Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

selamat lae balak, atas tamatnya cerita mu... masih ada rencana mau buat lanjutannya atau cerita baru lagi???

who know.. ise umbotosa
 
selamat lae balak, atas tamatnya cerita mu... masih ada rencana mau buat lanjutannya atau cerita baru lagi???

who know.. ise umbotosa
 
Selamat malam momod, king, pertapa, pendekar, legend, guru besar, tukang, senpai, suhu, holic, addict, dan suhu-suhu terhormat semua. Semoga sukses, dan bahagia selalu...

Sekarang nubie mau keluarkan epilog, mengenai penjelasan tambahan dari cerita ini, agar tidak menggantung dan jelas ujung dari kisah nya..

Terima kasih, salaaaaaammmm... semprottt..
 
Mulustrasi...


Aiko Nakazawa






Deandra Handayani

6b8f66630306063.jpg



Winda Hapsari




Teh Yeti Kusumawati




•••©©©•••

EPILOG


Satu bulan berlalu sejak aku kembali ke Jakarta dari desa Cibodas Herang di Cibadak, kabupaten Sukabumi.

Perkenalan ayah dan mama ku dengan kakek dan nenek Maulana, juga terutama dengan Aki Tama dan Neng, berjalan baik. Ayah yang melihat keseriusan ku dan kerelaan Aiko, tidak bisa berbuat banyak. Semua merasa senang, terutama karena operasi yang aku, aiko, neng dan dua abang perkasa itu lalui. Percaya atau tidak, kedua abang itu sudah pergi entah kemana. Mereka sudah keluar dari rumah sakit keesokannya. Ridwan yang mau menjemput pun kehilangan jejak. Pihak rumah sakit mengatakan, semua sudah beres dan abang itu keluar di jemput katanya. Hah, dasar agen, datang gak jelas, pergipun misterius tanpa ada pesan apapun. Aiko yang kembali ke Tokyo dua hari setelah kembali ke Jakarta. Dia pergi hari selasa malam dari Bandara Soetta, Banten.

Hari ini tanggal 19 April, jam 09.00 pagi, kami para peserta sidang sudah berkumpul di teras ruangan sidang. Dengan pakaian Putih - Hitam, kemeja lengan panjang putih, dan dasi hitam, memakai celana kain hitam bersepatu hitam. Ada 20 orang peserta sidang hari ini dari jurusan ku, akuntansi. Ridwan juga ada, dia di dampingi Winda, yang izin tidak kerja karena ingin ke Jakarta. Dia berangkat bersama yayang ku, Neng. Yang saat ini duduk diam di samping ku. Sejak tiba tadi, dia lebih banyak diam, wajah ketegangan nampak jelas di wajah nya. Dia seperti lebih tegang dari aku.. hehe..

Aku dapat nomor urut 12. Sedang saat ini baru nomor 3. Masih ada 8 orang lagi baru aku. Tiba-tiba dari belakang, datang seseorang yang juga berencana datang.

"Abang, belum yah? Hah maaf bang, aku kena macet bang dari bandara langsung ke sini. Rencana jam 8 sudah sampai, ini jam 9.20." ternyata sayangku, Aiko juga menyempatkan hadir.

"Kamu pasti lelah yah. Sini duduk." aku suruh duduk dikursi kanan ku yang kebetulan kosong.

"Iya, kak. Tenang dulu aja. Masih nomor 3, punya aa nomor 12. Iiih.. jadi Neng yang tegang pisan."

"Ini minum dulu..." aku menyerah kan botol minuman ku. Aiko langsung meneguk, hampir habis

"Bang, tinggal dikit.. maaf ya bang, haus sekali. Tiga jam di jalan bang.. ckckck.."

"Yah, begitulah sayang.. Indonesia.. yah, pelan-pelan lagi mau di tata biar lebih rapih.."

"Aiko hampir nangis bang, takut tertinggal sidang abang, takut gak sempat kasih dukungan ke abang. Oh, akhir nya sempat juga."

"Bro.. weh, dateng dua-dua nya nih.. mantap. Lo harus lulus lo bro, Aiko bela-belain tuh dari Jepang."


"Yoi bro, dukungan mereka berdua, bener-bener cambuk buat gue biar gue lulus man..."

Tak lama, seseorang juga datang, ternyata dia juga peserta sidang gelombang kali ini..

"Weiss To... lo sidang juga? kok gue gak liat tadi?" ternyata Ajie, mantan ketua BEM aku

"Lo yang gue gak liat Jie, waktu briefing lo gak ada kan?"

"Iya bro, telat gue gak briefing.. eh, tunggu.. ini kan yang waktu itu di tokyo yah? yang dihotel?"

"Iya bener, dia. Aiko. Dia datang mau support gue man.."

"Still remember me?" tanya Ajie, pake bahasa Inggris. Mungkin dia lupa sesuatu

"Iya masih ingat, Ajie kan teman nya bang Anto. Ah kalo ingat kejadian itu, malu ah. Jangan di bahas lagi."

"What? kamu bisa bahasa?"


"Bisa kali Jie, lo lupa apah?"

Ajie bengong sejenak. Lalu...

"Hahaha... iya ingat gue. Kamu katanya yang pernah tinggal di kemang itu kan? Sekolah di J*S? wah, lupa gue.. kamu jadi sama si Anto nih cerita nya?"

"Iya, aku udah punya abang Anto sekarang dan seterusnya."

"Selamat ya bro and sist.. mudah-mudah an ini pertanda baik buat kelulusan nya Anto. Kalo yang sebelah sono siapa To? Saudara lo? kenalin lah ama gue. Gue anak baik-baik kok."


"Kenalin, ini juga calon bini gue. Habis wisuda gue mau nikahin die orang berdua."

"Haaaaahhhh??? Edan.. edan.. lo sungguhan man?"

"Iya man.. beneran.."

"Anjriit.. gimana ngatur nya man, dia pada gak ngiri-ngiri gitu? Gue aja mau main dua takut-takut ke gep, lo malah terang-terangan yah? Bagi gue ilmu lo dong man. Gue juga mau dua dan akur kaya lo.."

Kedua wanita ku senyum-senyum. Lumayan bikin suasana agak fresh dengan datang nya si Ajie..

"Ilmunya lo kudu serius jangan maen an dan lo kudu jujur. Dan pasti nya adil lah.. jangan cuma pengen enak di lo doang..'

"Hehehe.. itu die.. buat serius gue belom an kayanya. Pengen seneng-seneng dulu lah. Cari duit yang banyak, pasti ntar cewek nempel ama gue."

"Itu mah incer duit lo kali..'

"Iya kali yah.. salut gue ama lo man, kalo gue gak liat sendiri, kaga percaya gue kalau cuman di ceritain kayanya.."

Tibalah panggilan buat Aku. Sekali masuk langsung empat mahasiswa. Aku, Ridwan bersamaan waktu sidang.

Aku masuk dan menunduk hormat. Kemudian di silahkan duduk oleh pembimbing ku, pak Hariman. Ada tiga penguji dan salah satunya aku kenal baik juga yaitu pak Hendy. Pembantu Dekan bagian kemahasiswaan, yang 7 Bulan lalu ikut presentasi di Universitas of Tokyo. Satu lagi adalah ibu Harini Setiowati, dosen Akuntansi Keuangan. Aku duduk dan di tanya kesiapan ku oleh pak Hariman, aku jawab iya siap.

Lalu muncul pertanyaan mengenai skripsi ku yang mengenai Akuntansi Cost Marketing. Mengenai landasan teori nya, juga pembahasan dari studi kasus penelitian ku pada perusahaan ku sendiri. Yang saat itu masih di pimpin oleh ayah. Aku presentasi kan adanya koefisien dari cost terhadap efisiensi keberhasilan dari target pasar. Strategi pemasaran dan pengalokasian dana untuk promosi dan termasuk biaya lain-lain. Disini terjadi beberapa perdebatan. Akhir nya aku jelaskan, biaya lain-lain, bahwa itu di masukkan pada anggaran biaya penjualan. Dan sudah ditetap kan pada awal, bukan diakhir. Sehingga kami bisa mengawasi pengalokasiannya.

Lalu muncul pertanyaan dari pak Hendy. Mengenai prosedur pengeluaran dari dana, alur dan sistem pencatatan nya. Aku jelaskan dengan lancar, karena hal itu adalah tugas ku di perusahaan. Lancar jaya, sebab yah sehari-hari aku kerjakan.

Ibu Harini mengeluarkan pertanyaan. Ibu ini dikenal, ibu yang Killer dan pelit nilai. Dia tanya mengenai peran dari bagian keuangan dalam menantau arus dana keluar. Dan bentuk pemeriksaan nya. Aku jawab, bahwa pengawas di lakukan dua lapis. Pertama di kepala kasir dan lalu di acc manager keuangan. Dan bukti dari pembelanjaan akan di kumpulkan dan di periksa oleh bagian keuangan dan diteruskan untuk di audit. Ini juga di berikan standard ke wajaran yang di analisa bagian audit. Satuan biaya yang dianggarkan itu, tidak di keluarkan sekaligus, tetapi bertahap sesuai kepentingan nya. Jadi hal itu sekaligus menjadi pengawasan. Ibu Harini lalu menanyakan jika terjadi ketidak cocokan antara anggaran dan realisasi? saya jawab, tetap akan ada yang nama nya kebijakan. Karena di real life, banyak hal yang masih bisa terjadi menyimpang dari rencana. Tapi selama hal itu masih di pandang sesuai dengan hasil yang akan di raih, bisa dianggap masih dapat di setujui. Beliau berkeras hal itu tidak bisa di benarkan, akan terjadi risiko akan penyimpangan. Saya jawab, karena pada praktek nya, jika hasil yang didapat di atas target yang di canangkan, mengapa tidak, saya berargumen. Jadi kalau yakin berhasil baru dikeluarkan tanya si ibu, jelas, saya jawab. Karena saya memang mempraktekkan hal itu di keseharian ku, tapi itu tidak mungkin di setiap kasus terjadi. Ada kalanya, jika saat kita lakukan proses promosi, ternyata memang hasil sangat tidak mempunyai kemungkinan keberhasilan atau persentase nya kecil sekali, kita bisa cut di tengah agar alokasi dana nya tidak terbuang percuma. Beliau bisa terima penjelasan ku akhir nya..

Pada sesi ke dua pak Hariman ada mengkritisi soal isi penjelasan bab 4, mengenai pelaporan alokasi dana dan pengawasan. Dimana pada bidang yang beda di lakukan oleh orang yang sama. Saya jawab iya, pada sistem kerja profesional itu harus di bagi. Karena pelaporan dalam hal ini hasil dari pengalokasian biaya yang di alokasikan untuk proses marketing di lakukan oleh divisi marketing, tetapi diawasi oleh tim audit internal perusahaan. Tapi di tempat penelitian ku, di lakukan oleh orang yang sama. Alasan nya adalah, agar adanya sinkronisasi dan kemudahan mengambil keputusan. Dalam hal ini, jika terjadi kemungkinan adanya in efisiensi pada anggaran akan segera diketahui secara langsung. Memang jadi semua terlimpah pada satu orang, yang kebetulan aku yang pegang sendiri. Hah.. ini tergantung aku sih memang, aku lengah yang rugi ya perusahaan bokap sendiri. Yah, namanya juga anak, yah bantu in bokap lah sebisa mungkin. Toh nanti nya akan aku yang teruskan juga.

Pak Hendy menanyakan adakah pengaruh atau dampak nya menjadi aktivis terhadap dunia kerja di kehidupan nyata. Aku jawab, banyak pak. Terutama mengorganisir suatu tim dan kelompok kerja secara kecil dan mengatur jalan organisasi perusahaan secara besar. Pelimpahan tugas dan wewenang dan menerima masukan, ide bahkan kritik an sudah di pelajari saat kita ber organisasi di kampus walaupun sifatnya nir laba dan sosial dalam hal ini tidak ada bayaran. Ilmu dalam approach atau pendekatan pada tim kerja dan bagaimana kita bisa menyampaikan maksud dan pemikiran kita terhadap bawahan dan rekan kerja, bisa di mulai dalam organisasi kampus.
Pak Hendy mengangguk tanda puas.

Ibu Harini di sesi terakhir ini menanyakan mengenai definisi dari laporan keuangan yang benar menurut saya. Hah ini pertanyaan yang menjebak. Aku tidak mau diarahkan pada teori. Aku jawab simple, menurut saya laporan keuangan yang baik dan tepat adalah laporan yang menyajikan bentuk yang tepat dan jelas akan suatu alokasi penggunaan anggaran sesuai post nya dan melalui suatu proses pengawasan ketat dan terstruktur sehingga nilai yang didapat adalah nilai yang valid. Agar bisa di pergunakan sebagai standard penilaian terhadap kinerja dan progress tumbuh perusahaan dan acuan dalam membuat perencanaan perusahaan di masa yang akan datang.

Bu Harini tiba-tiba berdiri, menyalami ku..

"Pak, dari saya cukup.. aku tunggu di pasca sarjana.. "

Aku mengangguk, ucap terima kasih. Ada beberapa pertanyaan lain nya yang tidak terlalu penting dari pak Hariman.

Setelah beberapa saat, sidang selesai. Pak Hendy dan pak Hariman menyalami ku. Nampak puas dengan presentasiku.

"To.. ayo lanjut S2. Disini juga ada, sayang itu ilmu ntar beku kalo gak di pakai." kata pak Hendy

"Pak, jadi saya lulus pak?"

"Jangan ge er dulu, pengumuman nya nanti kalo kamu lulus"

"Hah? kalo saya lulus di umum in saja sekarang pak."

"Sabar dulu, nanti di umumkan kelulusan kamu.. kalau diumumkan sekarang kamu langsung kabur lagi.."

"Aduhh.. baik lah pak, saya pamit deh pak, saya tunggu di luar saja. Terima kasih atas kesempatan dari bapak dan ibu."

"Hahaha... kamu gitu aja langsung lemes. Iya, kami sepakat kamu lulus. Selamat ya Anto, kamu resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi.." kata pembimbing ku pak Hariman

"Ah... Ya Tuhan, terima kasih, alhamdulillah.... terima kasih banyak bapak, ibu.. " saya langsung menyalami para dosen ku itu.

"Bapak, ibu.. izin keluar.. "

"Ya... selamat yah..."

Aku keluar, kupasang wajah sedih dan memelas.

Di depan pintu aku di datangi Neng dan Aiko.. aku diam dan terus jalan ke arah taman samping. Yang sepi dan tidak mengganggu..

"Bang, kenapa? gimana bang? cerita bang.."

"Iya aa, ayo cerita dong, lulus tidak? aduuuh.. jangan diam aja atuh.. iih, Neng mau nangis ini."

"Abang, kalau memang belum berhasil, jangan putus asa sayang, aku dan Neng pasti dukung kamu kok sayang. Jangan sedih yah..."


Aku diam dan berdiri menghadap wanita berdua, mereka berdiri sejajar.

"Aiko, Dea.. maafin aku yah, sudah bikin kalian susah... aku mungkin sekarang bikin kamu sedih yah... maaf sekali.. aku menyesal.. karena aku pun.... LULUSSS.. Ha ha ha ha ha ha ha...."

Kedua nya masih diam bengong, tapi segera menubruk badan ku kiri kanan.

"Jahat.. jahat.. jahaaat.. aa jahaat... hik.. hik... hik... iiihhh... " Neng mencubitku gemes..

"Abangggg.... kok gituuuu... abang jelekkk... " Aiko memukul-mukul dadaku.

Aku tertawa dan ke dua wanita ku tertawa juga walau dengan mata berkaca-kaca. Hahaha.. ternyata mereka sangat care padaku.

"Woi nyuk, busyet dia peluk-pelukan... lo bener-bener bro... gue... " Ridwan datangi kami di buntuti Winda. Neng dan Aiko mundur ke belakang ku. Ridwan berdiri tepat di depan ku. Dia lalu maju selangkah lagi, dan..

"Makasih bro..... makasiiihh... " Ridwan memeluk ku erat sekali

"Kalo bukan karena lo, monyet jelek, gue belom akan sidang... kalo bukan karena lo.... gue gak akan selesai dan lulus.. dan kalo bukan karena lo, gue belum akan punya tunangan bro... makasih yah sahabat ku.. plisss... jadi sahabatku selamanya... yah.." Ridwan memeluk ku dan mencurahkan perasaan nya.

"Sama-sama man.. gue juga bilang terima kasih ke lo man. Dengan lo ajak gue kemaren ke desa, gue bisa ketemu juga cinta gue satu nya, gue bisa membuat komitmen baru dan mantap melangkah, dan... gue dapat saudara baru.. lo sahabat sekaligus sodara gue man, kakek dan nenek dah gue anggap kakek dan nenek gue juga. Dan desa cibodas herang adalah desa ku juga. Apalagi alasan yang bisa bikin gue jauh dan pisah ama lo man, my brother??"

Ridwan menangis bahagia, aku pun tidak bisa menyembunyikan rasa senang ku. Para wanita kami juga sudah bersatu. Membuat kelompok. Mereka senyum gembira..

"Man, selamat yah, akhir nya nama lo sekarang Muhammad Ridwan, SE. Anjirrr.. seorang auditor, udah lo ambil auditor nya man. Ambil Ak nya lah. Biar lengkap man..."

"Hah, iye ntar gue pikirin. Gue mau nikah dulu. Takut ntar lepas lagi.. manyun gue.."

"Iiihhh.. aa Ridwan omong apaan sih.. Winda gak akan kemana-mana kok. Tapi ya jangan lama-lama juga, se ce pat nya.."

"Iya tuan putri... iya... kan udah tunangan tinggal nikah. Habis wisuda, kita... kikuk..kikuk... "
kata Ridwan sambil memainkan tangan nya..

Memang Ridwan dan Winda gerak cepat, dua minggu sejak kembali ke jakarta mereka mengumunkan akan tunangan minggu berikut nya. Dan minggu lalu, mereka sudah resmi bertunangan di rumah Ridwan, dan dihadiri keluarga dekat saja. Aku datang, tapi Neng tidak bisa datang sebab dia ada urusan panti yang tidak bisa di tinggal.

Keadaan desa saat ini sudah jauh berbeda. Orang-orang desa lebih guyub, lebih peduli dengan sesama. Kakek Maulana memimpin dengan pendekatan kekeluargaan. Siskamling di galakkan lagi, untuk mencegah adanya hal-hal yang tidak di inginkan masuk dan beraktivitas lagi di desa tanpa terpantau. Semua saling memperhatikan. Saling mengingatkan, dan saling menolong jika ada yang kesusahan.

Rumah mantan kades, saat ini di gembok, dan ditinggal begitu saja. Jadi di biarkan kosong. Memang terkesan jadi kumuh dan angker. Mau gimana lagi? Warga desa mengusul kan ke camat, agar rumah itu di berdayakan atau di fungsikan. Yang terdekat mau di jadikan gedung serba guna. Yang dikelola bersama warga. Camat sedang mempertimbangkan.

"Man, gue mau bayar utang ama lo nih.."

"Apaan?"

"Lo lupa yah.. tapi gue yang punya utang gak lupa. Ayok.. kita makan siang sama an di Sop Buntut Borobudur..." kata ku

"Wah iya gue lupa... hahaha... ayo.. gue laper... hahaha... ayo sayang kita makan dulu."

Akhirnya kami meluncur ke Hotel Borobudur, Jakarta pusat. Neng yang belum pernah ke Jakarta, duduk di depan di sampingku yang mengemudi kan Altis ku, Aiko dengan santai dia duduk di belakang. Banyak pertanyaan dari Neng sapanjang jalan, dan juga ada sesekali pertanyaan dari Aiko. Aiko pernah juga tinggal di kota ini 3 tahun lebih, jadi rata-rata sudah tau dia tempat yang kami lalui, hanya saat ini sudah banyak perubahan. Di banding 6 tahun lalu.

Akhirnya satu jam kemudian kami sudah masuk pelataran hotel borobudur. Ridwan menyusul dengan innova nya bersama Winda. Kami segera masuk restoran nya. Dan memesan makanan nya. Sambil menunggu sop buntut nya, kami berbincang..

"Bro.. teh Yeti kata Winda, akhir bulan mengundurkan diri dari koperasi. Sepertinya mental nya belom pulih benar. Bahkan seminggu terakhir seperti sakit dia. Katanya mau istirahat nemani ibu si palabuhan, sebab ibu nya hanya sendiri dan makin tua katanya. Tapi sepertinya, ada beban berat dia rasakan. Mungkin karena dia cerai itu mungkin, dan dia kesepian."

"Kasian teh Yeti. Ya ntar kalo lo kesana lagi, lo hibur lah bro.. mungkin trauma kejadian kemarin masih belum hilang seperti nya.."

"Itu dia, gue kan sebulan terakhir disini man. Kemarin yang ngelamar Winda juga bonyok dan di pimpin kakek. Gue konsen belajar itu. Cuma waktu tunangan sabtu 2 minggu lalu, ia gue gak belajar lah."

"Iya juga sih. Berarti Winda yang ketemu terus ya Win?"

"Iya a Anto. Dan info terakhir sabtu lalu sebelum aku kesini, mantan mertua nya mengambil anak nya teh Yeti yang lelaki juga a Anto. Teh Yeti nangis diam-diam. Tapi waktu Winda tanya, teh Yeti pura-pura tidak ada apa pun. Tapi mata nya tidak bisa sembunyikan suatu kesedihan itu."

"Semoga teh Yeti segera mendapat sandaran hati dan jiwa nya segera yah. Gue juga jadi prihatin. Gue minta tolong ma lo ya bro.. biar gimana teh Yeti itu udah jadi teteh nya Neng."

Neng yang mendengar cerita Ridwan juga mendadak diam, matanya merah. Aiko segera memeluk nya, menghibur nya..

Ternyata di balik kebahagiaan kami, ada saudara kami yang sedang berduka dan kesusahan saat ini. Kami larut pada pikiran kami masing-masing.

Tak lama kemudian makanan datang. Lalu kami hanyut dalam menikmati hidangan itu. Ridwan berencana akan kembali ke desa lusa. Begitu juga Winda dan Neng. Aiko akan kembali ke jepang juga lusa pagi. Akan tiba di tokyo malam nya. Karena besok nya dia harus kuliah lagi. Aku sangat menghormati pemgorbanan ke dua sayang aku ini.

Aku berencana akan melamar Aiko dan Neng bulan depan. Karena wisuda akan dilaksanakan kalau tidak agustus atau september tahun ini juga. Ayah sudah merencanakan pernikahan kami pada Desember, biar bisa liburan akhir tahun katanya... aku sangat setuju.. Saat ini Neng sedang pengajuan pembuatan passport.


~~~©©©~~~


1 Bulan kemudian

Aku dan keluarga ku berangkat ke Jepang. Semua berjumlah 15 orang. Keluarga inti saja 5 orang. Di tambah paman dan tante dari pihak ayah dan mama ku. Aku mau melamar Aiko resmi menjadi istri ku. Oh iya, sidang skripsi ku aku mendapat nilai A. Bahkan ibu Harini yang terkenal killer dan pelit memberiku nilai 9.5.. Haha.. sedang dua dosen lain memberi 9.3 dan 9.2, ibu Killer malah kasih nilai paling tinggi.

Aku tiba di rumah asri nya om Takeshi yang sudah ku panggil papa sejak 9 bulan lalu. Ayah mengutarakan maksud nya ingin melamar Aiko. Papa Takeshi sangat menyetujui. Juga beliau sempat bertanya di depan kami semua..

"Anto, yang akan jadi menantuku. Papa sangat senang dan bahagia, karena impian papa jadi kenyataan. Sebentar lagi putri satu-satunya papa resmi kamu minta jadi istri mu. Hanya papa mau tegaskan saja, walau Anto sudah jelaskan melalui komunikasi langsung jarak jauh yaitu mengenai rencana nak Anto mempunyai 2 istri. Papa hanya ingin memastikan saja, apa nak Anto akan bisa memimpin ke dua istri nak Anto secara adil dan seimbang. Sebab hal ini sesuatu yang tidak lazim di budaya kami, tapi di bolehkan di Indonesia. Papa tidak menyoroti tentang materi, kalau materi papa percaya nak Anto sanggup, yang papa soalkan adalah komitmen nak Anto terhadap ke dua istri nya kelak. Ini mumpung di dengar dan di saksikan kita bersama nak. Kamu gak keberatan kan?"

"Tentu tidak papa. Anto akan tegaskan disini. Anto memilih Neng juga jadi calon istri Anto kelak, bukan karena Materi, sama sekali bukan, juga bukan karena kepentingan popularitas, politis, karena hawa nafsu atau karena aji mumpung. Semua bukan.. Anto mencintai kedua wanita ini. Yang latar belakang sangaaat beda. Kepribadian dan cara sudut pandang juga sangat berbeda. Tapi ada kesamaan yang sangat Anto rasakan, yaitu jiwa rendah hati, saling bisa menghormati dan penuh kesederhanaan. Itu titik utama nya, dan dasar nya Anto pilih adalah Mereka mencintai aku apa ada nya. Jadi saya pun berkomitmen, Anto sepenuh nya cinta ku untuk mereka, sepenuh nya perhatian ku untuk mereka, sepenuhnya perlindungan ku untuk mereka, dan sepenuhnya berkah dan rezeki ku untuk mereka." jawab ku.

"Sehingga anak-anak kami kelak tidak ada yang merasa di lebihkan dari yang lain nya. Semua sama posisi dan status nya. Semua berhak atas sepasang Ayah dan Ibu yang sama. Walau ibu mereka mungkin berbeda-beda. Itu penjelasan saya papa."

"Papa bangga sama kamu nak. Di usia mu yang masih relatif muda, saat pemuda se usia mu masih suka senang senang, kamu malah mau mengikatkan diri mu dan pola pikir mu sangat matang. Papa berbahagia, dan yakin pada mu, Julian Raja Hatorangan. Papa titip Aiko secara resmi pada mu, menantu ku.."



Rombongan kami hanya tiga malam di Tokyo. Tapi aku sendiri kasih tinggal 3 malam lagi karena mau mengurus visa dan permohonan tinggal Aiko di Indonesia. Selama mengurus hal itu aku tinggal di rumah Aiko. Yah sudah layak nya suami-istri hanya tidak ada sex nya saja. Papa Takeshi juga sudah menyerahkan pada kami berdua akan bagaimana kami selama di Tokyo. Sebenarnya papa pun sudah lama mempasrahkan Aiko padaku sejak kejadian 9 bulan lalu di tokyo itu. Tapi aku komit akan menjaga Aiko tetap utuh sampai saat nya tiba.

Aku yang tidak paham bahasa Jepang, yah full English sudah kemana-mana kecuali sedang di dalam rumah.


Satu minggu setelah aku kembali ke Jakarta, aku memboyong keluarga ku ke Cibadak, Cibodas Herang. Aku mau melamar Neng secara resmi. Ada dua target ku ke desa ini. Satu lamaran yang ke dua melihat kondisi teh Yeti. Yang sejak akhir bulan lalu sudah tidak kerja di koperasi. Dan kata Ridwan lost contact. Hape nya sudah tidak aktif, ruko nya sudah kosong.


Rombongan ku juga yang 15 orang tersebut. Kami tiba lewat tengah hari. Langsung ke rumah Aki Tama. Sudah ada juga Ridwan dan Winda disana. Termasuk juga kakek dan nenek Maulana plus kang Dedi. Rumah sudah di pasang tenda. Haisshh.. tidak sangka kok jadi meriah gini padahal cuma lamaran. Ku tanya ke Riwan..

"Man, kok jadi heboh gini? pake ada panggung, hiasan, musik segala macem. Malah kagak di info lagi. Kita datang malah biasa aja ini.."

"Tanya kakek deh, beliau yang aturin. Aki Tama juga cuma terima jadi."

Ku beranikan bertanya sama Aki Tama si sela waktu acara yang kebetulan belum.di mulai.

"Kakek, Anto mau tanya kek, ini acara nya jadi meriah gini ya kek? padahal Anto eeee.. taunya acara nya sederhana dan keluarga saja kek. Ini jadi kaya nikahan."

"Cu.. ini adalah swadaya warga cu. Warga sangat senang saat tau cucu mau datang lagi dan mau ada maksud melamar Neng. Warga saat lalu tidak sempat untuk ucapun terima kasih, belum sempat tau kebenaran nya, saat kakek ceritakan yang terjadi sebenarnya dan peran cucu disana, warga sangat berterima kasih dan merasa kehilangan. Ridwan yang bulan kemarin kembali ke sini, di tanyakan tentang kamu cu. Dan saat kakek cerita bahwa kamu mau datang lagi sekaligus melamar Neng, mereka sangat antusias. Kakek buru-buru bilang bahwa akan datang secara sederhana agar tidak merepotkan, mereka spontan membantu. Ini lebih 80% dana warga cu, sisa nya ada kakek sedikit."

Mendapat penjelasan kakek seperti itu, aku jadi seperti kebakaran jenggot. Bukan apa-apa, aku jujur gak enak ama Ridwan nanti nya jika dia tidak mendapat perlakuan yang sama, padahal, Ridwan asli sini dan cucu asli kakek dan nenek.

Aku harus bicara ke Ridwan supaya tidak ada ganjalan..

"Bro...sini deh.. gue mau ngobrol bentar."

Kami bergerak ke samping rumah..

"Iya kenapa man?"

"Gue jujur gak nyangka jadi meriah gini. Gue jadi ada gangelan di hati. Jujur gue gak enak bro atas perlakuan ini, bukan gue gak mau atau gak terima.. tapi gue gak enak ama lo bro.."

"Gak enak nya?"

"Mereka dan kakek begitu merayakan hal lamaran ini ke gue, ntar kalo ke lo gak di perlakukan hal yang sama, gimana? lo asli sini, cucu asli dari kakek dan kades mereka. Kalau yang lo dapat gak diatas yang gue dapet, gimana? Gue gak enak lah bro..."

"My Brother Anto, gue jelasin yah. Semua yang lo udah lakukan buat gue gak bisa di nilai hanya dengan seperti ini. Gue paham yang lo maksud, lo akan berpikir gue akan cemburu gitu. Gue gak layak cemburu in lo boss cuma karena hal ini. Gue cemburu ama lo asli adalah kebesaran dan keikhlasan hati lo nolong orang. Itu gue yang sangat cemburu. Andai gue di kasih hati yang kaya lo man.. gue akan bahagia hati dan batin gue. Ngerti kan lo.. gak usah khawatir, gue malah seneng dan bahagia, ternyata lo diterima dengan sangat baik di desa asal gue. Lo kan sudah diangkat jadi warga sini. Kapan pun lo datang, akan diterima diterima dengan tangan sangat terbuka disini."

"Gue lega man. Tapi tetep ntar acara lo harus jauh lebih dari sekedar ini yah.."

"Amin.. doa in aja bro.."

Jam 4 sore acara di mulai. Acara dihadiri warga banyak. Sampai lorong yang ke rumah aki di penuhi sepeda motor dan sepeda kayuh. Aiihh..

Ayahku di dampingi mama mengutarakan maksud kedatangan kami. Kami melamar Neng menjadi bagian dari keluarga kami. Aki Tama menjawab menerima semua maksud itu. Aku dan keluarga ku lega. Neng di dalam, hanya sesekali keluar saat di panggil menjawab lamaran. Neng menerima juga..


Setelah itu dilanjutkan acara ramah tamah, lalu makan malam bersama.

Acara tanya jawab dan ada acara musik juga. Semua menanyakan mengenai aktivitas ku. Aku tentu tidak akan bicara mengenai agen, aku hanya bicara mengenai aku mahasiswa.yang sudah selesai, dan juga bekerja. Beberapa pemuda menanyakan apa bisa ikut kerja juga di tempat ku? dengan senang hati aku bilang kalau sesuai kemampuan nya. Mereka sukacita sekali. Mas Surya juga ada dan memberi kami selamat. Hari ini rombongan kami 15 orang akan kembali tinggal di rumah kakek Maulana. Kami jadi kembali merepotkan mereka. Kembali kakek memberi kami sebuah tumpangan.

Keesokan harinya rombongan kembali ke Jakarta, tapi tanpa aku. Aku berencana melacak teh Yeti yang seakan hilang di telan bumi. Aku dan Neng saja, sedang Ridwan dan Winda harus masuk kerja. Kami mencari mulai dari ruko. Kami cari info rumah teh Yeti dan rumah mertua nya. Rumah teh Yeti tidak ada yang tau, kami hanya pernah di beritahu teteh dekat polsek. Kami datangi wilayah polsek, tapi nihil. Aku coba hubungi mas Surya siapa tau dia ada info, ternyata juga nihil. Aku mulai mencari tau rumah mertua nya berdasar data teh Yeti yang ada di koperasi. Ternyata tidak singkron. Kami benar-benar kehilangan jejak. Akhirnya kami meminta bantuan mas Surya. Mas Surya bilang lebih baik bikin laporan pencarian orang. Supaya ada dasar hukumnya. Lalu Neng melapor secara resmi di polsek Cibadak. Bertindak sebagai keluarga.

Satu-satunya harapan kami adalah palabuhan ratu. Hari sudah sore hari, tapi kami tetap berangkat ke palabuhan ratu. Sampai palabuhan sudah jam 7 malam. Kami dengan ojek langsung ke citepus dan langsung ke rumah ibu nya teh Yeti.

Rumah nya gelap. Terkunci.. kami bingung. Kami coba mencari informasi ke tetangga. Mereka bilang sudah pindah lebih seminggu lalu. Tapi tidak jelas kata tetangga itu. Dia bilang ada pernah bilang ibu teh Yeti mau ke bandung, tapi ada juga bilang mau ke sukabumi saja.
Sungguh aneh dan penuh misteri. Aku coba tanya apa ada saudara teh Yeti di dekat sini? Ibu tetangga nya jawab ada di daerah surade. Tapi itu katanya ibu teh Yeti punya adik. Tapi sudah puluhan tahun tidak ada kontak. Jiwa agen ku langsung beputar, ini seperti nya teh Yeti pergi memang sengaja hendak menghilang. Dan memang seperti menghindari sesuatu. Tapi apa kah itu?

Teh Yeti, kamu dimana teh?
Neng juga menunjukkan wajah putus asa. Dan juga lelah. Ya kami berdua lelah, fisik dan mental.

Neng menyesali kenapa dia tidak peka sebagai adik. Dia merasa bersalah, sebab dia yang menganggap Yeti sebagai kakak nya, tapi dia tidak menjaga nya. Padahal Neng merasa mampu. Jika ada yang menganggu teteh, pasti akan Neng habisi katanya. Tapi semua sudah terlanjur. Semua perabot rumah ini di tinggal ternyata, hanya bawa yang sangat diperlukan saja sepertinya. Jelas teh Yeti dan ibu pergi seperti terburu-buru.

Aku kembali teringat kata-kata teteh saat aku dan dia terakhir bersama di hari yang sama saat setelah operasi itu. Teh Yeti bilang tidak akan mengganggu hidup ku, dan menuntut apapun pada ku jika terjadi sesuatu padanya karena hubungan itu. Apa ada sangkut paut nya dengan hal itu? tapi kan teh Yeti masih KB dan dia juga melakukannya dengan Yudha semalaman. Apa dia malu kalo terjadi hal itu? dan menghindari masyarakat?

"a, mikir apa kok bengong gitu?" tegur Neng yang menangkap aku sedang merenung.

"Tidak dek, ee.. aa hanya berpikir berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi pada teteh."

"Iya, teteh kemana yah? katanya mau pulang nungguin ibu nya, ternyata malah pergi tanpa jejak begini."

"Dek, kita istirahat dulu yah kita lanjutkan lagi besok, gimana?"

"He eh.. kita pulang cibadak?"

"Sudah tidak mungkin. Kendaraan umum sampai jam 8. Kecuali kita bawa mobil sendiri.. kemarin mobil dibawa om gitu.. aa juga nyesel, harus nya mobil ditinggal satu, tapi kasihan juga penuh jadinya mereka nya."

Malam itu kami menginap di Samudera Beach Hotel. Aku ingin memberikan sedikit kesenangan pada tunangan ku yang seumur hidup nya belum pernah menginjakkan kaki di hotel kelas apapun.
Dia tampak senang, seakan tidak percaya. Bulan lalu dia ke rumah ku juga hanya bisa terdiam, memandang semua nya yang ingin dia pandang. Keluarga ku mamaklumi nya dan mengajak nya untuk berinteraksi normal.

Kami tidur satu kamar, tapi tidak ada hal yang kami lalukan mengenai soal sex. Tidak, aku hanya mandi, ganti baju, bincang sambil nonton tv, lalu tidur berpelukan. Hanya itu.

Pagi nya setelah mandi, dan mencoba mandi dengan gaya berbeda, bermesraan di kamar mandi dan lain sebagai nya, kami sarapan dan check out. Kami kembali ke tempat rumah ibu teh Yeti dan berniat bertemu kepala desa. Aku di terima Pak Cecep dan di interogasi sedikit. Aku kenalkan Neng sebagai adik angkat nya. Kepala desa cerita, ayah teh Yeti orang asli sini, tapi ibu orang surade. 2 Jam lagi arah selatan. Tapi tepat nya tidak tau kata Pak Cecep. Teh Yeti anak paling tua, ada adik satu lelaki tapi sudah meninggal kecelakaan lalin 5 tahun lalu di jalan raya cibadak arah palabuhan ratu.

Setelah kami rasa tidak ada info lagi yang bisa kami gali , kami pamit. Dan langsung menuju terminal untuk cari bis menuju cibadak.

Kami lesu, lemas, kecewa, lelah dan juga perasaan penuh tanda tanya ini. Lewat tengah hari kami tiba di cibodas herang.. aku mampir ke koperasi dan menjelaskan semua yang kami dapat kan dan alami sejak kemarin pagi. Ridwan dan Winda hanya bisa mengeluh dan mengucapkan doa untuk kondisi dan keberadaan teh Yeti.


~~~©©©~~~

25 Agustus 201G, aku duduk di auditorium gedung Manggala Wana Bhakti, Jakarta pusat. Kami para wisudawan dan wisudawati duduk berjejer dari berbagai fakultas. Wisuda kali ini bertepatan dengan peringatan Dies Natalis Univ ku.

Setelah ada kuliah umum di bawakan seorang guru besar dan juga seorang tokoh terkenal di negara ini. Juga sambutan dari Rektor dan Ketua Yayasan kampus ku, lalu kami dipanggil maju ke panggung sambil menerima piagam sekaligus pemindahan pita yang tersemat di topi toga kami. Aku, Ridwan, Ajie, termasuk didalam nya. Setelah acara seremonial itu selesai, di tutup dengan lagu Hymne dan lagu nasional oleh paduan suara. Tak lama kemudian acara selesai di laksanakan setelah di tutup doa.

Aku berjalan keluar, menemui ayah, mama, adik-adik ku, lalu ke papa Takeshi dan Aki Tama juga. Aku menyalim para orang tua ini. Mereka memberi selamat padaku. Aiko dan Neng sangat cantik hari ini. Aiko mengenakan kebaya biru langit, Neng dengan kebaya pink nya. Mereka mengucapkan selamat padaku dan memeluk ku. Diujung sana aku lihat Ridwan dan Winda juga berpegangan tangan mesra. Kami tak lupa photo bersama. Ada yang aku sendiri, dengan orang tua ku, dan dengan saudari ku, bertiga dengan dua bidadari ku dan juga photo seluruh keluarga.

Semua sangat bahagia. Setelah ini aku akan ajak makan siang bersama di restoran yang cukup terkenal di kawasan Kuningan.

Akhir nya sampai kami di restoran gaya wertern itu. Sambil menunggu pesanan, papa Takeshi bertanya..

"Nak Anto, jadi kapan pasti nya kalian akan menikah?'

"Minggu ke tiga Desember papa. Tanggal 16 Desember papa." jawab ku

"Oke, jadi papa bisa siapkan agenda papa."
jawab papa Takeshi.

"Oh iya pak, supaya papa tidak ada halangan nanti tiba disini."

Lalu pesanan mulai datang, aku persilahkan yang lebih tua untuk makan duluan.

Sesaat setelah nya kami pulang. Saat itu aku mengajak keluarga ku ke suatu tempat. Aku ingin memperlihatkan sesuatu.

Aku masuk sebuah perumahan cluster elit, belantai dua minimalis. Bentuk rumah semua sama. Aku berhenti di salah satu rumah yang telah jadi, dan siap di tempati hanya masih kosong.

"Papa, aki, ini rumah ini dan sebelah itu, Anto beli untuk masing-masing istri ku.
Aku sengaja merahasiakan hal ini, bahkan bapak dan mama juga tidak tahu. Tapi aku sudah mempersiapkan untuk ke dua istri ku. Aku akan tinggal bergantian di sana sini. Hehehe.. terserah mereka saat ini. Mau diisi apa, dan di beri apa rumah ini."

"Ah, abang.. ah, ini benar buat aku dan Neng?"

"Iya lah sayang, masa bohongan? ini di depan semua keluarga lho.."

"Iiihh aa... Neng gak kebayang bisa tinggal di tempat bagus kaya begini.."

"Bapak bangga pada kau Julian. Kau sudah rupanya mempersiapkan dengan baik kebutuhan keluarga mu. Pantas uang kau itu sangat kau simpan selama ini, kau keluarkan untuk ini yah?"


"Iya bapak. Saya memang sudah lama menabung untuk masa depan ku, walau aku belum tau untuk apa kelak, yang aku tau ini untuk jika aku berkeluarga kelak."

"Hebat putra mama, mama terharu dengan tindakan mu ini.. kau sudah berpikir jauh ke depan. Percaya mama akan kau atur ke dua istri, anak-anakmu nanti. Lega mama, bisa menghabiskan masa tua dengan tenang."

Aku lega bisa menyiapkan tempat untuk kedua istriku dan anak-anak ku nantinya.


16 Desember
Pernikahan ku sudah terlaksana baru saja. Aku langsung menikahi dua wanita di waktu yang bersamaan. Semua teman- teman sekolah, kuliah dan dari relasi dan perusahaan datang. Yang tidak disangka juga datang beberapa warga desa cibodas herang bersama dengan kakek nenek Maulana. Saat resepsi itu,

oooaa.. oooaaa.. oooaaaa...

Aku di kejutkan saat seorang bayi merah menangis yang dibawa seorang ibu warga desa. Teriakan tangis nya sesaat membuat ku terpana. Aku yang saat ini di keluarga ku tidak ada yang mempunyai bayi lagi, tentu jarang mendengar suara itu.. pun demikian dengan aku. Aku sungguh terkejut dan terhenyak. Tiba-tiba muncul suatu suka cita dalam hati ku yang aku sendiri tidak bisa menjelaskan penyebab nya. Kalau di tanya, aku sama sekali tidak dapat menjawab. Hanya senyum sangat lebar dan sukacita saat itu. Ya wajar, aku pikir, aku berargumen mungkin karena aku sedang dalam hajat penting dalam hidup ku. Aku menikahi dua wanita yang sangat aku cintai dan sayangi. Ya mungkin itu..

(Belum selesai, sambung ke hal 75)
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Kritik nya gak ad suhu,, adanya apem ama terong ;)
Semoga Anto di kasi anak kembar ya suhu:D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd