiabudhi ga?” tanya Vina kepadaku.
“Oh TB? Iya tau.”
“Kesana yuk pulang sekolah.” pintanya dengan wajah memohon.
“Berdua?” tanyaku memastikan.
“Sama Pak Ito! Ya berdua lah.” jawabnya kesal.
Yang kujawab langsung dengan anggukan dan senyum kepada Vina.

Saat bel pulang sekolah, aku yg sebangku dengan Regas langsung memberitahunya akan menyusul ke rumah Angga yg dijawab Regas dengan kampret.
“Nji lo harusnya kalo mau ngedate jangan dadakan.” ucapnya serius yg kupikir ia keberatan karena biasanya kita kerumah Angga bareng.
“Yah sori, nanti gue bakal tetep sempetin kesana ko.” jawabku.
“Justru gue khawatir ama lo, ama masa depan lo. Lo perlu di rukyah dulu sebelum ngedate. Kasian kalo akhirnya Vina sadar selama ini cuma kepelet ama ajian lo dan pohon beringin tua didepan kelas 2 Sosial 2.” ledek Regas.
“Kampret!”
Tak lama Angga menghampiri kami dan menanyakan apa yg sedang kami bicarakan, mengetahui tentang rencana ngedate ku dengan Vina jawaban dia lebih kampret lagi.
“Lo nanti mampir ke Sevel dulu nji beli kondom ama tisu magic biar ga malu2in hahaha.” tawa Angga disertai Regas.

Aku terdiam sejenak, ada rasa ingin menegur kedua sahabatku ini dengan bercandaannya yg menurutku agak kelewat batas. Namun sepertinya mereka menangkap maksudku.

“Nji, mau Vina atau siapaun. Gue ama Angga pasti becandain kaya gini. Lo kan tau kita berdua. Jadi jangan salah paham ya. Itu sama sekali g ada hubungannya ama gosip-gosip Vina.” jelas Regas
“Gue pasti respect ama orang yg direspect oleh temen gue.” tutup Angga.

Penjelasan mereka cukup melegakan ku, kami pun bergegas dan akhirnya kami berpisah di parkiran sekolah. Angga dan Regas naik mobil Angga meluncur kerumahnya, sementara aku menaiki motor ku untuk bertemu dengan Vina.

Menyusuri jalan setiabudhi yg selalu ramai dengan mobil dan motor serta pemandangan siswa-siswa yg baru pulang sekolah. Aku suka daerah ini yg saat itu masih banyak pohon rindang namun disaat yg bersamaan tepat didepan menjulang beberapa gedung perkantoran yg tinggi, kombinasi yg elegan menurutku.

Tak butuh waktu lama aku tiba di Cafe tersebut, aku masuk sambil sekilas memperhatikan sekitar selain untuk mencari Vina juga memastikan berapa banyak anak dari sekolahku yg sedang nongkrong disini. Ku perhatikan ada hanya beberapa dan tidak kukenal. Aku lalu berjalan ke arah Vina, ia yg sedang melamun sambil membaca majalah langsung menoleh kearahku begitu sadar aku datang.
“Hey nji, duduk.” sapanya.
Aku langsung duduk dikursi depan Vina, sementara ia duduk di sofa. Posisi kami bersebrangan dipisahkan oleh meja yg tidak begitu besar.
“Kamu naik apa kesini Vin?” tanyaku memulai pembicaraan yg entah mengapa sejak disana obrolan kami yg tadinya lo gue sudah berubah menjadi aku kamu.
“Tadi bareng Indra, aku minta turun disini terus dia pulang.” jelasnya
Aku hanya merespon hanya dengan mengangguk.
“Jangan cemburu nji, Indra itu sepupu aku.” lanjutnya.
“Hah? Engga. Aku cuma nanya, soalnya kamu bisa duluan sampe sini.” jawabku yg agak terbata-bata dan salah tingkah menanggapi pernyataan Vina.
“Ya udah pesen sana. Aku udah soalnya.”
Didepan ia hanya ada segelas ice coffe blended dengan whip cream yg cukup tinggi, sepertinya belum diminum olehnya.
“Kamu cuma mesen minum vin?” tanyaku.
Ia menjawab dengan mengangguk, aku masih memperhatikan dirinya dan seakan paham maksudku yg meninta jawaban lebih dari itu dan ia pun berucap.
“Masih kenyang hehe.”

Akhirnya aku pun hanya memesan minuman, coklat panas karena kondisiku hari itu agak flu namun tidak begitu berat.
Kami ngobrol ngalor ngidul di cafe, mulai dari membicarakan mas-mas pelayanan yg gayanya ngondek, om om necis diujung cafe yg dibilang Vina lagi bohongin istri lah, pokoknya sore itu rasanya rahangku mulai pegal tertawa terus bersama Vina.
Ketika langit mulai agak gelap aku menoleh kearah jam dan mendapat sudah pukul 5 sore, sudah 2 jam aku bersama Vina. Aku pun segera mengirim pesan singkat ke Regas memberitahu sepertinya tidak mungkin ke rumah Angga mengingat posisi ku masih di cafe saat itu yang dijawab singkat penuh makna olehnya.

Paham :p

“Kampret.” ujarku.

Ternyata daritadi Vina memperhatikanku yg sedang memainkan hp.
“Udah ditanyain Mami?” ledeknya.
“Ditanyain satpam komplek, soalnya kalo pulang karpet merahnya mau digelar.” sahutku.
“Salamin dong ke satpam kompleknya.” lanjutnya.
“Nitip salam apa?” tanyaku.
“Jagain warganya yg namanya Panji Darmawan anaknya Pak Soesilo Darmawan, cupu sih tapi langka. Kalo ilang susah nyarinya” gombal Vina sambil tertawa manis.
Salah tingkah aku dibuatnya bahkan wajahku pun memerah, kenapa malah dia yg gombalin aku.
“Udah yuk pulang, aku ga mau telat balikin kamu ke rumah. Jangan sampe satu negara heboh, pasukan inteijen ditugasin Presiden nyariin warganya yang paling berharga bernama Vina Almira gara2 telat dipulangin.” balasku yg tak mau kalah menggombalinya.
“Siap Jenderal.” jawabnya semangat seraya berdiri dengan sikap hormat.
“Jangan bikin aku ditegor satpam deh gara2 bawa pasien sakit jiwa ketempat umum.” ledeku yg langsung membuat Vina berlari mengejarku.

“Jangan kabur Panjiiii!!”

Dimotor kami mengobrol sepanjang jalan, hingga membuat perjalanan kami semakin lambat yg tanpa disadari ternyata langit sudah mendung dan perlahan hujan pun turun semakin deras. Aku langsung membelokan motor ke pinggiran ruko didaerah Lapangan Tembak, Tebet namun Vina yg mengerti tujuanku malah memintaku untuk terus lanjut jalan.
“Lanjut aja nji, tanggung sebentar lagi juga sampe.” teriaknya berlomba dengan suara hujan.
“Tapi deres banget Vin.” jawabku yg juga berteriak.
“Gapapa, nanti kamu bisa pake baju ade ku.
Aku yg saat itu berpikir mungkin Vina sedang buru-buru atau ada janji mengikuti kemauannya untuk lanjut menorobos hujan hingga rumahnya.

Hingga akhirnya aku diminta berhenti didepan sebuah rumah yg cukup besar, dengan pagar yg juga menjulang tinggi membuat orang tidak bisa melihat bagian dalam rumah.
Vina segera turun dan menggeser pagar itu. Aku langsung memamsukan motor kedalam garasi rumahnya. Kuperhatikan Vina masuk melalui pintu garasi sambil tanggannya melambai menyuruhku mengikutinya.
“Kamu pake kamar mandi itu aja nji, ujarnya menunjuk sebuah kamar mandi di sebelah dapur.” yg ku jawab dengan anggukan dan berjalan sedikit jinjit karena basah untuk menghindari lantai rumah ini becek karena aku.
“Eh sebentar! Tunggu disitu dulu.” cegah Vina
Tak lama kemudian Vina kembali dengan membawa handuk dan satu setel pakaian yg masih terlipat rapih.
“Nih pake, pasti pas soalnya postur ade aku mirip kamu.” ujarnya yg kujawab dengan anggukan. Vina pun berlalu ke lantai atas rumahnya dan aku masuk ke kamar mandi.

Aku yg sudah selesai mandi dan berganti pakaian pun berjalan ke arah ruang tamu yg kuperhatikan meski simple namun cukup mewah. Aku duduk di salah satu sofa sambil menunggu Vina turun.
Aku baru sadar rumah ini sangat sepi, tak kutemukan seorangpun daritadi.
Mataku tertuju pada sebuah frame besar didepan ku, ya sepertinya foto keluarga Vina. Ayah, Ibu, Vina dan adik cowonya yg mungkin kuperkiraan foto ini diambil sekitar 5 tahun lalu mengingat Vina masih seperti anak SMP. Padahal cukup harmonis, sayang sekali Ayah dan Ibunya sudah cerai gumamku dalam hati.

Tak lama kemudian Vina turun dari tangga atas dan menghampiriku yg sedang duduk termangu melihat penampilannya saat itu. Rasanya aku mau mimisan.

Vina berbusana crop tanktop berbelahan dada rendah berwarna hitam yg kontras dengan kulitnya yg putih. Tanktop tersebut tentu tidak bisa menampung isi toket Vina yg memang cukup besar untuk ukuran anak SMA. Bagian perutnya yg terlihat ramping dan mulus berpadu dengan hotpants pendek berwarna putih yg kutaksir hanya beberapa cm sehingga menyisakan pahanya yg jenjang putih dan mulus hingga kakinya. Selama satu bulan ini tak pernah sedikitpun dalam benaku terbesit akan khayalan porno tentang Vina meski banyak gosip miring tentang dirinya. Namun kali ini, aku menyerah pada keadaan. Kucing tak bisa tahan disuguhi ikan segar, apa kau tahu itu Vin?
Ah andai aku mendengar nasihat Angga untuk mampir dulu ke sevel.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd