Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Yaelah

Side Story

1

Beberapa minggu setelah penyerangan tendes ke tripunar.

POV NINDY

Aku sedang duduk di ruang makan, sibuk dengan hpku.

"Loh kok sendirian kak?"

Aku melihat ke sumber suara, ternyata reza sedang berjalan menuruni tangga.

"Iya za, tiara ada kuliah" balasku.

Reza mengangguk, terus menuruni tangga kemudian berjalan melewatiku.

"Udah makan blum kak?" Tanya reza lagi, kini ia lanjut melangkah ke dapur.

"Emmh.. udah kok" jawabku singkat.

"Serius? Biar sekalian gua buatin nasi goreng nih"

Aku melihat ke arah reza, ia sedang berdiri menghadap kompor membelakangiku.

"Emang bisa?" Ucapku iseng bertanya.

"Oke, gua bikinin" jawabnya mengambil keputusan sepihak.

"Ih gausah" protesku.

Reza membalik setengah badannya melihat ke arahku.

"Jadi mau atau engga nih?"

"Gausah za" jawabku cepat.

Setelah mendengar jawabanku, reza kembali menghadap ke kompor dan melanjutkan aktivitas memaskanya.

Setelah beberapa saat, reza berjalan ke arahku dengan membawa sebuah piring di tangannya lalu duduk di seberangku.

"Makan kak" tawar reza.

"Iya"

Reza mulai melahap makanannya, aku kembali menatap layar hpku.

Setelah beberapa saat..

"Nih kak cobain" ucap reza sambil mendorong piringnya ke arahku.

Aku terdiam, reza menggerakan satu tangannya meraih satu sendok baru dari tumpukan, lalu menjulurkannya ke arahku.

"Dikitt aja" lanjutnya dengan nada memohon.

Entah kenapa aku tersenyum kemudian meraih sendok dari tangannya dan menciduk sesuap nasi.

"Kok enak sih?" Ucapku jujur saat merasakan nasi goreng buatannya.

Reza tersenyum lebar saat mendengar ucapanku.

"Iya dong, dah abisin gih" balasnya sambil berdiri dari tempat duduk.

"Loh lu ga makan?"

"Bikin lagi lah" ucapnya santai lalu berjalan menuju ke kompor.

Aku yang memang belum makan justru mulai melahap nasi goreng buatannya, sementara reza kembali sibuk memasak.

"Enak kan?" Tanya reza saat ia sudah selesai memasak.

"Iya deh enak, makasih ya" jawabku kemudian melahap suapan terakhir.

"Mau lagi?" Tanya reza lagi sambil menurunkan tubuhnya duduk.

"Engga, udah kenyang"

Reza mulai melahap makanannya, lagi - lagi aku kembali menatap layar hpku. Namun aku sempat beberapa kali melirik wajahnya yang sedang sibuk mengunyah nasi.

"Belajar kickboxing udah berapa lama kak?" Tanya reza, ia sudah melahap habis makanannya

"Dari kelas 1 smp za, berarti udah 8 tahun yah?" Jawabku sambil balik bertanya untuk memastikan perhitungan.

Reza mengangguk kemudian sejenak meraih gelas yang ada di meja.

"Emang suka atau disuruh?" Tanya reza lagi setelah ia meneguk air di dalam gelas.

"Disuruh za" jawabku singkat.

"Oh, tapi sekarang masih sering latihan?"

"Engga, terakhir pas kelas 3 sma"

"Kenapa?"

"Males"

"Padahal jarang loh ada cewek bisa bela diri"

"Justru itu, males karena ga ada temen cewek"

Reza sebentar memalingkan pandangan, namun beberapa saat kemudian ia melihat ke arahku cepat.

"Ajarin kak tiara gih" ucapnya memberikan ide

"Hah? Tiara? Gamungkin mau dia mah"
Balasku.

"Hmm kalo kak tiaranya mau, gimana?"

"Ya terserah, tapi kayak gatau tiara aja sih za"

"Mangkanya ntar gua coba ngomong, tapi kalo dia mau, lu ajarin ya?"

"Kenapa ga lu aja sih?"

"Lu ngajarin gua?" Tanya reza sambil tersenyum.

"Lu yang ngajarin tiara maksudnya" balasku meluruskan ucapan..

"Duh.. susah kak" jawab reza sambil menggelengkan kepala.

Aku hanya tersenyum, karena mengerti maksud ucapannya.

"Ngobrol di depan aja yuk kak" ajaknya.

"Mau ngerokok yah?" Tebakku.

Reza hanya mengangguk sambil sedikit tersenyum. Aku kemudian berdiri dari bangku, begitu juga reza, kami berdua lalu melangkah menuju halaman rumah.

Setibanya di halaman rumah, aku dan reza duduk bersebelahan di kursi kayu yang beberapa hari lalu di beli oleh tiara.

Aku dan reza pun lanjut berbincang, hingga akhirnya tiara sudah pulang dan langsung melangkah ke arahku.

"Nin! Liat deh, lucu gak sih?" Tanya tiara sambil menunjukan layar hpnya padaku.

Aku melihat sebuah foto tas bermerek mahal di layar hpnya tiara.

"Bagus kok" jawabku se-kenanya

"Bagus kan? Ini punya si novi, dia mau jual 13 juta" balas tiara enteng

Aku menarik nafas saat mendengar harga tas tersebut.

"Bagus, trus kamu mau beli?" Tanyaku.

"Gatau" jawab tiara pelan.

Tiara menggerakan bola matanya melihat ke arah reza kemudian melangkah mendekati reza.

"Yang, liat deh, bagus ga?"
Tanya tiara sambil mengarahkan lahar hpnya ke reza.

"Bagus" jawab reza cepat.

"Boleh ya?" Tanya tiara sambil meletakan tangannya di atas pundak reza.

Reza menggerakan kepalanya melihat tiara.

"Terserah" jawabnya cepat kemudian sebentar melihat ke arahku.

"Ah terserahnya kamu mah artinya gaboleh" balas tiara sambil mengangkat tangannya dari pundak reza

"Eh bentar deh" ucap reza cepat sambil menangkap tangan kak tiara

"Yaudah aku bolehin, tapi ada syaratnya" lanjutnya.

Tiarak tak membalas, menunggu penjelasan dari reza.

"Kakak mau yah di ajarin bela diri sama kak nindy?"

"Hah? Maksudnya?"

"Maksudku kakak belajar kickboxing, di ajarin sama kak nindy"

Tiara terdiam, memikirkan penawaran reza.

"Tapi kalo emang ga boleh, gapapa kok za" ucap tiara

"Oh yaudah, kakak jangan beli tas, tapi tetep belajar bela diri?" Balas reza cepat dengan wajah tersenyum..

"Ih gamau lah" protes tiara.

Tiara kemudian memiringkan setengah badannya melihat ke arahku

"Pasti kamu yang nyuruh yah nin?" Tanya tiara kepadaku..

"Ih enak aja, tadi reza yang minta" jawabku.

Setelah mendengar jawabanku, tiara kembali melihat ke arah reza.

"Aku yang nyuruh kok" ucap reza.

"Yaudah deh, eh tapi kenapa ga kamu aja sih yang ngajarin?"
Tanya tiara sambil tersenyum kepada reza.

Eksprsi wajah reza berubah, ia melihat ke arahku, aku justru tersenyum menyadari perasaan canggungnya.

"Sama kak nindy aja yah sayang?"
Ucap reza kepada tiara.

"Hihi, dah ah.. aku mau makan dulu"
Balas tiara tertawa, kemudian memutarkan badannya dan melangkah melewatiku.

"Eh kamu udah makan nin?"
Tanya tiara saat ia berada di sampingku.

"Udah kok"
Balasku cepat.

Tiara meneruskan langkahnya berjalan masuk ke dalam rumah, saat tiara sudah berada di dapur, aku menggerakan kepala melihat ke arah reza. Reza juga sedang melihatku, tersenyum, menghembuskan nafas panjang dan menggelengkan kepala akibat melayani sikap tiara.

"Mau kan?" Tanya reza meminta pengakuan bahwa ia bisa membujuk tiara.

Aku hanya tersenyum untuk membalas pertanyaannya.

________________


Beberapa hari kemudian.

"Ah nin, capek" ucap tiara sambil menjatuhkan tubuhnya di atas matras

"Kamu mah ngeluh terus, udah cepet lanjut lagi" balasku

"Ih gatau orang capek apa"

"Lanjutin!" Balasku ngotot sambil melangkah mendekatinya.

"Iyaiyaiya" ucap tiara merangkak menjauhiku lalu bangkit berdiri.

Saat ini aku sedang berada di sebuah kamar kosong lantai dua rumah tiara, kamar yang kami jadikan tempatku melatih tiara.

Tiara saat ini menggunakan celana yoga pants dan sports bra serba hitam sedang melakukan gerakan pukulan yang sudah ku ajari.

Setelah beberapa saat tiara melakukan pukulan tersebut, aku melangkah mendekatinya dan menyuruhnya berhenti.

"Sekarang kamu pukul aku" ucapku tepat di hadapan tiara.

"Maksudnya?" Tanya tiara sambil mengusap keringat di lehernya.

"Kamu pukul aku, jab kaya tadi"

"Serius?"

"Iya cepet"

Tiara dengan polos melayangkan pukulan tangan kanannya ke arah wajahku. Aku dengan cepat sedikit menggeser kepala ke samping dan melayangkan tangan kananku ke wajah tiara. Tanganku yang terlilit kain pelindung berhenti tepat di depan wajah tiara, membuatnya langsung memejamkan mata.

"Nah, besok kita belajar dodge sama counter ya" ucapku.

"Ah ribet banget sih" balas tiara sambil mendorong tanganku menjauhi wajahnya.

"Mau di ajarin kok rewel banget sih kak" suara reza dari arah belakangku

Aku memutarkan arah badan menghadap ke pintu masuk dimana reza sedang berdiri menggunakan celana sepak bola dan kaos.

"Eh sini lo! Ribut sama gua!" Ucap tiara menantang reza.

Tiara mengangkat tangannya ke depan alis, mengambil sikap bertarung yang sudah ku ajarkan.

Reza hanya tersenyum mendengar tantangan tiara.

"Takut kan lo? Dasar culun!" Tiara kembali menatang reza.

Ekspresi wajah reza berubah, ia tak lagi tersenyum kemudian melangkah mendekat ke arahku dan tiara, aku mengambil beberapa langkah ke belakang untuk memberikan jalan kepada reza.

Reza kini berada tepat di hadapan tiara, ia hanya terdiam sementara tiara masih 'bergaya' dengan sikap bertarungnya.

Reza kemudian menggerakan tangannya menuju wajah tiara...

"Jangan ngeluh terus yah sayang" ucap reza sambil membersihkan keringat di jidat tiara dengan mengusapkan jempolnya.

"Ah tapi aku capek" balas tiara dengan wajah malas seraya menjatuhkan kedua tangannya.

"Yaudah kalo capek istirahat dulu" reza kemudian membalikan badan dan mulai melangkah ke arah pintu.

"Eh bentar deh yang" panggil tiara.

"Kamu coba berantem sama nindy dong" lanjutnya.

Reza menghentikan langkahnya, ia perlahan melihat ke arahku, aku juga melihat ke arahnya.

Aku tersenyum, lalu mengangkat kedua tanganku hingga berada di samping. Reza ikut tersenyum, mulai melangkah mendekatiku sambil mempersiakpan sikap bertarungnya.

"Duluan kak" ucap reza menantang menyuruhku untuk menyerangnya duluan.

Pertarungan kami di mulai.

Aku sempat memberikan beberapa pukulan, namun reza berhasil menahan dan menghindarinya, hingga dengan cepat reza menurunkan tubuh dan mengarahkan pundaknya ke perutku.

Aku dengan sikap menahan tubuhnya dengan kedua tanganku, namun kekuatan kami jelas berbeda. Sadar aku tak akan bisa menahan doronganya, aku mengambil langkah ke belakang.

"Egh"
Suara dari mulutku saat punggungku bertabrakan dengan tembok.

Reza terus mendorong perutku dengan pundak kemudian ia meletakan tangannya di bagian paha belakangku.

Aku mengetahui bahwa reza ingin menjatuhkanku, dengan cepat ku angkat dengkul kiri ke atas untuk menghantam wajahnya. Namun reza segera melepaskan kedua pahaku dan mengangkat tubuhnya tegak, sehingga dengkulku hanya berhasil mengenai dadanya.

"Maaf za" ucapku.

"Gapapa kok" balas reza sambil melangkah mundur dan kembali mengambil sikap bertarung.

Aku melangkah ke depan, melanjutkan petarungan.

Aku menggerakan tangan kanan ku ke depan, reza menggerakan wajahnya ke samping akibat melihat gerakanku, namun gerakan tangan kananku berhenti, aku justru mendorong tangan kiriku ke wajah reza yang nampak sudah masuk ke dalam perangkapku.

Namun ternyata, aku salah.

Reza tidak hanya menggerakan wajahnya, seluruh badannya bergerak ke sampingku, dengan cepat ia memanjangkan tangannya mengait leherku.

"Eghh...egh" suara nafasku saat reza dengan seketika sudah berada di belakangku, mencekik leherku dengan lipatan lengannya.

Menyadari leherku tercekik, aku menghetakan dua kaki ke lantai dengan sekuat tenaga sehingga reza ikut terdorong ke belakang

'bugh'

Suara punggung reza saat menghatam tembok, sehingga kini tubuhnya terhimpit olehku.

Aku masih mencoba melawan, namun tiba - tiba aku merasakan sebuah benda keras di bagian pantatku. Menyadari bahwa benda tersebut adalah penisnya reza yang sepertinya sedang ereksi, aku segera menepuk lengan reza.

Reza melepaskan cekikannya, aku melangkah ke depan sambil membalik badan menghadap reza.

"Apa - apaan sih....." Ucapanku terhenti saat aku melihat ke area selangkangan reza.

Reza yang saat itu sedang menggunakan celana sepak bola sebagai bawahan sama sekali tidak terlihat ereksi.

"Maaf kak, maaf" balas reza sambil meletakan dua tangan di depan dada.

"Eh? Ohiya gapapa" jawabku, bingung karena salah menduga.

Reza masih sempat beberapa kali meminta maaf, hingga akhirnya tiara melangkah kesampingku.

"Ah kamu cupu nin" ejek tiara, merangkul pinggangku.

"Dasar kompor" balas reza.

"Biarin" jawab tiara.

Reza kemudian izin untuk merokok di halaman rumah, sementara aku masih terdiam di samping tiara.

"Nin, udah dulu ya, aku capek banget" pinta tiara, melepaskan rangkulanya.

"Hmmm.. yaudah deh" balasku setuju.

"Eh nin, mandi bareng yuk" ucap tiara sambil meraih lenganku.

"Ah? Ehmm" jawabku ragu.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd