Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ipar-Iparku (Tamat)

Berhubung kesibukan yg semakin padat apdetnya sedikit2 atau ditunggu urusannya beres?

  • yang penting apdet aja dulu. biarin kalo bisanya dikit

    Votes: 209 62,0%
  • sekalian diselesaikan dulu urusannya

    Votes: 128 38,0%

  • Total voters
    337
  • Poll closed .
semangat akang, smoga urusannya selesai n bs nganjutin cerita ente yg keren ini....
 
Neh cerita bikin gue yg insaf akhirnya jadi khilaf kemarin...

Habis baca2 di saat pagi gak ada kerjaan bikin junior cenat cenut....
:konak:

Ayo Om...
Semoga di RLnya lancar jaya.

Masih setia menunggu updatenya.
Wadaww.. Master suhu mpe khilaf
 
Sabar aja. Namanya aja real story.... gak mungkin bisa setiap hari embrut si ipar. Seminggu sekali (itu aja udah hoki).
Ya wajar jika updatenya tlat....
Blm kerjaan, waktu buat istri.
Hmmmm.... klo para pembaca menyadari itu semua.
Gak bakal ada yg protes-protes karena lama gak update.
.
.
Ceritanya mantap. :beer:
 
Salam. Akhirnya ada juga sedikit waktu luang untuk menyapa para pemirsa. Saya minta maaf karena sekarang saya sangat super sibuk sekali banget. untuk itu nikmatilah apdet seadanya ini.

SEMBILAN BELAS

“Eh, Ima? Belum tidur?”

Ima duduk menghempaskan pantantnya di sampingku. Sumpah. Ini adalah kali pertama sejak aku masuk ke keluarga ini, Ima dudul di sampingku di bangku panjang ini. Dahulu sejak aku masih baru menikah dengan Arni, Ima lah yang paling tidak ada urusan denganku. Apalagi semenjak Ima aktif mengikuti kajian rutin dengan Arni.

“Gak bisa tidur, Kang”

Kami terdiam dalam lamunan kami masing-masing. Suasananya sangat canggung.

Drrrrrttttt……..

BBM dari kak Umi. Ku buka BBM ku agak menyamping agar Ima tidak bisa melihatnya.

Jadi Kapan mau ngentoti aku? :)

Ku diamkan saja. Entah kenapa duduk di samping akhwat ini membuatku serba kaku. Kepribadian Ima sangat tertutup bila berhadapan denganku, tetapi sangat terbuka dengan saudara-saudaranya.

“Siapa, Kang?” Tanya Ima

“Ng, temen kerjaan…” Jawabku.

“Oh, malam-malam gini?”

“Iya. Ngeganggu aja”

“Mmm...Bukannya kak Umi, tuh?”

Deg….!!!!

“maksud kamu?”

“Aku udah ada di belakang dari tadi. Aku mau negur tapi gak enak sama kamu. Iseng-iseng aku nimbrung baca BBM kamu.” Kata Ima dengan wajah datar.

Wah. Mampus deh kalau sudah begini urusannya.

“Kamu….sudah….tau….isinya?”

“Iya. Kamu mau ngentotin Kak Umi sampe teller, kan? Trus mau ngejilat mem….memeknya…….” suara Ima agak bergetar dan nafasnya memberat ketika mengucapkan kata ngentot dan memek.

“Ya….itu….cuman menghibur, kok Ima. Aku lihat gambar DP nya yang galau. Trus aku tanyain kenapa, dia jawabnya lagi nanggung gak bisa orgasme. Ya udah, aku hibur saja pake joke-joke gitu”

Ima menatapku pelan. Dalam gelapnya malam di balkon lantai dua rumahnya aku bisa melihat Matanya yang makin sayu, makin sange.

"Iya, sih. Kak Umi udah cerita kalo suaminya belakangan ini cepet banget keluarnya. Katanya paling lama cuman sekitar lima-enam menitan gitu" Jawab Ima. Entah mengapa dia menjawabnya enteng sekali. Berbagai kontradiksi pun muncul di kepalaku. Ima ini akhwat yang dengan entengnya menceritakan urusan paling rahasia dari suami dan istri. Apalagi yang diceritakan adalah kakaknya sendiri. Perlahan tetapi pasti arah pikiranku tertuju pada dua tetes yang ku masukkan ke dalam minumannya.

“Kang…." Ima membuyarkan lamunanku.

"Iya, Ima?

"Mmm.....aku udah tau,kok”

“Ng? maksudnya”

Ima menggigit bibirnya.

“Aku udah tau, kalau kamu udah pernah gituan sama kak Umi”

Deg….!!!

Wah…parah….parah….malam ini tiba-tiba aku galau berat. gelisah dan gundah gegara perkataan Ima. Serius? Ima sudah mengetahui skandalku dengan kakak tertuanya?

“Kak Umi sendiri, kok yang cerita” Lanjut Ima sambil menatapku yang terus menunduk. Sesaat ku lirik wajahnya, entah mengapa tidak ku temukan ekspresi marah di sana. Hm, mungkin karena dia sudah terpengaruh dengan obatnya. Ah, Kak Umi. Ipar tertuaku itu memang terkenal paling suka cerita. Tapi aku hanya tidak habis piker. Skandal terlarang begini kok diceritakan juga. Hhhhhh……nafasku menjadi berat seberat beban yang tiba-tiba datang.

“Waktu itu aku nelpon kak Umi sore-sore. Pas diangkat, aku dengar suara aneh, gitu. Ku kirain kak Umi nonton film porno. Tapi waktu ku dengar dia teriak-teriak sambil manggil Akang-Akang aku jadi curiga. Apalagi setelah aku dengar baik-baik, ternyata memang ada suara kamu, Kang.” Kata Ima.

“Sumpah…..aku marah banget. Sampai aku ngamuk-ngamuk sendiri di kamar. Mas Adi aja sampe heran. Begitu lusa nya aku ketemu sama kak Umi, kupaksa dia mengaku. Akhirnya kak Umi ngaku kalau dia memang main sama kamu, Kang”

“Hhhhhh……..Kak Umi….” Gumamku pelan.

“Kang…..”

“Ya?”

Ima menghela nafasnya dan nafasnya agak bergetar.

“Kata kak Umi, dia sampai kencing-kencing, ya?”

“Eh….?”

“Dia sendiri yang nyeritain……”

“Wahh…parah nih kak Umi….”

“Hi…hi…hi…***k bisa ngebayangin, Kang.”

Hm, posisi berbalik rupanya. Kalau tadi Ima mengintimidasiku, sekarang aku yang akan menacingnya.

“Gak usah dibayangin, Ma. Mending dicoba aja, hehehe…..”

“Ih….ngawur kamu, kang. Mas Adi kan gak ada…..Eh….jangan-jangan…..”

Ima agak menjauhkan jaraknya dariku. Ah, akhwat yang satu ini entah kenapa membuatku semakin gemas. Dalam keremangan malam, ku tunjukkan seringaiku. Senjataku yang sempat melemah kini kembali bangkit dan menunjukkan semangatnya. Hm, rupanya malam ini aku harus bekerja keras lagi.

“jangan-jangan, apaan? Sante aja, Ma.”

Kami kembali terdiam untuk beberapa lama.

“Eh, Kang. Beneran kak Umi nyampe orgasme berkali-kali?”

“Emang kenapa?”

“Nggak sih, penasaran aja”

“Mmm…..udah lupa, sih. Tapi emang berkali-kali, kok.”

“Wahhhh…..”

“Dia gak cerita, kalo aku mesti ngepel kamar gegara banji ama pipisannya?”

“Eh….? Sampe segitunya?”

“Iya”

Ima kembali terdiam. Entah nafasnya kini semakin memburu, tapi aku yakin ia sedang berusaha menahan libidonya.

“Ima, gimana ngidamnya?”

“Alhamdulillah udah lewat, kang. Dedek bayinya juga udah gerak…..”

“Wahh….berarti udah aman, donk”

“Maksud Akang?”

“Udah aman buat peperangan, hehehe…..”

Ima mendengus. Sepertinya ia kesal.

“Aman apanya! Sejak minggu pertama sampe sekarang mas Adi masih belum berani. Giliran udah aman eh masnya malah pergi lagi. Sebel deh…..”

“Wahh….parah tuh, Ma… pasti gak enak banget, ya?”

Ima mengangguk pelan. Aku menghela nafas.

“Ma…..”

“Kang?”

“Gimana, nih…… Aku jadi tengang nih….”

“Ih….Akang mah….hi hi hi….dasar mesum.....”

Wah rupanya Ima sudah cair. Kekakuan yang bertahun selalu mewarnai hubungan kami kini sudah mulai mencair seiring waktu yang terus meranjak menuju pagi. Ini adalah kali pertama aku melihat Ima seakrab ini. Kembali tergambar di kepalaku semua tentang kedekatanku dengan Ima sejak pertama kali aku masuk di keluarga ini. Ketika itu Ima masih gadis tomboy yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi. Kedekatan kami sangat canggung dan tidak pernah kami duduk berdua bertukar cerita seperti ini. Kami kembali terdiam dalam lamunan kami masin-masing sambil menatap kota dari balkon loteng rumahnya yang luas.

“Kang…..” Suara Ima membuyarkan lamunanku.

“Ya?”

“Aduh…..”

“Kamu kenapa, Ima?”

Ima menatapku tajam sambil menggigit bibirnya. Entah mengapa tiba-tiba ekspresi mukanya seperti ini. Segaris senyum tipis dan sarat makna tersungging di bibir tipisnya, tetapi hanya sekelebat saja.

“Gimana, nih…***ra-gara cerita-cerita begini Nafsuku naik, Kang”

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd