Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[CHALLENGE] Mantichore

Cantiq..... Update donk :kangen:
 
Mantichora
Story by : Nona Violet
Rated : Mature
Starring : Haru Nakamura,Hikaru shinoda,Yuki Maeda
Genre : Horror, Gore, Romance.
Warning : Typos, Bloody scenes.
________________________________________
MANTICHORA
CHAPTER 6

Yuki berjalan gontai menuju apartemennya dengan baju dan rambut yang berantakan dan wajah kelelahan. Memang sejak lari terburu-buru dari sekolahnya tadi dia belum sempat lagi memakai jasnya, hanya ia sampirkan dipundak kirinya itupun kemeja putihnya juga hanya dikancingkan kancingnya saja. Jauh dari kata rapi.

Beberapa orang penghuni apartement yang mengenal dan berpapasan dengannya sempat menannyakan kenapa penampilannya aneh seperti bukan Yuki, tapi gadis itu hanya menjawab sekenanya seperti ‘habis berkelahi dengan sekolah lain’, dan orang-orang sudah mengerti itu kebiasaan lama Yuki tapi setau mereka Yuki sudah lama tidak melakukan hal itu.

Setelah melewati lantai demi lantai yang terasa sangat lama walaupun dengan lift, akhirnya Yuki sampai didepan pintu kamarnya lalu segera masuk dan menguncinya kembali. Tempat pertama yang ditujunya setelah melemparkan tas dan jasnya adalah tempat tidur empuk dengan sprei berwarna ungu yang bergambar bunga-bunga.

Yuki membanting tubuhnya ditempat tidur dengan posisi tengkurap, menyembunyikan wajah putihnya yang kelelahan ditumpukan bantal yang harum, bayangan-bayangan tentang sensei dan dirinya sendiri tadi masih saja terus muncul didalam otaknya sedari tadi diperjalanannya pulang. Ada rasa sesal yang meraung-raung didalam dadanya, dia membenci senseinya, dia benci pria yang dengan seenaknya menyentuh tubuhnya! Tapi tidak, dia juga merasakan nyaman saat bersama pria itu, dia juga diam saat pria itu mulai bertindak kurang ajar padanya. Lalu salah siapa? Entahlah...salahkan Haru yang pandai merayunya, tidak! salahkan Yuki yang dengan mudah dirayu senseinya. Yang jelas saat ini kedua pundak gadis itu mulai bergetar, menandakan gadis itu tengah menangis.

Anda saja waktu itu dapat diputar, Yuki tidak akan menginjakkan kakinya diruang guru sore itu. Seharusnya tidak usah datang saja dan dia tidak perlu mengalami hal memalukan ini.

Mulai kehabisan nafas dengan posisi tengkurap Yuki mengangkat kepalanya dan mengubah posisi kepalanya menjadi menyamping, nampak hidungnya kemerahan dan matanya sedikit bengkak karena menangis. Lalu ia raih tas sekolah yang berada diatas kepalanya, mengambil ponsel dan membukanya. Disana sudah ada beberapa E-mail masuk dari Hikaru menannyakan dimana dirinya berada dan memberitahukan bahwa Hikaru sudah menunggunya dimarkas tim. Tanpa berniat membalasnya Yuki kembali memasukan ponselnya kedalam tas dan memutuskan untuk mandi karena badannya terasa lengket dan penuh oleh aroma khas Haru.

Yuki mematung melihat pantulan dirinya didalam cermin dikamar mandi, ia pandangi penampilannya yang berantakan, lalu membuka satu persatu kancing kemeja putihnya yang berlahan-lahan menampakkan payudaranya yang menyembul melalui bra merah yang tidak cukup menangkup seluruh badan payudaranya. Dipandanginya tanda merah didada putihnya, tanda-tanda kepemilikan Haru. Masih ingat saat Haru tadi mengecupnya disana dan memberi tanda merah yang kontras dengan kulitnya yang putih mulus.

Lalu Yuki melepas seragam dan bra yang membungkus kepunyaannya itu, benda bulat nan besar dan bersih itu menggantung bebas tanpa penutup. Yuki kembali memandanginya dari cermin, menyentuh tanda merah yang diberikan Haru lalu turun menyentuh puting kecil yang tadi dihisap Haru dengan penuh hasrat. Yuki masih ingat betul rasanya, masih ingat betul wajah Haru yang sedang menghisapi puncak dadanya.

“Ssshh...” Meringis saat menyentuh payudaranya sendiri yang masih terasa ngilu dan sedikit lecet.

Lalu Yuki memandangi bibirnya yang tampak sedikit membengkak dan merah, menyentuhnya pelan-pelan dan menyapunya dengan jari tengah dan telunjuknya,masih terasa juga saat Haru mengecupnya dengan lembut dan hangat. Seklas pipinya memerah saat mengingat ciuman itu.

Tidak hanya itu, Yuki juga mendongak mencoba melihat lehernya sendiri yang ternyata disana juga ada beberapa tanda merah hasil karya Haru. Puas memandangi tubuhnya ia teringat sesuatu, bahwa Haru juga menyentuhnya dibagian pribadinya, maka dengan penasaran Yuki melepas rok dan celana dalamnya. Kini Yuki telanjang bulat sendirian didalam kamar mandinya.

Tangan lentik Yuki meraba bukit kecilnya yang berbulu halus, mengelusnya pelan-pelan hingga dia merenggangkan kedua pahanya agar tangannya bisa menyentuh selakangan dalamnya, sedikit geli saat Yuki menyentuhnya , dan ‘lengket’ Yuki rasakan dibagian pribadinya saat ia sentuh lebih jauh. Iya lengket karena liur Haru, lengket karena sperma Haru, lengket karena cairannya sendiri dan lengket karena sedikit ‘darah’ dari selaput daranya.

‘Darah??’ dengan deg-degan Yuki menarik tangan yang ia gunakan untuk menyentuh area pribadinya itu, lalu dengan hati-hati gadis es itu melihat telapak tangannya. Iris sapphirenya membelalak saat ia mendapati sedikit darah disana, dan beberapa telah kering. Dia sadar betul apa yang telah mereka lakukan bersama, Yuki juga sadar bahwa dirinya sudah tidak virgin lagi tapi adanya darah ditelapak tangannya ini cukup menguatkan bahwa dia benar-benar kehilangan sesuatu yang telah mati-matian ia jaga sedari dulu.

Ada bulir air mata yang kembali membasahi pipi putihnya, bagaimanapun Yuki adalah gadis baik-baik. kejadian ini sungguh tak pernah ia bayangkan sebelumnya, bercinta dengan sensei yang seharusnya menjaganya. Padahal cita-citanya adalah menyerahkan kesuciannya untuk orang yang ia cintai dan mencintainya.

MANTICHORA

Nona Violet


Sementara itu ditempat lain pria dengan topeng Shingami berjubah tampak kepayahan karena sedang dikepung oleh dua orang berbadan tegap lainnya, yang masing-masing pinggang belakang mereka mempunyai ekor persis seperti ekor Scorpio, namun berukuran besar. Tombak pria bertopeng yang biasanya mampu menjadi andalan pada pertempuran-pertempuran sebelumnya sudah nampak patah menjadi dua, sepertinya perkelahian yang tak seimbang baru saja terjadi.

“Tch!! Jadi hanya begini saja kemampuan pemburu Mantichora yang membuat bangsa kami ketakutan?” Tatap bengis seorang pria dengan rambut pirang lurus, sementara yang satunya yang tampak lebih muda juga tak mau kalah memberikan tatapan merendahkan pada pria bernama Hikaru itu dengan ekor meliuk-liuk dengan ujung runcing yang tajam.

“Sudahlah Niisan bunuh saja dia!!” Pinta sang pemuda berambut pirang jabrik, yang sepertinya adalah adik si pemuda pirang lurus, karena wajah mereke mirip dan rambut yang warnanya sama.

Sang kakak berjalan maju kearah Hikaru yang sudah tak mampu berdiri dari duduknya, Hikaru pasrah karena merasa sudah tidak mampu melawan. Lukanya parah dengan bekas cakaran yang menggores tangan, kaki, dan tubuhnya. “Hah ayolah kenapa kau tidak melawan? Manusia lemah?” Ejek sang kakak pada Hikaru yang meringis kesakitan.

“Ayolah Niisan, aku benci caramu membunuh sampah seperti ini. Kau dan Haru Niisan sama saja, terlalu bertele-tel-“

“Urusai Kendou!!!” Teriak sang kakak menengok adiknya sebentar, membungkam mulut adiknya yang berisik ini dengan kalimat membentak, “Kau hanya perlu tunggu disitu dan makan seperti biasanya!”

“Yah...yah baikalah Kenichi-Niisan yang paling hebat.” Jawab malas pria muda yang dipanggil Kendou itu memutuskan menyaksikan aksi kakak pertamanya ini seperti biasanya, karena percuma saja dia bicara kakaknya tidak akan mendengarkannya.

Setelah sedikit terganggu karena komentar adiknya, Kenichi kembali menatap Hikaru mengayun ayunkan ekornya dengan tatapan membunuh, kilat mata berwarna merah yang mengerikan itu bersiap menyerang pria tak berdaya ini dengan ekornya. Sementara Hikaru yang sudah lemah berencana menyerang pria tampan didepannya ini dengan shuriken yang dibawanya, walau harus mati Hikaru tidak mau mati tanpa perlawanan maka dari itu dia memutuskan melemparkan shuriken itu kearah Kenichi dengan sisa tenaganya.

‘Slaaap..wuush’ Beberapa buah Shuriken dilempar Hikaru kearah Kenichi.

Kenichi sedikit terkejut saat shuriken-shuriken itu berterbangan kearahnya. ‘Tring..tring...tring...’ Tapi semua serangan Haru berhasil ditangkis oleh ekor Kenichi. Kenichi menyunggingkan senyum sinisnya sementara Hikaru tidak percaya serangannya berhasil ditangkis dengan mudah. Hikaru baru sadar ternyata Mantichora kelas atas memang beda kemampuannya dengan yang biasa ia hadapi, kali ini dia benar-benar percaya mereka kuat.

“Hahahahaha....sudahlah biarkan aku membunuhmu!!” Ucap Kenichi lagi-lagi meremehkan Hikaru, “Biarkan adikku makan, kau tadi mengganggu santap malamnya kan?? Aku paling tidak suka ada yang mengganggu keluargaku!! Jadi biarkan aku mengambil jantungmu untuk adikku!! HIYAAAAAAHHH!!!” Kenichi mengayunkan ekornya yang tajam.

Seperti gerakan slowmotion benda tajam itu semakin mendekat kewajah Hikaru, Hikaru benar-benar pasrah kali ini. Tidak ada kesempatan untuk menghindar gerakannya terlalu cepat untuk Hikaru. Lalu Hikaru memejamkan mata onyxnya.

‘Krraaaak!’ Topeng Haru terbelah menjadi dua karena ujung ekor itu lebih dulu menyentuh topeng Shinigaminya.

‘Crrrrrssssshhhhhh’ Dan sesuatu yang basah telah membasahi dahi dan wajah Hikaru, dapat ia cium aroma itu adalah darah. Iya dapat dipastikan itu adalah darah, hidupnya sudah berakhir disini terbunuh oleh makhluk yang seharusnya dia bunuh. Tapi ada yang aneh, kepala yang seharusnya terobek oleh ekor itu tidak terasa sakit.

Berlahan-lahan Hikaru memberanikan diri membuka iris onyxnya, terkejut saat melihat Kenichi yang seharusnya membunuhnya malah mematung dengan mata melebar, dada berlubang dan darah yang langsung membanjiri tubuhnya sendiri.

“Ma-masaka??!” Hikaru menduga-duga apa yang telah terjadi sebenarnya.

“A-Anikiiiiiii!!!!!!!” Teriak Kendou tak kalah terkejut melihat kakaknya mulai terjatuh kebawah.

‘Slllaaaash...crraaap!!!’ Belum hilang rasa terkejut mereka satu panah kembali menancap didahi Kenichi yang langsung membuat darah Kenichi membasahi wajahnya, lalu tubuhnya tersungkur ketanah yang tentu saja membuat Kendou kembali berteriak histeris.

“Grrrrrrrhhhhhh!!!” Kendou menatap marah pada bayangan seseorang yang berlahan-lahan berjalan dibelakang Hikaru, seseorang yang juga berpenampilan seperti Hikaru hanya saja topengnya berbentuk wajah kucing hitam dan membawa busur panah yang besar. Kendou yakin orang itu adalah teman pemburu yang hampir dibunuh kakaknya.

Melihat Kendou terlihat marah dan akan menyerangnya membuat seseorang bertopeng itu kembali bersiap melesakkan anak panahnya kearah Kendou. Dan tentu saja Kendou telah bersiap-siap menghalaunya.

“Grrrrrrooooaaahhhhh!!!” Kendou berlari maju dengan cakar yang siap mencabik teman Hikaru.

Lalu anak panah itu telah dilepaskan kearah Kendou dan Kendou berhasil menghidarinya dengan ekornya. Kendou melompat berniat menerkam orang itu tapi orang itu sudah siap dengan panahnya dan dengan cepat beberapa anak panah itu melesat hampir saja mengenai Kendou jika dia tidak lincah dalam menghindar. Sampai akhirnya dengan buas Kendou berhasil melompat melewati Hikaru dan langsung menerkam seseorang bertopeng itu dengan kedua tangannya yang berkuku tajam.

Terjadi adu dorong antara Kendou dan seseorang bertopeng itu. Kendou berusaha menggigit orang itu tapi nampak kesulitan karena orang itu cukup kuat saat meronta-ronta. Melihat kawannya dalam kesulitan, dengan sedikit tenaga Hikaru memeluk kaki Kendou berusaha melepaskan kawannya tapi dengan lincah ekor Kendou malah bergerak cepat dan menusuk perut Hikaru.

Hikaru meringis melepaskan pelukannya pada kaki Kendou dan memegangi perutnya yang berdarah. Lalu ‘DOR!!’, satu tembakan berhasil mengenai lengan kanan Kendou yang refleks melepaskan terkamannya. Ternyata seseorang lagi dengan topeng seram seperti iblis telah datang membantu Hikaru dengan senapan besarnya.

“Grrrrhhhhh!!!” Merasa terancam dan tidak imbang, akhirnya Kendou memutuskan untuk mundur. Tentu saja saat dia berniat kabur seseorang bertopeng itu kembali menembakinya secara brutal, tetapi Kendou selalu berhasil menghindar.

Tidak lupa akan jasad kakaknya, Kendou dengan cepat membawanya dan berlari meninggalkan tiga orang berjubah itu. Tapi tetap saja si pria dengan senapan itu berusaha mengejarnya, baginya mayat Mantichora juga tak kalah penting.

“Sudahlah Kiri-kun! Hikaru-kun terluka parah bantu aku!” Teriak seseorang berjubah satunya, mencegah rekannya mengejar Kendou, yang ternyata orang itu adalah seorang wanita setelah melepas topengnya dan membantu Hikaru duduk.

Pria yang dipanggil Kiri itu menghentikan serangannya dan menoleh kearah dua temannya, wajahnya tampak khawatir melihat Hikaru terluka parah. Lalu dengan sedikit berlar pria itu membantu Hikaru yang sudah tak sadarkan diri.

“Biar aku saja yang membawanya Oshi-chan.” Ujar pria bernama lengkap Kirihara Toujo itu lalu melepas topengnya dan menampakan wajahnya yang cantik. Cantik?? Iya walaupun pria Kirihara terlihat cantik, kulitnya yang putih, mata sedikit keunguan dan rambut berwarna perak yang menambah kesan feminim. Hal ini sering membuat Hikaru sedikit iri sampai-sampai Hikaru sering mengejeknya dengan sebutan pria pesolek.

“Eh kau yakin bisa sendirian Kiri-kun??” Tanya Oshi rekan setimnya, gadis berusia 21 tahun yang berwajah seperti 17 tahun itu. Matanya abu-abu rambutnya panjang lurus dicat berwarna ungu, cantik walau sedikit pemalu dan canggung. Tapi tingkat keberhasilannya diatas Yuki.

“Kau tenang saja ini sama sekali tidak memberatkanku, yang jelas kita harus cepat.” Ucap Kirihara sembari menggendong Hikaru dipunggungnya.

“Baiklah aku percaya saja padamu, ayo pulang.”

Kedua pahlawan kota itu berjalan melewati malam dengan menggendong Hikaru dipunggung Kirihara, bercakap-cakap atas misi malam ini yang berhasil membunuh satu kelompok Mantichora plus satu kelas atas. Ternyata mereka memang lengah saat sedang mengincar satu mangsa, bahkan sang putra bangsawan pun berhasil terbunuh, tapi sayang tubuh makhluk hina itu tidak berhasil mereka bawa pulang.

MANTICHORA

Nona Violet


Pagi kembali menyapa dengan udara yang sejuk tapi dominan dingin, meski begitu aktifitas masyarakat masih terus berjalan, ada dari mereka yang memanfaatkan pagi ini untuk berolahraga, mengajak hewan berjalan-jalan dan ada juga orang-orang kantoran yang mulai berangkat ketempatnya bekerja.

Sedangkan dilorong rumah sakit yang cukup mewah itu tampak seorang gadis berseragam sekolah tengah berlari terburu-buru dengan membawa tasnya, sinar matahari pagi terus menyinari wajahnya dari samping. Beberapa kali gadis itu menabrak orang yang juga berada disana, tak jarang gadis itu dimarah-marahi dan ditatap dengan tatapan sebal, namun tak peduli gadis itu tetap berlari demi menemukan kamar yang ia cari.

Setelah cukup berputar-putar mencari kamar yang dimaksud akhirnya mata birunya menangkap sebuah tulisan yang tadi dijelaskan oleh suster yang bertugas didepan sana.

‘Gubrak!!’ Sebuah pintu dibuka dengan serampangan dan membuat beberapa kepala didalam ruangan berwarna biru dominan putih menengok kesumber suara dan membuat tatapan seolah ‘Hei apa-apaan kau ini??’

“Go-gomene...” Ucap canggung sang pembuat keributan merasa bersalah, wajahnya tampak segar dengan seragam sekolahnya.

“Oh Yuki-chan masuklah...” Akimoto-san yang ikut terkejut atas kedatangan Yuki yang kurang sopan, menyuruh gadis berkepala biru dongker itu masuk kedalam ruang yang ternyata ruang rawat Hikaru. Disana sudah ada Oshi dan Kirihara yang duduk diruang tamu tempat Hikaru dirawat.

Yuki berjalan pelan dan canggung kearah Hikaru yang terbaring tidak berdaya, dipandanginya wajah Haru pucat, dengan selang oksigen yang terpasang dilubang hidungnya, perutnya diperban, kepala dan tubuhnya juga, bahkan tangan dan lengannya. Tidak ada cengiran yang biasanya selalu terpatri diwajah itu.

Seperti inikah keadaan rekannya itu? Merasa bersalah karena ia tidak ikut bersama Hikaru semalam. Lebih kejam saat Yuki tidak membalas dan mengabaikan Hikaru begitu saja. Andai saja dirinya lebih profesional, tidak mengabaikan tugasnya hanya karena masalahnya sendiri.

“Hiks...” Air mata Yuki menetes dipipinya yang halus. Dipeganginya tangan Hikaru yang terasa dingin, “Gomene Hikaru-kun...” Ucapnya pelan dengan air mata yang mengalir. Delapan bulan memang waktu yang cukup lama untuk membuat mereka berdua merasa dekat, walau Yuki selalu bersikap kasar dan dingin itu tak berarti dia tidak peduli dengan Hikaru.

Baginya Hikaru adalah kakak yang selalu menjaganya, mengajarinya dan juga teman bermainnya dikala ada waktu luang. Melihatnya tak berdaya seperti itu entah kenapa membuatnya marah sekaligus sedih.

“Sudahlah Yuki-chan... yang penting Hikaru-kun selamat.” Kata Oshi mencoba membuat Yuki tenang dan diiyakan Kirihara dengan anggukkan kepalanya.

“Kau tidak usah menyalahkan dirimu sendiri seperti itu. Hikaru pasti mengerti dan memaafkanmu.” Tambah Akimoto-san untuk membuat Yuki berhenti menangis.

Yuki mengusap air matanya, dadanya berdegup kencang, gadis itu marah. “Aki-san ijinkan aku malam ini pergi sendiri mencari mereka, aku tidak terima mereka menyakiti rekanku seperti ini!!” Ucapnya yakin.

“Yuki, jangan gegabah dan bodoh! Jangan bergerak sebelum ada pengganti Hikaru, aku tidak tidak ingin kau terluka.” Kata orang tua yang masih terlihat segar dan sehat itu.

“Tapi Aki-san ak-“

“Yuki-chan percayalah pada Aki-san, kita hanya perlu menuruti dan menjalankan perintahnya kan?” Potong Kirihara menghentikan Yuki yang tau kebiasaannya yang suka keras kepala.

“Baiklah kuharap kau mengerti Yuki.” Ucap Akimoto dan hanya ditanggapi dengan sikap diam Yuki dengan mimik wajah tidak peduli.

MANTICHORA

Nona Violet

Pria berambut pirang itu berdiri diatas gedung sekolahan, melipat kedua tangannya didada bersandar pada tembok pembatas gudang. Rambut pirangnya melambai-lambai mengikuti hembusan angin siang itu, manik emeraldnya menatap jauh langit biru dengan sedikit awan.

Masih teringat semalam saudara laki-lakinya terbunuh dan adik kesayangannya terluka cukup parah. Adik laki-lakinya tiba-tiba datang dengan menangis dan terluka membuat dirinya yang kala itu memikirkan Yuki terkejut sekaligus terpukul.

Sepuluh tahun sudah orang tua mereka meninggal karena sudah terlalu tua, sejak saat itu Haru hanya hidup dengan kakak dan adiknya, sebelum meninggal orang tuanya berpesan agar Haru dan saudara-saudaranya segera mempunyai penerus keluarganya. Tapi nyatanya sebelum kakaknya mempunyai keturunan dia malah terbunuh duluan. Dirinya juga belum tertarik pada wanita sesamanya, malahan jatuh cinta pada manusia yang pasti akan menolaknya jika tau bahwa dia bukan manusia.

Haru tersenyum kecut mengingat nasibnya bersama Yuki. Tapi tanpa disangka-sangka sosok yang baru saja dia fikirkan berdiri membelakanginya terlihat celingak celinguk mencari tempat yang nyaman untuk membuka bekal makan siangnya, sepertinya Yuki belum sadar didekatnya ada Haru yang menyeringai penuh arti.

Ditariknya tangan kiri Yuki dengan lembut dan dibawa ketempat Haru berada membuat gadis itu terkejut.

“A-ap se-sensei?!” Yuki gelagapan tidak siap dengan keadaan ini, dia tidak ingin bertemu senseinya ini. ”Lepaskan aku!!” Lalu Yuki menarik tangannya dari cengkraman Haru dan langsung berniat pergi meninggalkan Haru.

“Chottomate Yuki-chan-“ Haru kembali menahan tangan itu tak mau Yuki pergi begitu saja, walau Yuki tetap membelakanginya. “Kenapa kau menghindariku??” Tanya Haru lembut.

“Lepaskan aku sensei, aku tidak mau bertemu denganmu.” Pinta Yuki lirih berusaha sekuat tenaga menahan tangisannya, entah kenapa setiap mengingat kejadian semalam itu membuat dada Yuki terasa sakit.

Tanpa memperdulikan permintaan Yuki, Haru tetap mencengkeram pergelangan tangan kiri Yuki. “Tapi aku ingin bicara padamu Yuki-chan, semalam kau menangis kan? A-apa aku melukaimu?”, Entahlah bodoh atau bagaimana Haru malah menanyakan hal yang sudah jelas-jelas ia lakukan.

Bibir Yuki bergetar air mata dipelupuk matanya sebentar lagi terjatuh, pertanyaan Haru membuat pertahanannya hampir runtuh namun dia tetap menahan.

“Yuki-chan apa aku melukaim-”

“Cukup sensei!!!” Yuki berbalik menatap mata pria berwajah tampan itu, butiran bening yang berasal dari manik sapphirenya telah sukses membasahi kedua pipi putihnya. Entah darimana Yuki mempunyai keberanian menatap bulatan emerald yang kemarin membuatnya mabuk. “Kau jahat sensei!!! Kau jahat!!”, ‘Bugh! Bugh!’ Tidak kuat menatap mata sehijau daun itu Yuki memilih memukul-mukul dada bidang Haru.

“KAU MENYENTUHKU DENGAN SESUKAMU! KAU MEMANFAATKAN KEADAAN UNTUK MENYENTUHKU!! KAU MENGAMBIL MILIKKU YANG PALING BERHARGA!! DAN KAU TANYA APA AKU SAKIT??! KAU JAHAT SENSEIIIII!!! KAU JAHAT!! AKU BENCI PADAMU!!! AKU BENCI!!!” Tangis Yuki sejadi-jadinya sambil terus-menerus memukuli dada Haru yang sama sekali tidak terasa sakit, Yuki juga tidak peduli teriakannya akan didengar murid lain, sementara Haru hanya diam membiarkan Yuki melampiaskan kekesalannya.

Merasa perlu menenangkan Yuki yang masih mengamuk, lantas Haru memegang kedua lengan Yuki yang masih sibuk memukulinya. Menahannya agar Yuki menghentikan gerakannya, “Yuki-chan dengarkan aku! Dengarkan aku!”


“Kau jahat sensei....aku benci padamu...” Tangis Yuki memelan, tubuhnya melemas dan kepalanya jatuh dalam pelukkan dada Haru sambil terisak.

“Gomen ne Yuki-chan...” Peluk Haru penuh perasaan, dielusnya helaian sutera milik Yuki yang tidak panjang itu.

Sementara Yuki masih terisak dipelukkan Haru, menghirup aroma cytrus dari tubuh senseinya aroma yang entah sejak kapan Yuki mulai suka.

“Aku akan selalu bersamamu, aku tidak akan meninggalkanmu Yuki-chan.” Walau kalimat itu terkesan hanya sebagai kalimat penenang tapi Haru mengatakannya sungguh-sungguh, pria itu tidak berniat menyakiti Yuki. “Kau tidak perlu menghawatirkan apapun, aku disini, aku janji padamu Yuki-chan.” Haru mengecup pucuk rambut Yuki yang wangi shampo beraroma kiwi.

Yuki mengeratkan pelukkannya, dia merasa nyaman dan terlindungi. Tidak peduli seberapa lama ia mengenal Haru tapi yang jelas berada didekat senseinya itu membuatnya merasa nyaman dan lebih baik.

Haru melepaskan pelukkannya dan menjauhkan tubuh Yuki lalu menatapnya dan tersenyum, “Kau mau makan kan tadi?” Tanya Haru dan Yuki hanya mengangguk. Lalu dihapusnya air mata Yuki dengan kedua ibu jari Haru. “Makanlah aku akan menemanimu.”

“A-aku tidak lapar sensei.”

“Kenapa kau masih memanggilku sensei sih??”

Yuki tampak kebingungan oleh kalimat Haru.

Haru kemudian duduk dilantai dan menarik Yuki agar duduk bersamanya. “Panggil aku Haru-kun saja, Aku suka panggilan itu.” Ucap Haru tepat didepan wajah Yuki yang langsung memerah diperlakukan seperti itu.

“Ba-baiklah Haru-kun.”

“Hehehe...baguslah, sekarang makanlah.”

“Aku tidak lapar,” Jawab Yuki.

“Bohong, ayo makan aku temani.”

“Aaaah baiklah...kau mau Haru-kun??” Yuki membuka kotak bekalnya yang berisi bento lengkap dengan sayuran dan daging.

“Tidak, aku tidak lap-“

‘Krrruuuukkk...’ Perut Haru berbunyi dan keduanya saling bertatapan dan tertawa bersama.

“Itu tandanya kau juga harus makan kan??” Kata Yuki dengan nada mengejek.

“Yaaahh...baiklah..” Haru menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena salah tingkah. “Memangnya apa laukmu?”

“Umm...ini daging sapi kau mau??” Jawab Yuki sambil menunjukan daging sapi bakar berbekyu.

“Tentu saja,” Jawab Haru, walau sebenarnya bagi makhluk sepertinya daging hewan yang matang itu rasanya seperti manusia memakan daging ulat. Bisa dimakan tapi menjijikan dan tidak memuaskan rasa kenyang.

“Aaa...buka mulutmu Haru-kun.” Kata Yuki dengan sendok yang penuh daging sapi.

“Kau saja dulu yang makan Yuki-chan”

“Ah kau merepotkan Haru-kun!” Keluh Yuki sebal dan memasukkan makannanya kedalam mulut, sementara Haru hanya nyengir. “Aeem..nyam...nyam...”

“Jangan ditelan,” Yuki tidak mengerti lalu Haru mendekatkan bibirnya kebibbir Yuki dan mengecup bibir Yuki dengan lembut dan berlahan-lahan menjulurkan lidahnya untuk membuka mulut Yuki. Yuki melebarkan matanya tak mengerti saat lidah Haru menyentuh lidahnya kemudian memindahkan makanan yang telah dikunyah Yuki kedalam mulut Haru. Setelah itu proses itu selesai Haru menjauhkan wajahnya dan mengunyah makanan itu lalu menelannya.

“Menjijikan!!” Cibir Yuki melihat Haru melakukan itu.

Haru tersenyum lebar membuat wanita manapun pasti tergila-gila, “Apapun yang berhubungan denganmu, aku tidak jijik.” Kecup Haru dibibir Yuki, yang hanya ditanggapinya dengan senyuman dan pipi semerah udang rebus.

TBC
 
'
typo-kah?

saat Hikaru bertempur... kenapa menjadi Haru?

saat di rumah sakit... yg dirawat Hikaru ato Haru?

hanya itu saja...
.
 
:kk:
Mereka..... Mereka.....
Yuki dan Haru.....



Oh tidak... Cerita ini akan semakin panjang
:sendirian: jangan lama2 updatenya vi... Udah tanggal 11 nih, sisa 5 hari lagi
 
sedikit cinta terlarang ya rasanya..
bakalan hepi ending,atau berakhir tragis
kaya romeo juliet???

cuma non vio aja yang tau..

sengamat nona..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd