Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
BAGIAN 15



Suasana ruangan ini menjadi lebih panas. Bukan karena suhu udara, melainkan aura kemarahan yang terpancar dari raut wajah Fahmi. Sungguh malang nasibnya, sebentar lagi dia akan menyusul istrinya yang sebagian dagingnya masuk ke perut kami berenam. Sepasang pergelangan kaki dan tangannya yang membentang huruf X terbelenggu oleh rantai yang ujung sudut-sudutnya terpasak pada lantai yang dingin. Penisnya menegang. Entah, apakah setiap bangun tidur pagi selalu tegang? Bahkan di saat ia menyadari istrinya yang menjadi bangkai sudah tidak utuh lagi, penisnya masih bisa ereksi.

Pak Bima beranjak dari duduknya, lalu berjalan tiga langkah dan berdiri tepat di depan selangkangan Fahmi. Sepasang telapak kaki jenjang pak Bima berada diantara paha Fahmi yang berkeringat juga masih terdapat luka lebam. Pak Choirul, pak Emon, dan pak Darma menyusul mengerubungi Fahmi. 4 orang yang umurnya lebih tua dari Fahmi berdiri gagah di sekelilingnya. Sedangkan aku tetap duduk bersila bersama dengan potongan kepala Ayun yang kupangku. Kulit payudara Ayun masih menempel di payudara kiriku. Putingku berada tepat di balik puting Ayun. Areolaku lebih besar dari punya Ayun. Mungkin jika kulit Ayun ini transparan, bisa terlihat perbedaan diameter areolanya. Warna areola Ayun dan putingnya memucat. Darah yang menyuplai nutrisi bagi sel-sel kulit serta sel-sel di areola dan putingnya sudah berhenti. Aku yakin, walaupun sel-sel tersebut sudah mati, tapi kulit ini masih segar dan berkualitas. Ingin deh aku menyimpannya dan membuatnya sebagai bra. Tidak masalah sih walaupun cuma satu saja, soalnya payudara kiri Ayun sudah terpotong dan masuk ke perut. Itupun daging payudara yang seperti bakpao ukuran besar terbagi jadi enam dan gosong pula. Payah deh mengingat-ingat kejadian itu. Hihihi. Duh aku ini kok malah senyum-senyum sendiri. Bayangin payudara aku yang dimasak gosong seperti itu kok jadi horni. Memekku sampai basah begini. >,<

AAAAAAARRGHHH

Jeritan Fahmi nyaring. Aku menoleh ke arah kiri, terlihat pak Bima yang berdiri di selangkangannya menginjakkan kaki kanan ke penis Fahmi dengan posisi kepala penis mengacung ke arah perut Fahmi, jaraknya sekitar 1 centimeter dari pusarnya. Ia memberontak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya, tapi walaupun bergerak kekiri dan ke kanan, kaki kanan pak Bima yang menginjak penis Fahmi selalu nempel kemanapun ia bergerak, seperti perangko yang merekat ke surat pernyataan. Hihihi

"Yuk kak Ayun, kita lihat yuk" ucapku

Aku memegang rambut di ubun-ubun kepala Ayun yang aku pangku di atas sepasang kakiku yang duduk bersila dengan tangan kiri. Kemudian aku berdiri, melangkahkan kaki menuju Fahmi sambil menenteng kepala Ayun. Kulit payudara kanan Ayun masih tetap menempel di payudara kiriku.

“A.. Ayun sayang… BIADAABB!” ucapnya.

Penis Fahmi terinjak kaki kanan pak Bima yang tanpa alas dan kasar. Di pangkal ibu jari kaki kanan sebelah kiri pak Bima mencuat kepala penis Fahmi yang tampak besar dan berwarna gelap. Ketika kaki pak Bima menekannya dengan kencang ke arah testis, frenulum of prepuce Fahmi ikut tertarik hingga glans penisnya sedikit mendongak. Tumit pak Bima yang berada di testis ia tekan hingga buah zakar Fahmi tertekan hingga berada di dekat lubang anusnya sendiri.

“Aaaaaarrrrrggggghhh.. Brengsek!!”

“Hahahahahaha”

Ketika Fahmi kesakitan seperti itu, rekan-rekan pak Bima tertawa. Aku dengar sih testis itu kelemahan pria. Aku teringat manga Midori no Hibi, yaitu saat Seiji yang butuh uang lalu melihat brosur yang tertempel di dinding tertera tulisan yang menginformasikan pertarungan bebas. Juaranya dapat uang. Sayangnya yang boleh ikut adalah perempuan. Seijipun ikut. Tentu saja ia harus menyamar sebagai cewek. Ketika di arena pertarungan, Seiji bertarung habis habisan, lalu di pertarungan berikutnya ia melawan kakak perempuannya sendiri. Menyadari lawannya adalah adiknya sendiri, iapun menendang selangkangan Seiji. Saat itulah Seiji knock out. Mengingat hal itu, Fahmi sekarang seperti Seiji. Untung bukan ditendang, tapi diinjak. Hihihi

“Argghh.. Awww.. Aaargghh”

Pak Bima menghentak-hentakkan kaki kanannya seperti orang yang gerak jalan, eh mungkin lebih tepatnya seperti menginjak kecoa. Bukan hanya menghentak biasa, kadang-kadang saat telapak kakinya mendarat di penis Fahmi, pak Bima memutarnya. Entah itu memutar 90 derajat ke kiri atau memutar 90 derajat ke kanan. Penis Fahmi yang tergencet seperti ular yang kepanasan dijemur di aspal, menggeliat-liat. Walaupun warna penisnya gelap, tampak ruam-ruam merah. Itu menandakan tekanan injakan kaki pak Bima keras dan kasar.

3 menit kemudian, pak Bima menyingkirkan telapak kaki kanannya dari penis Fahmi. Raut wajahnya masih meringis kesakitan. Scrotumnya yang dipenuhi rambut lebat tampak kempes. Seingatku, kalau kempes berarti temperatur di sekitarnya hangat. Sebaliknya, kalau menggembung berarti temperatur di sekitarnya dingin.

"Dik Siska, boleh pinjam itu?" Tanya pak Emon menunjuk ke tangan kiriku.

"Ini ya?" Ucapku sambil mengangkat potongan kepala Ayun.

"Iya"

"Ini pak. Memang buat apa?" Ucapku sambil menyerahkan kepala Ayun yang rambut ubun-ubunnya aku genggam.

"Bentar lagi dik Siska tahu. Hehehe"

"Iya deh iya" ucapku sambil tersenyum.

Pak Emon menerima kepala Ayun. Ia kemudian berjongkok di pinggul kanan Fahmi. Dengan tangan kiri, Ia pegang pangkal penis Fahmi yang sedang ereksi itu dan menurunkan batang leher kepala Ayun ditangan kanan pak Emon. Ujung penis pak Fahmi diarahkan ke lubang yang ada di batang lehernya. Karena posisiku yang berdiri dan lebih tinggi dari tubu Fahmi, aku tidak mengetahui kepala penis Fahmi masuk ke lubang yang mana. Entah esofagus atau trakea.

"Brrr.. brengsekk" ucap Fahmi lemah melihat selangkangannya

Fahmi berusaha menghindar, tapi tentu saja usaha yang ia lakukan sia-sia belaka. Pangkal penisnya sudah terkunci digenggaman tangan kiri pak Emon. Pelan-pelan kepala Ayun diturunkan hingga kepala penis Fahmi keluar dari mulut Ayun. Saat kepala penis Fahmi keluar dari mulut, lidah Ayun juga ikut keluar. Pak Emon tekan kepala itu hingga batang leher Ayun menyentuh kulit pubis yang lebat berbulu. Ia putar kepala Ayun sampai wajahnya menatap kearah Fahmi.

"Gimana sepongan mayat istrimu?" Ucap pak Emon menaik-turunkan kepala Ayun dengan pelan.

Fahmi diam membisu. Sepasang matanya berair dan memenuhi seluruh permukaan bola matanya. Air matanya menyisiri pelipis lalu jatuh dan merembes ke rambutnya. Beberapa detik kemudian ia memejamkan mata. Ia tidak kuat menyaksikan kenyataan yang dia alami.

Sungguh aneh. Walaupun pak Emon memainkan kepala Ayun, penisnya masih ereksi. Kepala Ayun diputar-putar seperti gasing. Lidah Ayun yang ada bagian Selatan, kini berada di Utara. Frenulum Fahmi menempel pada lidah Ayun. Kepalanya kini menghadapku yang ada di sisi Utara. Beberapa detik kemudian diputar-putar lagi 180 derajat hingga wajah Ayun menghadap ke wajah Fahmi yang ada di sisi Selatan.

PLOP

Kepala Ayun diangkat dan tercabut dari selangkangan Fahmi. Tangan kanannya memegang dan menjambak rambut istri yang dicintainya. Pak Emon membalikkan kepala itu dan memposisikan mulutnya ke penis Fahmi. Ia turunkan hingga kepala penis Fahmi mencuat di lubang trakea Ayun. Pak Emon mencabutnya lalu memasukkan kembali. Ia atur kecepatannya dari lambat ke tempo yang lebih cepat.

“Hehehe, diam-diam kamu menikmatinya ya? Kamu bisa saja bohong, tapi kontol kamu gak bisa bohong. Betul gak Mon?” ucap pak Choirul.

“Betul. Hehehe” jawab pak Emon.

“Lanjut terus Mon” sorak pak Agil.

“Pasti” jawab pak Emon.

Dari trakea Ayun, dapat kulihat kepala penis yang keluar lalu tenggelam belepotan darah. Sedari tadi aku pangku, ternyata masih ada darah yang keluar. Padahal dari tempat dudukku bersila tadi sudah banyak luberan darahnya. Sorot mataku beralih ke wajahnya. Ia kini melihat ke arahku. Sadar ia menatapku, aku menunjukkan payudara kiriku dengan dua jari telunjukku sambil memasang wajah senyum. Seketika ia memejamkan mata lagi. Air matanya keluar untuk kesekian kalinya. Ia sadar payudara kiriku diliputi oleh sebuah kulit payudara istrinya. Lebih tepatnya kulit payudara kanan.

“Dik Siska, sini ikut saya” ucap pak Agil dari belakang menarik tangan kananku.

“A.. ada apa pak?”

“Sudah ikut saja”

Pak Agil mengajakku ke tubuh Ayun. Ia menyerahkan pisau yang tadi seluruh gagangnya menancap di memek Ayun. Beberapa langkah kami sudah berdiri di depan tubuh Ayun yang menggantung. Pak Agil berdiri di sisi pantat, sedangkan aku berdiri di sisi perut yang sudah terbelah secara vertikal dan menganga lebar. Didalamnya sudah tidak ada organ dalam. Kosong melompong. Karena organnya sudah dicuci dan ada di beberapa wadah baskom.

“Sekarang dik Siska potong memeknya” ucapnya memerintahkanku sambil menyerahkan pisau.

“Caranya?”

“Tusukkan di bagian sini, lalu putar kesini. Lalu cabut ya. Sambil memotong, Jari tangan kiri dik Siska dimasukkan ke memeknya” ucapnya dengan menunjuk dari labia mayora kiri Ayun, memutar ke atas diatas klistoris, lalu ke arah labia mayora kanan. Kemudian jari itu menunjuk ke bawah anusnya.

Aku paham. Ia ingin aku memotong dan mencabut memek dan anusnya. Bukan hanya memek yang terluar, tapi lorong vaginanya juga.

Ujung jari telunjuk tangan kiriku dimasukkan ke memek Ayun hingga mentok. Tangan kananku yang memegang pisau aku arahkan ujungnya ke labia mayora kanannya. Aku tusuk dalam-dalam hingga hampir setengah bilah pisau terbenam. Awalnya mudah, tapi ketika setengah centimeter lebih dalam, agak alot. Mungkin aku menusuk bagian otot Bulbospongiosus. Perasaanku jadi berdebar-debar. Untuk pertama kalinya aku melakukan ini. Gimana ya nanti kalau aku dibeginikan? Ughhh aku jadi horni. >,<

“Kok bengong dik?” ucap pak Agil.

“Eh nggak”

Huh dasar. Ya udah aku lanjut lagi. Aku menarik pisau ini ke arahku, yaitu ke atas klitorisnya. Pisau ini sudah memotong Ischiocavernosus. Tiba-tiba ada suara air yang mengucur.

“Suara apa itu pak?”

“Itu urin Ayun. Kemungkinan Dik Siska barusan memotong kandung kemihnya”

Oh iya. Saat pisau ini berada di atas klistoris, di bagian dalam sana adalah kandung kemihnya. Wah, padahal aku ingin lihat kandung kemihnya. Tapi apa boleh buat. Sudah terlanjur. Hihihi.

Aku putar lagi Pisau ini mengiris Ischiocavernosus sebelah kiri juga labia mayora yang ada di sebelah kiri. Aku lepas tangan kananku, lalu memegang gagang pisau pada sisi yang lain dengan cara memutar. Karena kalau diteruskan, tangan kanan yang memegang pisau bisa membentur pergelangan tangan kiriku. Soalnya jari telunjuk kiriku lagi terbenam di memek Ayun. Aku dorong pisau ini sampai memotong Bulbospongiosus juga transverse perineal muscle. Pisau ini berlanjut sampai memotong gluteus maximus. Aku tarik ke arah kanan untuk memotong jaringan coccyx yang ada di bawah lubah anus Ayun. Selanjutnya, aku tarik mundur dan metong labia mayora sebelah kanan Ayun.

“Nah, sekarang cabut memeknya”

Aku menurut. Tangan kiriku aku tarik perlahan sambil jari telunjuk tetap berada di dalam vagina dan ibu jariku berada di klistorisnya. Dengan kata lain, aku menjepitnya. Pak Agil mengambil pisau yang dipegang oleh tangan kiriku dan masih tertancap pangkal paha kanan Ayun bagian dalam.

Pelan tapi pasti, aku dapat melihat lorong gumpalan daging dibalik memeknya. Oh seperti ini ya bagian dalamnya. Aku mengangkat lebih tinggi hingga seluruh bagan kemaluan luar dan dalam Ayun tercabut. Hanya saja kemaluan ini minus rahim.

SSsssssssss

Aku menoleh kebelakang. Ternyata pak Darma sedang memasak daging Ayun. Entah bagian apa yang dimasak, warnanya merah segar dan ada lemaknya.

Melihat tangan kiriku memegang potongan memek Ayun, akupun mendekatkan memek Ayun ke wajahku. Jari telunjuk tangan kananku ikut masuk ke lorong vaginanya. Dengan dua jari telunjuk, aku membentangkan ke kiri dan kekanan melihat bagian dalam vagina ini. Terdapat bekas paku, baut, dan mur yang tadi dimasukkan pak Agil. Panjang lorong vagina Ini hanya seruas jari telunjukku. Mungkin sisanya terpotong bersama dengan rahim. Aku yakin panjang lorong vagina ini tidak sependek ini. Kecuali tinggi badannya pendek.

Aku tidak sadar, saking seriusnya. Dari ujung vagina ini aku melihat wajah pak Agil. Tatapan mata kananku masuk ke vagina Ayun dan dibaliknya ada wajah pak Agil!!!.

“Hayooooooo” ucap pak Agil.

“Iihhh bapak ini. Hihihihi”

“Memek dik Siska diginikan bagus lho”

“Boleh kok, tapi sini bayar dulu 3 Milyar. Hihihi”

“Bayar pakai peju gimana?”

“No no no gak boleh”

Pak Agil tertawa. Ia sadar bahwa aku adalah produk lelang. Ia tidak berani macam-macam. Dua detik kemudian pak Agil merebut memek Ayun lalu melemparkan ke wajahku lalu jatuh ke lantai.

“Iiihhh pak Agil nakal. Masak wajah Siska dilempar memek” ucapku menggerutu sebal.

“Hehehehe” Pak Agil cengengesan.

“Sekarang ambil memeknya” perintahku.

“Heheh pasti” jawabnya.

Pak Agil mengambil memek Ayun lalu melemparkannya ke wajan penggorengan martabak telur.

“Wanjaayyyy.. Liat liat dong kalau lempar” Ucap pak Darma yang sedang memasak daging Ayun. Ia kaget tiba-tiba ada memek jatuh di wajan itu. Tentu minyak yang berasal dari lemak Ayun sedikit terciprat ke pak Darma.

Pak Agil hanya tersenyum.

“Tolong masakin ya dik” ucapnya.

“Oke” Jawabku.

Aku sekarang memasak bersama pak Darma. Aku memasak berada di sisi Selatan, sedangkan pak Darma berada di sisi Utara. Aku membolak-balikkan memek Ayun ini, dari sepasang labia minora, labia mayora, klistoris, anus, juga bagian sisi vagina yang terluar yang dilapisi lemak dan otot. Setelah beberapa aku balik, waranya kini sedikit lebih kecoklatan. Oh iya, gimana dengan bagian vaginanya ya?

Setelah berpikir, aku ada ide. Aku bikin seperti tahu walik saja. Dengan spatula, aku angkat memek Ayun ini. Lalu dengan supit, aku masukkan ke vaginanya. Aku jepit ujung potongan diantara vagina dan rahim, yaitu bekas potongan saat Uterus Ayun diambil hidup-hidup. Aku menariknya hingga vaginanya keluar di antara sepasang labia minora. Tampak warna vaginanya masih segar, yaitu putih pucat. Maklum, darah tidak mengaliri jaringan dinding vagina ini. Aku kemudian memasukkan ke penggorengan.

SSSSSSSSS

Bulir minyak mendidih diiringi suara desis menjadi lantunan nada alami. Getaran desisnya membuatku horni. Membayangkan memek aku yang dimasak seperti ini. Ugghh >,<

Aku membalikkan memek ini hingga sisi vagina satunya ikut termasak. Beberapa detik kemudian warna vaginanya berubah. Aku kira ini sudah matang. Akupun mengembalikan memasukkan vaginanya ke dalam lagi, melewati sepasang labia minoranya. Asap putih mengepul.

“Sudah masak nih. Siapa yang mau makan?” ucapku sambil menenteng memek Ayuny yang sudah matang pada sumpit.

“Hussss.. Sini dik” ucap pak Agil merebut sumpitku. Ia cukup lihai, karena bisa tidak jatuh. Kalau aku sih tidak bisa.

Pak Agil berlari menuju Fahmi. Aku mengikuti dari belakang. Kepala Ayun sekarang ditenteng oleh pak Choirul. Ia sedang menciumi pipi Ayun seperti boneka.

Pak Agil kemudian jongkok di selangkangan Fahmi, lalu mengarahkan lubang vagina Ayun yang sudah masak itu ke ujung penis Fahmi yang masih ereksi. Fahmi menyadari ancaman itu. Ia memberontak, tapi pangkal penisnya di pegang oleh pak Bima. Setelah posisinya pas, dengan cepat pak Agil memasukkan memek panas itu ke penis Fahmi. Dalam gerak lambat, sepasang labia minora Ayun dibelah oleh kepala penis Fahmi. Disisi lain, pak Bima yang memegang pangkal penis Fahmi melepaskannya. Kepala penis Fahmi tembus menerobos lorong vagina Ayun.

AAAAAAAAAAAARRRRRRGGGHHHH

Jeritnya sambil meronta-ronta. Penis Fahmi ngentotin memek panas istrinya sendiri.

“Rasain tuh memek panas. Hahahahaha” Ucap pak Agil.

“Lihat tuh memek kamu dientot” ucap pak Choirul ke kepala Ayun yang dipegangnya.

“Gimana rasanya? Enak kan? Hahahahaha” Ucap pak Emon.

Mulut Fahmi menganga lebar. Sepasang retinanya sambil tenggelam di balik kelopak matanya, menyisakan bagian putihnya saja.

Tiba-tiba pak Darma datang dan memasukkan daging yang sudah dimasak ke mulut Fahmi yang terbuka lebar. Seketika itu pak Darma menutup rahang Fahmi secara paksa.

HHHHHMMMMMMM HHHMMMMMMM HHHIIIIIIIIIIIII

Aku yakin daging Ayun yang tadi ia masak masih panas. Bibir Fahmi sampai terbuka. Gigi-gigi bagian atas mengatup ke gigi-gigi bagian bawah. Dari sela giginya mengeluarkan uap panas. Pak Darma sangat kuat menutup rahang Fahmi pada bagian dagu dan ubun-ubun. Pak Choirul jongkok lalu mengarahkan mulut Ayun ke mulut Fahmi.

“Ciee cieee cipokan” Ucapku.

“Iya nih. Hehehe” Ucap pak Agil.

Beberapa saat kemudian, tak ada gerakan dari Fahmi. Entah ia pingsan atau sudah mati. Akan tetapi, ketika melihat ke selangkangannya. Ujung penis Fahmi mengeluarkan cairan bening. Apa? Aku tidak percaya dia muncrat!!!

RRIIIIIIINGGGGGGG…. RRRIIIIIINNGG

Suara telpon terdengar. Aku lihat pak Choirul beranjak melepaskan kepala Ayun ke ujung ruangan tempat pakaian-pakaian 5 anak buah pak Borgan diletakkan. Ternyata itu telponnya pak Choirul. Ia kemudian mengangkat telpon dan tampak berbincang-bincang.

“Siap.. Siap”

Begitu yang aku dengar. Pak Choirul lalu mendekat sambil membawa pakaianku.

“Dik Siska, ini pakaiannnya” ucap pak Choirul.

Aku balik badan dan menerima pakaian piyama satin berwarna merah hati. Piyama ini aku ambil dari almari kamar. Aku teringat bagaimana kebaikan pak Borgan yang menyarankan aku berpakaian di mansion megah ini.

“Makasih ya pak. Ada apa ya pak?” ucapku.

“Dik Siska di panggil pak Borgan. Katanya ingin ngobrol sesuatu” Jawabnya

Oh iya, aku lupa, aku kan ada janji sama pak Borgan. Mungkin tetang jalan acara pelelanganku ya, atau janji nunjukkan proses taxidermy. Katanya sih pagi ini ada cewek yang akan dikuliti hidup-hidup. Jadi penasaran deh.

“Oh gitu, ya sudah deh kalau begitu. Siska jadi tidak bisa ikut pesta bapak-bapak. HIhihih”

“Tidak apa-apa. Terimakasih sudah menemani kami” jawab pak Choirul

“Iya pak, Siska juga bersyukur bisa menikmati makan daging kak Ayun bersama bapak-bapak yang ada di sini”

“Rul, kenapa kamu kasih pakaian? Biarin saja dik Siska bugil keluyuran” celetuk pak Bima.

“Iisshh pak Bima, nanti kalau aku diperkosa gimana? Untung lho selama aku disini masih aman”

“Betul dik. Siapa tahu nanti ada karyawan pak borgan yang khilaf dan balelo memperkosa dik Siska. Apa jadinya nanti pelelalang dik Siska. Betul nggak?”

“Iya nih pak Bima. Nanti nilai jualku turun lho”

“Ya kalau turun, saya beli. Hahaha”

“Huh. Enak aja” ujarku

Pak Bima asal nyeplos aja. Dia tidak tahu kalau uang hasil pelelanganku akan aku sedekahkan ke sebuah yayasan yatim piatu. Pak Borgan sudah menyetujuinya, tinggal hitam di atas putih saja.

Aku mengikat tali piyama di pinggangku. Pakaian ini setidaknya dapat melindungiku agar tidak terjadi lagi kejadian percobaan pemerkosaan oleh anak buah pak Borgan seperti pak Rendi dan pak Joni. Beruntung aku masih selamat. Andaikan waktu itu pak Borgan tidak datang atau telat sedikit saja, memek aku pasti diperkosa oleh 2 jongos itu. Aku tidak memungkiri bahwa aku menikmati saat-saat pak Rendi dan pak Joni grepein aku. Hihihi

“Ada apa dik? Kok dik Siska senyum-senyum sendiri?” ucap pak Choirul.

“Eh, ngak ada. Siska bayangin proses pelelangannya nanti bakal seperti apa. Kira-kira pembelinya banyak nggak ya?” ucapku.

“Tidak perlu khawatir dik. 25 tahun saya bekerja disini, seluruh tiket pendaftaran selalu terjual habis”

“Memangnya berapa tiket pak?”

“Seratusan dik”

“Oh, jadi Siska nanti telanjang di depan ratusan orang itu ya?”

“Tepat sekali”

“Woooow.. Jadi gak sabar. Hihihi”

“Dik Siska mau kontol tambahan? Aku potongin punya Fahmi gimana?” ujar pak Agil.

“Nggak deh pak, aku sudah 2 milik Vino dan pak Rendi. Hihihi”


“Tambah satu lagi dik biar kenyang”

“Makasih. Siska rasa sudah cukup. Soalnya nanti selain makan 2 kontol, Siska juga akan makan daging chef Jessica bersama pak Borgan. Lumayan sarapan pagi ini bersama bapak-bapak sedikit membuat perut Siska terisi, hihihi”

“Oh pantes aja tadi dik Siska makan daging Ayunnya sedikit, ternyata makanan utama hari ini itu chef Jessica yang seksi itu ya?”

“Waaah.. Pengen dong ikutan makan daging chef Jessica. Sudah lama aku naksir dia”

“Gak hanya kamu kali, aku juga pingin”

“Tenang pak, mungkin nanti sarapanku bersama pak Borgan tidak habis. Kalian semua bisa dapat sisa-sisanya. Hihihi”

“Sip deh”

“Ya sudah deh pak, Siska undur diri dulu. Sudah ditungguin sama pak Borgan.” ucapku.

“Selamat menikmati daging Ayun ya, jangan lupa dihabisin sampai bersih lho. Mubazir kalau tidak habis” lanjutku mengakhiri perbincangan ini.

Mereka berlima tersenyum kepadaku. Aku lihat Fahmi pingsan. Sisa-sisa tubuh Ayun yang tergantung masih lumayan banyak. Itu adalah terakhir kalinya aku melihatnya. Sayang sih, aku juga ingin melanjutkan makan-makan daging Ayun bersama mereka, tapi masih ada daging chef Jessica. Jadi gak sabar deh makan daging chef cantik. Hihihi

Aku balik badan menuju pintu keluar ruangan ini, meninggalkan mereka menikmati sisa-sisa tubuh Ayun juga Fahmi yang tergeletak dan telentang di lantai. Aku sudah cukup kenyang. Daging Ayun lumayan mengisi perutku. Aku harap protein, vitamin, serta gizi yang ada di dalam kandungan dagingnya cukup untuk seluruh aktifitasku sampai nanti sebelum pelelanganku dimulai. Tidak kusangka, dalam 2 hari ini aku sudah menikmati 2 daging manusia. Vivi adalah daging manusia yang pertama, kemudian Ayun. Tidak lama lagi, aku akan menikmati daging chef Jessica yang sudah aku bersihkan dan sudah kukeluarkan organ-organ dalamnya.

Aku menggapai gagang pintu. Aku tarik pintu ini, lalu aku keluar. Untuk terakhir kalinya, aku melihat ruangan penyiksaan ini. Mungkin setelah ini aku tidak dapat kesini lagi, karena hari pelelanganku adalah hari ini. Belum diketahui apakah jadwal pelelanganku pada pukul berapa. Terlihat 4 anak buah pak Borgan mengelilingi tubuh Fahmi, menghalangi pandanganku terhadap tubuh Fahmi. Sisanya, pak Agil tidak ikut mengelilingi Fahmi. Dia duduk menyantap lengan kiri Ayun. Aku tersenyum seraya menutup pintu.

7 langkah meninggalkan pintu tempat Fahmi ditawan dan disiksa, aku mendengar 5 tembakan. Aku kaget sampai langkahku terhenti, kemudian melanjutkan langkah kakiku. Aku tadi sudah berjanji, bahwa setelah melihat eksekusi Ayun dan puas memakan dagingnya, aku harus menemui pak Borgan di ruang tengah yang terdapat televisi besar berukuran seperti bioskop komersial. Walaupun layarnya besar, tapi tidak membuat sepasang mataku sakit. Mungkin TV itu dipesan khusus dengan menggunakan teknologi layar TFT.

Jalan yang aku lalui adalah sebuah koridor dengan dinding beton yang tebal. Jalan ke sebelah kiri itu adalah jalan ke toilet tempatku tadi buang hajat. Di depan sana ada tangga spiral menuju ke atas. Oh iya, seingatku tempat yang aku lalui serta ruangan yang ada di sekitar sini merupakan jenis ruang bawah tanah. Walaupun demikian, suhu udara disini tidak pengap. Lampu yang menerangi jalan cukup terang. Di depanku terlihat 2 pegawai pak Borgan yang sedang bersih-bersih. Salah satunya membersihkan lantai dengan vacuum cleaner, sisanya memegang kemoceng dan cairan penyemprot serta kain lap menggantung di pinggangnya.

“Permisi mas” ucapku sambil tersenyum melewati pegawai itu.

“Iya mbak silahkan” jawab mereka berdua dengan tersenyum.

Aku melewatinya. Baru 8 langkah, aku balik badan. Aku ingin mencoba melakukan sesuatu.

“Mas.. gimana body aku?” ucapku sambil membuka ikatan tali di pinggang, lalu membuka pakaian satinku. Aku menunjukkan bagian depan tubuhku yang tidak tertutupi apa-apa ke 2 orang pria yang umurnya sekitar 25 tahun.

“Mbak Siska ya? Kenapa nunjukin tubuh ke kita berdua? Itu.. itu punya siapa?” Ucapnya.

Wah, aku lupa, ternyata kulit payudara Ayun masih nempel di payudara kiriku. Disisi lain aku tidak menyangka, ternyata dia tahu namaku. Raut wajahnya datar. Mungkin dia takut sama ancaman pak Borgan. Aku kan memang barang dagangan, jadi tidak boleh macam-macam. Sange boleh, tapi ****** jangan. Pinter juga dia. Hihihi

Tidak berfikir panjang, aku mengikat menutup kembali pakaianku dan mengikatkan tali di pinggangku. Aku menuju tangga menuju lantai atas. Disini jalan koridornya lebih bagus. Karpet merah lurus dan panjang. DI sebelah kanan ada dindin kaca yang didalamnya ada sebuah tamat yang ukurannya seluas lapangan basket. Sedangkan disebelah kiri berupa dinding yang terpajang foto-foto klasik. Didepan sana ada perempuan yang dari pakaiannya adalah pembantu pak Borgan. Umurnya kira-kira masih muda, sekitar 22 tahun.

“Permisi, ruangan tengah itu dimana ya?” tanyaku.

“Oh kak Siska ya. Ruangan itu ada disebelah sana. Kak Siska silahkan lewat sini, lalu belok ke arah kanan. Lurus saja sudah sampai kok” Ucapnya lembut.

“Terimakasih” Ucapku.

“Sama-sama” jawabnya singkat.

Baru selangkah aku balik badan.

“Eh boleh kenalan, namanya siapa?”

“Melinda”

“Nama yang bagus”

Ia tersenyum. Aku pun balik badan meninggalkannya. Dari jalan yang ia ceritakan, aku dapat mengenal jalan yang ada disana. Bukankah itu jalan yang tadi aku jalan bersama chef Yongki menuju ruang penyimpanan organ tubuh Vivi ya? Langkahku semakin cepat. Ternyata benar. Jalan ini adalah jalan yang itu. Aku pun mengikuti jalan ini hingga aku semakin dekat dengan ruangan itu. Aku melihat sosok seseorang yang duduk membelakangiku. Dari sini hanya terlihat punggung kepalanya saja, sisanya tertutupi oleh sofa. Ia sedang berbincang-bincang dengan pak Borgan yang ada di seberang menghadap ke arahku.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu ini. Walaupun aku tahu didalam sana ada pak Borgan, tapi aku harus tahu adab dan sopan santun.

“Silahkan masuk” Ucap pak Borgan.

Perlahan aku membuka pintu. Setelah melewati pintu, tidak lupa aku menutupnya kembali. Aku berjalan perlahan lewat sisi sebelah kiri. Beberapa langkah kemudian aku menoleh ke kanan.

"A.. angela? ngapain kamu ada disini?" Ucapku kaget. Adik tingkat di kampus tiba-tiba ada di tempat ini!!!


Bersambung ke bawah. Scroll aja.
 
Terakhir diubah:
Jadi.... Kalau dari roman - romannya... Nampaknya siska nda akan di lelang... Tapi malah jadi scout untuk menggaet atau mendapatkan gadis - gadis yang senang untuk di beginikan...
 
Maaf ya nunggin lama. Semalam waktu nulis dan baca ulang, aku masih kebayang game RE3 yang aku mainin. Kira-kira adegan di atas ada yang perlu dijabarin nggak ya?


Hihi jadi ngga sabar ih :)
Gak sabar yang mana nih? 😁

Jadi.... Kalau dari roman - romannya... Nampaknya siska nda akan di lelang... Tapi malah jadi scout untuk menggaet atau mendapatkan gadis - gadis yang senang untuk di beginikan...
Pandangannya begitu ya? Hihihi. Cerita ini tidak akan jadil multi POV, jadi ketika penutur cerita mati, tamat. Setidaknya begitu yang sekarang aku pikirkan. 😋

Ini sudah jumat.
😁
Iya nih. Kebablasan dari jadwal. Habis aku panas dingin main game Jill Valentine dimakan zombie di game RE3Remake. Terutama death scene nya. Hihihi
 
Wah lama lagi nih nunggu update selanjutnya hehehe
 
Pemula yang hina dan unyu-unyu kapan hari pernah baca cerita Sis/Suhu satu ini dalam mode anonim (mohon dimaafkan) dan pada waktu pertama kali baca pemula yang hina dan unyu-unyu ini terkesima. Tak banyak yang menulis cerita yang termasuk dalam genre cerita ini, dan tak banyak pula yang mampu menggambarkan atau mendeskripsikan cerita dengan genre ini sebaik Sis/Suhu menulis cerita ini.

Luar biasa, Sis/Suhu.
Luar biasa.

Mohon dimaafkan bila ada salah kata dan/atau ada perkataan yang menyinggung perasaan Sis/Suhu. Pemula yang hina dan unyu-unyu ini hanya ingin memberikan apresiasi atas hasil karya Sis/Suhu ini.
Tetap semangat dalam menulis ya, Sis/Suhu. :shakehand
 
Lanjut suhu...
Yup. Masih tetap lanjut.

Wah lama lagi nih nunggu update selanjutnya hehehe
Kalau hanya nunggu cerita di tritku ini ya lama. Baca penulis lain di trit sebelah sambil nunggu ceritaku rilis, dan jaga kesehatan.

Masih setia dengan penantian ini suhu..
Terimakasih.

Pemula yang hina dan unyu-unyu kapan hari pernah baca cerita Sis/Suhu satu ini dalam mode anonim (mohon dimaafkan) dan pada waktu pertama kali baca pemula yang hina dan unyu-unyu ini terkesima. Tak banyak yang menulis cerita yang termasuk dalam genre cerita ini, dan tak banyak pula yang mampu menggambarkan atau mendeskripsikan cerita dengan genre ini sebaik Sis/Suhu menulis cerita ini.

Luar biasa, Sis/Suhu.
Luar biasa.

Mohon dimaafkan bila ada salah kata dan/atau ada perkataan yang menyinggung perasaan Sis/Suhu. Pemula yang hina dan unyu-unyu ini hanya ingin memberikan apresiasi atas hasil karya Sis/Suhu ini.
Tetap semangat dalam menulis ya, Sis/Suhu. :shakehand
Pernah baca ya? Woow. Walaupun anonim, terimakasih sudah mau baca cerita jelekku. Aku sekedar nulis yang ada di pikiran. Ada beberapa penulis yang mampu nulis genre seperti cerita ini, seperti bramloser, jaya s, kisaku, serpant, dll. Dari penulis-penulis itu dan beberapa penulis di forum ini, ceritanya ada yang kurusak dan ku ubah jadi genre seperti ini. 😅

Gak ada yang salah dan nyinggung kok. Malah, aku senang kalau ada yang mengkritik dan memberi saran.

Terimakasih atas apresiasinya.
 
BAGIAN 16


Seorang wanita muda cantik jelita sedang duduk berhadapan dengan pak Borgan. Di depannya terdapat 2 cangkir berisi teh hangat dan sebuah majalah dengan gambar aksesoris dan fashion yang diletakkan di atas meja.

Angela. Dia adalah adik tingkat di kampus. Aku mengenalnya karena sewaktu orientasi studi dan pengenalan kampus, aku pernah menghukum karena ketidak disiplinannya. Sebagai panitia, aku harus bertindak tegas. Tidak peduli Angela itu cantik dari rekan sebayanya, hukuman haruslah adil tidak melihat status dan rupa. Aku suruh dia nyanyi lagu nasional di hadapan rekan-rekan sesama mahasiswa baru. Sebelumnya aku suruh dia untuk melepaskan jaketnya, dia menolak. Alasannya, di balik jaket dia hanya mengenakan kemeja putih tanpa mengenakan bra. Aku tidak percaya. Setelah dia memegang tangan kananku dan mengarahkan ke dadanya aku baru percaya. Dasar nakal!!! Hihihi. Mungkin semalam dia begadang dan paginya keburu-buru pergi ke kampus. Sampai-sampai dia gak pakai bra. Pakaian kemejanya sampai lupa tidak disetrika. Huh dasar. Cantik-cantik tapi gak rapi. Hihihi

“Kak Siska.. “ ucap Angela menoleh ke kiri membuyarkan memori masa lalu.

Angela mengenakan pakaian blus berbahan lembut dan berwarna hijau muda. Di pinggangnya terdapat tali sebagai ikat pinggang. Untuk bawahannya, ia mengenakan celana pensil berbahan kain berwarna putih. Alas kakinya, ia mengenakan sepatu sandal berwarna caramel.

“Oh, kalian sudah saling kenal” Ucap pak Borgan.

“Iya pak, kak Siska adalah kakak tingkat saya di kampus. Kami sama-sama satu fakultas” Ucap Angela.

“Oh gitu. Dik Siska, silahkan duduk” Ucap pak Borgan.

“Terimakasih” ucapku.

Aku melangkah dan mendekati Angela. Aku duduk di sebelah kirinya di sofa berhadapan dengan pak Borgan.

“Angela. Ngapain kamu disini?” tanyaku.

“Gimana ya jelasinnya" ucapnya sambil termenung

"Biar pak Borgan saja deh yang jelasin” lanjut Angela menoleh ke pak Borgan.

“Saya pernah janji ke dik Siska, pagi ini akan ada wanita yang akan dikuliti hidup-hidup” Ucap pak Borgan.

“I.. iya. Jangan-jangan wanita itu… Angela ya?” ucapku.

“Betul. Dia secara sukarela menyumbangkan kulitnya untuk kami jadikan pakaian. Seperti yang dik Siska lihat di ruang dekat kamar saya. Kulitnya nanti akan kami proses seperti itu” pak Borgan menjelaskan.

“Beneran Angela?” tanyaku terheran-heran.

“Iya kak. Panjang deh ceritanya. Aku tahu lho kak Siska nanti akan dilelang. Aku sudah baca brosur pelelangan hari ini. Foto kakak di brosur seksi banget. Aku jadi basah deh bayangin tubuh kak Siska dimakan.” ucap Angela.

“Huh kamu ini. Jangan-jangan kamu mata-matain laptop dan HP aku ya?” ucapku.

“Ya nggak lah kak. Aku gak tau kalau kak Siska posting di situs untuk mewujudkan fantasi kakak. Aku sudah ada disini 4 hari yang lalu. Kakak aja yang baru kemarin datangnya” ucapnya.

“Kok kamu bisa tahu tentang tempat ini. Gimana ceritanya?” tanyaku.

“Di kampus kita ada anak buah pak Borgan. Aku gak nyangka sih ada tempat seperti ini. Aku tertarik untuk ikut mewujudkan fantasiku dengan mencoba menawarkan tubuh aku, tapi syaratnya aku mau dikuliti dalam keadaan hidup dan sadar” ucapnya.

“Dari suka eksib, akhirnya dikuliti. Hihihi”

“Biarin. Suka-suka aku dong kak”

“Iya iya. Eh, aku ada sesuatu”

“Apa kak?”

Aku melepaskan tali pada pakaian piyama satin yang kukenakan, lalu aku buka sampai topless. Angela memperhatikan sepasang buah dadaku. Awalnya tatap wajahnya biasa saja, tapi beberapa saat kemudian ia melongo melihat payudara kiriku. Mungkin dia sadar ada yang berbeda antara payudara sebelah kanan dan payudara sebelah kiriku.

“A.. apa itu kak?” tanyanya penasaran dengan telunjuk tangan kanannya menunjuk ke payudara kiriku.

Tangan kananku meraih buah dada kiriku, lalu dengan ibu jari dan jari telunjuk, aku menjepit kulit payudara kanan Ayun yang menempel di buah dada kiriku. Aku jepit pada sisi atas sebelah kanan yang dekat dengan tulang dada. Perlahan kulit payudara Ayun lepas dari kulit payudara kiri bagian atas. Seperti kain basah, kulit bagian dalam payudara Ayun yang masih lembab dan basah dipenuhi oleh darah dan lemak bagaikan perekat alami. Aku tarik ke arah depan hingga separuh bagian kulit payudara Ayun terlepas. Bagian puting dan areola masih menempel di payudara kiriku. Aku tidak menyangka, dibalik areola dan puting Ayun ini adalah areola dan putingku. Posisinya pas banget. Hanya saja, kali ini puting kiriku tidak tegang. Bentuk puting kiriku sama seperti puting kananku.

Aku tarik perlahan kulit payudara Ayun ini. Tangan kiriku segera ikut membantu melepaskan dengan memegang kulit sebelah atas kiri di dekat ketiakku, sedangkan tangan kanan memegang kulit sebelah kanan.

Dengan sekali tarik, seluruh kulit payudara kanan Ayun terlepas dan menggantung di sepasang ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan kananku. Aku hadapkan lembaran kulit ini ke wajah Angela.

"Kamu tau ini apa kan?" Ucapku sambil menenteng kulit payudara seperti selembar kain lap berbentuk lingkaran.

"I.. iya tau. Tapi, itu kulit toket siapa kak?"

"Ada deh. Nih buat kamu" ucapku menyerahkan kepada angela yang duduk disamping kananku.

Angela mengambil kulit payudara Ayun yang menggantung di tanganku. Sama sepertiku, ia menjepit ujung sisi kiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Ia angkat dan memperhatikan tekstur kulit bagian luar. Puting Ayun masih tegang di tengah areola yang diameternya tidak begitu lebar. Angela membalikkan kulit itu untuk melihat bagian dalam yang penuh dengan jaringan lemak, otot, juga darah. Jaringan lactiferous duct dan lactiferous sinus sebagai penghubung ASI dari mammary duct ke puting terlihat jelas. Potongannya pak Agil sangat rapi.

"Kira-kira toket aku kalau dikuliti bakal seperti ini nggak ya?" Ucapnya.

"Memangnya kamu mau dikuliti model yang seperti apa?" Tanyaku.

"Rencananya kulit aku dijadikan corset kak" ucapnya.

"Kalau corset, bukankah nanti gak hanya toket kamu saja, tapi dari kulit toket perut juga punggung kamu. Beda kalau kulit toket aja yang dikuliti" ucapku.

"Iya sih, kalau toket aja nantinya seperti kulit toket yang kupegang ini" ucapnya sambil sepasang matanya tertuju pada kulit payudara kanan Ayun.

"Betul banget. Terus untuk sisa kulit kamu gimana?" Tanyaku.

"Kalau itu apa kata nanti deh. Intinya seluruh kulit aku harus lepas dari tubuhku. Aku gak mau nanti yang dikuliti hanya bagian corset saja"

"Hihihi. Iya, Sayang banget kalau nanti hanya kulit toket, perut, dan punggung kamu yang dijadikan pakaian. Kulit memek kamu dan pantat kan bisa dijadikan yang lain. Jadi kamu mau seluruh kulit kamu lepas, baru setelah itu dipotong bagian-bagian yang dibikin corset ya?" Ucapku

"Betul kak. Intinya lepas dulu. Kalau dibuat corset, tentu kulit ketiak, bahu, lengan dan tanganku tidak bakal dikuliti. Eh iya. Enaknya dijadikan apa ya kak kulit memek dan pantat aku? Ada usul nggak kak?" Ucapnya.

"Hmmm.. enaknya apa ya? Pak Borgan bisa kasih usul?" Ucapku kemudian menoleh ke pak Borgan. Angela juga menoleh ke dia yang sedari tadi kita cuekin. Bibirnya tersungging dengan senyum. Aku tahu, dia juga menikmati pembicaraanku dengan Angela.

"Gimana kalau dibuat lapisan wastafel?" Ucap pak Borgan.

"Ide bagus tuh. Memek dan lubang anus aku dijadikan lubang pembuangan air wastafel" ucap Angela.

"Bukannya wastafel itu hanya satu lubang saja?" Tanyaku.

"Kan bisa dibuat custom. Lubang pembuangannya dari memek dan anus aku. Betul nggak pak?" Ucap Angela.

"Iya betul. Lapisan kulit memek kamu nanti bisa dikuliti bersama dengan dinding vagina" ucap pak Borgan.

"Waaah. Setuju pak. Gak hanya vagina saja, nanti sekalian aja memek aku dikuliti sampai rahim aku ikut dikeluarkan juga pak. Pipa pembuangan wastafelnya bisa pakai lorong vagina dan rektum anus aku. Bila perlu, pipa pembuangan dari vagina disambung dengan usus besar aku"

"Baiklah. Nanti akan saya sampaikan ke anak buah saya." Ucapnya. Dia kemudian tersenyum.

"Kenapa tersenyum pak?" Seloroh Angela.

"Hahaha. Saya tidak menyangka kalian berdua sangat bergairah" ucapnya.

"Iya dong pak, tubuh aku pokoknya milik bapak. Silahkan bapak gunakan tubuh aku" ucap Angela.

"Kalau sudah dikuliti, daging dik Angela mau diapakan?" Ucap pak Borgan.

"Terserah bapak deh. Kasihkan ke Srigala atau anjing liar juga nggak apa-apa. Hihihi"

"Baiklah. Nanti saya bisa gunakan kepala kamu untuk menghiasi dinding kamar saya"

"Wooow. Iya deh pak aku setuju" Ucap Angela.

"Eh, ngomong-ngomong kamu sudah gak perawan?" Ucapku.

"Masih dong kak" ucapnya.

"Lhaaa, terus kalau memek kamu dikuliti, gimana nanti saluran pembuangan wastafelnya? Sempit dong?" Ucapku.

"Eh iya ya. Apa aku harus merusak keperawananku dulu ya? Tapi aku maunya waktu di kuliti dalam kondisi perawan" ucap Angela.

"Ngentot aja, hihihi" ucapku.

"Huuu… kakak maunya gitu. Kakak aja yang ngentot" ucapnya. Aku hanya membalas dengan tertawa kecil.

"Begini saja, dik Angela bisa dikuliti masih dalam keadaan perawan. Wastafel dari kulit dik Angela bisa kami jadikan sebagai produk eksklusif. Dengan kata lain, produk wastafelnya masih brand new dengan segel keperawanan dik Angela sebagai tandanya" ucapnya.

"Wah bener juga. Boleh tuh. Wastafel dari memek perawan aku bisa jadi solusinya" ucap Angela.

"Woow, boleh juga tuh" ucapku.

"Oh ada lagi pak, gimana nanti kalau rahim aku dijadikan kran? Jadi rahim aku satu paket sama wastafel gitu" ucap Angela.

"Ide bagus. Selama ini kami membuat wasfatel dari kulit dan sebagai pengganti kran, kami menggunakan penis" ucap pak Borgan.

"Iya pak. Sewaktu aku diajak jalan-jalan ke ruang penyimpanan kulit dan furniture, Aku menyadari belum ada wastafel dari kulit dengan kran yang dibuat dari rahim. Kak Siska pernah ke ruangan itu kan?" ucap Angela.

"Pernah. Kemarin pak Borgan ngajak ke tempat itu"

"Gimana kesan-kesannya kak?"

"Unik. Aku melihat sofa yang terbuat dari kulit manusia. Belum sempat nyoba sih. Tapi sepertinya nyaman. Kenapa kulit kamu gak jadi sofa saja Angela?" ucapku.

"Ihh kakak. Aku kan maunya dijadikan pakaian"

"Iya iya. Terserah kamu deh"

"Hihihi. Eh, kulit toket ini enaknya diapakan ya?"

"Digoreng aja gimana?"

"Jadi rambak toket gitu ya kak?"

"Iya"

"Boleh juga tuh kak. Pak, tolong ya nanti ini dimasakkan jadi krupuk rambak"

"Iya. Pagi ini kita bisa sarapan dengan itu" ucap pak Borgan.

"Asiiikk" ucap Angela.

Pak Borgan tampak mengeluarkan ponselnya. Ia kemudian menelpon. Aku tidak memperhatikan apa yang ia bicarakan, karena aku sedang mengamati Angela yang sedang memainkan kulit payudara Ayun. Angela mengibas-ngibaskan lembaran kulit itu ke arahku. Sontak aku teriak.

"Iiihhh.. Angela. Jangan dikibasin ke aku. Lihat nih kulit dan piyamaku jadi kotor" ucapku menunjukkan dada ku yang topless terdapat noda cipratan darah.

Bukannya berhenti, Angela kini menggulung kulit payudara Ayun seperti kanebo mobil dan memukulkannya ke payudaraku.

"Aaaawww.. dasar nakal" ucapku.

Ayunan kulit payudara Ayun tidak begitu keras. Tapi, yang bikin aku berontak karena ayunannya selalu mengarah ke payudara kiriku.

"Kak Siska yang nakal. Hihihi" ucapnya sambil tetap mengayunkan kulit itu ke payudara kiriku.

Akhirnya aku melindungi payudara kiriku dengan tanganku. Tak berhenti sampai disitu, Angela berganti mengayunkan kulit payudara kanan Ayun ke payudara kananku. Akupun melindungi dengan tangan satunya.

"Nakal apaan sih" ucapku sambil tetap melindungi sepasang payudaraku.

"Nakal karena ada disini. Hihihi" ucapnya.

"Udah ah stop" ucapku.

"Nggak" balasnya.

Saat dia mengayunkan ke dadaku, aku langsung menangkap kulit payudara Ayun dengan tangan kanan dan merebutnya. Ketika aku tarik, gulungan kulit payudara Ayun ini sedikit merenggang dengan panjang hampir sejengkal setengah. Padahal, diameter kulit payudara Ayun yang dikuliti ini memiliki panjang sejengkal. Tapi karena ditarik, akhirnya memanjang.

Akan tetapi, karena cengkraman genggamanku lebih kuat, akhirnya kulit payudara Ayun ini lepas dari genggaman tangan Angela. Aku angkat kulit payudara Ayun yang ada dalam genggaman tanganku, lalu aku ayunkan ke wajahnya. Angela tampak memejamkan mata. Seketika itu aku menghentikan ayunanku.

"Aku tau kalau kamu itu barang dagangan pak Borgan, jadi aku gak akan melukai kulitmu" ucapku.

Angela membuka sebelah matanya. Menatap ke arahku.

"Udahan ya guraunya. Sama seperti kamu, aku juga barang dagangan pak Borgan" lanjutku.

"Hihihi iya kak Siska. Maaf ya aku tadi gurau"

"Iya aku tahu. Untung saja pukulanmu tidak keras. Bayangkan coba kalau keras, toketku bakal memar. Siapa nanti yang bakal makan toket memarku. Bisa-bisa gak laku" ucapku.

"Hihihi iya kak maaf" ucapnya.

Aku membuka gulungan kulit payudara Ayun hingga lembaran kulit ini menggantung di sepasang tanganku. Tampak bagian luar kulit ini terdapat bercak darah. Tentu saja. Ketika digulung, bagian luar kulit akan bersentuhan dengan sisi dalam kulit payudara yang penuh dengan jaringan lemak dan darah. Kulit kuning langsat Ayun jadi putih pucat. Tidak ada bagian yang robek. Beberapa urat dan arteri Ayun membiru. Kalau kelamaan tidak dimasak, bisa-bisa kulit ini membusuk.

"Tuh lihat, untung tidak ada yang rusak"

"Hihihi iya" ucap Angela.

Aku lihat pak Borgan sudah selesai menelpon, kemudian ia menunduk sambil ngetap-ngetap ponselnya dengan tatapan serius. Mungkin dia sedang browsing atau ngecek surel. Sepertinya dia tidak menghiraukan kita berdua. Aku mengenakan kembali piyamaku.

"Kenapa dipakai kak? Sekalian dong bugil" ucap Angela.

"Huh kamu ini. Nanti aja waktu sarapan ya" ucapku.

"Sip kak" ucapnya.

"Kamu nanti temani aku bugil juga ya?"

"Iya kak" ucapnya.

Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki dari arah belakang yang menuju ke arah kiriku.

"Selamat pagi" ucap seseorang yang kukenal dari samping kiri. Aku menoleh dan melihat chef Yongki berdiri sambil sedikit menunduk memberi hormat ke kami bertiga.

"Dik Sika, dik Angela. Kalian mau sarapan apa pagi ini? Chef Yongki siap memasakkan menu sarapan kalian berdua" ucap pak Borgan.

"Hmmm.. pesan apa ya?" Ucap Angela.

"Pak, kalau gak salah chef Jessica akan menjadi makan kita kan?" Ucapku.

"Betul. Pagi ini kita sarapan dengan daging chef Jessica sebagai menu utama. Kalian bisa nambah pesanan lain" ucap pak Borgan.

"Eh, chef Jessica? Kenapa dengan kakak cantik itu? Kenapa jadi menu kita" tanya Angela.

"Dia dibunuh oleh mantan anak buah saya" ucap pak Borgan.

"Aneh, padahal kamu sudah ada disini sebelum aku. Kamu kok belum tau informasi itu?" Ucapku.

"Aku kebanyakan mager nonton drama di kamar. Hihihi" ucapnya.

"Huh dasar" ucapku.

"Iya mau gimana lagi. Aku mau menikmati sisa-sisa hidupku dengan hiburan. Terakhir aku sarapan tonkatsu yang dimasak oleh chef Jessica . Rasanya enak banget" ucapnya.

"Daging babi ya, kukira daging manusia. Hihihi" ucapku.

"Ya gak selalu daging manusia, sekali-kali ganti menu lah kak" ucapnya.

"Kamu pernah makan kontol manusia nggak?" Tanyaku.

"Belum" ucapnya.

"Kalau begitu, saya pesan makanan dari olahan kontol ya chef. Di dekat tubuh chef Jessica ada 2 kontol" ucapku.

"Siap. Mau dimasak apa?" Tanya chef Yongki.

"Terserah. Yang penting enak dan spesial" ucapku.

"Baik dik" ucapnya.

"Waaaw. Kontol siapa itu kak?" Ucap Angela.

"Kontol Vino dan Joni" ucapku.

"Mereka siapa?" Tanyanya lebih jauh.

"Vino itu orang yang membunuh chef Jessica. Dia nyaris membunuhku. Sedangkan Joni itu anak buah pak Borgan yang mencoba memperkosaku"

"Ooh gitu" ucap Angela.

"Chef, sekalian ini dimasak juga ya? Kalau bisa dijadikan kerupuk" ucapku sambil menyerahkan kulit payudara Ayun dan chef Yongki menerimanya.

"Siap dik. Saya ulangi, menu sarapan pagi ini adalah chef Jessica, 2 penis dan kerupuk kulit" ucapnya.

"Sip chef" ucapku.

"Kak, nanti aku minta kontolnya ya?" Ucap Angela.

"Boleh" ucapku.

"Kalau demikian, saya pamit undur diri" ucapnya kemudian balik badan meninggalkan kami bertiga.

Aku melihat jam dinding di sebelah kanan yang terpajang di atas TV LED super besar menunjukkan pukul 07:06. Pak Borgan mengambil cangkir kosong. Ia menuangkan minuman hangat dari teko berbahan keramik dan terdapat motif timbul berupa pemandangan berwarna keemasan, lalu ia menaruhnya di depanku.

“Silahkan diminum dik” Ucapnya.

“Terimakasih” ucapku.

Aku mengambil minuman itu dan meminumnya. Awalnya kukira ini adalah teh, tapi setelah kurasakan ternyata ini bukanlah teh. Cairan merah ini berasal dari akar dari pohon beringin yang direbus. Khasiatnya baik bagi tubuh. Dulu waktu kecil, ketika aku demam oleh mama diminumin ini. Wah, jadi terkenang masa kecil. Sayangnya anak mama yang sudah dibesarkan ini akan menjadi santapan orang. Hihihi, biarin deh. Toh tubuhku ini ya milikku. Aku berhak melakukan apapun pada tubuh ini. Lagian aku tidak merugikan orang lain. Tidak ada yang terlukai dan terbunuh, hanya aku yang akan terlukai dan dibunuh. Itupun atas inisiatifku sendiri.

"Pak, boleh tanya nggak?" Tanga Angela.

"Boleh" ucap pak Borgan.

"Bapak pasti sudah lama berkecimpung di bisnis gelap ini. Apakah konsumen yang kanibal itu tidak takut tertular penyakit dari apa yang mereka makan?" Tanya Angela.

"Pertanyaan bagus. Manusia sebagai bahan utama makanan penuh dengan berbagai penyakit menular. Tidak ada bakteri maupun virus yang kebal terhadap panas dengan suhu diatas 90 derajat celcius. Rata-rata produk yang saya jual, dagingnya dalam kondisi matang. Untuk produk ekspor, daging akan diasap sebelum dikemas. Untuk produk mentah dan beku, anak buah saya akan memeriksa kesehatannya terlebih dahulu" ucap pak Borgan menjelaskan.

"Kak Siska ini mau dijual mentah atau matang pak?" Tanya Angela melirik ke arahku.

"Matang dong" selorohku.

"Kenapa gak mentah kak?" Tanya Angela.

"Karena suka aja. Kamu aja dijual mentah. Kulit kamu kan nanti jadi pakaian dan wastafel. Nah, bagian yang tidak digunakan, seperti organ dalam dan daging kamu bisa dijual. Sayang banget kalau dikasihkan sebagai makanan hewan. Daging cantik kamu kok dikasihkan ke hewan. Hihihi" ucapku.

"Bener juga ya. Tapi biarlah apa kata nanti. Kalau kak Siska mau, kakak boleh makan daging aku" ucapnya.

"Iya. Nanti aku boleh liat ya proses pengulitan tubuh kamu" ucapku.

"Gimana pak Borgan, nanti kak Siska boleh liat proses pengulitan tubuhku nggak?" Tanya Angela ke pak Borgan.

"Boleh. Karena proses pengulitannya di ruang tertutup dan live streaming, nanti dik Siska boleh jadi asisten yang membantu untuk menguliti dik Angela" ucapnya.

"Apa? Live streaming?" Ucapku kaget.

"Iya kak. Asik kan?" Ucapnya.

"I.. iya" ucapku.

Jantungku berdebar-debar. Badanku panas dingin. Aku tidak menyangka Angela akan melakukan itu.

"Kok bengong kak? Jangan-jangan kakak horny ya?"

"Hihihi.. iya"

"Rencanannya nanti selain live streaming, sebelumnya aku akan syuting dulu kak. Videonya nanti akan dimasukkan ke DVD yang dikemas dalam satu paket dengan penjualan pakaian dari kulit aku"

"Waaaaw.. keren banget" ucapku.

"Lebih tepatnya video rekaman dik Angela dimasukkan ke M.2 NVMe" ucap pak Borgan.

"Eh iya. Kalau DVD sudah kuno. Hihihi" ucap Angela.

"Kualitas videonya gimana pak?" Ucapku bertanya lebih jauh.

"Videonya raw dengan resolusi 8K. Berbeda dengan live streaming yang hanya kami tampilkan pada resolusi 1080p" jelasnya.

"Waaaw, mantap. Nanti saat pelelanganku juga di video juga nggak pak?" Tanyaku.

"Iya. Semua peserta lelang hari ini akan mendapatkan video dik Siska" ucapnya.

"Asiiik" ucapku.

Aku tidak tahu berapa biaya untuk menyelenggarakan pelelangan diriku. Pastinya peserta lelang akan menaruh deposit dengan jumlah yang tidak sedikit. Apakah penyebabnya daya tarik dari brosur yang menampilkan tubuh telanjangku ya? Ditambah aku adalah barang spesial yang akan dilelang pada hari ini.

"Kak.. kak Siska kok bengong? Ngelamunin apa hayooo?" Ucap Angela sambil menepuk pundak kananku.

"Ngelamunin pelelangan, hihihi" ucapku.

"Emang kakak tau kapan pelelangan buat kak Siska?"

"Nggak" ucapku sambil menggelengkan kepala.

Angela tampak mengambil sebuah buku dari atas meja di dekat cangkir minumku, kemudian menunjukkan kepadaku.

"Lihat ini kak" ucapnya.

Aku tertegun melihat apa yang aku saksikan dengan mata kepalaku. Buku ini bukanlah buku majalah yang menunjukkan fashion wanita dan pria yang berupa tas, sepatu, sabuk, dan sebagainya. Akan tetapi buku ini adalah daftar item yang akan di lelang pada hari ini. Cukup tebal dan jenis kertasnya bagus banget!! Aku tidak sadar dari angka kecil di dekat item ini. Ternyata item jualan ini adalah barang-barang dari kulit manusia, kulit hewan yang dilindungi dunia, juga senjata kuno berupa keris, tombak, dan lain-lain. Aku buka salah satu halaman terdapat keris dari pangeran Diponegoro. Di halaman berikutnya terdapat keris yang bentuknya aneh. Keterangan di sampingnya tertulis keris Asavah yang dibuat oleh empu Braja. Hmmm… baru dengar deh nama itu. Mungkin aku belum tahu sejarah kali ya. Soalnya aku gak suka pelajaran sejarah. Hihihi.

Aku penasaran dengan covernya. Aku pun menutup buku ini dan jantungku berdebar-debar mengetahui tubuh telanjangku tertampang di cover. Fotoku berada di depan diantara barang-barang yang akan dilelang. Seksi sih pose diriku dengan berdiri dan tangan kiriku berkacak pinggang memegang pinggul, sedangkan telapak tangan kanan memegang punggung kepalaku. Rambutku tergerai dan tatapan wajahku menggemaskan. Sepasang buah dada dan kemaluanku terlihat menantang. Lipatan labia mayora yang menghimpit klistorisku terlihat kecil. Perawatan tubuh semenjak SMP baru terlihat di foto ini. Walaupun aku sering foto selfie, foto di cover ini sangat spesial. Selain difoto dengan peralatan lighting profesional, hasil jepretannya baik. Terlihat dari hasilnya akhir cakep banget. Tertulis di cover :

Spesial hot item, Siska!!!
Grab this meat with our special taste!!!

Tulisannya berbeda dari tulisan lain. Selain lebih besar, kalimat itu mengkilap mirip tulisan dan logo pada box Final Fantasy VII Remake Deluxe Edition. Judul besar diatas dan dibelakang kepalaku sederhana, cuma bertuliskan "AUCTION". Itupun warnanya tidak mengkilap. Mungkin yang ditekankan pada pelelangan ini ya tubuhku ini. Selain gambarnya paling besar, tulisan mengkilap ini mengindikasikan bahwa aku adalah produk utama di pelelangan pak Borgan. Wajar kalau fotoku paling dominan di cover ini.

"Keren lho foto kak Siska" ucap Angela.

"Iya. Gak nyangka hasilnya sebagus ini"

"Coba buka halaman 167 kak. Disitu juga ada foto kakak" ucapnya lagi.

"Iyakah?" Ucapku sambil membuka buku ini ke halaman 167.

Di halaman ini, aku lebih tercengang. Foto setengah badan dari pinggang ke kepalaku terpampang dengan banyak garis dan kolom di sisi kertas. Kolom dengan tulisan " Tits bourguignon" menunjuk pada payudara kiriku. Bukan hanya satu kolom saja, tapi banyak kolom. Beberapa diantaranya Tits Peking, Smoked Tits, Grilled Tits, Meatball, Barbecue, Rendang, Dim Sum, Teriyaki, dan lain-lain. Bukan hanya masakan dari luar negeri, masakan dari Indonesia juga banyak. Selain Rendang, ada masakan lawar. Keterangannya sih darahku juga sebagai penyajian di menu itu. Ada juga sate Padang, juga sate Madura. Aku gak nyangka ternyata buah dadaku bisa dimasak beragam masakan seperti ini. Setiap tulisan nama-nama makanan terdapat keterangan nama makanan berasal dengan tulisan yang berkisar antara satu sampai dua paragraf. Setiap kolom itu, juga ada gambar persegi empat berupa gambar makanan yang sudah dimasak.

"Pak, apakah gambar ini betulan dari payudara atau daging lain?" Tanyaku menunjuk ke sebuah gambar di kolom Dim Sum dan menghadapkan ke pak Borgan.

"Itu dari payudara" ucapnya.

"Woaaah…" ucapku.

"Gimana kak Siska ini. Ya gak mungkin lah gambar ini bukan dari toket" ucap Angela.

"Siapa tau pakai daging lain atau ngambil dari internet nyaplok dan copy paste foto orang" ucapku.

"Kami tidak pernah menggunakan foto dari internet. Itu asli. Apa yang kami tampilkan, nanti itulah yang mereka dapatkan" ucap pak Borgan.

"Oh gitu" ucapku sambil mengangguk-angguk. Jadi masakan dengan gambar makanan luar negeri maupun dalam negeri, kesemuanya pakai payudara asli. Dengan gambar sebanyak ini, sudah berapa wanita yang dijadikan makanan ya? >,<

"Liat nih kak, toket kakak pasti enak kalau dibikin pepes seperti gambar ini" ucap Angela menunjuk ke salah satu gambar.

"Eh iya" ucapku.

"Nih lihat kak putingnya keliatan" ucap Angela menunjuk ke pepes di dekat daun pisang.

"Woow. Mantap nih. Gimana rasanya ya pepes toket. Hihihi" ucapku.

"Ya pasti enak dong kak. Mungkin nanti daging dan organku enak di masak juga ya" ucap Angela.

"Katanya kamu lebih suka kalau di buat pakan hewan buas" ucapku.

"Iya sih, tapi sama-sama dimakan. Bedanya kalau daging kakak dimakan sama manusia, tapi kalau punyaku dimakan hewan. Hihihi"

"Jadi, kamu gak mau dimakan manusia?"

"Tadi aku bilang terserah. Ya terserah siapa yang mau. Pokoknya tiap bagian tubuhku jangan sampai disia-siakan" ucapnya.

"Contohnya disia-siakan seperti apa?" Tanyaku.

"Seperti dibuang di tempat sampah atau di kubur" ucapnya.

"Bukannya kalau dibuang atau dikubur itu dimakan belatung dan kecoa? Tidak sia-sia juga loh daging kamu di makan mereka. Hihihi" ucapku.

"Bener juga ya. Tapi gak asik kalau dimakan belatung dan kecoa kak" ucapnya.

"Hihihi" aku tersenyum kecil.

"Ini kak, lihat. Bahkan rahim kakak nanti bisa di masak seperti ini" ucap Angela membuka halaman 177. 10 halaman dari halaman ini. Padahal aku belum baca kolom di halaman 167, ini Angela malah lompat jauh. Tapi benar juga. Halaman ini hanya fokus ke rahim. Di foto ini, Uterus berada diatas piring. Warna rahimnya putih berdiri tegak seperti botol dengan servik menghadap ke atas. Dari lubang servik terdapat uap panas. Di sekelilingnya tersadat caviar. Di foto selanjutnya, foto yang membelah uterus dan terdapat luberan saus kecoklatan dengan biji biji cabai. Membayangkan rahimku dimasak seperti ini bikin aku horny!! >,<.

Halaman selanjutnya masih gambar rahim yang dimasak berbeda. Rahim ini lebih besar. Lalu di gambar selanjutnya saat dibelah, ternyata didalamnya terdapat caviar. Ada juga dalaman rahim berisi sambal. Wuihh.. mantap banget.

"Kakak penasaran opsi masakan memek kak Siska seperti apa?" Ucap Angela.

"Eh, iya. Kakak penasaran. Dimana… dimana?" Ucapku.

Angela membuka beberapa halaman selanjutnya. Disana terpampang memek yang dimasak beraneka ragam.

"Nih kak. Memek kakak pasti enak kalau dimasak seperti ini" ucapnya.

Aku mengetahui masakan ini. Ini adalah memek yang dimasak seperti ayam bumbu pedas. Terlihat gundukan permukaan memek dengan kuah santan mengapung di dalam mangkuk. Beberapa helai daun kemangi yang sudah layu menempel pada labia mayora.

"Hihihi iya. Tapi sepertinya ini lebih enak deh" ucapku menunjuk pada gambar di sebelahnya yang menampilkan gambar steak memek diatas hot plate steak dengan saus berwarna kecoklatan. Ada beberapa stik kentang juga sayuran kacang-kacangan. Memek di atas hot plate ini warnanya kecoklatan. Terlihat pada lapisan dibawah kulit terdapat luberan lemak yang meleleh. Ditambah posisi memeknya telentang dengan labia minora sedikit terbuka dan memperlihatkan bagian dalam lubang vagina yang tidak begitu dalam. Kira-kira tebal tebal steak memek tersebut sekitar 3,5 centimeter. Dengan ketebalan segitu, tidak mungkin seluruh lorong vagina yang kedalamannya berkisar 6 sampai 9 centimeter tidak muat. Mungkin sisa lorong vaginanya dimasak ke masakan lain.

"Iya sih, tapi aku lebih suka memek pedas" ucapnya.

"Memek kamu dimasak seperti itu gimana?" Ucapku.

"Yeeee… memekku gak dimasak, tapi dikuliti dibikin bahan lapisan wastafel" ucapnya.

"Siapa tau berubah pikiran. Hihihi"

"Ya nggak lah kak. Aku sudah memantapkan diri untuk itu. Kalau selain itu, kakak boleh masak apa aja"

"Katanya tadi mau diberikan ke hewan buas"

"Sebagian aja gakpapa kok kak"

"Iya deh. Nanti bisa dipikirkan" ucapku.

"Kalau pak Borgan lebih suka yang mana antara memek pedas dengan steak memek ini?" Tanya Angela ke pak Borgan sambil menunjukkan gambar di buku ini.

"Yang pedas" Ucap pak Borgan.

"Tuh kan, sama seperti aku sama-sama suka memek pedas. Hihihi" ucap Angela.

"Iya iya. Aku saja disini yang suka steak" ucapku.

"Kalau mau, nanti kakak bisa pakai bagian tubuh aku dibikin steak. Paha, pantat, atau toket aku. Tentunya tanpa kulit kak, hihihi" ucapnya.

"Boleh juga. Hihihi" ucap

"Pak, aku pernah baca kalau makan daging manusia itu bisa terkena penyakit kuru. Apa bapak gak takut?" Tanya Angela.

"Oh itu. Memang benar kalau kanibal itu bisa menyebanbkan penyakit itu. Akan tetapi, sejak saya memulai bisnis ini anak buah saya telah menemukan vaksin. Kuru disebabkan oleh Prion. Secara hipotesis, prion merupakan versi salah lipat dari suatu protein yang umumnya terdapat pada sel otak. Bahkan, prion mampu melakukan kontak dengan protein yang normal dan menginduksi protein normal menjadi bentuk abnormal. Semua peserta lelang yang hadir sudah kami beri vaksin tersebut" jelas pak Borgan.

"Pantes, pak Borgan santai saja makan daging manusia. Padahal perkembangan terbaru, vaksin prion sudah dikembangkan, tapi hanya untuk tikus. Pak Borgan sudah melompat jauh" ucap Angela.

"Itulah bedanya dunia adik sama dunia kami dik" ucap pak Borgan.

"Kenapa tidak dijual bebas pak?" Tanya Angela lagi.

"Kalau dijual bebas, saya khawatir banyak orang yang jadi kanibal. Lalu, populasinya sedikit" ucapnya.

"Tapi pak, kan bagus kalau populasi dikit. Hitung-hitung ngurangi lonjakan pertumbuhan penduduk" ucapku menimpali.

Pak Borgan tersenyum. Aku tidak mengerti makna dari senyumannya itu apa. Biarin deh, toh aku tidak tahu sifat pak Borgan. Aku gak perlu ngorek lebih jauh.

"Permisi, sarapannya telah siap" ucap chef Yongki tiba-tiba hadir berdiri di sebelah kiriku.

"Yuk adik-adik, kita sarapan dulu" ucap pak Borgan kemudian berdiri dari duduknya.

"Iya. Yuk kak" ucap Angela mengambil buku pelelangan, meletakkan di atas meja, berdiri, lalu menarik pergelangan tangan kananku. Ketika diletakkan, beberapa halaman dari cover terbuka. Mungkin karena tertekuk. Aku melihat seorang wanita berpakaian timur tengah, lengkap dengan cadarnya. Ada keterangan di atasnya:

OPENING AUCTION
WITH
FATHIA ALMAH CHAERUNNISA

Siapa dia? Aku teringat percakapan Joni dan Randi ketika menggrepe tubuhku tadi malam. Bahwa, saat pelelangan akan ada cewek arab yang ikut dilelang.

"Eh bentar. Kamu tau dia siapa?" Ucapku ke Angela.

"Tau, dia akan jadi pembuka pelelangan hari ini" ucapnya.

"Maksudnya pembuka?" Ucapku penasaran.

"Nanti kakak bisa lihat kok. Tentunya gak bisa bersama aku" ucapnya.

"Hihihi, iya lah. Saat itu kamu sudah mati" ucapku.

"Hihihi. Yuk kak kita sarapan" ucapnya.

Akupun berdiri sambil pergelangan tangan kananku dipegang oleh tangan kiri Angela. Pak Borgan sudah berjalan diikuti oleh kami berdua yang berjalan mengekor di belakangnya. Aku melihat Angela mengenakan sepatu sandal caramel, berbeda denganku yang tak beralaskan kaki. Entah sejak kapan aku tak memakai sandal. Sepertinya sih alas kakiku ketinggalan di ruang pembersihan sewaktu bersihin mayat chef Jessica. Atau tertinggal di ruang penyiksaan. Aku tidak ingat.

Beberapa menit berjalan, kami akhirnya tiba di ruang makan. Chef Yongki mempersilahkan kami bertiga masuk sambil menunduk memberi hormat. Ruang makan ini adalah ruangan dimana aku pertama kali jadi kanibal, memakan daging Vivi. Di atas meja makan terdapat sebuah loyang stainless dengan tutup besar berdiameter 1,5 meter dan tingginya hampir satu meter. Aku yakin didalamnya pasti berisi tubuh chef Jessica yang sudah dimasak.

Pak Borgan berdiri di seberang meja. Chef Yongki berdiri di sebelah kiri aku dan Angela. Kami bertiga sudah berdiri di dekat kursi makan.

"Silahkan duduk dik" ucap pak Borgan mempersilahkan kami berdua duduk.

Aku memundurkan kursi. Ketika hendak duduk, Angela memegang pundak kananku.

"Kak, janjinya tadi kalau sarapan bugil hayooo" ucapnya.

"Kamu juga. Katanya mau nemani bugil. Hihihi" ucapku.

"Iya. Tapi tolong chef Yongki suruh pergi" ucap Angela.

Pak Borgan melirik ke chef Yongki. Chef Yongki tersenyum lalu balik badan meninggalkan kami bertiga.

"Yuk kak kita mulai" ucap Angela.

"Oke" ucapku kemudian berdiri dan langsung melepaskan tali piyama yang kukenakan, dan kuloloskan kedua tanganku hingga piyama ini berada dalam genggamanku. Aku letakkan di atas kursi di sebelah kiriku.

Aku melihat Angela sudah berdiri di samping kursi sambil memperhatikanku yang sudah bertelanjang bulat.

"Ayo, giliran kamu" ucapku kemudian duduk di kursi.

Pak Borgan hanya memperhatikan dari seberang meja.

"Iya iya kak Siska" ucapnya.

Angela melepaskan atasannya berupa blus, disusul celana pensil dan sepatu sandal. Sekarang Angela hanya mengenakan bra dan celana dalam berwarna putih. Angela tersenyum sambil melangkahkan kaki mendekatiku.

"Kak, tolong lepasin pengaitnya dong" ucapnya dengan membalikkan badan memunggungiku.

"Ihh.. dasar males" ucapku.

"Hihihi" tawa Angela.

Aku berdiri dan kedua tanganku segera menggapai untuk melepaskan tali pengait yang ada di punggungnya. Aku melihat ada tulisan merk di tali bra itu. Merknya sama seperti pakaian yang ada di almari kamar tempatku menginap di mansion megah ini. Bahkan, piyama yang aku kenakan juga sama bermerk dengan bra yang dikenakan Angela. Aku sudah mengira hal itu. Angela bukan dari keluarga berada, tapi dari keluarga kelas menengah. Aku yakin pakaian yang sekarang dia kenakan adalah pakaian yang disediakan oleh pak Borgan.

"Makasih kak Siska" ucapnya.

Angela menghadapku lalu membuka bra yang dikenakannya. Sepasang buah dada ukuran cup B terpampang dengan sepasang puting dan areola berwarna coklat muda. Areolanya tidaklah lebar. Mungkin diameternya berkisar 2 hingga 2,4 centimeter. Puting kecilnya mencuat ditengah-tengah.

"Toket kamu tambah besar aja" ucapku.

"Iya kah kak?" Ucapnya.

"Iya. Itu asli kan?" Tanyaku.

"Asli lah kak. Mungkin punya kakak yang palsu pake implant" ucapnya.

"Enak aja. Toketku asli tau. Gak enaknya pakai implant, membohongi diri sendiri" ucapku.

"Bener. Toket kak Siska buat dimasak. Apa jadinya nanti kalau toket kak Siska di potong lalu dimasak" ucapnya.

"Kalau dipanggang akan jadi toket panggang saus silicon" ucapku.

"Hihihi bener juga. Bakal meluber siliconnya di panggang ya kak" ucapnya.

"Iya. Kasihan pembeli yang mau makan toketku ini. Sudah bayar mahal-mahal karena tergiur dari ukuran dan tampilannya, eh tau-tau palsu. Hihihi"

"Betul kak"

"Mau dibantu nggak lepasin celana dalamnya?" Ucapku menawarkan diri.

"Nggak perlu kak. Aku bisa sendiri kak" ucapnya.

Sepasang ibu jari tangannya ia letakkan di pinggul, menyelipkan diantara kulit putih dan celana dalam yang juga berwarna putih. Perlahan ia turunkan ke bawah, memperlihatkan rambut pubis bagian atas, hingga bagian bawahnya. Saking lebatnya, saat ia turunkan celana dalam hingga lepas dari selangkangan, wujud memeknya tidak terlihat.

"Kalau memek kamu dijadikan wastafel, bakal seperti apa wastafel dengan rambut lebat seperti itu? Hihihi" ucapku.

"Iihh.. Kakak ini, ya nanti dicukur lah kak" ucapnya.

"Gak di wax aja kayak punya kakak?" Ucapku.

"Nggak kak. Sakit" ucapnya.

"Ya sudah terserah kamu" ucapku lalu duduk di kursi.

Angela sudah meloloskan celana dalamnya lalu meletakkan semua pakaiannya di kursi di sebelah kanannya, kemudian duduk. Kalau di Jepang, hal itu sangat tidak pantas. Ada pakaian dalam berada di ruang makan dan dapat dilihat, kecuali ditaruh dalam almari. Lagian ini di Indonesia. Etika, tradisi, dan budayanya berbeda.

Kami berdua sudah telanjang bulat. Diantara kami bertiga, hanya pak Borgan yang masih mengenakan pakaian.

Sebuah piring datar persegi empat, garpu, sendok, pisau, tisu, dan napkin tersedia di depanku. Pak Borgan sudah mengambil napkin dan meletakkan di pangkuannya, disusul Angela. Ugghh… aku jadi gak sabar masakannya bakal seperti apa. Kira-kira digoreng, atau direbus ya? Atau di panggang? Penasaran banget.




Bersambung ke halaman 20
 
Terakhir diubah:
Mereka pasti excited banget ya... Dan saya pun sudah tak sabar untuk ke sesi lelang...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd