Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Wishing Upon A Shooting Star

dora-dora

Semprot Baru
Daftar
17 Jun 2018
Post
27
Like diterima
1
Bimabet
2cfe9a904010584.jpg


Salam kenal untuk semua suhu di forum Semprot.
:bye:
Mohon ijin buat Admin, Super Moderator dan Moderator. Dora ingin membuat satu cerita yang bisa menambah perbendaharaan bacaan buat para reader di forum ini.

Cerita karangan Dora sama sekali jarang ditemukan di Real Life. Hihihi... Sebetulnya Dora hanya ingin menuangkan apa yang selama ini ada di khayalan Dora sendiri, menjadi bentuk tulisan yang jauh dari kata sempurna. Tetapi Dora akan mencoba berusaha membuat cerita ini agar mudah di cerna dan bisa menghibur rakyat Semprot.​
 
Terakhir diubah:
PROLOG



MANADO KOTA TERCINTAKU




Inilah cerita-ku

Cerita berlatar belakang sebuah kota di ujung bagian timur Indonesia. Papua? Bukan! Itu sudah terlalu di ujung. Kota yang berada di ujung paling atas Pulau Celebes. Dalam Bahasa Indonesia adalah Pulau Sulawesi. Aku tinggal di Ibu Kota Sulawesi Utara, Manado.

Kota Manado adalah kota yang menjadi surga para lelaki. Yang menjadi bagian daya tarik kota tercintaku ini bukan hanya pulau-pulau kecil yang mengelilingi propinsi Sulawesi Utara. Bukan juga pantai-pantai indah yang selalu menjadi pilihan bagi para wisatawan baik dari dalam maupun dari luar kota Manado untuk datang menghabiskan akhir pekan. Daya tariknya adalah kaum kami. Para perempuan cantik yang selalu ingin dicicipi oleh para pria hidung belang seperti kalian. Ups, kalian kira makanan, ya?

Oh iya, Pernah dengar 4 B yang selalu menjadi andalan kota Manado?

Bunaken, Bubur Manado, Boulevard, dan Bibir Manado. Hihihihi... Eits, jangan ngeres dulu ya!.

Bibir Manado. Tidak mungkin bibir lelakinya, kan?. Apalagi kalau bukan bibir kami-kami nih. Karena salah satu yang menjadi daya tarik kota Manado adalah para perempuannya. Mempunyai kulit putih dan bersih, serta mata agak sipit mirip cewek-cewek keturunan tionghoa. Bedanya kami mempunyai hidung rada tinggi.

Apalagi para perempuan yang lahir dari daerah Tondano, ibu kota kabupaten di propinsi Sulawesi Utara. Kebanyakan memiliki wajah perpaduan antara Chinese dan Portugis. Bola mata yang selalu berbinar, tinggi badan seperti model yang selalu berjalan di atas catwalk, kaki jenjang, dan jari-jari yang lentik. Mempunyai masa depan yang cukup lumayan. Bukan seperti yang biasanya kalian katakan wahai para lelaki mesum. Ya, kami bukan bagian dari perempuan-perempuan Tocil.

Satu lagi yang menjadi kebanggaan kami. Jika kami memakai pakaian dan warna apapun, selalu saja pas dan terlihat cocok. Karena kami cantik pake banget.


Nah, tahukah kalian apa yang disebut dengan bahagia?. Aku rasa banyak kaum perempuan akan menjawab bahagia adalah ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga kita merasa begitu gembira dalam menjalani hidup. Begitupun dengan aku. Harusnya aku merasa sangat bahagia karena telah memiliki begitu banyak hal yang dianggap orang adalah sumber kebahagiaan.

Wajah cantik, umur muda (18 Tahun), dan baru lulus sekolah di salah satu SMU terkenal di kota Tondano.

Meskipun secara materi aku gak punya, tapi aku memiliki kasih sayang keluarga. Walau keluargaku bukanlah keluarga yang lengkap.

Ayahku telah pergi meninggalkan kami. Awalnya ayah pergi untuk merantau ke ibu Kota selama bertahun-tahun lamanya. Terhitung sejak aku berumur 7 tahun. Selama ayah merantau, aku kerap kali menanyakan keberadaan ayah kepada ibu. Tetapi selalu mendapatkan jawaban yang sama. “Ngana pe ayah da pi kerja di tempat yang jauh sayang. Jadi, mari jo torang berdoa noh for ayah pe kesehatan.” (Ayah kamu sedang bekerja di tempat yang jauh sayang. Jadi lebih baik kita berdoa demi kesehatan ayah).

Setelah sekian lama merantau tiba-tiba saja, 5 tahun yang lalu, ayah mengirimkan sebuah surat perceraian ke ibuku. Kala itu aku dan ibu sangat bersedih. Hanya butuh setahun saja Ibu terluka. Karena seorang lelaki seumuran dengan ibu, yang juga cinta pertama ibu waktu jaman dulu. Akhirnya, beliau memberanikan diri meminang ibu serta menerimaku dan juga menyayangiku seperti anak kandungnya sendiri.

Aku bahagia bisa menjadi anak tiri dari lelaki itu. Segala keperluan sekolah di penuhi oleh lelaki yang biasa aku panggil Papah. Papah Yoga, i love you so much!

Papah Yoga adalah pegawai negeri yang di mutasi ke Tondano. Sejak dulu Papah memang memilih untuk tidak menikah dikarenakan sangat mencintai ibu. Mereka terpisahkan karena Almarhum Opa setelah pensiun memilih kembali ke kampung halamannya.

Ibu adalah anak paling bungsu. Makanya, kala itu ibu masih berstatus mahasiswa di pulau Jawa.

Pulau Jawa? Fiuh! Hanya sebuah dongeng saat aku masih kecil. Sebuah khayalan di kala aku ingin memejamkan mata. Aku sendiri selalu mendengar cerita ibu mengenai pulau besar yang hanya bisa aku lihat di televisi maupun internet. Jaman sekarang sangat mudah untuk mencari informasi mengenai kota-kota yang ada diluar kota Manado.

Banyak cerita dari ibu yang hanya bisa aku jadikan khayalanku sendiri. Kapan aku bisa kesana? Entahlah. Mungkin menunggu bulan purnama menjadi dua biji. Hihihi.

Masa depan? Sebagai seorang pemimpi. Masa depan yang aku inginkan sangat sederhana. Mendapatkan kekasih seperti pangeran dari negeri dongeng.



---©---


“TIDAAAAAAAKK!”

“Hash! Hash! Hash!”

“Mimpi itu lagi.” Mendadak seperti ada tarikan kuat yang seakan mengambil paksa lelap yang sedang kunikmati dan sedetik kemudian menempatkanku ke alam sadar di tengah malam yg sunyi.


Dengan pandangan yang masih buram, kucoba mengerjapkan kelopak mata memandang segala arah dengan satu pertanyaan pasti. “Kenapa mimpi itu seringkali muncul?”

Namun seiring terkumpulnya kembali jiwa yang sempat terberai, menyeka butiran keringat dingin yang sempat membasahi raga ini, lambat laun aku tersadar penuh. Aku beranjak menapakkan kedua kaki di lantai berubin dalam kamar.

Malam ini, untuk kesekian kalinya aku terbangun dari sebuah mimpi buruk, mimpi yang hampir sama dengan malam sebelum-sebelumnya. Bagaikan sebuah melodrama bersambung yang menunggu kepastian akhir cerita. Namun apapun itu, tentu saja yang aku inginkan sebuah akhir yang melegakan kalbu. Tapi untuk kali ini dan yang terpenting adalah Aku ingin terlepas dari belenggu bunga tidur yang sangat meresahkan jiwaku ini. Aku ingin terbawa oleh kehangatan malam yang nyaman. Karena sungguh tidak adil rasanya apabila kesempatan merebahkan semua saraf-saraf kesadaran harus terlepas begitu saja. Kala sebagian besar yang bernapas merehatkan aktivitas dan terbuai oleh alunan nyanyian malam, aku di sini hanya bisa menarik napas panjang tanpa sanggup memejamkan mataku kembali.

Bunga tidur itu sungguh berusaha menenggelamkan akal sehatku. Hantu-hantu malam itu dengan kejamnya merenggut hakku untuk terbuai dalam lelap. Aku tidak pernah lupa melafalkan berbagai do'a dan surat-surat suci sebelum aku tidur. Bahkan aku selalu berdzikir menjelang lelap. Namun bunga tidur itu seraya menghantuiku tanpa ampun. Aku pasti akan memanjatkan syukur kepada Tuhan apabila yang hadir dalam tidurku itu ialah sesuatu yang indah dan membahagiakan. Tapi aku pun hanya bisa berserah diri kepada-Nya apabila aku mendapatkan mimpi yang sama sekali tidak aku harapkan.

Sama halnya dengan malam ini. Mimpi itu terulang kembali. Mimpi yang kalaupun menjadi sebuah hal pasti, aku yakin tidak akan ada satupun perempuan didunia ini yang mau mengalami. Sebuah mimpi yang... Ah, sudahlah, biarkan saja itu menjadi sebuah misteri.

Yang masih menjadi pertanyaan dalam benakku saat ini, “Who is he?”


Dan seperti malam sebelumnya, akhirnya aku pun tidak dapat melanjutkan tidurku. Ku ambil kesempatan ini untuk menjaga malam dalam sujud lail yang mungkin dengan kesibukanku selama ini sulit sekali untuk mendapatkannya. Karena aku yakin, di balik semua kesusahan pasti ada pendar kekhusyu'-an.



---©---

Mentari pagi sedang mengintip malu di langit angkasa. Udara yang sejuk menerpa kotaku tercinta. Kota Manado sudah memberikanku sebuah harapan selama 6 bulan terakhir ini.

Sedikit ku bercerita mengenai kenanganku 6 bulan yang lalu. Setelah menamatkan sekolah di kampung halamanku, ku beranikan diri untuk mencari pekerjaan di ibu kota Sulawesi Utara. Dengan berbekal ijazah SMK kejuruan. Akhirnya keberuntungan berpihak kepadaku.

“Nona Elsya Andriani Mamonto, Selamat neh. Ngana so boleh ba siap-siap jo for kerja senin esok eh!” Betapa senang hatiku mengingat kalimat yang di ucapkan oleh kepala agency. Sebuah agency terbesar di kota Manado yang menyediakan tenaga-tenaga pekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) maupun sebagai team Sales lainnya untuk support beberapa perusahaan-perusahaan besar seperti PT. Nestle Indonesia dan lainnya.

Sekedar informasi, namaku Elsya Andriani Mamonto. Nama terakhir disematkan mengikuti nama family dari pihak Ayah yang asli berasal dari Manado.


Setelah kejadian hari itu, akhirnya aku memulai karir sebagai seorang MTM (Modern Trade Merchandiser). Semacam SPG, di perusahaan yang bergerak di bidang distribusi produk Susu. Dan hingga saat ini. Penempatanku belum berubah sama sekali, aku bekerja sebagai Representative perusahaan di satu-satunya supermarket terbesar di kota ini. Hypermart.

Oh iya, gak perlu kan aku detailkan jobdesk-ku sebagai MTM? Karena menurutku yang lebih penting itu menceritakan kisahku selama ini. ‘Tersenyumku dibalik kisah kelamku’.

Kini ku menapak kaki berdiri di depan pintu masuk para karyawan baik internal maupun eksternal Hypermart. Setelah melihat pemeriksaan LP (Loss Prevention) semacam security perusahaan yang bertugas memeriksa para karyawan yang berlalu-lalang di pintu masuk karyawan. Aku menyiapkan ID Card, tas kecil yang selalu ku bawa untuk bekerja, melihat isi tas jika ada barang aneh di dalamnya. Memeriksa isi saku seragamku. OK, semuanya clear tanpa ada sesuatu yang membahayakan. Lalu, aku melangkah gontai dengan senyuman seperti biasanya menuju ke pintu masuk.

“Wuih pe pasung (Cantik) do ngana, Sya!” Tegur salah satu SPB seprofesi denganku. Arnold, bekerja di perusahaan yang sama denganku. Setelah seminggu yang lalu aku berada di shift pagi, kini kami bisa berganti shift dan membuatku bisa tidur berlama-lama di kamar kost-ku yang telah menjadi tempat tinggalku selama di Manado.

“Hei kemana ngana? Belum waktunya pulang do, Nold.” Tanyaku saat melihat dirinya sedang melakukan body check atau diperiksa oleh salah satu LP.

“Mo ba smoke dulu Sya! Biasa toh, cowok jaga stress kalo nda ba smoke.” Smoke, atau kata lain merokok! Kebiasaan para cowok-cowok yang sulit dihindarkan.

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. “Oke dung, so beres samua tuh pajangan toh Nold?” Aku lalu menanyakan ke Arnold mengenai pajangan/display product yang biasanya kami lakukan jika sudah waktunya pergantian shift.

Ketika aku berada di shift pagi, maka sebelum waktu pergantian shift kerja pukul 3 Sore. Aku selalu melakukan full display di semua gondola Grocery Food! Memberikan tag display, memasang Roll banner sesuai program yang sedang berjalan di Hypermart. Tag Price pun sering aku ganti menyesuaikan dengan price yang sedang berjalan. Karena begitu ketatnya persaingan, baik kelas supermarket maupun mini market di kota ini. Walaupun dengan produk yang sama yang mereka jual. Karena penjualan produk yang banyak adalah hal yang paling terpenting bagi kami sebagai seorang sales.

Begitupun sebaliknya, jika aku berada di shift siang. Maka dimalam hari sebelum pulang. Aku sempatkan melakukan hal yang sama dilakukan oleh Arnold.

Setelah mendengar pertanyaanku, Arnold hanya menjawab dua kata ‘Beres Boss!’. Ah, Arnold emang anaknya rajin makanya membuatku tak ingin kalah saing dengannya. Bukan bersaing untuk mendapatkan perhatian dari pimpinan, ya! Tapi bersaing dalam hal bekerja. Jangan anggap remeh kami, para kaum perempuan. Karena kami juga bisa sekuat dan selincah kalian.

Sepeninggalan Arnold, yang hanya kubalas dengan senyum saat dia berkata ingin pamit merokok sejenak. Akhirnya giliranku melakukan Body Check beserta perlengkapan-perlengkapan yang ku bawa dari luar. Tak lupa, memberikan sticker tanda tangan dari LP jika membawa barang-barang yang sama yang dijual di dalam Hypermart. Contohnya, perlengkapan make up, cemilan maupun peralatan makan.


Pemeriksaan beres, menaruh barang-barang di loker, baik ponsel maupun tas beserta switer yang aku gunakan tadi. Akhirnya, aku melangkah masuk ke dalam ruangan Hypermart. Seperti biasanya, hal pertama yang aku rasakan adalah. Cool! Sejuk! Yah iyalah, secara pertamakali yang akan kami lalui saat masuk ke ruangan. Melewati divisi Fresh & Food, yang memang menyediakan produk-produk Fresh dan dingin.

“Hai, Sya!”

“Wuihh, gimana semalam? Jadi dunk ngana pigi pa dorang?”

Sapa-sapaan dari sejawatku, hanya kubalas dengan jawaban seadanya. Tak lupa melempar senyum kepada mereka yang sempat menyapaku.

Suasana toko cukup ramai. Berlalu lalang para pengunjung, baik yang hanya berbelanja sedikit maupun berbelanja banyak yang terlihat dari belanjaannya yang berada di dalam Troli besi.

Dari arah berlawanan, senyum hangat menyambutku. Lelaki tampan, salah satu lelaki yang sering menjadi gosip para SPG-SPG saat di kantin. Sedang melangkah sambil mempertahankan senyumannya ke arahku. Berpakaian seragam biru tua, dasi bertengger di leher dengan kaca mata menghias wajahnya. Seragam khas para Divisi Manager Toko. Dialah lelaki yang berhasil membuatku kadang senyam-senyum sendiri di kamar kos selama 3 bulan terakhir ini.

“Siang, Sya.” Suara merdu terdengar indah menggetarkan relung hati. Wajah khas asal daerahnya, Bandung, kerapkali membuatku salah tingkah jika mendapatkan tatapan darinya.

Lagi-lagi aku hanya bisa menunduk malu. Hanya anggukan kecil dan masih terasa sopan ku buat dihadapannya. “Siang juga Pak.” Fiuh! Akhirnya aku bisa menguasai diri ini sambil membalas sapaannya.

“Sudah makan?” Ku angkat wajahku. Membalas tatapannya dengan sekujur tubuh yang sedikit gemetaran.

“Sudah Pak, tadi di kos.” Sepenggal jawaban dariku mungkin cukup buatnya. Terbukti, setelah itu akhirnya ia berpamitan kepadaku dan kembali melangkah meninggalkanku.

Pak Darma. Kenapa engkau selalu membuat jantung ini deg-degan? Kenapa saat berada di dekatmu, tubuh ini terasa bergetar? Apakah yang sebenarnya terjadi kepadaku. Bahkan ketika aku melanjutkan langkah menuju ke area grocery tempatku bekerja. Masih saja terngiang-ngiang senyumannya yang manis. Senyuman itu tak pernah luntur dari ingatanku ketika engkau menyapaku baik dipagi hari maupun siang hari. Segar kembali rasa hati mengingat dirinya.

Apakah engkau pangeran itu? Biarkan waktu yang menjawabnya.

Ahhh! Jika seperti ini, aku pasti akan bersemangat kerja. Semangat Sya!!!



Like I stare at the sky at night

And a cup of tea in my hand

A litle light on the dark around

Waiting one of them falling



Wishing Upon A Shooting Star
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Kalian bertiga mesrah sekali kelihatannya
:hore: mungkin om @deqwo salah satu penghuni group yach kak @VirGhost ?
Lebih tepatnya penunggu
Sesosok makhluk penunggu pohon... Eh grup maksudnya

:fiuh:bangga juga di samain ma suhu legend @Tj44
Tapi sejujurnya om tj salah satu penulis favorit-ku loh om.

Karya2nya di forum ini menjadi motivasiku utk nulis cerita juga.
Disamakan dengan @Tj44 berarti sama2 botak, buncit, dengan kelainan jembie tumbuh subur di pipi
:takut:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd