Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ipar-Iparku (Tamat)

Berhubung kesibukan yg semakin padat apdetnya sedikit2 atau ditunggu urusannya beres?

  • yang penting apdet aja dulu. biarin kalo bisanya dikit

    Votes: 209 62,0%
  • sekalian diselesaikan dulu urusannya

    Votes: 128 38,0%

  • Total voters
    337
  • Poll closed .
Episode sebelumnya:
“Kang…..” Suara Ima membuyarkan lamunanku.

“Ya?”

“Aduh…..”

“Kamu kenapa, Ima?”

Ima menatapku tajam sambil menggigit bibirnya. Entah mengapa tiba-tiba ekspresi mukanya seperti ini. Segaris senyum tipis dan sarat makna tersungging di bibir tipisnya, tetapi hanya sekelebat saja.

“Gimana, nih…***ra-gara cerita-cerita begini Nafsuku naik, Kang”


DUA PULUH
Deg….!!

Aku tidak pernah menyangka kalau Ima akan mengucapkan kata-kata ini meskipun aku sangat menginginkannya. Dadaku serasa sesak dan ingin meledak. Akhwat yang duduk disampingku ini telah naik syahwatnya dan dengan terang-terangan dia mengakuinya.

“Kang….”

Suaranya berat dan bergetar. Dia tidak bohong. Dia sudah sangat terangsang meskipun ada sedikit keheranan dalam benakku. Dia terlihat normal tidak seperti kak Umi ketika dia telah terangsang. Reaksi obat perangsangnya tidak ku temukan di tubuh dan wajah Ima.

“Kang….!”

“Eh…..iya….”

“Ngelamunin apa hayo…..” Ima tersenyum.

“Ngelamunin ucapan kamu, lah…. Kok enteng banget ngomong kalo lagi terangsang. Kan aku juga ikutan terangsang hehehe…..”

“Ihhh….” Ima mencubit pahaku gemas. Sontak senjata andalanku tegang se tegang-tegangnya. “Tapi aku penasaran, Kang. Ceritain donk waktu akang gentot sama kak Umi” lanjutnya. Suaranya sedikit bergetar ketika mengucapkan kata ngentot.

“Penasaran apanya…..bukannya kak Umi udah cerita?”

“Tapi kan belum versi kamu, Kang?”

“Hmm….tapi kamu gak marah kan? Soalnya aku bakal ceritain sesuatu yang udah bikin aku selingkuh dari kakak kamu.” Kataku. Ima menghela nafas. Tatapannya kosong ke depan.

“Gak marah, kok. Lagian kamu selingkuhnya sama kakakku juga. Aku cuman kasian aja sama Kak Arni. Padahal dia yang paling cantik lho, Kang. Tapi kok kamu bisa-bisanya selingkuhi dia.” Ujar Ima.

“Mau di ceritain gak nih?”

“Iya, iya…… gak usah pake sewot, kali. Ayo, Kang. Ceritain.”

“Ehm….awalnya gini. Kita itu kan ibadah magrib dirumahku berdua soalnya kan semua orang ada di rumahnya tante Has. Kak Umi ada di rumah soalnya ada yang mau dia print en kebetulan print nya rusak gitu” kataku mamulai cerita.

“Kalo itu mah aku udah tau atuh, Kang.” Kata Ima gemas menepuk lengan tanganku. Aku jadi gemas terhadap iparku ini.

“Iyaaahh….sabar kek. Nah tru abis ibadah gitu aku raih tangannya soalnya mau salaman. Nah sebagai adik aku kan yang nyium tangan kakak, kaya gini” kataku sambil meraih tangan kanan Ima dan mengecupnya perlahan dengan sangat lembut dan agak sedikit basah.

“Sshhhh……” desah nafasnya terdengar.

“Nah….desahnya kak Umi begitu. Entah kenapa kok dia terangsang ku kecup begini…..” kataku sambil kembali mengecup tangan Ima berkali-kali dengan kecupan yang sama seperti tadi. Lembut, pelan dan agak dibasahi.

Cup…cup….cup…..

“Sshhhh……terusshhh gimanahh lanjutannya Kangghhh……?” Tanya Ima sambil menahan gemuruh di balik suaranya. Ternyata pancinganku berhasil menaikkan birahinya lebih tinggi lagi.

“Mmmm….yaa gak tau siapa yang mulai, tiba-tiba aja kami ciuman.”

“Ciuman bibir….?”

“Iya….kaya’ gini” kataku sambil mendekatkan bibirku ke bibirnya. Tak butuh waktu lama, dia mengerti maksudku. Bibir kami kemudian bertemu dan saling mengecup ringan berkali-kali.

“Kaya’ ginihhhh…..Kanggghhh…??” kata Ima di sela-sela ciuman kami. Aku menggeleng pelan.

“Gini….” Kataku sambil memiringkan kepalaku ke kanan. Ku lumat bibir Ima dengan ganas.

“Hmmmmppppfffffhhhh….srrrlllpppp…..”

Ima membalas lumatanku dan jadilah kami saling melumat bibir dengan liar. Dengan semangatnya aku melumat dan menggigit kecil bibirnya yang tipis dan merekah. Entah mengapa akhwat ini memberikanku energi tambahan untuk kembali memacu hasrat di malam hari yang sudah merambat ke subuh ini. Ima pun seperti itu. Dia tampak sangat semangat mengimbagi permainanku. Lidahnya menyambut lidahku yang dengan nakalnya menyelusup ke dalam mulutnya. Dengan semangatnya kami terus saling melumat dan menjilat satu dengan yang lainnya.

Tanganku perlahan menempel di dadanya sambil mulai membelai pelan tanpa melepaskan ciuman kami yang semakin basah dan panas. Ima juga tidak mau kalah. Kedua tangannya perlahan merangkul pundakku dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku hingga aku bisa merasakan perutnya yang mulai membuncit menyentuh dan agak menekan perutku. Tapi itu tidak menghentikan aktivitas ciuman kami.

Setelah beberapa saat kemudian, tempo ciumannya agak ku turunkan menjadi semakin lembut hingga kemudian ku lepaskan bibirku perlahan. Ima yang ternyata memejamkan matanya perlahan membuka matanya. Dadanya kembang kempis menahan dahsyatnya gelora birahi yang memanaskan dinginnya malam. Dia menatapku dengan sayu.

“Kanghh…..Lanjutan ceritanya gimana?” Tanya nya pelan. Aku tersenyum perlahan lalu sambil menggenggam dadanya dengan kedua tanganku yang ternyata masih menempel di depan jilbabnya.

“Daripada cerita kak Umi, mending kita bikin cerita baru aja” kataku. Ima tersenyum genit.

“Ihhh…dasar mesum” katanya sambil memukul ringan dadaku. Dengan perlahan ku dudukkan Ima di atas pangkuanku menghadapku tanpa ada sedikitpun penolakan darinya. Ku dongakkan kepalaku agar wajah kami sejajar. Kembali ku kecup bibirnya dan dia juga begitu. Saling kecup-mengecup dalam desah nafas yang memburu kemudian meningkat menjadi saling melumat bibir. Liur yang bercampur justru meningkatkan gairahku. Begitupun bibirnya yang ranum dan mungil begitu hangat ku lumat. Sejurus kemudian aku mencoba menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dan ternyata dia menyambutnya. Ipar bungsuku ini sangat aktif dan lihai mengimbangi permainan lidahku, bahkan sesekali dia menyedot lidahku dengan ganas ke dalam rongga mulutnya.

“Sshhh…..Kangghhh…..ssrrllppp….” Kecipak bunyi liur dan bibir menjadi musik merdu kami malam itu mengimbangi irama jangrik yang semakin sibuk dengan orkestranya. Entah siapa yang memulai tau-tau jilbab besarnya sudah teronggok di lantai dan kaosku juga telah berpindah ke sandaran kursi malas. Aroma tubuh dan keringat Ima sangat membakar gairahku malam ini. Dasternya perlahan ku loloskan ke bawah hingga tertahan di perutnya. Dadanya yang kencang dan tidak tertutup bh langsung menjadi santapan telapakku untuk ku remas. Kencang dan padat, persis seperti dada istriku ketika dia hamil. Meremas dadanya semakin menambah semangat tempurku.

“Igghhhh…..Shhhhhh……” Ima menggigit bibir bawahku ketika kedua jempolku memilin dan memainkan putingnya. Tubuhnya terkejang sesekali menerima rangsangan jariku. Pinggulnya bergoyang memutar membuat senjataku yang tertindih di bawahnya semakin tersiksa ingin segera di lepaskan. Nikmat dan ngilu berbaur menjadi sebuah melodi yang indah, hangat namun liar. Tiba-tiba Ima melepaskan ciumannya. Dia segera berdiri dengan terburu-buru melepaskan dasternya, satu-satunya kain yang menutupi tubuh seksinya yang sedang hamil. Rupanya selain tidak memakai bh dia juga tidak memakai celana dalam. Wow. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah tersaji di depan mataku. Akhwat yang sedang hamil muda kini tengah bugil dalam balutan birahinya, sehingga akal sehat dan norma yang dimilikinya entah tersiman di mana.

Ima lalu menuju ke arahku dan segera menarik celana training yang ku pakai sekaligus celana dalamnya. Sontak torpedoku yang tadi telah tersiksa langsung melesak keluar dan menegang setegang-tegangnya. Tanpa banyak cing-cong, Ima lalu menaikiku dan bersiap memulai santap malamnya.

“Wow….Imaahhh…..Kamu nakalhhh…. Juga rupanyhaahhh” Ujarku ketika ujung senjataku telah menempel di celahnya yang hangat dan becek. Ima menatapku dengan tajam lalu menempelkan telunjuknya di bibirku.

“Sssttthhh…..Diam kamuhhh……Aku masukin yahh….” Bisiknya dengan penekanan di setiap katanya. Ada nuansa sedikit horror di balik bisikannya, namun suasana itu segera sirna ketika dengan perlahan batanku tertelan masuk ke dalam celah vagianya.

“Ughhhhh……”

Ima menggigit bibir bawahnya seiring masuknya senjataku dengan lancar. Tidak ada menyusu, tidak ada nyepong, tidak ada jilat-jilatan, langsung menu utama. Jika kalian menganggap bawah sex itu harus dimulai dengan ciuman, melumat, lalu menyusu, oral, enam-sembilan, yakinlah kalau kalian telah diracuni oleh bokep-bokep yang bersutradara. Sex itu mengalir apa adanya seperti yang dilakukan Ima malam ini. Tanpa banya pemanasan dia telah siap dengan menu utamanya, karena dari tadi dia sudah panas.

“Shhhh….Mentokk Kanghhh….” Desahnya ketika semuanya telah tertelan. Hangat, basah dan terasa lengket. Dua tungkai selangkangan yang menempel erat.

“Ihhh….hi..hi…hi….Dedek bayinya gerak…” kata Ima tersenyum geli ketika bayinya bergerak di dalam perutnya. Aku juga bisa merasakannya.

“Iya…terganggu kali” kataku.

Plak!

Ima menamparku dengan gemas.

“Ku bilang diam kamu” katanya. Setelah itu perlahan dia mulai menggoyang-goyangkan pantatnya memutar sembari sesekali maju mundur teratur dan lembut. Tangannya merangkul pundakku erat memberikan peluangku untuk menyusu dengan bebas.

“Sshhhh…..Hhhhhhhh……..”

Ima mendesah seperti sedang kepedasan, sambil terus menggoyang pantatnya, namun kali ini sudah agak cepat. Kesempatan ini ku manfaatkan dengan melumat kedua payudaranya secara bergantian dengan gemas. Putingnya yang mengeras ku jilat dan sesekali ki sedot. Mulut dan lidah bekerjasama dengan tangan yang ikut meremas dan sesekali menggelitiki putingnya.

“Yang kencengghhhh kangghhhh…….” Bisik Ima dengan desahan yang berat. matanya terpejam erat. Sampai pada tahapan ini, aku mendapati gaya Ima berbeda dengan kakak-kakaknya ketika sedang birahi. Sejauh ini Ima lebih kalem dalam desah dan rintihan. Dia lebih mungkin nyaman hanya mendesah atau berbisik pelan ketika sedang beraksi. Berbeda dengan Kak Umi yang sangat manja dan senang mengaduh setiap kali digenjot, atau Ani yang senang mengumpat dan mengataiku dengan kasar, atau Arni istriku yang desahannya lebih mirip seperti orang yang menangis.

“Kenceng gimana, Ma?” bisikku sambil sesekali menjilat lehernya.

“Neteknyahhhhh…..yangghhhh….kenchennggg sedotnyaahhh…..” bisik Ima dengan pelan tetapi rangkulannya di pundakku semakin erat.

“OK….” Jawabku. Ku kerahkan konsentrasiku di seputaran putting dan areolanya. Ku sedot bergantian dengan tekanan yang intens dan sesekali ku gigit. Ima terus mendesis seperti orang yang kepedasan. Tangannya merangkul pundakku dan sesekali membelai rambutku.

“Uuuuhhhhhh….Sshhhh……”

Rintihan pertama Ima terdengar dalam dinginnya malam. Dia orgasme. Pangkal pahanya bergetar agak kencang seiring semakin hangatnya senjataku di dalam sana. Ada cairan yang sedikit meluber di celah pertemuan persunatan kami. Luar biasa sensasinya. Dalam menghadapi orgasmenya, Ima rupanya tidak mengendurkan goyangannya.

“Ssshhhhhh…..Hhhhhhhhmmmmmm…….”

Ima mendesis dan terus saja menggoyangkan pantatnya, naik turun maupun maju mundur. Ku bantu dia dengan terus menerus menjilati putingnya sambil sesekali meninggalkan bekas cupangan. Entah bagaimana kejadiannya nanti ketika suaminya pulang dan menemukan tetek istrinya lebam kemerahan. Ah, masa bodoh.

“Uuhhhhhhh….Kaanggghhhh……”

Ima berbisik pelan. Kali ini dia orgasme lagi dalam tempo yang kurang dari tiga menit. Wah. Luar biasa ipar bungsuku ini.

“Udah keluar lagi?” tanyaku pelan. Ima mengangguk, sambil sesekali mengejang. Untuk beberapa saat lamanya kami berangkulan dengan selangka yang menempel erat. Kembali ku rasakan perut Ima bergerak.

“Kamu gimana, Kang? Udah mau orgasme?” Tanya nya setelah deru nafasnya agak mereda.

“Belum tuh, emang kenapa?” tanyaku.

“Biasanya Mas adi orgasmenya barengan kalau aku udah dua kali” jawabnya.

“Lha ini kan baru sekitar sepuluh menitan” kataku.

“emang biasanya durasinya segitu, kan? katanya polos. Aku tersenyum sambil mengecup dagunya.

“Aku belum pernah orgasme di bawah 30 menit, Ima sayang.” Kataku. Ku lihat matanya agak sedikit membelalak.

“Heh? kok bisa begitu? Kirain hubungan seksual normalnya kan sepuluh menitan aja” katanya agak heran. Ku rasakan senjataku di dalam sana diremas oleh dinding vaginanya.

“Kata siapa?”

“Aku kan main ama mas Adi ya sekitar segitu aja”

“Ck….ck….ck….kamu udah nanya sama kak Umi berapa lama kami main?”

“Emang berapa lama?”

“hampir dua jam”

“Eehhhhh…..!!!????”

Ima membelalak dan menjauhkan tubuhnya dari rangkulanku. Aku tersenyum.

“Emang bisa selama itu?” Tanya Ima.

“Yup….paling cepet aku keluar 30 menit”

“Aduhhh….Kang……Aku jadi trangsang nih…….”

“Iya….lanjut ya? Udah kuat, Kamu? Soalnya aku bakalan ganas lho...”

“Udah, Kang…..hayukkk…..jadi penasaran, seganas apa sih kamu”

BERSAMBUNG
 
akhirnya dadang juga.. terima kasih kang sudah menyempatkan waktu yang padatnya:Peace::ampun:
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd