BUKU LAWAS
BAB. 18
ILMU MATI
Sepeninggal pakdhe dan budhenya yang juga papa mama Astrid, Paijo kembali tenggelam dalam mempelajari bukunya. Begitu khusyuknya dirinya sehingga sampai2 dia diam tak bergerak seolah patung.
Padahal saat itu dia sedang mencoba praktekkan ilmu pernafasan menyimpan kehidupan yang tertera di buku tersebut.
Hidup adalah mati itu sendiri
Maka janganlah hidup kalau takut mati
Maka pelajarilah mati sebelum hidup
Satu kali tarikan nafas untuk kehidupan setelah mati
Dua kali hembusan nafas untuk mati itu sendiri
Satu kali tarikan nafas
Maka matilah
Maka hiduplah dalam mati
Matilah dalam hidup
Kata2 yang tersimpan dalam kitab itu sungguh sulit sekali dimengerti. Seolah orang mati bisa hidup dan orang hidup bisa seolah mati.
Mati yang mempunyai daya hidup
Hidup yang tumbuh dari daya kematian.
Bolak balik Paijo mencoba mengerti sampai akhirnya dirinya mencoba petunjuk tarikan nafasnya. Paijo sampai disini mulai bingung tentang dimana titik mati dan titik hidup.
Perlahan dicobanya pernafasan itu dengan sangat hati2 guna mengetahui titik2 penyimpanan daya hidup dan daya mati.
Mati adalah istirahat total, semuanya seolah diam tak bergerak ibarat orang mati, dimana saat itulah semua daya hidup daya memperbaiki diri daya mengobati tubuh berjalan secara luar biasa, namun sebelum mati, dirinya haruslah mengisi daya kehidupan lebih dulu, semuanya harus dengan hitungan yang tepat sehingga begitu hilang daya matinya selesai sudah pekerjaan daya hidupnya.
Teori yang entah diperoleh dari mana. Ada pengobatan seolah orang untuk sembuh harus mati lebih dulu sehingga pemyakitnya mati.
Berkali Paijo mencoba berkali itu pula Paijo merasa ada yang kurang pas, entah dimana kurangnya namun tubuhnya memberikan reaksi yang luar biasa.
Seolah ada penggelembungan tenaga yang luar biasa dalam dirinya akibat pernafasan itu. Inderanya menjadi begitu peka dan dirinya seolah bisa marasai seluruh kehidupan di sekitarnya.
Luar biasa ilmu ini.
Ketika dicobanya merasai kondisi mbak Astridnya, maka perlahan namun pasti dirinya seolah bisa melihat awalnya samar2 semua pergerakan aliran darah dalam tubuhnya.
Kemudian menjadi semakin jelas dan semakin jelas seolah darah itu bergerak dalam jangkauan inderanya. Dilihatnya ada beberapa simpul2 syaraf yang mulai lemah dan tersumbat juga kemudian dilihatnya penyakit Astrid di kepalanya seolah sebuah daging yang bisa hidup menempel layaknya parasit dan mempunyai detaknya sendiri.
Luar biasa.
Paijo sendiri sampai takjub dengan peningkatan kemampuannya menginderai gerakan dan getaran aliran darh orang lain.
Kemudian dicobanya meraih Astrid dengan uluran tenaganya yang alirannya juga tampak jelas. Dicobanya melancarkan aliran yang tersumbat dengan sedikit menambah gerakan seolah membongkar sumbatan.
Ajaib.
Sumbatan pada simpul tersebut seolah membuyar larut dalam darah sehingga aliran darahnya menjadi lancar.
Namun hanya sekali Paijo bisa melancarkan aliran darah yang tersumbat, ternyata tenaganya sudah habis.
Kembali dirinya menjadi Paijo yang biasanya. Ditambah seolah tubuhnya lemas tak berdaya, karena mengeluarkan banyak tenaga.
Dadannya basah kuyup penuh keringat.
Namun, bagaimanapun juga ilmu mati hidup ini benar2 nyata aneh dan luar biasa.
Paijo kemudian melakukan pernafasan pemulihan tenaganya dengan penuh kesyukuran. Setidaknya hari ini ada satu lagi ilmu yang dia pelajari, meski belum tentu bisa mengibati kekasihnya.
***
Kala paijo membuka matanya setelah pernafasan pemulihan tadi, badannya terasa begitu segarnya. Hilang sudah rasa lelah dan lemasnya.
Dilihatnya mbak Astrid masih tertidur lelap dengan mulutnya tersungging senyuman manis sehingga wajahnya nampak sangat cantik.
Dihampirinya, kemudian diusapnya kepalanya, dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.
Usapan lembut itu ternyata membangunkan Astrid dari tidurnya.
"Mmmm Joo, terima kasih ya, Astrid seperti lahir kembali, badan serasa segar dan penuh semangat sayang, sini sayang mmuuuuaach"
Paijo jelas gelagapan tiba2 mendapat ciuman dari mbak Astridnya. Mukanya tampak bengong dan seolah tak percaya dia mendapatkan sebuah ciuman mesra dari Astrid.
"Hi hi hi Jo….. Kenapa bengong ?"
"Dddihh, kaget saja Paijo, bangun2 langsung nyium, tapi enak kok ha ha ha"
"Gimana rasanya bangun tidur ini ?"
"Mmmm gimana ya? Kayak enaaaak banget jo kaya ga ada beban, sakiit kepalaku juga jauh berkurang jo
Kayaknya setiap mau tidur kamu harus bikin aku Big O jo"
"Iiish belum jadi suami istri dah minta Big O terus nih ha ha ha, itu tadi memang ada pengaruhnya mbak, cuma tadi sempat Paijo pijit dari jarak jauh juga sih, itung2 praktek ilmu baru"
"Yuk mbak kita makan malam mbak, ha ha ha Paijo lapar soalnya"
"Hi hi hi, ayolah sayang Astrid akan masakin buat kangmas yang enak2 kok"
"Ha ha ha berani gitu bilang kayak begitu di depan bapak ibu?"
"Iiish Astrid mana pernah takut mengakui perasaan Astrid? Sejak hari ini Astrid akan umumkan bahwa Paijo adalah kekasih Astrid seorang"
"Ha ha ha, ya sudah ga perlu rame mbak, makan yuk, dah laper banget Paijonya"
"Iiiisssh hayuklah sayang "
Paijo akhirnya keluar dari ruang baca bersama Astrid, berbeda dengan waktu masuk tadi, kali ini Paijo berjalan beriringan dengan Astrid memeluk erat lengan Paijo seolah mengumumkan bahwa saat ini dirinya adalah kekasih Paijo
Semua penghuni rumah jelas terkejut dengan kondisi ini, sontak semuanya terbengong2 melihat keduanya begitu mesra dan sangat demontratif.
Mama Astrid yang melihat putrinya begitu manja kepada Paijo maklum dan hanya berkata
"Ddduuuh anak mama ini ya, bikin mama pengen pacaran lagi sama papa hi hi hi"
"Iiih mama ini kaya ga pernah muda saja, ini Paijo lagi kelaparan ma, makanya Astrid ajak ke dapur sana biar Astrid bisa masakin kekasih Astrid"
"Hi hi hi, ya sudah sana masakin yang enak2, sekalian belajar jadi istri yang baik"
"Siap ma, Astrid akan belajar menjadi istrinya Paijo yang baik ma, hi hi hi kenapa merem sayang?"
"Duuh mbak Astrid ini, Paijo malu mbak sama ibu, duuuh yaaa"
"Ha ha ha Joooo piye tho Joo kowe kok isin2 ngono ? Ha ha ha"
"Dduh pak, dduuuh gimana ini paak mbak Astrid kok gini yaaa"
"Ha ha ha, sudah sana ke dapur Jo, mangan sing akeh yooo"
"Duuuh iya pak duuuh mbak"
"Ha ha ha ha"
Paijopun akhirnya menahan malu digodain oleh pakdhe dan budhenya menuju dapur.
****
Sore itu Paijo makan lahap sekali langsungbdi dapur langsung makan yang dimasakin oleh Astrid.
Berdua mereka tampak mesra dan sangat saling mencinta. Tepatnya Astrid memperlihatkan cintanya dan Paijo malu2 bisanya.
Kadang mereka suap2an kadang juga mereka tertawa cekikikan seolah ada yang lucu.
***
"Eh sayang kenapa sih wajahmu tampak murung sayang?"
"Mmm gimana ya bicaranya, begini mbak…."
"Isssh mbak mbak mbak terus, sayang kek cinta kek apa kek masa mbak mbak terus"
"Ha ha ha duuh gimana ya, rasanya aneh saja kalau tiba2 berubah sebutan, mmmmm gini sayang… nanti malam kalau bisa kitabnya nyonya Miyano dibuat sadurannya dalam bahasa indonesia dulu ya sayang.
Terus aku pelajari dulu, besok kita belajar bareng ya sayangku cintaku ?"
"Hi hi hi, iya iya, lucunya sayangku ini mmmmmmm"
Sambil bicara Astrid mencubiti pipi Paijo.
***
"Yuk sayang kita ke bapak ibu dulu"
"Ada apa sayang?"
"Mmm nanti bakalan tahu kok"
Setelah kenyang makan, Paijo menghadap kepada pakdhe dan budhenya
"Ha ha ha piye Jo sudah kenyang kah?"
"Ddduh sudah pakdhe sudah, kekenyangan malah mbak Astrid maksa makan terus soalnya"
"Ha ha ha, yo ngono kuwi duwe pacar rasane jo ha ha ha"
"Duh pakdhe iya pakdhe. Mmmm "
"Ada apa tho Jo kok kelihatannya serius begitu"
"Begini pakdhe budhe, tadi setelah ngobrol dengan pakdhe dan budhe, Paijo nemu ilmu baru, cuma Paijo perlu ijin pakdhe dan budhebuat diterapkan ke mbak Astrid. Kedua pakdhe dan budhe sekalian Paijo obati sambil ikut menyaksikan Paijo dan mbak Astrid belajar ilmu bersama "
"Maksud nya bagaimana Jo? "
"Mbak Astrid mau Paijo ajari ilmu mati pakdhe, ilmu mematikan diri sendir biar Paijo bisa mengambil benjolan di kepala mbak Astrid. Masalahnya adalah tenaga yang dihasilkan oleh ilmu ini sangat besar, sehingga butuh orang lain untuk diobati supaya tidak terbuang percuma.
Pakdhe dan budhe khan sudah pernah dipijit oleh Paijo cuma, tadi Paijo lihatnmasih ada sumbatan di sana sini biar sekalian Paijo bersihkan."
"Lha dalah jadi kamu akan buat Astrid mati gitu?"
"Mmmm seperti mati pak dhe, mmm kayak waktu pakdhe mbangunin Paijo di ruang baca tadi. Itu tadi Paijo sedang mempelajari ilmu mati pakdhe budhe"
"Yo ayo lah, kalau begitu"
"Cuma kayaknya ruang baca harus diatur ulang agar pakdhe dan budhe bisa rebahan disana"
"Ya sudah, mbak Jum dan mas Dodik coba dimintai tolong bantu2 ya Jo"
Dan kemudian sibuklah seisi rumah, semua ingin melihat dan menonton apa yang akan terjadi, sehingga disusunlah kursi untuk itu.
Sampaipun Tuan Nakanishipun ingin melihatnya dan ikut duduk menyaksikan bagaimana Paijo menggunakan ilmu Matinya.
***
Pakdhe dan budhe sudah berbaring di sofa, Paijo dan Astrid sudah duduk saling berhadapan dengan posisi sesuai dengan ajaran kitab pijit jilid 3.
"Sayang ayo kita mulai, nanti tolong ikuti semua gerakan ku sesuai ketukan jari2ku ya sayang"
"Baiklah sayang, aku pasrahkan hidup matiku kepadamu"
Kemudian keduanya menutup matanya dan memulai olah nafas,
Semenit
Dua menit
3
4
10
30 menit berlalu seolah tak ada apapun yang terjadi
Kemudian mulai nampak Astrid seolah bergetar tubuhnya perlahan.
Dan anehnya disana Atmo dan Kinanthi ikut bergetar tubuhnya.
Bahkan Atmo terlihat mengernyitkan dahinya mulai mendesis menahan sakit.
Kinanthi terlihat bergerak2 erotis seolah menanggung beban birahi gang amat sangat.
Astrid bergetar kembali dan tak berapa lama Atmo dan Kinanthipun ikut bergetar dengan kondisi yang hampir sama dengan sebelumnya.
Begitu seterusnya, seolah tiada henti ketiga orang itu, Astrid Atmo dan Kinanthi begetar getar tubuhnya.
Sampai akhirnya Astrid menjadi tenang dan bernafas seolah sedang tidur lelap.
Paijopun membuka matanya dan kemudian menidurkan Astrid dengan penuh kelembutan menyelimutinya dan kemudian mengecup keningnya.
***
"Bagaimana rasanya pakdhe dan budhe?"
"Duuuh Jooo masih saja sakit ya, ha ha ha ha cuma badan pakdhe sekarang benar2 ringan ngan kaya melayang benar2 merasa muda lagi Pakdhe Jooo"
"Hi hi hi, ddduuuh masih enak Joo… budhemu kaya dikerjai lima orang lelaki, semua syaraf rasanya terangsang enak sekali. Tadi Budhe dapat Big O joo…. Sekarang rasanya ringan banget, kata dilahirkan kembali Joo, terima kasih ya naakkk… kayaknya pakdhemu bakalan kewalahan nih joo sama Budhe"
"Ha ha ha, ayo ma dicoba nanti malam, sudah boleh kok kata Paijo. Ha ha ha"
"Mmmm, pakdhe, budhe. Mbak Astrid biar tidur disini ga papa, biar Paijo nanti awasi terus, sepertinya selama 3 hari ini mbak Astrid akan demam soalnya ada beberapa bagian yang tercabut tadi menimbulkan luka,
Tapi ga papa kok pakdhe, habis ini Paijo akan buatin ramuan dulu buat pakdhe dan budhe biar langsung greng nanti malam.
Mmm untuk Mbak Astrid Paijo akan coba ramuan baru cuma bahan2nya belum ada, tapi mmmmm"
"Tapi apa Joo?"
"Kayaknya paijo pernah nanam di pekarangan belakang kalau2 dibutuhkan, Paijo ke luar dulu ya Pakdhe, budhe, soalnya harus cepat"
"Ya nak ga papa, tinggal saja Astrid sama pakdhe dan budhemu dulu"
***
Paijo masih mencari2 sambil mengingat dulu dimana dirinya mananam tanaman langka yang secara kebetulan ditemukannya dihutan.
Tadi Paijo memang cepat2 meninggalkan ruang baca dan ke.halaman belakang.
Akhirnya Paijo menemukan tanaman yang dimaksud yang ternyata telah berkembang biak secara baik. Paijo mengambil beberapa saja yg dibutuhkan asal cukup saja.
Kemudian melesat menuju dapur mengolahnya dengan cepat kwmudian membawanya ke ruang baca.
***
Tak lama kemudian minuman ramuan seduh untuk pakdhe budhe dan Astrid telah tersedia.
"Pakdhe, budhe monggo diminum mumpung masih hangat"
"Duuh nak, terima kasih ya, kamu selalu direpotin terus Jo"
"Duuh pakdhe nih ngomong apa sih, monggo diminum cepat pakdhe biar segera meresap, Paijo coba bangunin Astrid dulu"
Kemudian Paijo mengurut leher Astrid membangunkannya.
Astrid terbangun dengan muka pucat dan badan yang bergetar.
"Dduh sayaaang Astrid panas sayang sakiit ssyang hiks hiks hiks"
Astrid melenguh kesakitan, suaranya memilukan hati kedua orang tua dan siapapun tang melihatnya.
"Iya sayang ini cepet diminum ya biar badan Astrid ga kesakitan lagi"
Paijo meminumkan ramuannya sambil mengurut dibeberapa tempat, sampai akhirnya Astrid bisa tertidur pulas setelah dipijat dibeberapa tempat.
Paijo kemudian membaringkannya dan termenung lama…
Tampak sekali wajahnya penuh keprihatinan yang dalam…
Setelah menghela nafas panjang…
Paijo menghadap kepada pakdhe dan budhenya.
"Pakdhe dan budhe, sepertinya Astrid lebih baik disini selama pengobatan, biar suasananya agak lega dibanding di kamarnya, cuma kasurnya kurang nyaman sepertinya.
Enaknya bagaimana ya pakdhe?"
"Hmmm ya sudah nak, biar mas Kresnamu bantu2 mas Dodik mengatur ruangan ini biar nyaman buat Astrid. Kamu juga atur2 diri ya nak istirahat yang cukup biar sehat selalu"
"Inggih pakdhe Paijo ga papa kok, eh tuan Nakanishi, sepertinya besok malam saya mulai mengobati tuan, hari ini kondisinya tidak memungkinkan soalnya tuan"
"Ha ha ha ga papa nak, aku sungguh kagum kepadamu nak, sekaligus mengobati 3 orang kamu mampu, sungguh luar biasa"
"Itu berkat surat dari nyonya Miyano tuan, dari surat itu saya melihat ada rahasia besar ilmu nyonya Miyano yang ingin disampaikan secara tersamar yang kebetulan sesuai dengan kitab yang saya baca tuan"
"Mmm jadi kamu belum baca kitab milik Miyano?"
"Belum tuan, saya seolah sudah mengerti maksud nyonya Miyano melalui suratnya, saya yakin itu rangkuman semua yang ada dalam kitabnya
Sesuai petunjuk nyonya Miyano, saya coba lakukan semuanya sesuai apa yang saya pelajari dari kitab saya.
Saya hanya mencangkok maknanya kembangannya dari apa yang saya mengerti tuan"
"Jadi begitu ya? Ya tuhanku, kalau saja aku paham maksud dia seperti itu, tentu dia tak akan menderita anakku… "
"Jadi selama ini tuan mengobati nyonya Miyano dengan kitab nyonya Miyano?"
"Iya nak….
Duh tuhanku….
Ternyata jodoh yang dimaksud adalah jodoh dalam hal keilmuan yang selaras ya anakku…
Duh bodohnya aku…."
"Tidak tuan, nyonya Miyano menuliskannya suratnya karena dia tahu sudah salah mengartikan isi kitabnya ..
Kalau jodoh yang dimaksudkan adalah jodoh sesuai jodoh percintaan maka harusnya nyonya Miyano sudah sembuh
Itulah mengapa dalam suratnya nyonya Miyano menyatakan penyesalannya…."
"Kamu kok bisa tahu anakku kalau aku berjodoh secara keilmuan ?"
"Sebab tuan mengajari ilmu tuan yang tertinggi tuan…
Saya memadamkan api lilinnya dengan ilmu yang ada dalam kitab saya dan menggunakan langkah ilmu tuan…
Itulah kenapa saya yakin bisa menjalani isi surat nyonya Miyano, sebab kalau ilmu Tuan dan ilmu yang ada dalam kitab saya tak sejalur tentu saya tak akan bisa memadamkan api lilin secara langkah2 ilmu tuan"
"Berjalan di awan mengendarai naga menukik bagaikan burung camar"
"Benar tuan, ilmu rahasia keluarga tuan hanyalah meminjam tenaga pihak lain dan melipatgandakannya. Dalam kasus ini menggunakan tenaga nyonya Miyano untuk digunakan secara berlipat di tempat sakitnya nyonya Miyano"
"Ya Tuhaaaanku…. Betapa bodohnya aku….
Hiks hiks hiks…. Miyano maafkan kebodohanku…."
"Tuan tidak bodoh tuan, itulah yang disebut jodoh menurut Miyano, saya hanya melakukan secara asal2an awalnya. Saya hanya berani mencoba dan tuan waktu itu karena sayangnya pada nyonya Miyano sehingga menuruti kata2 nyonya Miyano. Kebetulan saya melakukan kebalikannya karena membaca surat nyonya Miyano. Disaat terakhirnya beliau menyadari kekeliruannya, saya hanya melakukan apa yang disampaikan dalam suratnya saja bukan saya pintar tuan"
***
Ibarat nasi sudah jadi bubur, Ilmu mati mamang hanya dimengerti oleh orang yang hampir mati atau orang seperti Paijo yang berani mengambil resiko menghadapi kematian.
Bila ada jodohnya akan selamat dia….
***
Ha ha ha
Jangan merasa kaget ya.....
Jangan bingung...
Kalau bingung pegangan anu saja
Soalnya ini memang mendekati puncak kedigdayaan si Paijo....
Heran dan kagum adalah bukti kegendengan yang nyata....
Atau sudahlah...
Berhenti baca saja....
Tulisan ini berbahaya....
Hati2 !!!
Salam Waras Yoo....