Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
BAGIAN 17


Kami bertiga duduk dan akan segera menyantap sarapan pagi. Aku tidak sabar, tubuh chef Jessica yang sudah aku keluarkan organ-organ dalam dan sudah kubersihkan akan jadi masakan seperti apa ya? Aku penasaran masakan chef Yongki seperti apa. Mungkin dengan mencicipi, aku tidak perlu khawatir cita rasa masakan tubuhku nanti ketika dilelang dan dimasak. Setelah kepalaku lepas terpenggal di tiang pancung guillotine, tubuhku siap dimasak oleh chef Yongki. Memekku sampai berdenyut membayangkan tubuhku dipenggal pisau guillotine. Hihihi.

Oh iya, sebelumnya aku sudah makan daging Vivi. Umurnya 24 Tahun. Dia frustasi karena habis diperkosa. Walaupun umurnya lebih tua dariku, tapi cita rasa dagingnya lembut dan kenyal. Aku akan dimasak seperti dia, yaitu Roast Turkey alias cewek guling. Memang babi aja yang diguling. Aku juga ingin dipanggang jadi cewek guling, eh manusia guling. Kata chef Yongki, ketika kepalaku lepas dari leher, tubuhku langsung dimasak. Hmmm… mungkin seperti Vivi ya. Tapi aku tidak tahu sih detil prosesnya memasak Vivi seperti apa. Aku hanya diberi tahu masaknya dipanggang seperti babi guling dan dipraktekkan oleh almarhum chef Jessica.

Setelah mencicipi cewek gulingnya chef Yongki, seharusnya aku tidak perlu meragukan kemampuan memasaknya. Chef Yongki menjamin bahwa masakan dari tubuhku akan lezat. Dari beberapa chef yang didatangkan pak Borgan, aku sudah memilih chef Yongki. Dialah yang akan memasakku. Aku yakin selain chef Yongki, chef-chef yang didatangkan pak Borgan juga pandai memasak, termasuk chef Jessica yang ikut berdiri berjajar di samping chef Yongki.

"Saya buka ya dik" ucap pak Borgan berdiri. Tangan kanannya yang sudah terbungkus sarung tangan penahan panas memegang penutup stainless besar yang bentuknya mirip kubah.

"Iya pak" ucap Angela.

Dengan dibantu tangan kiri yang juga menggunakan sarung tangan penahan panas, sedikit demi sedikit tutup itu terangkat disertai uap panas mengepul keluar dari sisi bagian bawah dan menuju ke segala penjuru arah. Terlihat bongkahan daging yang terpampang di dalamnya, hingga penutup besar itu diletakkan di samping kiri pak Borgan atau disamping kanan Angela.

"Woaaaaaaaahh…. Harum banget" ucapku.

"Iya. Air liur sampai penuh di mulut Angela kak" sahut Angela.

Dihadapanku, tubuh chef Jessica yang berwarna putih pucat sudah matang dimasak oleh chef Yongki. Tubuhnya telentang dengan kedua kakinya terbuka seperti orang lagi jongkok buang air besar. Sepasang lututnya berada di pinggang sisi samping payudara bawah dan gak ke depan, bukan berada tepat dan menempel di pinggang. Sepasang tangannya lurus dari arah jam 3 ke arah jam 9. Posisi leher yang sudah terpotong rapi berada di arah jam 3. Selangkangan, memek, pantat dan anus berada di arah jam 9.

"Sepertinya masaknya direbus ya pak?" Ucap Angela.

"Bukan, hidangan di hadapan adik ialah hidangan dengan cara di kukus, atau steamed" ucap pak Borgan yang sedang duduk. Ia sudah melepaskan sarung tangan anti panas.

"Oh. Kukira direbus. Warnanya seperti direbus" ucap Angela.

Ya. Awalnya kukira chef Jessica direbus, ternyata dikukus. Pantas saja warna kulitnya putih pucat, mirip dimsum. Aku melihat bagian selangkangan chef Jessica. Aku melakukannya dengan menjulurkan kepala hingga pantatku tidak menyentuh kursi.

Tubuh chef Jessica yang sebesar tubuh Angela, kira-kira Alat pengukusnya tentu besar, beda dengan pengukus ayam, bakpau, maupun dimsum. Ini sih alat pengukusnya bukan kelas rumahan atau restoran. Tentu alat pengukusnya berbeda. Aku ingin tanya ke chef Yongki cara ngukusnya bagaimana. Tapi karena kami berdua telanjang, jadi pak Borgan menyuruh dia untuk pergi. Padahal chef Yongki sudah pernah melihatku telanjang. Mungkin Angela malu. Walaupun dia sering eksib, ternyata dia masih punya rasa malu. Padahal bebas saja sih mau keliaran bugil di mansion ini. Toh gak lama lagi dia akan bugil di depan kamera ditonton banyak orang. Hihihi.

Oh iya, aku lihat selangkangan chef Jessica sudah tidak ada rambut pubisnya. Seingatku bentuk pubisnya dicukur model landing strip, tapi kini sudah gundul. Mungkin sudah dicabut. Jadi kelihatan bersih dan rapi. Memeknya tersumpal oleh terong yang ukurannya tidak terlalu besar. Kira-kira diameternya sekitar 4 centimeter. Sedangkan anusnya disumpal oleh wortel yang kuperkirakan diameternya berkisar 2,5 centimeter. Untuk telapak tangan dan kakinya masih utuh, tidak terpotong. Hanya bagian leher saja yang dipotong. Itupun yang memotong si Vino. Ia menyembelih chef Jessica dihadapanku sambil memeknya tersumpal oleh bangkai tikus. Cara memasukkan tikusnya pakai drama teater pula. Main kakak adik, ayah dan ibu. Kayak keluarga aja, hihihi.

Posisi telapak kakinya berada di samping paha, karena sepasang kakinya ditekuk. Posenya seperti happy baby atau ananda balasana pada yoga, hanya saja posisi kakinya ditekuk dan tumitnya menyentuh paha bawah dekat pantat.

Sepasang payudaranya tampak lebih besar dari biasanya. Sewaktu aku mengeluarkan organ dalam dan membersihkannya, tidak sebesar ini deh. Apa karena di kukus ya? Jadi penasaran. Tapi yang buatku penasaran, bagian perut, yaitu dari ulu hati sampai tulang pubisnya dijahit. Itu adalah hasil perbuatanku yang membelah dan menyayat vertikal perut chef Jessica ketika kugantung. Dari sayatan itulah aku bisa mengeluarkan organ-organ dalamnya. Aku juga melihat bagian leher chef Jessica. Pada rongga leher, yaitu tenggorokan dan kerongkongan tersumpal terong. Ukurannya lebih kecil dari terong yang menancap di memek. Masing-masing satu buah. Jadi kerongkongan ditancap terong, lalu tenggorokan juga ditancapi terong. Masing-masing saluran pencernaan dan saluran pernafasan disumpal oleh terong.

"Pak, putar lagu dong pak. Sarapan kita biar tambah seru" ucap Angela.

"Dik Angela mau minta lagu apa?"

"Apa aja. Terserah pak Borgan deh, cocoknya kita makan sambil mutar lagu apa"

"Eh, gimana kalau lagu klasik?" Ucapku menimpali.

"Boleh itu kak. Pak Borgan punya musik klasik nggak?" Tanya Angela.

"Banyak, mau lagu apa dik?"

"Terserah deh pak. Musik klasik yang pas buat kita makan, hihihi"

"Baiklah"

Pak Borgan langsung beranjak dari duduk dan berjalan ke sebuah meja kayu yang ada di belakangnya. Jarak meja kayu dari kursi pak Borgan sekitar 4 meter. Beberapa menit kemudian terdengar alunan musik. Ternyata pak Borgan sedang memutar lagu dari gramophone yang ada di atas meja di sudut dinding ruang makan ini. Setelahnya, pak Borgan berjalan kembali ke kursi. Ia duduk sembari tersenyum ke arah kamu berdua.

"Ayu dik, silahkan dinikmati" ucap pak Borgan.


Aku tidak tahu, makna dari musik ini. Dari nada-nada yang dilantunkan, musik ini mengandung unsur kesedihan. Apakah sekarang suasana hati pak Borgan sedang sedih? Kehilangan chef Jessica yang akan ia makan? Sejak ditinggalkan ayahanda, pak Borgan telah menganggap anak buahnya sebagai keluarganya. Walaupun sebagai kacung, pak Borgan tetap menyayanginya. Contohnya saat chef Jessica berseteru oleh pacarnya, pak Borgan membunuhnya. Lalu chef Jessica memasak bangkai pacarnya itu menjadi bakso.

Vino, tangan kanan dan orang kepercayaan pak Borgan juga disayanginya. Hanya saja dia berkhianat. Menikam bisnis pak Borgan dari belakang dan menyainginya. Secara terang-terangan, Vino berpihak kepada pesaing bisnis pak Borgan. Tentu pak Borgan menghukumnya. Di tambah, salah satu kacung yang mencoba memperkosaku ketika tidur. Beruntung dia tidak mati ditembak seperti rekannya, tapi dia kehilangan penisnya. Sebentar lagi penisnya masuk ke perutku. Oh iya, dimana penis yang dimasak oleh chef Yongki ya? Penis Vino juga tidak kelihatan. Jadi gak sabar pengen makan dua torpedo manusia. >,<

Angela sudah mengambil dan meletakkan napkin di pangkuannya. Begitu juga dengan pak Borgan. Ia mengambil napkin yang diletakkan di atas meja. Aku tidak mau ketinggalan. Aku mengambil napkin dan kuletakkan di pangkuanku. Jangan sampai kulit pahaku ternodai oleh makanan. Tapi sebenarnya gak apa-apa sih, sekalian aku mandi. Lagian pagi ini aku belum mandi. Demi tata krama makan, aku gunakan saja. Tidak elok kalau ketika makan ada napkin masih berada di atas meja. Hihihi

Lagu berbahasa Jerman yang diputar oleh pak Borgan berulang terus. Uuhh.. suasananya jadi gimana gitu. Walaupun aku tidak mengerti lirik dan terjemahan lagu itu, dari nada-nada yang dimainkan sangat menyedihkan.

“Yuk kak, kakak mau makan bagian apa dulu nih?” tanya Angela.

“Apa ya? Hmmmmm..” ucapku.

“Adik belum tahu cara makannya bagaimana? Dalam memasak, chef Yongki adalah chef yang penuh rahasia” ucap pak Borgan.

“Eh, gimana pak?” Seruku.

Pak Borgan memutar nampan yang diatasnya terdapat tubuh chef Jessica yang telah dikukus hingga selangkangannya menghadapku dan Angela. Potongan leher chef Jessica berada di depanku menghadap ke pak Borgan.

“Cabut terong dan wortel itu” ucap pak Borgan.

Akupun mencabut terong dan wortel dengan menggunakan garpu. Tidak mungkin aku gunakan tangan kosong, karena masih panas. Uap di sekitar terong, wortel, juga tubuh chef Jessica masih mengepul. Ketika aku cabut perlahan terong yang menancap di memeknya, labia mayora dan minoranya seakan ikut tertarik ke arahku. Aneh, padahal sudah matang. Elastisitas tidak berlaku bagi tubuh yang sudah matang. Mungkin ini rahasia cara memasak chef Yongki. Ketika aku cabut sejauh 2 centimeter, aku menyadari bahwa sekeliling terong ini dilumasi oleh minyak. Mungkin mentega, margarin, atau minyak sayur. Yang jelas kulit luar terong ini berminyak.

Pelan-pelan tapi pasti, terong aku tarik keluar. Hingga seluruh terong ini tercabut dari memek chef Jessica dan meninggalkan lubang yang cukup lebar dan tidak mengatup kembali. Diameter lebar lorong vagina chef Jessica sebesar terong, yaitu 4 centimeter. Dari dalam vaginanya, uap panas keluar dan mengeluarkan saus kental kecoklatan bercampur oleh potongan bawang goreng, serta daun bawang, wortel yang dipotong kecil-kecil berukuran 1 hingga 2 milimeter. Saus itu melubar dan jatuh ke wortel yang menancap ke anus.

“Wooow, aromanya mantap kak” ucap Angela.

“Betul. Mantap banget. Nanti tubuh kamu dimasak seperti ini ya Angela?”

“Kakak mau? Ya apa kata nanti deh kak. Yang penting setelah kulit aku terlepas, sisanya terserah deh. Itu nanti saja. Hihihi”

“Iya deh. Nih bagian kamu nyabut wortel” ucapku menunjuk ke wortel. Aku kemudian meletakkan terong di dekat selangkangan chef Jessica di sebelah kiri, yaitu dekat pantatnya.

“Okay”

Angela mengambil garpu dan menusukkan ke wortel yang menancap ke anus chef Jessica. Secara perlahan, wortel itu ditarik keluar oleh Angela. Sama seperti terong, ketika ditarik keluar, permukaan wortel penuh dengan minyak. Namun, ketika seluruh wortel dicabut, tidak keluar cairan apapun dari anus chef Jessica. Melainkan hanya ruang kosong dengan lubang berdiameter 2,5 centimeter.

“Sudah pak” ucap Angela.

“Selanjutnya pakai sumpit” ucap pak Borgan.

“Sumpit?” tanyaku heran.

“Iya” ucapnya.

“Nih kak” Ucap Angela menyerahkan sumpit.

Aku tidak paham apa yang dimaksud pakai sumpit. Buat apaan sumpit ini? Masak buat nusuk? Kalau di Jepang, tidak baik menggunakan sumpit untuk menusuk makanan. Pamali. Lalu buat apa ya?

“Kak, lihat itu kak” ucap Angela menunjuk ke selangkangan chef Jessica.

“Eh iya. Ada sesuatu” ucapku.

“Iya kak, keluarin kak” ucap Angela semakin bersemangat.

Aku gunakan sumpit yang diserahkan Angela kepadaku. Aku masukkan ke dalam rongga vagina chef Jessica yang cukup lebar. Sepasang sumpit yang cukup panjang bisa masuk ke dalam. Ketika aku masukkan, ujung sumpit merasa membentur sesuatu. Apakah itu uterus? Tidak mungkin. Sewaktu aku membersihkan, seluruh organ dalam chef Jessica sudah kukeluarkan. Termasuk uterus atau rahim. Ketika aku jepit, akupun menariknya keluar. Agak berat. Mungkin benar, ini sebuah benda yang cukup besar. Kira-kira apa ya? Tidak mungkin isinya batu. Hihihi ada-ada aja aku.

Sumpit yang kutarik keluar menunjukkan sesuatu. I.. itu penis!! Itu kepala penis!

“Woooow ada kontol kak, Sepertinya sudah matang” Ucap Angela.

“Iya” ucapku.

“Ayo kak tarik terus” ucap Angela memberi semangat.

Aku menarik kepala penis yang kujepit dengan sumpit. Ujung sumpitku menjepit kepala penis bagian belakang, dekat dengan leher penis. Bentuknya jadi agak pipih, karena jepitan tangan pada sumpit cukup kuat. Aku terus menariknya sedikit ke atas hingga hampir seluruh batang penis itu keluar dari lubang vagina chef Jessica.

Angela kemudian meletakkan piring di bawah depan memek chef Jessica. Saat kutarik, beberapa saus dan kaldu ikut meluber keluar disertai potongan daun bawang. Angela ikut membantu dengan menjepit bagian tengah penis ini. Kalau dari ukurannya, penis ini bukan milik Vino, tapi milik pak Joni, yaitu orang yang semalam mencoba memperkosaku. Beruntung dia tidak bernasib sama seperti rekannya, pak Rendi yang mati ditembak. Tapi hidup tanpa penis apa enaknya? Hihihi. Biarin deh, yang penting dia masih hidup. Syukur-syukur pak Borgan tidak membunuhnya.

Saat batang penis pak Rendi hampir keluar, di bagian pangkalnya ternyata ada sesuatu. Setelah kutarik, ternyata ada kepala penis juga.

"Kak, itu ada kontol lagi" ucap Angela.

"Iya. Jadi mirip kereta-keretaan aja"

"Bukan kak, mirip sosis"

"Kok sosis?"

"Itu lho kak, sosis yang dimakan scooby doo"

"Eh iya, hihihi" ucapku.

"Kok berhenti kak, ayo tarik lagi. Berat tauuuk" ucap Angela mengetahui aku hanya menjepit kepala penis dan tidak menariknya.

"Hihihihi" ucapku cengingisan.

Aku kemudian menarik hingga penis pak Joni yang sudah matang keluar. Aku baru sadar, bahwa bagian belakang penis Joni tertusuk oleh sebuah tali yang menusuk dari kiri ke kanan. Tali tersebut juga menusuk bagian kepala penis di belakangnya. Pada bagian tengah, kepala penis itu tertusuk dari kiri ke kanan. Dari bentuk kepala dan besarnya batang penis, aku yakin itu milik Vino. Penis Joni ada di depan dan penis Vino berada di belakang. Tali yang mengikat pangkal penis Joni ke kepala penis Vino berbentuk seperti karet gelang. Aku tarik perlahan hingga sebagian batang Vino yang keluar dari memek chef Jessica terlihat. Aku cukup terkejut. Berbeda dengan penis Joni. Pada batang penis Vino, terdapat bekas tusukan. Dari tusukan itu mengeluarkan kuah kaldu. Mungkin karena penis Vino lebih besar dari penis Joni, chef Yongki menusuk-nusuknya agar bagian dalam dari penis itu bisa matang dan bumbu kaldu meresap.

Kami berdua terus menarik dua penis tersebut hingga dua penis sudah keluar sepenuhnya dari memek chef Jessica. Ketika pangkal penis terakhir, yaitu milik Vino keluar, beberapa saus dan kaldu ikut meluber keluar dan meleleh turun ke anus hingga ke nampan yang menjadi tempat chef Jessica matang telentang. Kedua penis yang kami tarik aku kuletakkan ke piring yang Angela taruh. Piring tersebut aku ambil dan kuletakkan di antara piringku dan piring Angela yang masih kosong. Tidak lupq, aku memotong tali yang mengikat pangkal penis Joni dan kepala penis Vino. Cukup mudah. Tali ini terbuat dari janur. Dengan pisau potong yang ada di samping piringku, cukup sekali gesek tali itu putus.

"Kamu mau pilih yang mana? Ini atau ini?" Tanyaku menunjuk masing-masing penis

"Kalau boleh tau, kontol ini milik siapa? Lalu yang ini milik siapa?" Tanyaku.

"Ini punyanya Vino, mantan tangan kanan pak Borgan, kalau ini punyanya pak Joni. Pembantu pak Borgan yang mencoba memperkosa kakak" jelasku.

"Ooh gitu. Kakak mau yang mana nih?"

"Lho kok malah tanya balik. Aku tadi tanyanya ke kamu"

"Hihihi iya. Aku pilih ini saja deh" ucap Angela mengambil penis pak Joni dengan sumpit.

"Ya udah. Ini buat kakak ya?" Ucapku mengambil penis Vino yang sudah matang dengan sumpit.

"Iya kak" ucapnya.

Aku letakkan penis Vino ke piringku. Posisi kepala penis ini menghadap ke kiri, sedangkan pangkal penisnya berada di sebelah kanan. Baik penis Vino dan penis pak Joni tidak ada testisnya. Hanya kulit scrotumnya saja. Mungkin testisnya tidak dimasak juga. Scrotum ini tampak gelap, tapi bersih dari bulu.

Aku kemudian mengambil pisau dengan tangan kanan, lalu garpu di tangan kiri. Aku tusuk kepala penis dengan garpu. Ketika kutusuk, dari bekas lubang tusukan janur di kepala penis ini mengeluarkan cairan kaldu. Aromanya tambah harum. Pisau kupegang di tangan kanan kutempelkan bagian mata pisau ke leher penis. Aku gesekkan-gesekkan perlahan. Hmmmm... empuk banget. Hanya 2 kali gesekan dengan tekanan ringan, kepala penis sudah pisah. Aku angkat garpu ditangan kiri dan mengarahkan ke mulutku. Walaupun uap masih mengepul, aku yakin tidak terlalu panas.

Yumm… yumm.. yumm…

Benar dugaanku. Kepala penis ini tidaklah panas. Gigi-gigi gerahamku mengunyah dan mengoyak-ngoyaknya. Rasanya mantap abis dan bikin laper. Setiap gigiku menggigit, cita rasanya luar biasa. Seakan di bagian dalam ada bumbu yang meleleh keluar. Aku tidak yakin kalau sebelum dimasak penis ini sudah disuntikkan oleh bumbu. Baru pertama kalinya aku memakan penis manusia. Eh salah, ini pertama kalinya makan penis makhluk hidup. Sebelumnya aku belum pernah makan penis apapun. Jangankan manusia, penis hewan saja belum pernah.

Pak Borgan sedang berdiri. Ia menusukkan garpu yang ukurannya cukup besar ke telapak kaki kanan chef Jessica. Hanya ada 2 penusuk. Dengan tangan kanan yang memegang pisau, pak Borgan memotong pergelangan kaki. Ia lakukan pada kaki kiri chef Jessica. Kemudian ia letakkan sepasang kaki itu ke piringnya. Bagian-bagian itu amat disukai pak Borgan. Selain kaki, telapak tangan juga merupakan kegemarannya. Pak Borgan menyukai ceker manusia.

Disebelah kananku, Angela dengan lahap memakan penis Joni tanpa memotong dengan pisau. Dengan sumpit, ia langsung menjepit penis, mengarahkan ke mulut dan menggigit dengan gigi serinya. Ia menoleh ke kiri tersenyum sambil mengunyah penis Joni. Berbeda dengan aku, Angela memakan penis itu dari pangkal, yaitu scrotum. Pipi-pipinya sedikit menggembung.

Aku menelan kepala penis dimulut yang sudah terkoyak-koyak dan tercabik-cabik oleh gigi geraham. Aku menusukkan garpu ke batang penis di lehernya. Dari panjang sekitar 18 centimeter, aku potong ditengah-tengah. Jadi masing-masing memiliki panjang 9 centimeter. Garpu yang menusuk bagian leher aku angkat dan aku gigit bertahap. Mulutku tidak mampu mencakup batang penis yang memiliki diameter 4 centimeter. Seingatku, sewaktu hidup dan memperkosa chef Jessica, penisnya tidak sebesar ini. Mungkin karena dimasak dan disuntikkan bumbu sehingga jadi lebih besar. Aku cukup cepat memakan penis ini. Tinggal bagian pangkal penis dan scrotum. Aku menusuk garpu ke pangkal penis dan memakannya.

Aku lihat pak Borgan sudah menyantap separuh kaki kiri chef Jessica. Menyisakan tulang yang dia gigit sampai bersih. Tulang-tulang pada ruas jari kaki juga dihisap. Pak Borgan menikmati sumsum pada tulang kaki chef Jessica.

"Wooow cepet banget kamu makannya" ucapku ke Angela.

"Iyalah. Kontolnya kecil, jadi cepet. Hihihi" ucapnya. Aku saja baru selesai melahap penis Vino.

"Ayo, sekarang mau makan apa?" Tanyaku.

"Eh bentar kak, didalam memek sepertinya masih ada sesuatu" ucap Angela menunjuk sesuatu di lubang memek chef Jessica yang masih menganga lebar.

"Apaan sih?" Ucapku.

"Itu kak" ucap Angela menunjuk.

"Biar aku tunjukkan kak" lanjutnya.

Angela mengambil sumpit. Ia masukkan sepasang sumpit di dalam lorong vagina chef Jessica. Ketika di keluarkan, aku terkejut. Ternyata dari dalam memek chef Jessica keluar mie yang berwarna hijau disertai uap panas. Tidak kusangka dibalik dua penis ada mie.

"Kak, piringnya mana kak" ucap Angela.

Aku mengambil piring dan meletakkan di depan selangkangan chef Jessica. Dengan cekatan, Angela mengeluarkan mie yang cukup tebal dan banyak itu ke piring.

"Udah jangan banyak-banyak. Kamu mau ngabisin?" Ucapku.

"Gak lah kak. Kita bagi dua" ucapnya.

"Ya udah. Segini aja udah banyak banget" ucapku.

"Hihihi iya iya" ucapnya.

Angela memutuskan mie yang keluar dari memek chef Jessica. Ia putuskan mie sekitar 2 centimeter di depan labia minora.

"Eh kak, ini lubang kencingnya kenapa disumpal ya?"

"Entahlah" ucapku sembari mengambil piring yang dipenuhi mie hijau. Aku bagikan secara merata mie ini ke piringku dan piring Angela.

"Kyaaaaaaaaa…. Iiihhh Angelaaa" jeritku

Aku kecipratan saus berwarna kemerahan. Saus mengotori kulit dada dan sebagian payudaraku.

Ternyata saus itu berasal dari lubang kencing chef Jessica. Sumpalan berupa potongan wortel mentah dan dipotong berbentuk silinder dicabut oleh Angela dan meninggalkan lubang menganga selebar 3 milimeter. Angela menekan kulit bagian atas chef Jessica dengan sumpit. Jadi sausnya meluber dan muncrat. Aku tahu panjang saluran kencing wanita lebih pendek dari pria.

"Kyaaaaaaa.. udah udah… iiihhh kamu ini" ucapku ketika Angela menekan-nekan kulit bagian atas yang tak ditumbuhi rambut pubis. Aku jadi kecipratan lagi.

"Gantian. Niiihhh rasakan" ucapku sembari memutar nampan tempat chef Jessica hingga selangkangannya menghadap ke Angela. Dengan sumpit, aku menekan kulit pubis dan keluar saus yang muncrat mengenai tubuh Angela.

"Iiihhh… kakak jahat"

"Kamu sih. Untung lho sausnya hangat, coba panas. Kulitku melepuh. Bakal murah nanti tubuh kakak dipelelangan." ucapku.

"Iya. Maaf deh kak" ucapnya.

Aku baru tahu. Bagian dalam kandung kemih chef Jessica diisi oleh saus sambal. Perasaan aku mengeluarkan organ kandung kemih beserta rahimnya deh. Apa aku kelupaan ya?

"Oh, ternyata chef Yongki banyak rahasianya ya. Tidak menyangka lubang kencing bisa dimasuki saus sambal. Hihihi" ucap Angela.

"Aku gak bisa bayangkan hal itu terjadi padaku. Gimana ya nanti saat pelelalngan kandung kemihku di isi saus sambal?" Ucapku.

"Seru tuh kak. Kakak bisa kepanaaan"

"Iya. Kapsaisin bakal memenuhi kandung kemih. Hihihi"

"Mungkin saus ini buat mie hijau ini kak"

"Bisa jadi. Yuk dicoba" ucapku.

Angela meletakkan piring berisi mie didepan memek Angela. Ia menekan kulit pubis dengan sumpit. Saus sambal keluar dari urethra chef Jessica. Tidak seperti sebelumnya yang muncrat sampai jauh, sekarang muncratnya pendek. Sepertinya Angela menekannya tidak kuat.

"Nih kak, silahkan" ucap Angela

"Makasih" ucapku.

Angela menyingkirkan piringnya dan gantian giliranku. Aku tekan kulit pubis atas, lalu keluar saus sambal. Aku mencicipi saus sambal ini dengan sumpit. Woow, enak banget. Pedasnya pas. Aku pindahkan piring di depan memek chef Jessica ke depanku. Aku pun menyantapnya. Aku lihat pak Borgan sudah menghabiskan ceker chef Jessica. Ia kemudian berdiri dan memotong pergelangan tangan kiri chef Jessica. Ia lakukan dengan tangan satunya dengan terlebih dahulu memutar nampan. Pak Borgan mengetahui aku melihatnya.

"Ayo dik dihabisin. Jangan sungkan-sungkan" ucapnya ramah.

"Iya pak. Hihihi" ucapku.

Pak Borgan kemudian duduk dan kembali menyantap sepasang pergelangan tangan chef Jessica. Aku kemudian melanjutkan makan mie hijau dengan saus sambal. Angela juga sedang menikmati mie hijau.

Beberapa menit kemudian, mie hijau sudah habis. Kali ini aku yang pertama menghabiskan, disusul Angela.

"Ayo, selanjutnya mau makan apa? Gak boleh sungkan lho" ucapku ke Angela.

"Iya iya kak" ucapnya.

"Kita coba makan ketek yuk kak?" Lanjut Angela.

"Kamu mau? Kenapa gak toket aja atau memek?" Tawarku.

"Ketek dulu kak, baru yang lainnya" ucapnya.

"Nih, ambilin buat kakak" ucapku menyerahkan piringku.

"Siap kak" ucapnya mengambil piringku.

Angela kemudian mengambil pisau dan garpu yang cukup besar. Ia putar nampan hingga posisi lengan kiri chef Jessica berada di depan Angela. Ia angkat tangan yang tanpa telapak tangan ke atas hingga ketiak chef Jessica terlihat. Angela melakukannya bukan dengan menusukkan garpu ke tangan, tapi mengangkatnya. Ketiak kiri chef Jessica kemudian ditusuk oleh Angela, lalu dengan tangan kanan yang memegang pisau ia iris ketiak chef Jessica yang bersih tanpa bulu. Ia letakkan ke piring lalu menyerahkannya padaku.

"Nih kak, silahkan dimakan" ucapnya.

"Makasih" ucapku.

Angela sekarang memutar lagi nampan hingga lengan chef Jessica berada di depan Angela. Ia kemudian membentangkan tangan kanan chef Jessica, lalu mengiris ketiak kanannya. Ia lakukan seperti pada ketiak kiri. Menusuk dengan garpu lalu mengirisnya. Ia iris hanya mengelupas bagian ketiak saja. Jadi lengannya tidak sampai putus dan pisah dari bahu.

Aku melihat potongan ketiak kiri chef Jessica yang ada di piringku. Aku balik dengan sumpit dan terlihat bagian dalam ketiak. Ternyata bagian dalamnya seperti ini. Banyak dipenuhi oleh jaringan lemak. Mungkin disini letak kelenjar keringat ketiak yang beramo tidak sedap dan tempak bersarangnya kuman. Hihihi. Aromanya sih tidak bau. Aku yakin ini sudah dibumbui. Aku gunakan sumpit dan aku angkat. Kuarahkan ke mulutku. Gigitan pertama rasanya bener-bener enak. Lemaknya meleleh dan kulit ketiak kenyal banget. Ditambah suhu yang masih terjaga dan hangat. Aku langsung melahapnya sampai habis.

Lumayan mengenyangkan. Penis, mie hijau, lalu ketiak. Gak bakal muat deh tubuh chef Jessica dimakan bertiga sampai habis. Aku berinisiatif untuk membuka jahitan di perut. Yaitu dari tulang dada bawah sampai di bawah pusar.

"Boleh kan pak?" Ucapku.

"Silahkan dik" ucapnya.

Posisi betis chef Jessica yang ada di atas secara vertikal, aku ubah seperti missionary. Aku kemudian mengambil pisau dan membelah jahitan itu dari bagian bawah pusar di sebelah kiri ke arah kanan, ke bawah tulang pedang-pedangan. Aku lanjutkan terus sampai di antara tulang selangka. Aku buka perlahan. Uap panas mengepul dari dalam. Ternyata ruang abdomen chef Jessica bersisi mie hijau dan disertai oleh potongan daging. Aku mengetahui beberapa potongan itu. Ada hati yang dipotong dadu, usus, jantung, ginjal, limpa, dan lain-lain. Yang buat aku terkejut, aku melihat rahim yang dibelah dua, lengkap dengan ovariumnya. Ini rahim chef Jessica. Sungguh aneh. Bentuk perut chef Jessica tidak menggembung seperti orang hamil. Padahal diisi oleh mie dan organ dalam. Woow. Aku bentangkan dada hingga sepasang payudara Angela saling berjauhan dan sampai jatuh mengenai sisi samping nampan yang ada di bawah ketiaknya. Aku belah tulang rusuknya dan aku angkat. Di dalamnya, bukan mie hijau, melainkan nasi lemak dan butiran jagung. Wooow. Tidak kusangka, bagian dalam cangkang tulang rusuk berisi masakan ini, berbeda dengan di dalam perut dan abdomen cavity.

"Ambilin dong kak" ucap Angela.

"Campur ya?"

"Iya kak"

Aku ambil piringnya. Aku mengambil centong nasi. Aku ambilkan nasi lemak separuh centong, jagung separuh centong, juga potongan potongan jeroan. Aku juga mengambil belahan rahim chef Jessica. Biar puas, sekalian aku potongkan payudara kiri chef Jessica. Aku ambil garpu dan pisau. Aku tusuk dan aku potong pangkal payudaranya hingga seluruh payudara lepas. Aku letakkan payudara kiri chef Jessica di atas tumpukan nasi, jagung, serta jeroan lainnya. Lagian piringnya cukup lebar, sekitar 2 jengkal lebih sedikit. Biar lengkap dan sempurna. Aku potong bagian tubuh chef Jessica. Dimulai dari paha. Tidak sampai putus, hanya bagian samping dan seperlima lingkaran saja. Aku letakkan di samping payudara kiri. Selanjutnya aku potong betis, lengan kiri, pergelangan tangan, pantat, juga sedikit pinggang. Terakhir, aku potongkan memek dan anusnya. Aku tusuk dan aku iris melingkar memutari searah jarum jam dari atas klistoris ke bawah anus. Aku ingin lubang anus ikut lepas. Setelah kupotong melingkar, aku tusuk dengan garpu dan aku tarik. Mie yang keluar dari memeknya ikut ketarik. Jadi aku potong sekalian. Saus dari saluran kencingnya ikut muncrat. Mungkin karena aku menariknya kasar. Hihihi.

"Kak jangan banyak-banyak"

"Udah, kamu diam saja. Nurut saja. Ini pelengkap. Seperti moto empat sehat lima sempurna. Aku potongkan bagian-bagian tubuh chef Jessica buat kamu. hihihi" ucapku sambil mengiris vertikal memek dari klistoris ke anus. Aku berikan labia minora, labia mayora, dan sebagian kecil klistoris ke piring Angela. Untuk sebelah kanan buat aku. Hihihi. Kuletakkan potongan memek dan anus sebelah kanan ke piringku.

"Empat sehat lima sempurna, jadi toketnya ini pengganti susu ya kak?'

"Iya. Sumber susu dan ASI. Nih, buat kamu. Dihabisin ya"

"Kalau gak habis gimana?"

"Aku hukum, hihihi"

"Huuu.. enak saja"

"Nggak kok. Nanti bisa buat pembantu pak Borgan. Gerombolan pak Agil mau makan sisa-sisa makanan kita".

"Oh gitu ya. Baguslah kalau begitu. Makasih ya kak" ucapnya.

"Sama-sama" ucapku.

Sekarang bagianku. Aku juga ingin makan bagian-bagian tubuh chef Jessica seperti dipiring Angela. Aku potong payudara kanan, paha, betis, lengan, tangan, pinggang, separuh rahim dari Angela tadi, nasi, jagung, juga potongan jeroan. Tapi porsiku tidak sebanyak Angela. Hihihi.

"Bapak mau? Saya bisa ambilkan" ucapku menawarkan.

"Terimakasih. Saya bisa sendiri" ucapnya ramah.

"Baiklah pak" ucapku.

Aku lihat pak Borgan memotong tangan pada ketiak yang kulit ketiaknya sudah aku potong. Ia potong sampai lengannya putus dari bahu. Ia kemudian meletakkan di piring lalu memakannya. Kami makan bersama.

Sungguh, ini makan bersama yang memorable. Sarapan sambil mendengarkan lagu mein herz ist noch bei dir dari gramophone yang diputar berulang-ulang. Cukup lama kami memakannya. Kami makan dalam keheningan. Tidak seperti tadi, aku sempat bergurau sama Angela.

Beberapa belasan menit, perutku merasa kenyang. Piringku masih ada sisa makanan. Payudara kanan saja aku menghabiskan separuh saja. Kalau uterus dan ovarium sudah aku lahap habis. Bagian dalam payudara chef Jessica sangat empuk. Teksturnya lembut. Chef Yongki memasukkan bumbu rempah-rempah sampai ke dalam payudara. Pantas saja payudara chef Jessica lebih besar. Selain rempah-rempah, di dalam payudara chef Jessica juga berisikan mayonaise. Berbeda dengan yang kumakan bersama pak Agil dan kawan-kawan. Mungkin karena masak payudara Ayunnya secara sederhana ya? Ada yang gosong pula. Pahit banget makan toket gosong.

Selesainya, tidak lupa minum air mineral dan membersihkan noda di dada dan mulutku dengan napkin yang ada di pangkuan pahaku.

"Enak banget pak. Gimana cara masaknya pak?" Tanyaku penasaran.

"Chef Yongki memasak dan mengkukus chef Jessica dengan memasukkan seluruh tubuh kedalam alat pengkukus. Sebelumnya, dimasukkan pipa yang dipenuhi lubang dari kemaluan sampai lubang leher. Lalu dimasukkan mie, nasi, dan biji jagung. Selain terkena uap panas dari luar, bagian dalam juga diuap dari dalam pipa itu" jelasnya.

"Oh gitu" ucapku mengangguk-angguk. Kira-kira aku bakal dikukus juga nggak ya? Atau dipanggang seperti Vivi? Hihihi.

"Pak, ayo kapan mulai syuting aku?" Ucap Angela tiba-tiba.

"Sekarang saja pak, Siska ingin nonton proses syutingnya. Hihihi" ucapku ikut-ikutan.

Pak Borgan melihat ponselnya sejenak, lalu memasukkannya kembali ke kantong celananya.

"Ayo, ikut bapak. Mas Faris sudah menunggu dik Angela untuk syuting" ucap pak Borgan sambil memasang wajah senyum.

"Yeeeeeeeyyy" ucapku dan Angela senang.

"Yuk kak" ucap Angela kemudian tangab kanannya meraih pergelangan tangan kiriku, menarik dan berlari mengikutinya. Kami berdua berlari sambil bertelanjang bulat. Hihihi

7 langkah, aku menoleh ke belakang. Pak borgan menyusul lari kami dengan berjalan. Terlihat wajahnya tersenyum ke arahku. Sepertinya dia senang sekali. Aku tidak tahu, aku merasa senyumnya tidak dibuat-buat. Dia memiliki fetish yang aneh, yaitu menyukai boneka seks yang dibuat dari tubuh manusia yang diawetkan. Aku sudah pernah masuk ke kamarnya. Sungguh, tidak hanya satu boneka seks, tapi lebih dari itu. Beberapa boneka seks berdiri mengenakan pakaian layaknya manekin. Di dinding kamarnya terdapat kepala cewek yang sudah diawetkan. Semua kepala itu terpajang di dinding kamarnya secara rapi.

"Memang kamu tahu tempat syutingnya dimana?" Ucapku.

"Tau dong kak. Aku sendiri kok yang milih lokasi syutingnya"

"Oh gitu"

"Iya. Sebelum kakak ada di sini, aku sudah jalan-jalan keliling mansion"

"Bagus tempatnya?"

"Banget. Nanti kakak tahu sendiri"

"Okay" ucapku singkat.

Kami berdua melewati koridor. Tidak ada orang yang berpapasan denganku. Aku melihat jam di dinding menunjukkan pukul 07:51. Aku tidak perlu menanyakan lagi kemana arah tujuanku melangkah. Angela sudah mengetahui tujuannya. Koridor yang kulalui kali banyak jendela yang mengarah ke pemandangan di belakang mansion. Sebuah taman labirin yang mengingatkanku kejadian yang menyenangkan sekaligus menyeramkan, yaitu tempat Vino membunuh chef Jessica, juga tempatku bercinta dengan chef Jessica.

Kami menuruni anak tangga berundak, menyusuri jalan di antara taman labirin menuju ke arah belakang menjauhi mansion, yaitu ke arah Timur. Tubuhku dan tubuh Angela terpapar dan tersengat cahaya mentari. Aku sih tidak khawatir kulitku akan gelap. Toh cahaya pagi kadar sinar ultravioletnya tidak sebanyak siang hari. Ditambah lapisan udara di sekitar mansion ini cukup bagus. Tidak seperti di daerah perkotaan yang udaranya kotor tercemar asap pabrik dan kendaraan. Malah, cahaya pagi banyak mengandung vitamin dan dapat memperkuat imun tubuh. Tuh, yang lagi males berjemur. Rawan kena virus, apalagi virus corona. Hihihi

Tangan kiriku masih dipegang oleh Angela. Aku menoleh ke kiri. Aku melihat ruang taman dan air mancur, juga tiang lampu taman.

"Angela, tau nggak. Disitu aku hampir mati lho" ucapku menunjuk ke arah kiri.

"Dimana?" Tanyanya sambil menghentikan langkah kaki.

"Itu, di tiang lampu itu" ucapku.

"Kok bisa?"

"Iya, aku hampir dibunuh tau"

"Dibunuh Vino yang kontolnya kakak makan?" Ucapnya.

"Iya, hihihi"

"Mau ke sana kak?"

"Nggak. Yuk lanjut aja ke lokasi syuting kamu" ucapku.

"Yuk"

Angela kembali berlari kecil sambil menarik tangan kiriku.

"Udah lepasin saja, aku bisa jalan sendiri kok" ucapku.

Angela tersenyum, lalu melepaskan genggaman pergelangan tangan kiriku. Kami berdua berlari kecil menuju ke arah belakang. Payudara kami berdua berguncang-guncang dan memantul-mantul seiring dengan langkah kaki melangkah. Walaupun payudara Angela tidak sebesar milikku, guncangannya lumayan menggairahkan. Pasti senang banget tuh yang dapat kulit tubuh Angela. Bulir keringat membasahi tubuhnya. Kulitnya jadi mengkilap.

Tak terasa, dihadapanku terlihat sebuah sungai yang jernih. Lebarnya juga terbilang lebar. Walaupun jarak dari sungai dari kami berdua sekitar tiga puluhan meter, aku bisa memperkirakan lebar sungai tersebut. Kira-kira lebarnya 50 meter. Airnya tenang dan sedikit bergelombang akibat hembusan angin sepoi-sepoi. Tidak terlihat jelas sisi sungai yang berada di sebelah Barat, hanya sisi seberang Timur yang terlihat. Ujung jalan yang kulalui masih datar.

"Duluan ya kak" ucapnya.

Lari Angela semakin cepat meninggalkanku di belakang. Jalan batuan ini tidak menyakitkan juga tidak terasa panas. Selain tanaman yang dijadikan dinding labirin menghalangi laju sinar mentari, beberapa pohon jenis shaman tumbuh di sisi kiri dan kanan. Jalan yang kulalui cukup lebar, kira-kira 10 meter. Lebar 5 meter berupa jalan batuan yang pipih dan tertata rapi, sisanya rerumputan gajah mini tumbuh di sisi kiri dan kanan.

Aku menoleh ke kiri dan ke kanan menikmati kesejukan udara pagi. Tidak seperti ketika aku baru keluar dari pintu belakang mansion, sekarang banyak awan yang sedang berkumpul dan menutupi sang surya. Lho, tiba-tiba Angela sudah menghilang di hadapanku. Kemana bocah itu. Aku mempercepat langkahku. Beberapa menit, aku hampir sampai di ujung jalan. Sesampainya di ujung, jalan ini terbagi menjadi 2. Ke arah Utara atau sebelah kiri dan ke arah Selatan atau sebelah kanan. Di depanku berupa padang rumput yang sedikit menurun. Terlihat jelas hamparan sungai dari arah jam 11 ke arah Selatan, juga danau alami yang berada di arah jam 10. Ada 5 gazebo berdiri kokoh di pinggir sungai.

"Kak Siskaaaaaaaaaa" terdengar teriakan Angela.

Dimana sih dia?

"Kak, sini kaaaak" teriaknya lagi.

Aku berdiri terdiam di pertigaan jalan sambil tatapan mataku menyusuri dari arah jam 2 menuju ke arah jam 10.

Oh itu dia!!! Angela berada di arah jam 10. Ia melambaikan kedua tangan ke arah. Ia sedang di dalam sebuah gazebo berbentuk oktagonal berwarna putih. Ada seorang pria berdiri di samping Angela. Siapakah dia? Huh, aku terlalu fokus dengan pemandangan di sini. Karena itulah aku tidak dapat melihat keberadaan Angela dan pria asing itu.

Oh iya. Kalau tidak salah, tempat eksekusi Vivi di daerah sini. Aku tidak tahu lokasi pastinya, katanya sih di belakang taman labirin ini.

NNNNNNNNGGGGG

Dari arah belakang terdengar suara kendaraan. Aku balik badan dan terlihat pak Borgan sedang mengendarai mobil golf.

"Dik Siska, ayo naik"

"Eh, pak Borgan. I.. iya pak"

Aku kemudian duduk di samping kanan pak Borgan.

NNNGGGGGGG

Kendaran yang aku tumpangi melaju menuju ke gazebo. Dari pertigaan ini belok ke arah Utara, kemudian ada pertigaan lagi belok ke arah Timur. Saat menuju ke arah Timur, jalannya menurun. Turunannya tidak curam. Perkiraan dalam 7 meter ketinggian tanah turun 1 meter. Jarak ke gazebo tidak jauh. Dalam satu menit sudah sampai di sisi Barat gazebo. Pak Borgan turun di sisi kiri diikuti aku keluar di sisi kanan.

"Ini kak buat kakak" ucap Angela memberikan setelan pakaian olahraga yang biasa digunakan untuk senam. Celana legging biru dan atasan tanpa lengan.

"Dik Siska ya. Kenalkan saya Faris" ucap pria disamping Angela menjulurkan tangan kanan mengajakku bersalaman. Ia berpakaian normal. Celana jeans, atasan t-shirt dan menggunakan sneakers.

"Iya mas. Saya Siska" ucapku meraih tangan kanannya bersalaman. Tatapan matanya dari wajah turun ke bawah ke dadaku. Nih lihat toket aku. Hatiku bergumam. Walaupun tatapan matanya tertuju pada buah dadaku, wajahnya tidak memasang wajah mesum. Dua detik kemudian ia kemudian memalingkan muka, melepaskan genggaman tangan kananku.

"Persiapannya bagaimana?" Tanya pak Borgan.

"Sudah siap pak" ucap Faris.

"Kak, ayo kenakan pakaiannya. Kakak mau bugil terus ya?" Ucap Angela.

"Hihihi" aku tertawa kecil.

Tanpa malu-malu, Angela langsung mengenakan pakaian olahraga itu. Akupun juga mengenakan pakaian itu. Tentu saja, pakaian yang digunakan Angela dan aku tanpa dalaman. Ternyata pas juga pakaian yang kugunakan. Tidak longgar dan tidak ketat. Sebagian besar perutku terlihat, begitu juga pundak dan ketiakku. Lobang di lengan tidak sebesar kaos basket. Kira-kira lebar diameter kedua lengan ini sejengkal. Bisa juga gak sampai sejengkal. Aku jadi terlihat seksi. Tapi bukan aku saja, Angela juga seksi.

"Gimana kak, seksi nggak?"

"Seksi. Tuh puting kamu sampai nyetak gitu, hihihi" ucapku menunjuk ke dadanya.

"Lebih parah punya kak Siska, toket jumbo, putingnya juga" ucap Angela dengan menunjuk dan ujung jarinya menekan puting kananku.

"Aaaww… iih nakal" ucapku.

"Hihihi. Nih kak dipakai" angela menyerahkan sepatu sport beserta dengan kaos kaki.

Aku dan Angela mengenakannya sambil duduk. Setelahnya kami berdiri. Pak Borgan dan mas Faris masih berbincang-bincang. Mengetahui kami berdua sudah siap, pak Borgan mendekat.

"Dik Siska tidak perlu ikut ya, biar dik Angela saja yang syuting"

"Oh, aku kira aku ikut"

"Tidak. Fokus syuting ini hanya kepada dik Angela. Kalau dik Siska tidak perlu syuting, cukup foto-foto yang tercetak pada brosur yang dik Siska tadi lihat"

"Yaaaahh.. sayang banget"

"Dik Siska nonton saja sama saya dik sini" ucap mas Faris

"Nonton?"

"Iya, nonton sesi rekaman dik Angela"

"Kakak di sini saja yah. Ini bagian aku kak. Kakak gak boleh ikutan. Hihihi" ucap Angela.

"Iya deh" ucapku.

Mas Faris kemudian mengeluarkan peralatan dari dalam koper, seperti laptop, tripod, kamera super high resolution video yang mampu merekam video pada resolusi 8K. Terakhir, mas Fahri mengeluarkan drone berkamera. Woow.

Ia meletakkan tripod di tengah gazebo dan mengarah ke danau.

"Yuk dik, silahkan berdiri disitu. Perkenalkan diri ya dik. Kalau dik Siska dan tuan Borgan cukup berdiri di belakang kamera ya" ucap mas Faris.

"Siap mas. Yuk dik" ucap pak Borgan.

Aku dan pak Borgan berdiri sambil menatap layar laptop yang ada di sebelah kiri tripod kamera. Angela berdiri di depan kamera.

"Ketika aku beri aba-aba ini, kamera sudah merekam. Kalau ini sudah selesai" ucap mas Faris menunjukkan tanda 👌 dengan tangan kanannya kemudian tanda 👍.

"Siap mas" ucap Angela.

Mas Faris mengarahkan sudut ke wajah Angela, lalu memberikan aba-aba.

"Hai semua, Angela sekarang mau olahraga dulu, biar terus bugar sampai waktunya Angela dieksekusi nanti... Tonton terus yaa... Ingat kalian juga jangan lupa olahraga! Hihihi" ucapnya dengan tersenyum manis. Rambutnya yang tergerai indah terpampang di layar.

"Sip. Bagus banget Angela" Mas Faris memberikan aba-aba.

"Gimana kak? Menurut kakak gimana?"

"Bagus" ucapku.

"Yuk, sekarang syuting ngambil dik Angela sedang lari-lari dan senam" ucap mas Faris.

"Iya" ucapnya sambil mengikat rambutnya ke belakang.

"Sebelum itu, dik Angela pakai ini ya? Ini sensor agar drone bisa fokus ke adik" Ucap mas Faris menyerahkan gelang plastik berwarna hitam dan sepertinya berbahan kulit.

"Siap"

Angela mengambil gelang itu lalu mengenakannya di pergelangan tangan kiri.

"Yuk, silahkan dik Angela . Saya akan mengambil gambar dari sini" ucap mas Faris.

"Iya. Dadah kak Siska" ucapnya lari meninggalkan kami bertiga menuju ke arah Utara sambil melambaikan tangan.

"Dadah" ucapku.

Mas Faris menyalakan drone dan remot kontrol. Sebuah laptop menampilkan hasil tangkapan dari kamera drone. Setelah selesai menyeting, mas Faris menerbangkan drone. Tampak di layar laptop menampilkan video yang sedang merekam Angela dari belakang atas. Hasil tangkapan videonya bagus. Walaupun jarak Angela dengan drone tidak jauh, hasilnya steady banget. Drone memutar ke sebelah kanan Angela, mengambil video dari sisi kanan. Buah dadanya memantul-mantul. Angela berlari di sebuah jalan di samping taman labirin di tepi danau. Kemudian menuruni undakan-undakan kecil dengan memperlambat laju larinya. Ketika jalannya datar, ia kembali ke kecepatan normal. Tangan kanannya melambai-lambai ke kamera sambil tersenyum.

Cuaca yang berawan dan pencahayaan cukup, hasil tangkapan kamera drone ini bagus banget. Mas Faris fokus mengendalikan drone sambil melihat layar 5" yang menampilkan video sisi yang lain. Aku baru sadar kalau drone itu dilengkapi dua kamera.

Angela berlari di sisi Utara danau. Ia sedang berlari menuju ke arah Timur. Dari gazebo, tubuh Angela terlihat kecil. Beberapa burung merpati yang sedang mematuk-matuk dijalan yang ada di hadapannya jadi berterbangan saat Angela datang. Tangkapan layar dari drone menambah suasana yang lebih bagus. Burung-burung terbang diantara drone dan Angela. Posisi drone kini terbang merendah dan berada di depan Angela. Jaraknya cukup dekat, kira-kira 4 meteran. Ketinggian drone sejajar dengan kepala Angela. Di layar laptop, drone seperti berjalan mundur. Terlihat wajah Angela dipenuhi keringat. Putingnya yang nyetak juga terlihat. Bagian-bagian dari atasan pakaiannya yang basah jadi sedikit lebih gelap. Tapi tidak begitu jelas sih. Mungkin bahan dan serat dari pakaian itu bagus menyerap keringat. Senyumannya masih tersirat dalam raut wajahnya. Sepasang buah dadanya memantul-mantul ke atas dan ke bawah. Pinggulnya bergoyang seiring langkah kaki melangkah. Ketika kakinya berpijak, buah dadanya turun ke bawah, lalu ketika kaki yang berpijak itu menekan dan memberikan gaya dorong ke depan, payudaranya terhempas ke atas.

Dari mengambil video seluruh tubuh, kamera kini mendekat dan fokus merekam kepala Angela. Kulit wajahnya penuh dengan peluh keringat. Dari dahi, bulir keringat itu turun ke bawah. Ada yang ke samping, ke pelipis kemudian jatuh diterpa angin. Diatas bibirnya juga dipenuhi keringat. Keringatnya memantulkan kilauan bintik-bintik putih. Bagaikan sebuah cermin cembung berukuran kecil yang menempel pada wajah Angela. Aku menatap dari gazebo, Angela kini berlari menuju ke arah Selatan. Aku dapat melihat Angela berlari di balik pepohonan di seberang danau.

Di layar laptop, aku hanya dapat menyaksikan kegiatan dan aktifitas Angela. Kamera sekarang turun ke bawah secara perlahan. Angela masih berlari. Kecepatannya masih sama seperti sebelumnya, kira-kira 20 kilometer perjam. Dari menampilkan wajah, layar laptop menampilkan leher Angela yang juga dipenuhu keringat. Turun secara perlahan ke dada. Kulit yang membungkus sepasang tulang selangkanya juga basah. Terutama di tengah diantara tulang sekangka. Keringat dari leher sisi kiri dan kanan merambat turun dan bertemu di antara tulang selangka. Lubang pakian atas pada leher cukup lebar. Beberapa gundukan buah dadanya juga tampak mengkilap dan basah. Kamera turun lagi ke perut yang tidak tertutupi pakaian. Kulitnya juga basah. Otot-otot pada perutnya mengencang dan mengendur. Tidak ada bagian di pinggangnya yang kendor. Semuanya tampak kencang. Mungkin dia bisa menjaga asupan nutrisi dan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Bagi wanita, lemak adalah sesuatu yang menakutkan. Termasuk aku dan Angela. Hanya saja aku terlihat kebih berisi daripada dia. Walaupun aku lebih tua dan lebih berat dari Angela, tubuhku masih ideal. Aku juga menjaga pola makan. Aku mengurangi jajanan junk food, ice cream, dan snack.

Sekarang kamera turun ke sepasang pinggul Angela. Selangkangannya nyetak belahan memeknya. Mungkin celana leggingnya sedikit lebih ketat. Hihihi

Kamera pada drone menunduk mengambil gambar sepasang kakinya yang sedang berlari. Kulirik mas Faris masih menjaga drone agar terlalu ke bawah. Bagiku drone yang dikendalikannya sudah termasuk terbang rendah. Walaupun aku tahu drone itu merupakan drone dengan teknologi terkini yang dilengkapi sensor di setiap sudut, tetap saja mas Faris harus bisa menjaganya. Aku yakin drone itu milik pak Borgan. Mas Faris sekedar operator saja.

Posisi drone memutar berada di sebelah kiri Angela. Layar laptop menampilkan sisi sebelah kiri. Sama seperti sebelah kanan, tidak ada yang berbeda dari tubuhnya. Yang berbeda hanya posisinya di layar. Yang tadinya menghadap ke arah kanan, kini menghadap ke arah kiri. Pemandangan dan background berbeda. Tidak seperti di sisi sebelah kanan yang menampilkan background sebuah panorama perbukitan, sekarang menampilkan sebuah danau. Gazebo tempat keberadaanku terlihat buram seperti efek fade out yang terfokus pada objek yang direkam. Kecepatan laju drone dapat menyesuaikan dan mengikuti kecepatan objek.

Sekarang tangkapan di layar laptop menampilkan citra Angela dari sebelah kiri belakang. Posisi drone sudah bergeser. Aku dapat melihat jalan yang ada di hadapannya. Fokus kamera berganti dari ke Angela ke jalan dan panorama di hadapannya. Sekitar 30 meter didepan Angela terlihat sebuah lapangan basket yang dikelilingi padang rumput tanpa dinding penyekat. Padang rumput itu berhimpitan langsung dengan danau. Dari bibir danau ke lapangan basket sekitar 25 meter. Angela berlari ke arah Selatan menuju lapangan basket. Jalan yang dilalui Angela lebarnya sekitar 2,5 meter dengan susunan batuan pipih tertata rapi dan rapat. Di depan sana terdapat pertigaan. Salah satu pertigaan ini menuju ke lapangan basket outdoor. Angela melewati pertigaan yang menuju ke lapangan itu.

Dalam belasan detik, Angela sudah sampai di lapangan basket. Warna lantai lapangan basket ini didominasi oleh warna biru. Permukaanya sangat keras. Kemungkinan lapangan ini berbahan beton atau cor. Berbeda dengan lapangan basket indoor yang berjenis lantai vinyl yang mengkilap dan berwarna kecoklatan. Pada lapangan outdoor, lantai vinyl tentu tidak bagus dan tidak akan bertahan lama. Apalagi terkena terik sinar mentari langsung dan hujan. Warna lantai lapangan basket outdoor ini masih terjaga. Tidak ada bagian-bagian warna yang terkelupas. Kemungkinan lapangan ini selalu dirawat.

Setibanya di lapangan basket, Angela berdiri di tengah lapangan. Posisi kamera sekarang berada di sebelah Barat membelakangi danau, sedangkan Angela menghadap ke arah Barat. Angela melakukan senam. Mulai dari membentangkan tangan kekiri dan ke kanan dengan sepasang kaki sedikit dibuka. Sambil tetap membentang, ia turunkan dan sentuhkan ujung jemari tangan kanan ke sepatu kaki kirinya. Begitu pula dengan tangan satunya. Ia lakukan secara bergantian. 3 menit berselang, ia melakukan kayang dengan kepala menghadap ke arah Timur. Aku tidak menyangka dia bisa melakukannya dengan sangat baik. Pada posisi kayang, drone bergerak dari arah Barat menuju ke Timur melalui sebelah kiri Angela, atau sebelah Selatan. Perutnya yang terbuka menghadap ke langit. Buah dadanya sedikit tertarik ke arah leher. Gaya gravitasi membuat beban pada buah dada yang tak bertulang itu tertarik, tapi sedikit tertahan oleh pakaian olahraganya. Putingnya yang nyetak juga terlihat dari samping. Hihihi

Setelah melakukan kayang, Angela langsung berdiri tanpa punggungnya bersentuhan dengan lantai. Hebat banget. Angela kemudian tidur telentang dan melakukan sikap lilin selama 2 menit. Selanjutnya melakukan push up 11 kali. Saat melakukan push up, buah dadanya tampak lebih besar. Apalagi ia lakukan tanpa atasan dan bertelanjang dada. Buah dadanya bisa menggantung bebas. Ia lakukan push upnya bagus. Bagian paling bawah dari dadanya, yaitu putingnya tidak sampai bersentuhan dengan lantai. Tak lama kemudian ia berdiri. Kamera sekarang berada di depan Angela yang menghadap ke danau. Secara perlahan, ia bentangkan sepasang kakinya. Sambil tetap tersenyum menghadap kamera, ia melakukan split. Selangkangannya sampai menyentuh lantai. Hebat banget. Tidak berhenti sampai disitu, Angela memiringkan badannya dan mencium lutut kanan dengan sepasang tangan menyentuh ujung sepatu sebelah kanan. Wooow... !! Ia lakukan juga ke sebelah kiri, mencium lutut kiri. Setelah melakukan 3x cium lutut kiri dan kanan, Angela berdiri. Ia berlari ke arah Selatan meninggalkan lapangan basket. Keringatnya bercucuran.

Aku disajikan pemandangan indah. Dari gazebo, aku tidak bisa melihat keberadaan Angela. Karena tertutupi oleh pepohonan. Jalanannya masih sama seperti sebelumnya. Aku mendengar suara kicauan burung. Posisi drone berjalan mundur berada di depan Angela. Ia masih tersenyum ramah ke depan kamera. Angela berlari berbelok-belok mengikuti jalan. Menurutku jalanan yang dilalui Angela lebih bagus daripada yang ada di apartemen atau villa sekalipun. Pemandangan yang disajikan sangat bagus. Ada beraneka jenis tanaman yang sedang berbunga. 10 menit berselang, Angela sedang berjalan di dalam hutan pinus.

“Pak, Angela sekarang ada di sebelah mana?” tanyaku.

“Di sebelah sana dik” ucap pak Borgan menunjuk ke arah jam 2.

“Bagus tempatnya pak. Ada bunga dan ada pepohonan. Semua itu punya bapak?” tanyaku.

“Iya dik. Saya memiliki lahan yang luasnya 50 ribu hektar" ucapnya.

"Waaaaw" ucapku tertegun.

"Apa Angela sebelumnya sudah pernah keliling ke sana?" Lanjutku.

"Iya. Sewaktu datang, dik Angela langsung jalan-jalan" ucapnya.

"Oh, pantas dia tahu jalan" ucapku.

Memang tidak dipungkiri, pak Borgan benar-benar kaya. Tentu selain dari warisan ortunya, dia sudah mengembangkannya. Mungkin dulunya tidak seperti ini. Hasil dagang menjual benda-benda yang tidak lazim dan dilarang membuat pak Borgan menjadi seperti sekarang. Kira-kira berapa digit ya isi rekening dia? Lalu, harga perkiraanku berapa ya? Bisa nggak harga dari penjualanku mencapai 1 persen kekayaannya? Dia sudah berjanji, bahwa hasil penjualanku akan disumbangkan ke yayasan yatim piatu.

“Ini tidak ditayangkan secara live pak?” tanyaku.

“Tidak. Untuk live streaming ditayangkan saat eksekusi, sekarang proses rekaman yang akan dijadikan video untuk dikemas dalam penjualan pakaian dari kulit dik Angela”

“Hmmm gitu ya” ucapku.

Iya sih. Hanya pembeli yang dapat menikmati video Angela berolahraga. Hihihi. Layar laptop masih menampilkan Angela berlari-lari. Posisi drone sekarang berputar-putar dan agak menjauh diatas Angela. Gerakan berputarnya searah jarum jam secara perlahan. 10 menit kemudian. Posisi drone berada di belakang Angela. Mengambil gambar di sudut belakang atas Angela yang sedang berlari menyusuri pepohonan. Terbangnyapun tidak terlalu tinggi. Kalau tinggi bisa nyangkut di pohon, tapi karena ada teknologi sensor, tentu hal itu tidak akan terjadi, kecuali ada bug di dalam software drone.

15 menit berselang, Angela sudah melewati hutan pinus. Sekarang Angela berjalan di padang rumput. Di depannya terdapat jembatan gantung yang cukup panjang. Kira-kira panjangnya 45 meter. Angela santai banget berlari di jembatan itu. Aku lihat sih jembatan itu kuat banget. Saat melintas, Jembatan itu hanya bergoyang lembut. Setelah melewati jembatan, ia berbelok ke kanan. Aku dapat melihatnya dari gazebo Angela sedang berlari ke arah kami dari arah Selatan. Posisi drone sekarang berada di depan Angela dan fokus mengambil video seluruh tubuhnya yang sedang berlari. Belasan menit kemudian, ia berbelok ke Timur, ke arah gazebo. Tak sampai semenit, ia sudah sampai di depan gazebo.

Drone kemudian turun. Mas Faris menyerahkan handuk ke Angela dan mengambil drone.

"Gimana kak? bagus nggak?" Ucapnya sambil mengelap keringatnya dengan handuk.

"Bagus. Aku jadi mupeng lho. Hihihi" ucapku.

"Siap di masukkan ke SSD dong pak?" Ucap Angela.

"Belum. Nanti mas Faris mengeditnya terlebih dahulu sebelum disimpan di NVMe" jelas pak Borgan.

"Oh gitu" ucapnya.

"Kamu gaptek sih, hihihi" ucapku. Angela malah menjulurkan lidah.

"Siap untuk sesi selanjutnya dik?" Ucap mas Faris.

"Siap dong. Mau langsung nih?" Ucap Angela.

"Kita istirahat sejenak. Nih dik, silahkan diminum" ucap mas Faris menyerahkan minuman mineral.

"Waaah, masih ada sesi selanjutnya?" Tanyaku.

"Ada dong" ucap Angela.

"Bisikin dong sesi selanjutnya apa" tanyaku

"Rahasia, nanti kak Siska bakal tahu"

"Iya deh iya" ucapku.

Beneran. Aku jadi penasaran. Sesi selanjutnya bakal seperti apa. Apakah langsung live streaming proses pengulitan Angela ya? Hihihi





Bersambung ke halaman 21
 
Terakhir diubah:
Terimakasih sudah menunggu. Baru nambahin dikit dan baca ulang sebagian. Mungkin banyak salah tulis. Besok aku baca ulang lagi dan aku edit. Hihihi
 
Di tunggu updatenya, mau coba bikin illustrasi😁
Wooow. Panasaran sama ilustrasinya. 😇

pertamaks.....
tul kan suhu menepati janji
Makasih. Selama tidak ada kendala, bisa rilis sesuai rencana. Hihihi

Wah... Cewe laen mah pecah perawan.. Ini dua malah mau pecah kulit :ha::lol:
Aku sudah bikin lho pecah perawannya Siska. Tungguin aja. 😛
Sesungguhnya adegan pengulitan itu sudah aku tulis (tribute) buat tokoh Mita yang ditulis oleh bramloser dan sudah dirilis. Jadi, ceritaku tentang pengulitan bukan yg pertama, tapi kalau prosesnya mungkin yang pertama. Hihihi

lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuttttt...........................
Makasih. Untuk cerita selanjutnya sudah diketik dikit. Itupun hasil ngetik yang kemarin. Hihihi
 
gw pengen tubuh cewek cantik yang sudah diawetkan nih untuk hiasan di rumah gw, hubungi pak borgan kemana ya? :pandaketawa:
Eh eh eh? Pertanyaannya langsung strike gitu. The Human Taxidermy itu memang ada, tapi masalah utamanya aku juga gak punya nomor/alamat/bahkan foto yg bisa melacak keberadaannya. :bata:

Pengen sofa dari kulit dengan sandaran dari
( . Y . ) upsss.
 
Eh eh eh? Pertanyaannya langsung strike gitu. The Human Taxidermy itu memang ada, tapi masalah utamanya aku juga gak punya nomor/alamat/bahkan foto yg bisa melacak keberadaannya. :bata:

Pengen sofa dari kulit dengan sandaran dari
( . Y . ) upsss.
Di dark web ada kk, paling dekat di india, paling bagus dr rusia
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd