lampetgadong123
Guru Semprot
DESCLAMER: Cerita ini sudah pernah dimuat disitus legenda jaman dulu. Ane mau lanjutin cerita ini (dan modif dikit-dikit), tapi lupa dulu siapa penulis awalnya. Kalau sudah ketemu, ane mau ijin lanjutin.
=====
Pelecehan Seksual Di Panti Rehabilitasi (Part 1)
"THINK HEALTHY WITHOUT DRUGS" (Berpikir Sehat Tanpa Narkoba) terpampang di depan gerbang masuk sebuah sekolah swasta di Kota ini. Sebuah tulisan yang menyiratkan sebuah ajakan sekaligus himbauan bagi para kaum remaja agar membentengi diri agar tidak terjerumus ke dalam lingkaran hitam bernama narkoba. Namun kenyataannya, kecanduan narkoba telah merasuki jiwa sebagian siswa SMA tersebut. Penggunaan narkotika, secara sembunyi-sembunyi selalu terjadi di sekolah itu. Ntah bagaimana narkoba bisa masuk ke sekolah ini.
Kenakalan remaja masa kini memang sudah semakin parah. Narkoba, alkohol dan juga sex bebas sudah seperti simbol untuk dianggap sebagai anak gaul ibukota. Yang tidak melakukannya dianggap kuno. Beberapa siswa sekolah itu, terutama yang jauh dari kasih sayang orangtua, terjerumus kedalam kecanduan narkoba. Sudah tidak terhitung korban yang menimpa anak muda kita justru karena perilaku hedonis mereka. Dari overdosis karena narkotika sampai tewas setelah menenggak miras oplosan.
Untuk kesekian kalinya orang tua nadine memergoki anaknya masih menggunakan obat obat terlarang. Karena khawatir akan keselamatan dan masa depan nadine, maka ayahnya menganjurkan agar gadis itu dimasukkan ke panti rehabilitasi. Pada awalnya ibunya nadine merasa keberatan, namun demi masa depan anakknya ia pun setuju. Dan untuk menjaga nama baik keluarga diputuskan bahwa nadine akan dimasukkan ke pusat rehabilitasi alternatif di luar kota pimpinan ki guntur. Nadine tentu saja kecewa dengan keputusan ini , namun ia tak bisa berbuat banyak. Selama dua jam perjalanan tak sepatah katapun keluar dari mulut nadine, tanda bahwa ia tak suka dikirim ke panti rehab dimana segalanya diatur.
Nadine agak sedikit terkaget ketika mereka sampai ke tempat rehab, lokasinya sangat terpencil, jauh darimana mana, dan strukturnya malah lebih mirip bangunan penjara.
“Ayah…ga salah nih..kita kesini…” tanya nadine
“Enggak..pokoknya kamu tinggal disini untuk beberapa lama..ini juga demi masa depan kamu…..” jawab ayahnya.
Seorang berpakaian serba putih menyambut mereka dan langsung mengantarkan tamunya ke ruangan ki guntur, pemilik rehabilitasi yang lagi terkenal itu.
“Saya berharap anak saya bisa disembuhkan ki guntur……” kata ayah nadine
“Hmmm…tak usah khawatir pak frans…..saya jamin anak anda sekeluar dari sini akan sembuh dan menjauhi narkoba….” Kata ki guntur meyakinkan.
Dan begitulah mulai hari itu , nadine resmi jadi penghuni panti rehab tersebut, dan harus mengikuti berbagai program dan aturan yang berlaku di tempat itu. Jika ada pelanggaran maka tak ayal lagi hukuman akan menunggu, biasanya hukuman berupa hukuman fisik berupa olahraga atau bekerja, atau hukuman pengasingan alias dikurung di suatu ruangan yang gelap dan lembab, dengan jangka waktu tertentu.
Suatu waktu , nadine dipanggil ki guntur ke ruangannya, nadine menduga ia dipanggil karena ia beberapa kali bolos di waktu pelajaran sosialisi bahaya narkoba.
“Nadine …duduk…….” Kata ki guntur sambil menunjuk sebuah kursi di tengah ruangan. Nadine duduk di kursi itu, entah mengapa jantungnya berdegub kencang, perasaanya ga enak.
“Nadine…..saya sudah diberi kewenangan penuh untuk melakukan cara apapun oleh orang tua kamu,agar kamu bisa sembuh…….dan juga ingat jika kamu tidak mengikuti perintah, kamu akan kena sangsi…” kata ki guntur yang membuat perasaan nadine mulai tidak karuan.
Nadine berusaha duduk tenang meski hatinya gelisah, gadis ini baru berusia 17 tahun , tapi bodynya sungguh mengaggumkan, buah dadanya cukup menonjol sempurna ,kakinya yg lenjang dan bulatan pantat yang menggiurkan. Ki guntur menatap tubuh gadis itu penuh nafsu, pusat rehabnya sering dititipi gadis cantik anak orang kaya seperti ini, dan ki guntur selalu punya therapy khusus untuk gadis gadis kota seperti ini.
BERSAMBUNG
=====
Pelecehan Seksual Di Panti Rehabilitasi (Part 1)
"THINK HEALTHY WITHOUT DRUGS" (Berpikir Sehat Tanpa Narkoba) terpampang di depan gerbang masuk sebuah sekolah swasta di Kota ini. Sebuah tulisan yang menyiratkan sebuah ajakan sekaligus himbauan bagi para kaum remaja agar membentengi diri agar tidak terjerumus ke dalam lingkaran hitam bernama narkoba. Namun kenyataannya, kecanduan narkoba telah merasuki jiwa sebagian siswa SMA tersebut. Penggunaan narkotika, secara sembunyi-sembunyi selalu terjadi di sekolah itu. Ntah bagaimana narkoba bisa masuk ke sekolah ini.
Kenakalan remaja masa kini memang sudah semakin parah. Narkoba, alkohol dan juga sex bebas sudah seperti simbol untuk dianggap sebagai anak gaul ibukota. Yang tidak melakukannya dianggap kuno. Beberapa siswa sekolah itu, terutama yang jauh dari kasih sayang orangtua, terjerumus kedalam kecanduan narkoba. Sudah tidak terhitung korban yang menimpa anak muda kita justru karena perilaku hedonis mereka. Dari overdosis karena narkotika sampai tewas setelah menenggak miras oplosan.
Untuk kesekian kalinya orang tua nadine memergoki anaknya masih menggunakan obat obat terlarang. Karena khawatir akan keselamatan dan masa depan nadine, maka ayahnya menganjurkan agar gadis itu dimasukkan ke panti rehabilitasi. Pada awalnya ibunya nadine merasa keberatan, namun demi masa depan anakknya ia pun setuju. Dan untuk menjaga nama baik keluarga diputuskan bahwa nadine akan dimasukkan ke pusat rehabilitasi alternatif di luar kota pimpinan ki guntur. Nadine tentu saja kecewa dengan keputusan ini , namun ia tak bisa berbuat banyak. Selama dua jam perjalanan tak sepatah katapun keluar dari mulut nadine, tanda bahwa ia tak suka dikirim ke panti rehab dimana segalanya diatur.
Nadine agak sedikit terkaget ketika mereka sampai ke tempat rehab, lokasinya sangat terpencil, jauh darimana mana, dan strukturnya malah lebih mirip bangunan penjara.
“Ayah…ga salah nih..kita kesini…” tanya nadine
“Enggak..pokoknya kamu tinggal disini untuk beberapa lama..ini juga demi masa depan kamu…..” jawab ayahnya.
Seorang berpakaian serba putih menyambut mereka dan langsung mengantarkan tamunya ke ruangan ki guntur, pemilik rehabilitasi yang lagi terkenal itu.
“Saya berharap anak saya bisa disembuhkan ki guntur……” kata ayah nadine
“Hmmm…tak usah khawatir pak frans…..saya jamin anak anda sekeluar dari sini akan sembuh dan menjauhi narkoba….” Kata ki guntur meyakinkan.
Dan begitulah mulai hari itu , nadine resmi jadi penghuni panti rehab tersebut, dan harus mengikuti berbagai program dan aturan yang berlaku di tempat itu. Jika ada pelanggaran maka tak ayal lagi hukuman akan menunggu, biasanya hukuman berupa hukuman fisik berupa olahraga atau bekerja, atau hukuman pengasingan alias dikurung di suatu ruangan yang gelap dan lembab, dengan jangka waktu tertentu.
Suatu waktu , nadine dipanggil ki guntur ke ruangannya, nadine menduga ia dipanggil karena ia beberapa kali bolos di waktu pelajaran sosialisi bahaya narkoba.
“Nadine …duduk…….” Kata ki guntur sambil menunjuk sebuah kursi di tengah ruangan. Nadine duduk di kursi itu, entah mengapa jantungnya berdegub kencang, perasaanya ga enak.
“Nadine…..saya sudah diberi kewenangan penuh untuk melakukan cara apapun oleh orang tua kamu,agar kamu bisa sembuh…….dan juga ingat jika kamu tidak mengikuti perintah, kamu akan kena sangsi…” kata ki guntur yang membuat perasaan nadine mulai tidak karuan.
Nadine berusaha duduk tenang meski hatinya gelisah, gadis ini baru berusia 17 tahun , tapi bodynya sungguh mengaggumkan, buah dadanya cukup menonjol sempurna ,kakinya yg lenjang dan bulatan pantat yang menggiurkan. Ki guntur menatap tubuh gadis itu penuh nafsu, pusat rehabnya sering dititipi gadis cantik anak orang kaya seperti ini, dan ki guntur selalu punya therapy khusus untuk gadis gadis kota seperti ini.
BERSAMBUNG
Terakhir diubah: