Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------

Cerita 147 – Hasrat dan Nafsu [Part 7]

Kupejamkan kedua mataku menikmati sensasi seks yang luarbiasa ini.
Kubiarkan segenap perasaanku turut merasakan kenikmatan seperti yang sedang Yeni alami.


Saat ini. Kedua puting susunya yang keras menusuk makin geli kulit dadaku.
Daging kenyalnya itu berguncang lembut sambil terus menekan dadaku yang bidang. Nikmat sekali.

Sementara adegan goyang-goyang nikmat di selangkanganku masih terus berlangsung dan semakin seru.
Menghentak-hentak semakin kuat dan cepat.

Kedua jemari tanganku yang sedang berada di atas bokong montoknya yang berkeringat..
ikut terguncang naik turun begitu cepat seperti ikutan memompa.

Semakin lama tubuh Yeni menggeliat-geliat makin kuat..
pertanda ia sudah tak mampu lagi menahan rasa nikmat senggama itu.

Aaaaahhhh.. alat vitalku terasa semakin keras dan tebal.. terasa makin panas dan basah..
karena daging liang vaginanya begitu cepat dan hebatnya menggesek keluar-masuk.
Melumat dan meremat-remat nikmat seluruh permukaan otot penisku.

Oooouuuhh.. aku merasa di bagian tertentu liang vaginanya kurasakan memang agak sedikit kasar..
seperti banyak tonjolan daging-daging kecil yang lembut.
Sedikit geli rasanya setiapkali kepala penisku menyodok kebagian itu.

Baru kali ini aku merasakan dan menyadarinya. Mungkin itu yang dinamakan daerah G liang vaginanya.
Tak terasa aku tersenyum sendiri menikmati kesemua itu.

"Maassssss.. ooouuuuhhh.. mas Eryyyyy.. nnnnghghhhhh.. aaaahhh..!” Yeni mengerang dan memekik semakin hebat.
Pinggulnya yang sedang bergerak turun naik menyetubuhiku bergetar makin kuat seolah berusaha ingin meredam rasa kenikmatannya.

Ia mulai bergerak memutar dan mendesak batang penisku semakin ke dalam menyodok cerviks-nya.
Aku seakan dipilin-pilin dan merasa geli sendiri.

Oooouuuhh.. indah rasanya melihat kekasihku Yeni ini begitu bernafsu mendaki puncak kenikmatannya.
Aku begitu bangga bisa memberikan kenikmatan seksual seperti yang diinginkannya.

"Yaaahhhh sayang.. teruss.. hentakkan sayang.. Iyaaahh.. baguss.. teruss.. puaskan keinginanmu sayaang.. yaaaahh..!!”
Teriakku gemas campur geram.. melihatnya gemetaran pertanda orgasmenya makin memuncak.

Kutampar-tamparkan telapak tanganku dengan cukup keras ke bulatan bokong montoknya..
yang sedang gemetaran turun naik. Plak.. plak.. plak.. .plak..!!

"Massssss.. aaauuuwwww..!! Aaauuuuuwwww..!! Masssss..!!”
Pekik Yeni sedikit kesakitan acapkali telapak tanganku menampar kulit bokongnya yang mulus.

Meski begitu ia tampak semakin buas kuperlakukan demikian.
Mulutnya kini begitu ganas mencumbu bibirku, bahkan kadang sedikit menggigit gemas.

Aku tak peduli pula. Telapak tanganku makin gemas pula menampar-nampar kulit bokongnya secara bergantian kiri dan kanan..
setiapkali pinggulnya bergerak ke bawah menyodokkan batang penisku ke dalam liang vagina rapatnya yang makin basah berlendir.

Kedua paha mulusnya begitu kuatnya mengapit pinggangku seolah tak ingin melepaskanku.
Wwuuuiiihhh.. Gadis cantik kekasihku ini benar-benar betina sejati.

Ia seakan ingin meluluhlantakkan segenap kejantananku.
Mmmm.. nggak bakalan sayang.. bisikku dalam hati.

Plak.. plak.. plak.. plak.. jemari tanganku terus menampari kulit bokongnya yang putih mulus.
"Maaaasss.. aaauuuuuuuwwwwwwwww.. massssssssss..!”
Pekiknya di antara rasa kenikmatan dan sakit yang bercampur baur menjadi satu.

"Yeeaahhh.. sayang.. terusss.. plak.. plak.. bagus.. hentakkan lagi.. puaskan dirimu sayang.. terussss.. yeaahh..!!
Lumatkan penisku dengan vaginamu sayang.. plaak.. yeeaahh.. lumatkan dengan vaginamu sayang..” ujarku makin bergairah.

Namun 10.. 20.. 30 detik.. sampai hampir 1 menit.. meski Yeni sudah merintih dan mengerang nikmat tak karuan..
tetap saja puncak kenikmatannya belum juga sampai.

Aku jadi geregetan dan makin gemes.. mmm.. dasar betina.. pikirku dalam hati.
"Sini sayang biar kupuasi engkau sayang.. mmmmm.. kau ini seperti perawan saja sayang..” bisikku mesra.

Kupegangi erat-erat bokongnya yang masih asyik masyuk bergerak naik turun menikmati sodokan alat vitalku.
"Masssss.. aaaaahhh.. nngghhh.. sedikit lagi mass..” rintihnya seperti akan menangis.
"Yeaah sayang..” bisikku gemas.

Kuelus mesra kulit bokongnya yang mungkin sedikit panas karena kutampari tadi..
lalu secepat kilat kuangkat tubuh bugilnya yang masih mendekapku erat.

Bluuggg..!! Sambil terus berdekapan dengan posisi senggama lalu kuhempaskan tubuhnya ke samping kiri.
Kini gantian aku yang menindih tubuh bugilnya.
Nikmat rasanya mengeloni tubuh montok dan hangat yang sedang diambang orgasme ini.

"Yeahhh sayang.. sekarang kurajam kau dengan nikmat kejantananku sayang..” bisikku gemas.
"Aaaahhh.. masss.. aaauuuuwwww..!!” Pekiknya sedikit kesakitan ketika tanpa basa-basi lagi..
kusodokkan dengan kuat sedalam mungkin.. seluruh otot penisku mengoyak liang vagina rapatnya.

Dengan cepat aku mulai mengayuh pinggulku turun naik ganti menyetubuhinya.
Crrkkkk.. crrrrkkk.. ccrrrkkkkk.. terdengar bunyi aneh setiapkali otot penisku melesak masuk..
menembus dan menggesek keluar-masuk liang vaginanya yang basah berlendir.

Aaahhhh.. nikmatnya ketika daging vaginanya mulai meremat dan mengenyot seluruh alat vitalku.
Kuaduk-aduk batang penisku di dalam liang vaginanya memberinya kenikmatan..

Terutama sekali di bagian yang sedikit bergerigi atau di daerah G-nya..
hingga kulihat Yeni sampai mendelik-delik takjub keenakan.

"Aaaaahhh.. mas Erryyy.. yaaaahhhh.. oooh yaaaaahhhhhh.. sedikit lagi masssss..!!” Jeritnya keenakan tanpa malu-malu lagi.
Kedua tangannya sedikit gemetaran saat mendekap tubuhku mesra.
Payudaranya yang bulat kenyal berguncang lembut setiapkali aku mengayuh otot kejantananku memasuki tubuhnya.

Kucumbu bibir merahnya yang sedang mendendangkan desah irama kenikmatan.
Sekitar 2 menit kemudian.. akhirnya Yeni memekik keras..

"Maaaaasssssssssssssssss.. aa.. aku mau kenciing masssss..” erangnya keras sekali.
Lalu.. prruuuttt.. prrrruuutttt.. prruutttttt.. aku merasa kepala penisku seperti tersiram sesuatu yang hangat dan licin.

"Aaaaaahhhh.. yeeaaaahh.. heerlijk sayang..” bisikku puas melihatnya meregang nikmat di puncak orgasmenya.
"Nnngggghhhhhhhh.. nngggnnnhhhhhhh..” rintihnya seperti orang mau menangis.

Kukayuh pinggulku turun naik sedikit perlahan..
agar batang penisku tidak terlalu keras menyodok liang vaginanya yang sedang orgasme itu.

Sodokanku terus kupusatkan pada daerah G-spot liang vaginanya.. agar Yeni dapat menikmati orgasmenya senikmat mungkin.
"Maasssssssssssssss.. masssssssssss.. uuuuuhhhhhhhgghhhhh..!” .

Selama kurang lebih 10 detik Yeni menggeliat hebat dan merintih keras di bawah tindihanku.
Sebelum akhirnya ia terkulai lemas dan terengah-engah tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

Kedua matanya yang indah terbuka lebar memandangku takjub..
seolah tak percaya dengan puncak kenikmatan yang baru saja dialaminya.

Dengan lembut kucium bibirnya mesra.
Lalu dahi.. pipi.. telinganya dan kedua puting-puting susunya secara bergantian saking gemasnya aku padanya.

Aku tersenyum puas melihatnya sangat lemas dan kelelahan..
menandakan kenikmatan yang dialaminya sangat hebat dan luar biasa.

Aaahh.. aku benar-benar bangga bisa memuasi seluruh hasrat dan nafsu kewanitaannya.
oOo

Keesokan harinya selama hampir 3 hari berturut-turut..
aku berusaha menyegarkan diri bersama-sama teman sekost-anku refreshing ke luar kota.

Terus terang selama hampir dua bulan ini semenjak kali pertama hubungan intimku dengan mbak Marisa..
aku sering merasa letih dan kelelahan.

Bagaimana nggak.. dalam seminggu paling tidak selama 3-4 hari aku harus melayani hasrat birahi mbak Marisa dan Yeni.
Bukan salah mereka sebenarnya sih.. tapi aku juga selalu terangsang jika berdekatan dengan mereka.
Hasratku untuk ingin selalu menyetubuhi kedua wanita cantik itu besar sekali.

Sebaliknya.. mbak Marisa mau pun Yeni hampir tak pernah menolak jika aku mengajak berhubungan intim.
Mereka melayaniku dengan tak kalah bergairah dan dengan nafsu yang menggebu pula.

Bahkan terkadang tak peduli meski mereka sedang haid sekalipun. Gila memang.. tapi toh mereka sendiri yang meminta.
Dan biasanya aku langsung mencuci kemaluanku sampai bersih selepas senggama..
Aku ngeri juga seandainya sampai ketularan penyakit.

Selama 3 hari kami berlima melanglang keluar kota.. aku tau pasti mbak Marisa dan Yeni pasti bingung mencariku.
Karena biasanya lebih dari 2 hari aku tidak muncul Yeni pasti kelimpungan gatel-gatel.
Maklum dia termasuk cewe yang horny dan doyanan.

Aku hanya berharap dia tidak tidur lagi dengan Agus.. karena aku sudah terlanjur menyayanginya..
meski aku sudah punya kekasih yang lain.. Silvi.. yang masih suci dan perawan.
oOo

Berlima kami berangkat membawa mobil.. dengan tujuan pertama adalah kota Surabaya.
Tapi sebelumnya kami sempat muter-muter tak tentu tujuan melewati pedesaan di antara kedua kota besar itu.

Perlu pembaca ketahui, teman-temanku adalah Hendrik.. Ucok.. Ryan dan Wanto.
Mereka semua adalah rekan satu kost-kost-an dan satu kampus.. meski lain jurusan.

Agus sendiri tidak turut dalam acara ngelencer itu karena dia sedang sibuk ngurusi skripsinya yang belum kelar juga.
Maklum sih.. dia kebanyakan ngurusi cewe daripada nyelesaikan kuliah.

Kami tiba di Surabaya sekitar pukul 4 sore hari.
Wanto yang saat itu berada di belakang kemudi langsung tancap gas ke arah kawasan Margorejo.

"Kita sarapan dulu yaa.. guys.. udah kebelet nih..” ujar Wanto bersemangat.
"Waaaahhhh..!”

Aku mencoba protes.. karena aku tau yang dimaksudnya adalah menemui tante Soraya dan tante Dian..
Pasangan lesbi yang sudah kami kenal semenjak hampir 5 bulan yang lalu.

Aku masih ingat sekali bagaimana kami berlima berkenalan dengan mereka di sebuah café –rhs..– di Surabaya.
Secara tidak sengaja pertemuan tersebut.. sewaktu Wanto salah masuk ke kamar kecil wanita.

Singkat cerita.. akhirnya kami semua berkenalan dan terus berlanjut selama hampir 2 hari berturut-turut.
Di hari kedua itulah baru terbongkar bahwa mereka sebenarnya adalah pasangan lesbi yang juga biseks.

Entah bagaimana mulanya dan siapa yang memulai.. perkenalan itu akhirnya berakhir di sebuah ranjang Hotel ’M’ Surabaya.
'Three in two' atau Gang Bang kalo boleh aku beristilah. Itulah kenyataannya..
3 pria dan 2 wanita bercinta dalam satu ranjang. Wanto.. Hendrik dan Ryan versus tante Soraya dan Dian.

Wuuuiiihh.. andai saja pembaca melihat apa yang mereka lakukan..
persis seperti dalam film-film biru yang banyak beredar sekarang.

Mereka berlima bersenggama secara bergantian dan saling berganti pasangan sampai orgasme berulang-ulangkali.
Gila.. kalo boleh aku katakan.. karena aku belum pernah menyaksikan sebelumnya di depan mata kepala sendiri.

Bayangkan saja.. tante Soraya dan tante Dian dapat diibaratkan seperti bak penampungan.
Gimana nggak.. seolah satu kekompakan.. Wanto.. Hendrik.. dan Ryan yang sudah ereksi dan telanjang bulat..
secara bergiliran mencumbu dan menyetubuhi tante Soraya.

Dimulai dari Wanto.. selama kurang lebih 10 menit ia menggoyang dan menggagahi tante Soraya..
hingga ejakulasi dan memuntahkan semennya.. –tanpa kondom..– ke dalam vagina tante Soraya.

Begitu selesai.. tante Dian yang juga sudah bugil segera menyambut Wanto dengan cumbuan mautnya.
Lalu mereka berdua kembali bersenggama dengan bernafsu.
Sementara tante Soraya ganti mengajak Hendrik untuk bercumbu dan bersenggama.

Lagi-lagi tidak lama kemudian Hendrik pun ejakulasi dan terlihat ikut memuntahkan air maninya di vagina tante Soraya..
sampai wanita itu mendesah nikmat seperti sedang merasakan enaknya semburan air mani Hendrik.

Sementara Wanto masih sibuk menggoyang dan menggagahi tante Dian.
Hendrik yang tampak loyo terhempas pucat di samping kedua pasangan mesum itu.

Ryan yang jadi peserta terakhir rupanya sudah ngempet juga..
dan langsung melompat ke atas tubuh tante Soraya yang memang sangat aduhai dan montok.

Tante Soraya tertawa renyah dan merintih nikmat..
ketika dengan ganas Ryan langsung menancapkan batang penisnya yang sudah ereksi semenjak tadi.

Tapi dasar pengalaman pertama.. karena saat itu aku tau persis dia memang masih perjaka..
–seperti juga aku sendiri..– baru pertamakali merasakan nikmatnya surga dunianya kaum wanita.

Baru juga satu menit, dia. Tante Soraya sampai megap-megap dan ketawa cekikikan..
melihat laki-laki muda yang belum lama menyetubuhinya sudah muncrat ejakulasi.

"Aduuuuhhh.. hikk...hik.. adik ini.. kayak masih perjaka yaa dik Ryan..?
Hikk.. hik.. kok itunya udah muncrat sih..? Pasti deh..” rintih tante Soraya keenakan.

Namun tak henti-hentinya ia memuji Ryan karena katanya sperma yang ia keluarkan banyak sekali.
Aku tak dapat membayangkan betapa banyaknya air mani ketiga temanku itu bercampur jadi satu..
di dalam liang kemaluan tante Soraya..

Sementara itu.. kulihat Wanto baru saja selesai menyetubuhi tante Dian dan ia tergeletak lemas di pinggir tempat tidur.
Napasnya megap-megap seperti habis lari maraton. Tampak sekali ia memang baru saja ejakulasi untuk keduakalinya.

Sambil tertawa kecil melihat lawannya tak berdaya.. tante Dian kemudian merangkak pelan mendekati Hendrik..
yang berada di samping kirinya.. kelihatan sekali tante Dian ini orangnya tampak lebih aktif.

Tanpa basa-basi ia lalu menindih tubuh Hendrik.. yang langsung menyambutnya dengan bernafsu pula.
Jemari tangan tante Dian yang lentik dan halus meremasi alat vital Hendrik yang sudah mulai ereksi kembali.

Semenit kemudian.. sambil bercumbu bibir mereka berdua..
akhirnya saling memadukan alat kelamin dan bersenggama dengan asyiknya.

Sementara kuperhatikan Ryan masih asyik mencumbu dan menciumi bibir tante Soraya.
Kelihatannya Ryan merasa masih belum cukup puas memuaskan nafsu birahinya.

Pinggulnya bergerak naik turun kembali, dan meski terlihat lembek..
ia berusaha keras mengeluar-masukan penisnya kembali ke dalam vagina tante Soraya yang sedikit terbuka.

Aku yang sejak tadi hanya bisa melongo takjub dari atas kursi.. saking tak percayanya kejadian mesum tersebut..
memanfaatkan kesempatan ini untuk langsung ngeloyor keluar kamar.

Kuajak Ucok yang sedang berada di sudut kamar dengan kamera handy cam milik Agus..
asyik dengan pekerjaannya men-shoot seluruh adegan mesum tersebut.

Namun ia menolak.. karena katanya kapan lagi bisa melakukan shooting mesum ini.
Tetapi baru sekitar 10 menit kemudian kulihat Ucok mengejar dan mengikutiku.. katanya tante Soraya hendak memperkosanya.

Itulah pengalaman pertamaku di dunia seks.. meski saat itu aku sendiri tidak melakukannya.
Aku merasa aneh dengan pengalaman langka yang baru pertamakalinya aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

Bagiku itu adalah hal yang sangat memalukan.
Terus terang.. seandainya lima menit saja aku masih bertahan di kamar itu..
mungkin aku juga sudah habis dikerjai kedua tante lesbi tersebut.

Gimana nggak 'greeng'.. tante Soraya dan tante Dian selain cukup cantik.. juga memiliki bentuk tubuh yang sangat mempesona.
Disamping mulus dan seksi.. tubuhnya juga tinggi sedikit kurus.. persis seperti peragawati Okky Asokawati atau Donna Harun.

Libidoku sangat tinggi sekali saat itu.. karena terus terang saja aku sangat terangsang dengan wanita yang usianya di atas umurku sendiri.
Mungkin hanya karena perasaan risihku sajalah yang menyelamatkan keperjakaanku.
oOo

–Kembali ke awal..– singkat cerita akhirnya ketiga temanku selain Ucok.. mengulang kembali perbuatan mesum..
yang memang sudah biasa mereka lakukan di rumah besar dan mewah milik pasangan lesbi tersebut.

Aku dan Ucok hampir 3 jam-an sembunyi di dalam mobil.
Sebelumnya kami berdua sudah mewanti-wanti untuk tidak mengikut sertakan kehadiran kami.

Selepas pesta seks.. at last kami berlima melanjutkan perjalanan kembali ke Pasuruan.. dan selanjutnya menuju ke Tosari untuk menginap.
Dan baru keesokan pagi harinya kami berlima turun menuju ke kawasan Gunung Bromo.

Selama dua hari berturut-turut kami cukup betah juga menghabiskan waktu..
meski cuman hanya melihat-lihat kawasan pegunungan Tengger yang memang sangat indah.

Hawa pegunungan yang dingin membuat kami seperti beku bila malam menjelang.
Hal ini membuat Wanto kelimpungan ke sana ke mari mencari pasangan tidur..
–maklum.. dia memang maniak seks kelas kakap..–

Dan tidak sampai 3 jam.. herannya akhirnya dapat juga ia menggandeng 2 orang gadis muda belia yang entah darimana asalnya.
Melihat pakaian dan tas yang dibawanya.. sepertinya mereka itu pelajar SMU yang juga sedang melancong.

Hanya dari lagak dan cara berbicaranya aku dapat menduga kedua cewe kece ini rada-rada horny juga.
Tak usahlah aku ceritakan apa yang terjadi selanjutnya.

Yang jelas.. ketiga temanku Wanto.. Hendrik dan Ryan..
telah sukses mendapatkan apa yang mereka inginkan untuk melewatkan malam.

Dan lagi-lagi aku dan Ucok cuman jadi obat nyamuk menjelang tidur. Entah kenapa aku risih melihat kesemua itu.
Dan terus terang aku kasihan sekali melihat kedua gadis kece itu yang hanya jadi ajang pelampiasan nafsu seks mereka.

Hari ke 4.. sekembalinya kami ke Malang hari sudah menjelang senja..
sehingga begitu sampai di kos-kosan kami berlima langsung nyungsep klenger di kasur masing-masing.

Keesokan paginya aku langsung berangkat ke kampus.. mengurus sesuatu hal.
Dari bapak kost-ku aku menerima banyak pesan kedatangan cewe-cewe yang mencariku.

Aku jadi teringat sama kekasihku tersayang Silvi.. yang kutinggalkan selama hampir 5 hari ini.
Dia pasti ngambek berat karena kepergianku selama ini.

Aku juga nggak membayangkan reaksi Yeni dan mbak Marisa. Mereka pasti merindukanku juga.
Ada rasa kebanggaan tersendiri membuat semua wanita-wanita yang menyayangiku pada kebingungan mencariku.

Aku pikir tau rasa sedikitlah mereka.. karena selama ini yang mereka berdua..
–Yeni dan mbak Marisa..– pikirkan cuman sex.. sex.. dan sex.

Sepulang dari kampus.. sekitar jam 3 sore aku menjemput pacarku Silvi pulang.
Dan secara sengaja aku menunggu jauh di ujung jalan sekitar 50 meter dari Salon mbak Marisa.
Namun hampir setengah jam-an kutunggu Silvi nggak muncul juga.

Dari situ aku mencoba langsung menuju ke rumahnya.. karena mungkin ia sudah pulang terlebih dahulu.
Ternyata dari pembantunya baru aku tau semenjak kemarin Silvi memang sedang libur..
dan saat ini bersama Mamanya mereka sedang ada acara keluarga di kota Jember selama seminggu.

Busyeet dah.. salahku sendiri nggak pamit sebelumnya..
sekarang malah aku sendiri yang kelimpungan merindukannya karena sudah kangen berat padanya.
Geregetan juga rasanya ditinggal seperti ini.

Bila sudah kesal begini pengin rasanya kalo ketemu segera kulampiaskan saja semua nafsu seks-ku padanya.
Aku nggak peduli seandainya sampai harus merenggut kegadisannya.

Ketika aku kembali ke tempat kost-anku.. kulihat sebuah mobil sedan biru metalik Honda Cielo sudah nongkrong di depan pagar.
Dan aku tau persis itu adalah mobil tante Soraya dan mungkin juga bersama tante Dian.

Alamak.. kupikir.. baru saja 3-4 hari yang lalu mereka kencan.
Sekarang malah wanita-wanita lesbi itu yang datang sendiri ke mari. Sedang apa mereka sekarang pikirku heran..??

Di ruang tengah kamar-kamar kost kami yang memang saling berhadapan..
–3-3.. dengan satu kamar kosong..– kulihat pintu kamar Wanto sang maniak seks tertutup rapat-rapat.

Namun sayup-sayup aku masih bisa mendengar alunan musik lembut suara Enya.
Gilaa.. Meski aku tak tau persis apa yang sedang terjadi di dalam kamar.. setidaknya aku sudah bisa menduga.

Aku tidak terlalu ambil peduli karena itu urusan mereka sendiri.
Yang penting bagiku agar jangan sampai terlibat terlalu jauh dengan sikap free seks seperti yang mereka lakukan itu.

Di tempat kost ini mungkin hanya Ucok saja yang paling alim soal urusan cewek..
dia memang sudah bertunangan dengan pacarnya semenjak setahun yang lalu.
Dan dia memang laki-laki setia.. meski rada sableng juga hobinya.

Tak terhitung lagi berapa banyak koleksi film birunya yang seabreg.
Beberapa malah adalah hasil shooting-nya sendiri bersama Agus.

Antara lain film biru pendek rekaman seks antara Agus dengan beberapa perek kampus..
Wanto.. Hendrik dan juga Ryan saat di hotel dulu.. dan he.. he.. terus terang..
rekaman hubungan intim aku dengan mbak Marisa beberapa bulan yang lalu.

Malah kuingat sudah berkali-kali Ucok merengek kepadaku untuk mengijinkannya mengabadikan..
adegan senggamaku bersama Yeni.. karena dia tau termasuk pula teman-teman-satu kost-anku..
yang lain kalo selama ini aku juga menjalin hubungan gila dengan gadis cantik itu.. selain dengan pacar resmiku Silvi.

Bahkan dengan bersemangat Ucok sanggup membayariku menginap dua malam di hotel bintang lima..
asal kami berdua mau direkam ke dalam filmnya.

Dan pernah satukali permintaan Ucok ini aku konfirmasikan kembali kepada Yeni..
Ia malah mencak-mencak dan menudingku sama gilanya dengan Ucok.

Kalo kupikir satu kost-kost an nggak ada yang beres semua kelakuannya termasuk juga ..
"Mass..!” Aku terhenyak kaget mendengar seseorang memanggil dan menepuk pundakku.

Aku menoleh.. aaahhh ternyata mbak Sherly yang datang.
"Ke mana aja kamu selama ini hehh..!? Dicariin semua orang..!!” Ujar mbak Sherly setengah berteriak.

"Eeeh.. lhoh.. mbak.. kok ada di sini..? Sudah lama toh mbak..?” Tanyaku kaget campur heran.
Selama ini belum pernah sekali pun dia datang ke kost-an ku.

"Jawab dulu pertanyaanku.. kok balik nanya, sih..??" Ujarnya masih bersungut-sungut.
"Eeehh.. ooh.. anu mbak.. Ke.. eeh.. rekreasi sama anak-anak mbak.. memangnya kenapa..?”
Jawabku tanpa merasa bersalah.

"Rekreasi.. rekreasi.. enak yaa.. dicariin Silvi ama mbak Marisa tuh..!” Katanya masih kesal.
"Lhoh.. yang nyari khan bukan mbak.. kok situ yang marah..?” Jawabku sambil tersenyum geli.

Senang juga rasanya melihat wajahnya yang cantik itu memberengut.
Aaahh.. andai saja dia tau betapa aku juga sangat naksir padanya.
Takkan pernah kulupakan kenangan indah sewaktu di kamar mandi dulu.

Meski hanya sesaat.. aaahh.. bibirnya yang merah lembut dan basah itu begitu nikmatnya..
saat aku mengulumnya dan.. mmm.. rimbunan rambut jembut kemaluannya yang tebal..

"Heehhh.. ditanya kok malah melotot..” sahutnya lagi makin cemberut.
Aku makin tersenyum senang melihatnya makin kesal.

"Kau cantik sekali kalo sedang cemberut begini Sherly..!”
"Iddiiiihhhh.. Eryy.. sempat-sempatnya merayu lagi..” ujarnya tambah cemberut.

"Udah ah.. mbak Sherly.. apaan sih cemberut begitu.. memang ada apa sih mbak kok tumben datang kemari..?”
Tanyaku setengah geli.

"Hehh.. kamu ini Er.. mentang-mentang kamu ini laki-laki.. seenaknya sendiri yaa ..?"
"Lhoh.. kenapa sih mbak..?” Aku semakin heran. " Aku salah apa ..?"

"Dicariin mbak Marisa.. ngerti nggak..!!!"
"Lhoh.. tapi kok mbak Sherly yang sewot..!?”

"Iiihh.. hik.. hi...hi.. abis kamu sih Er.. nakalnya keterlaluan.. hi..hi..” ujarnya kemudian malah tertawa.
Aku jadi ikutan geli melihat tingkahnya yang langsung berubah dan makin menggemaskan itu.

"Keterlaluan gimana sih mbak..?” Tanyaku lega melihatnya tak cemberut lagi.
Mbak Sherly tersenyum lucu, lalu tangannya segera menarikku.

"Kita bicara di kamarmu saja Er..” katanya tiba-tiba.
"Apaan sih mbak.. kok kayaknya penting amat..?”
Tanyaku heran kembali sambil mengambil kunci dari saku celana lalu membuka pintu kamarku.

Beberapa saat kemudian kami berdua sudah duduk berdampingan di pinggir tempat tidur di dalam kamarku.
Meski hanya berdua mbak Sherly tak kelihatan risih sedikitpun. Seolah ia sudah terbiasa dengan hal seperti ini.

"Ayo ngaku Er.. benar kamu khan yang membuat mbak Marisa hamil..?” Tudingnya langsung.
Matanya yang bulat indah setengah memicing menuntut kejujuranku.

Aku kontan saja kaget sekali mendengar pertanyaannya yang tak terduga itu.
"Eehh.. mm..mbak Sherly kok.. kok tau..?” Sahutku spontan tanpa bisa berbohong lagi.

"Naaaahhh.. khan.. bener kalo gitu.. Gilaaa kamu Er..! Benar-benar gila..!!
Selama ini aku mengira kalian cuman selingkuhan biasa.. nggak taunya.. astaga aampuun deh Er..
Kenapa dia sampai kamu hamili heehh..?” Cecarnya nyerocos keras.

"Ssstttt.. mbak.. jangan keras-keras.. ntar kedengaran yang lain..” bisikku takut-takut.
"Ehh.. memangnya kenapa..? Biar saja satu kost-an ini tau semua kalo makhluk nakal yang namanya Ery ini..
sudah berani-beraninya mainin istri orang..!!” Ujarnya makin keras. Meski begitu kulihat bibirnya setengah tersenyum geli.

"Sssst aah mbak.. malu ah .."
"Hi ..hi.. rasain kamu.. Ery ..Ery.. nggak nyangka deh.. berani-beraninya kamu hamilin dia.
Memangnya dia istrimu yaahhh..? Hhaahhh..!? Gila kamu Er. Mikir apa kamu sayang..?
Apa kamu nggak mikirin risikonya sih..?” Ujarnya kemudian setengah nggak habis pikir.

"Sherly aaahhh.. pelan-pelan dong ahh.. mbak Sherly toh sudah tau hubungan aku dengan mbak Marisa selama ini khan..???"

"Hehh.. iya.. iya.. memang.. dan mbak juga bisa memaklumi.. wanita mana sih yang tahan ditinggal suami..
berbulan-bulan seperti mbak Marisa.. dan aku juga memaklumi Er .. kalo mbak Marisa sampai tertarik sama kamu..
dan tidur dengan kamu juga.. Tapi mestinya khan kalian bisa jaga diri.. Pakai kondom kek..” ujarnya gemas.

"Eh ..eh ..sebentar-sebentar.. yang hamil mbak Marisa.. kok mbak Sherly yang sewot..??”
Ujarku mulai senewen juga dengan gerutuannya.

Mbak Sherly mendelik lalu mencubit lenganku keras-keras.
"Dasar laki-laki nggak punya tanggung jawab.. awas yaaa mbak bilangin sama pacarmu Silvi..!”

"Auuuwwwww.. ampuun ..deh mbak.. lhoh.. lhoh ..waaah jangan dong mbak..
tega sekali kalo mbak Sherly berbuat begitu..” kataku setengah takut.

"Iiiihh.. dasar.. gemes deh mbak sama kamu Er.. hemmmm nakal.. nakal..!”
"Aduuhhh.. mbak sakit banget cubitannya.. Soal i..itu.. mbak Marisa sendiri yang meminta Sher..” ujarku membela diri.

"Meminta apa hahhh..!?” Katanya makin gemas. Jemari tangannya makin keras mencubit lenganku.
"Aauuuww.. Aa...anu.. minta a.. a..anak..!”

"Haaahhhhhhh..!!? Apaa..!!? Gilaa apaa..!?"
Meski begitu kali ini mbak Sherly mulai sedikit ragu dan mempercayai omonganku.

Sejenak ia merenung.. lalu berujar.. "Mmmmm.. mungkin juga omonganmu Er..
Aku juga tau mbak Marisa memang kepingin punya anak yaaa..??
Mmmmm.. tapi apa beneran begitu Er..? Bohong kamu yaaa..!?” Tanyanya masih setengah tak percaya.

"Aduuhh.. lepasin dong mbak.. aa ..ahh.. bu..buat apa bohong sih.. samber geledek mbak..!”
"Hiihh.. samber geledek beneran kamu yaahhh.. gimana-gimana dia khan istri orang Ery.. nekat sekali kamu ini..!”

Lama-lama aku jadi ikutan gemas melihat sikapnya yang terusan begitu menyalahkanku.
"I ..iya.. mbak.. aku memang nakal.. abis enaak sih mbak..” sahutku kekanakan.

"Iiiidiiihh ..hi ..hik.. ngaco ah.. bangga yaa bisa hamilin istri orang.. hi...hi.. gilaa kamu Er..”
Katanya gemas sambil terus mencubitku.

"Auuuuwww.. iya mbak.. emang enaakk kok.. mbak Sherly mau coba juga..” tanyaku geregetan.
Mbak Sherly mendelik lalu.. ”Aaaaagggghhhh..!!” Aku memekik keras.. saat mbak Sherly kini bukan lagi mencubit lenganku..

Tapi tanpa malu-malu lagi saking gemesnya ia mencubit selangkanganku keras sekali.
Sialnya.. ia salah sasaran. Bukan alat vitalku yang kena jepit.. tapi telur-telur kesayanganku..

Wuuuuaaaduuhhh.. sakitnya bok.. amit-amit selangit..!!! (. ) ( .)
-------------------------------------oOo------------------------------------

END OF CERITA 147.. :Peace:

SAMPAI JUMPA DI LAIN CERITA.. C U..

MOHON MANGAP..
CUMA SAMPAI DI SITU YANG SEMPAT NUBI SAVE N EDIT..!!
 
-------------------------------------------------------------------------

Cerita 148 – Bertiga Menguak Takdir [Part 1]

Wanita
berusia sekitar 35 tahun-an itu sangat cantik. Wajahnya bulat telur..
Matanya tidak terlalu lebar.. bahkan agak sipit.. tipikal wanita keturunan Chinese..
–maaf.. aku sama sekali tidak bermaksud rasialis.. penggunaan istilah ini hanya untuk menggambarkan ciri fisiknya..–

Hidungnya mungil agak mancung sungguh serasi dengan bentuk wajahnya. Bibirnya yang sangat sangat tipis..
dan dibalut dengan lipstik lembut warna merah muda menambah keayuan dan kesegaran parasnya.

Rambutnya lembut tergerai lurus seleher. Ada sedikit sapuan warna pirang sekalipun tidak terlalu kentara.
Sepasang kacamata hitam bertengger dengan serasinya di atas dahi mungilnya.. menyisakan sedikit juntaian rambut pada poninya.

Tubuhnya yang mungil itu terbalut blus tanpa lengan warna biru cerah dengan motif kembang-kembang warna putih.
Model kerah yang lebar dan belahan dada yang agak rendah memperlihatkan lehernya yang jenjang dengan kulit yang begitu putih mulus.

Seuntai kalung emas tipis dengan liontin berbentuk bulat melingkari lehernya seakan mempertegas kejenjangan lehernya.
Dia mengenakan bawahan rok agak mini berwarna putih polos.. sangat padu dengan blus yang dipakainya.

Potongan tepi rok yang pendek dan agak ketat tak mampu menjalankan tugasnya menutupi paha mulus itu.
Apalagi dia duduk dengan kaki kiri bersilang di atas kaki kanannya.
Wow.. sungguh pemandangan yang teramat indah untuk aku lewatkan begitu saja.

Aku terus menikmati keindahan yang terpampang tak sampai 10 meter dari tempatku duduk..
di food court sebuah mall di kota M siang hari itu.

Wanita itu tampak sedang bercakap-cakap dan sesekali tertawa renyah..
memperlihatkan deretan gigi putih yang sangat rapi.. dengan lawan bicaranya..
seorang wanita berkaus merah yang duduk membelakangiku dan agak terhalang oleh pengunjung lain.

Aku sama sekali tidak bisa mendengar suara mereka..
karena jarak yang agak jauh dan alunan musik dari PA di mall itu yang agak keras.

Tak tau untuk berapa lama aku 'menelanjangi' tubuh molek wanita itu dalam pikiranku tanpa dia sadari.
Kemudian wanita itu dengan temannya bangkit berdiri dan berjalan ke arah mejaku.

Saat itu aku baru bisa melihat dengan jelas sosok kawannya yang berkaus merah itu.
Wahh..! Aku betul-betul terperanjat.. wajahnya begitu familiar.. dan tak asing buatku.

Apakah betul dia Alina.. tetanggaku di kota Surabaya dulu..!?
Lihat Cerita 17 di Trit ini.. 'Malam Jum'at Bersama Alina'..–

Belum sempat aku sadar dari keterkejutanku.. si wanita kaus merah rupanya juga sama kagetnya denganku.
Dia agak tajam menatapku.. hingga sekilas kemudian dia agak tersenyum dengan ragu.

Dengan agak bimbang dia melangkah ke mejaku dan berkata.. "Mas Ben ya..?”
Seluruh keraguanku seketika sirna. Yup.. Benar.. dia adalah Alina..!

Sambil bangkit berdiri aku menyapanya..
"Lina ya..? Wah.. nggak nyangka Lin bisa ketemu di sini. Gimana kabarnya..?”

Kami saling berjabat tangan dan saat itu aku punya kesempatan lebih memperhatikan Lina.
Dia sama sekali tidak banyak berubah dari saat terakhir kali kita ketemu tujuh tahun yang lalu.

Wajahnya masih ayu tanpa terlihat tanda-tanda penuaan sedikitpun.
Badannya masih seseksi dulu.. apalagi dibalut kaus merah yang ketat..
dan celana jins yang tak kalah ketat membungkus tubuhnya.

Kalau pun ada yang berubah.. adalah rambutnya yang sekarang dibiarkan tergerai..
lebih panjang sampai di bawah bahu.. serta pandangan matanya yang tampak lebih dewasa dan matang.

Kami masih berdiri sambil kedua tangan kami masih saling menjabat.
Kemudian rupanya Lina sadar akan kehadiran si wanita temannya.

Sambil menengok ke arahnya dia berkata.. "Eh Mas Ben.. kenalin ini Mei Ling.. sahabat Lina..”
Sambil menjabat tangannya yang mulus dengan lembut.. aku berkata.. "Benny..”

Dia pun membalas jabatan tanganku dan dari mulutnya yang mungil meluncur suara agak serak..
yang terdengar begitu seksi di telingaku.. "Mei Ling..”

Pada kesempatan itu aku bisa memperhatikan wajah ayunya dari dekat.
Dan.. wuihh.. ternyata dia sungguh cantik.. kulitnya begitu putih mulus dan halus.

Mungkin aku agak terlalu lama menjabat tangan halusnya.. sehingga dia agak menarik tangannya.
Aku segera sadar dan melepaskan jabat tanganku.

Kami bertiga segera duduk di mejaku. Aku dan Lina saling menanyakan kabar masing-masing.
Kami lantas terlibat obrolan yang agak seru.. maklum.. sudah lebih dari 7 tahun kami tidak saling berhubungan.

Beberapa saat kami melupakan kehadiran Mei Ling.. tapi kemudian Mei Ling mulai ikut ngobrol.
Ternyata dia orangnya cukup ramah dan gampang akrab.

Kami kembali mengobrol.. mungkin selama 30 menit sambil memesan minuman dingin.
Akhirnya aku jadi ingat ada janji dengan rekan bisnisku. Aku memang ke kota M untuk tugas kantor.

Dengan sangat terpaksa aku kemudian berkata bahwa aku harus ada urusan jadi tidak bisa ngobrol lebih lama lagi.
Kami lalu meninggalkan food court itu bersama-sama.

Mei Ling dan Lina berkeras hendak mengantar aku ke kantor rekan bisnisku itu.
Kami bertiga kemudian naik mobil Mei Ling yang ternyata sebuah sedan mewah keluaran terbaru.

Mei Ling memegang kemudi dan Lina duduk di depan. Aku duduk di jok belakang.
Di mobil kami melanjutkan obrolan. Aku dan Lina sempat saling bertukar nomor HP.

Perjalanan itu memang tidak lama karena jaraknya tidak terlalu jauh.
Sesampainya di tujuanku.. aku mengucap terimakasih ke Mei Ling sambil menjabat tangannya.

Kemudian tiba-tiba Lina menoleh ke belakang dan tanpa basa-basi mendaratkan ciuman lembut ke pipi kiriku..
Sambil berkata.. "Ntar sore Lina telpon ya Mas.. Lina masih pengin ngobrol ama Mas Ben..”

"Boleh Lin.. abis jam 5 ya. Aku pasti udah balik ke hotel..”
Aku segera turun dari mobil Mei Ling dan masuk kantor rekan bisnisku untuk merampungkan urusanku.

Kira-kira jam 4 aku selesai acara bisnisku dan dengan taksi aku kembali ke hotel tempatku menginap.
Baru saja aku selesai mandi dan sedang santai menonton TV di kamar hotelku ketika HP ku berdering nyaring.

Lina menelponku sesuai janjinya. Tak lama kami bertelpon.. karena Lina akan segera meluncur ke hotelku.
Tak sampai sejam kemudian.. Lina telah berada dalam pelukanku.

Kami saling melampiaskan rasa rindu kami dengan penuh gelora asmara.
Aku rasakan Lina sekarang jauh lebih ahli dalam permainan cinta dibanding dulu.

Sejak peristiwa Jum'at malam itu.. aku pernah bercinta 2 kali lagi dengan Lina.. sebelum aku boyongan ke ibukota.
Setelah itu aku sama sekali tidak tau kabar tentang Lina dan suaminya.. Pras.

Dari pembicaraan di sela-sela pelampiasan rindu kami.. aku jadi tau:
bahwa Lina telah bercerai dengan Pras 2 tahun lalu setelah berumah tangga selama 7 tahun.

Ternyata Pras.. di luar tau Lina.. telah menikah lagi dan punya seorang anak dari wanita itu..
Alasannya karena Lina tidak bisa memberikan keturunan.

Ketika Lina tau.. dia langsung menuntut cerai dan sejak itu Lina pindah ke kota M..
membantu tantenya yang punya bisnis catering yang cukup maju.

"Kamu masih muda dan cantik Lin.. apa nggak pengin menikah lagi..?”

"Kayaknya saat ini nggak ada niat ke sana Mas. Lina masih trauma ama yang dulu.
Kalau hanya selingkuh mungkin Lina masih bisa mengerti.. tapi kimpoi lagi..?
Hmmm.. sakit sekali rasanya Mas. Dan Lina cukup happy kok dengan kehidupan Lina yang sekarang..” paparnya panjang lebar.

"Terus untuk urusan seks gimana dong Lin..? Apa Lina nggak pengin yang itu juga..?”
Lina agak tercenung sejenak mendengar pertanyaanku ini.

Tapi kemudian dia menjawab dengan mantap.. "Lina melampiaskannya dengan seorang teman Lina.. Mas.
Jangan kaget ya Mas.. Lina melakukannya dengan Mei Ling..”

Meskipun Lina sudah menyuruhku untuk tidak kaget..
tapi apa yang keluar dari mulut Lina sungguh membuatku terkejut alang kepalang..

Seketika aku terdiam.. tak bisa berkata apa-apa.
Rupanya Lina melihat raut keterkejutan di wajahku.. buru-buru dia menimpali..

"Jangan salah sangka Mas.. kami bukan lesbi.. kami berdua masih normal kok..
Kami tidak punya perasaan apa-apa kecuali persahabatan. Kami melakukannya hanya untuk pelampiasan saja.
Menurut kami itu jalan yang paling aman dan sehat ketimbang bermain dengan lelaki sembarangan..”

Aku masih ‘benging’ .. belum bisa mengusir rasa kagetku.
"Kebetulan nasib Mei Ling tidak banyak berbeda dengan Lina.. Mas. Dia malah sudah 2 kali kimpoi cerai.
Yang pertama karena bekas suaminya suka minum dan judi dan sering main kasar.." ungkap Lina bercerita.

"Yang kedua karena suaminya selingkuh dengan cewek lain.. Nggak sampai menikah seperti Mas Pras sih..
tapi Mei Ling tetap terpukul. Dia sudah jera menikah lagi Mas. Kebetulan papanya Mei Ling orang kaya..
jadi Mei Ling nggak butuh duit dari seorang suami kayaknya..” jelas Lina lagi membeberkan alasannya.

Aku segera mengganti pembicaraaan.. dan tak lama kemudian kami kembali bercinta.
Kami terus menguras birahi kami sampai lewat tengah malam. Hingga akhirnya kami berdua tertidur dengan penuh kepuasan.

Paginya kami masih sempat memadu kasih sekali lagi sebelum Lina pulang ke rumahnya
Sedangkan aku kembali menyelesaikan urusan kantorku.

Sore itu aku pulang ke Jakarta dengan flight jam 4 tanpa sempat bertemu dengan Lina lagi.
Kami hanya saling mengucapkan perpisahan lewat HP..
Dengan janji: bahwa kalau aku ke kota M lagi aku akan menghubungi Lina.
---oOo----

Aku memang termasuk sering tugas ke M.. paling tidak 2 - 3 bulan sekali aku harus ke sana.
Dan selama aku tidak ke sana.. Lina kadang menghubungi aku lewat telepon atau SMS.

Dan demikian juga aku.. kalau pas tidak terlalu sibuk.. aku pasti sempatkan mengontak Lina via HP-nya.
Tak terasa hampir 3 bulan berlalu dan minggu depan aku ditugaskan boss-ku ke kota M lagi.

Aku segera mengabarkan berita gembira ini ke Lina dengan SMS.
Dia segera menjawab kalau dia sudah sangat merindukanku.

Aku balas kalau aku juga merindukan pelukannya dan aku akan berangkat Rabu pagi.
Besoknya ketika aku sedang makan siang di kantin sendirian.. HP ku berdering. Aku lihat Lina yang menelpon.

"Hallo Lin.."
"Hallo Mas Ben.. Mas jadi ke sini kan hari Rabu..?”

"Jadi dong.. udah booking tiket malah. Napa Lin..?”
"Nggak papa Mas.. eh Mas.. Lina mau nanya.. Mas jangan marah ya..”

"Nanya apa sih..?”
"Mas Ben inget nggak waktu dulu aku pernah ngomong pengin main bertiga ama Mas ama Winda..?”

"Iya sih Lin.. tapi kan nggak kesampaian.. Winda pasti ngamuk deh.. bisa-bisa aku dicerai..”
Kataku sambil tertawa kecil.. menanggapi pertanyaan Lina tersebut.

"Ngg.. Mas.. gimana kalau Winda digantikan ama Mei Ling..?” Kata Linda.. tak terdengar ragu sama sekali.
Jgerr..!! Siang itu cuaca terang benderang.. tak ada hujan tak ada petir.

Tapi jantungku hampir copot karena terkejut mendengar perkataan Lina.
Aku masih tak percaya dengan telingaku dan masih terbungkam beberapa saat.

"Gimana Mas..? Mau nggak..? Kok diam sih.. Mas Ben marah ya..?”
"Eh.. Uh.. nggak.. nggak marah kok Lin.. kaget aja.. Eh.. aku mau aja sih.. Tapi.. eh.. apa Mei Ling mau..?”
Aku jadi terbata-bata.. bagai kehilangan kata-kata.

"Lho justru dia yang ngusulin kok Mas.. ini dia di sebelahku manggut-manggut. Mas omong deh ama dia..”
Belum sempat aku berkata apa-apa.. kemudian ada suara serak-serak merdu yang menyapaku..

"Hallo Mas Benny.. ini Mei Ling.. masih ingat nggak..?”
Buset dah.. mana bisa aku lupa ama wajah cantikmu..! Kataku. Tapi dalam hati.. hehe..

"Hai Mei Ling.. pa kabar ni..? Makasih lho waktu itu aku dianterin..”
"Ah.. nggak papa Mas.. aku sekalian pulang kok. Mas.. aku pengin ketemu Mas Benny lagi.. boleh kan..?”

Nahhh.. menghadapi todongan wanita cantik seperti Mei Ling ini.. aku mana bisa berkata tidak.
"Boleh aja Ling.. Rabu depan aku ke M.. kita bisa ketemuan bareng Lina..”

"Iya Mas.. tapi Mas jangan nginap di hotel yang dulu itu.. Banyak temen papa yang sering nginap di situ..
nggak enak kalau sampai kepergok.. Nanti deh aku yang pesenin hotelnya.. Lina yang akan kasih kabar..”
Lanjutnya.. seperti sales promotion girl.. haha..

"O.. nggak masalah Ling.. mau tidur di mana juga boleh.. asal Mei Ling yang nemenin ..”
"Nah tuh kan..? Mulai keluar genitnya.. OK aku tunggu ya Mas.. ini Lina mau ngomong lagi..”

"Gimana Mas..? Mau kan ama Lina ama Mei Ling..?”
"Mau dong Lin..”

"Tapi Mas.. bisa nggak berangkatnya Selasa sore aja.. soalnya Rabu Lina diajak tante keluar kota 3 hari..
Kalau Mas datengnya Rabu nggak jadi dong rencana kita. Gimana Mas..?”

Aku sudah membayangkan nikmatnya seranjang dengan 2 wanita cantik itu..
Maka dengan mantap aku bilang.. "Oke deh Lin.. ntar aku ubah bookingan tiketku. Kepastiannya aku kabari sore ini ya..”

"Jangan sampe nggak bisa dong Mas.. ya..? Ok deh Lina tunggu kabar dari Mas. Bye Mas Benny.. muuaaachhh..!"
"Bye Lin.. tunggu kabarku ya..”

Huahh..! Aku langsung mengembuskan napas.. masih tak percaya akan keberuntunganku ini.
Makan siangku jadi terasa semakin enak dan nikmat kurasa.. hehe..

Selesai makan aku segera balik ke ruanganku dan menelpon travel biroku untuk jadwal ulang flightku.
Untung saat itu bukan peak season jadi dengan gampang aku meubah jadwal.

Sore itu aku segera SMS ke Lina kalau aku sudah ubah flightku menjadi Selasa sore jam 4.30 dari Jakarta.
Waktu itu masih hari Kamis.. menunggu hari Selasa rasanya lama banget.

Aku jadi seperti kembali menjadi anak kecil yang tak sabar menunggu datangnya hari Lebaran.
Setelah seabad menunggu akhirnya hari Selasa datang juga.

Sejak hari Minggu aku sudah bilang ke Winda kalau aku harus berangkat Selasa sore..
karena malamnya ada business dinner dengan rekanan di M. Seperti biasanya Winda tak menaruh curiga apapun.

Selasa pagi Lina SMS memberitahukan nama hotel dan nomor kamar yang sudah dipesan oleh Mei Ling.
Dia berpesan aku langsung aja ke hotel tersebut..
mereka tidak bisa jemput aku di airport karena Mei Ling masih ada urusan sampai sore.

Selasa petang pesawatku mendarat dengan mulus di airport M.
Segera setelah turun dari pesawat HP aku hidupkan dan telah ada pesan SMS yang menanti.

Dari Lina.. isinya menanyakan apa aku sudah mendarat.
Aku segera telpon Lina.. aku bilang baru mau naik taxi ke hotel. Lina bilang kalau mereka juga sedang di perjalanan.

Hotel itu ternyata tak terlalu jauh dari airport. Tak sampai 30 menit taxiku sudah memasuki pelataran hotel.
Ternyata hotel ini cukup mewah juga.. berbintang 4.. hanya letaknya memang tidak di pusat bisnis.

Aku telpon Lina.. ternyata mereka juga baru masuk kamar.. aku diminta langusng naik lift aja ke lantai sekian..
–Lina menyebutkan nomor lantainya– Aku bergegas masuk lift yang ada di lobby.

Kamar yang dipesan Mei Ling terletak di ujung lorong di sebelah kanan lift.
Aku segera menekan tombol bel di sisi pintu.

Tak berapa lama aku dengar pintu dibuka dan aku lihat Lina yang membukakan pintu.
Ternyata kamar itu kamar suite yang memiliki ruang tamu sendiri.

Aku lihat Mei Ling sedang duduk di sofa panjang yang ada di sana.
"Hallo Lin.. Mei Ling.. baru sampai ya..?”
"Mas Ben.. Lina baru aja masuk kamar..”

"Silakan masuk Mas Ben.. capek ya..? Gimana flighnya lancar kan..?”
Mei Ling menyambutku sambil berdiri dan menyalamiku.

Lina segera menutup pintu dan menguncinya. Dia berbalik dan memelukku dari belakang
"Lina kangen ama Mas Ben nih ..” Tanpa basa-basi dia segera mencium bibirku dengan lembut.

Agak canggung juga aku berciuman dengan Lina sambil disaksikan oleh Mei Ling yang masih berdiri di depanku.
Mei Ling hanya tersenyum dan menarik tanganku unt duduk di tengah sofa.

Dia sendiri duduk di sebelah kiriku. Lina juga menyusul duduk di kananku.
Mei Ling mengenakan kaus ketat berwarna putih dengan hiasan bunga warna emas di dadanya.

Kaus itu dipadu dengan celana jins ketat selutut. Lekuk tubuhnya terbayang jelas dari busana yang dia pakai.
Tubuhnya yang tidak terlampau tinggi itu terlihat begitu ramping tapi seksi.

Buah dadanya tidak terlampau besar serasi dengan tubuh mungilnya.
Betisnya yang tak terbalut kain apapun begitu putih mulus dan indah.

Lina memakai kemeja lengan pendek warna pink polos.. menambah kesegaran kulitnya yang putih itu.
Rok yang dikenakannya adalah rok selutut agak longgar berwarna putih dengan belahan panjang di sampingnya.

Ketika dia duduk.. sekalipun roknya panjang.. tapi paha mulusnya tampak mengintip dari belahan itu.
Aku kemudian memeluk Lina dan mendaratkan ciuman lembut ku ke bibirnya.
Dia membalas ciumanku dan untuk beberapa lama kami berciuman.

Lalu Lina melepaskan ciumannya dan berkata,.
"Mas Ben curang.. Mei Ling kok dicuekin.. padahal dia lho yang ngebet ketemu Mas Ben..”
Lina berkata dengan nada menggoda.

"Ihh.. Lina bisa aja..” Mei Ling membalas candaan Lina dengan tak kalah genitnya.
Aku segera menghadap ke kiri. Mei Ling sama sekali tak menolak ketika aku memeluknya.

Dia membalas dengan melingkarkan lengannya ke leherku.
Aku kecup lembut keningnya yang putih itu.. dia semakin mempererat pelukannya.
Bau parfum yang lembut dan sensual segera memenuhi rongga hidungku.

"Mas Ben.. Lina sudah sering cerita soal Mas.. bahkan sebelum kita bertemu dulu itu.. aku pengin dipuasin kayak Lina dong..”
"Ah jangan percaya semua omongan Lina dong, Ling.. tapi aku juga pengin ama kamu Ling..”

Dengan sangat lembut aku daratkan bibirku ke bibirnya yang tipis dan mungil itu.
Perlahan aku rapatkan dan sedikit aku sedot bibirnya.

Dia membalasnya dengan lembut dan balik menyedot bibir atasku. Pikiranku terbawa ke-awang-awang.
Bibir yang aku kagumi beberapa bulan lalu sekarang ada dalam lumatanku.

Lidahku mulai menelusuri mulutnya yang sedikit terbuka itu. Mei Ling menerimanya dengan pasrah..
Mulutnya dibuka lebih lebar.. sehingga lidahku leluasa menggelitik giginya yang rapi dan putih itu.

Kadang dia mengisap lidahku dan sedikit melumat dengan mulutnya.
Beberapa saat kami melupakan kehadiran Lina.

Kemudian perlahan Mei Ling melepaskan bibirnya dari pagutan bibirku. Kepalanya terkulai di dadaku.
Tangan kiriku masih merangkul bahu Mei Ling.. kemudian tangan kananku aku rangkulkan ke bahu Lina.

Kepalanya sekarang sudah menggelayut di bahu kananku.
Kemudian Lina mendekatkan wajahnya ke Mei Ling dan beralaskan dadaku mereke berdua saling berciuman.

Wow.. aku tak pernah membayangkan yang seperti ini..
Dua wanita ayu saling berciuman tak lebih sejengkal dari mataku..!!

Aku mengelus rambut mereka berdua.. gerakanku ini semakin membuat mereka semakin panas berciuman.
Bibir mereka saling kulum dan lidah mereka mulai beradu saling belit.

Tangan kanan Lina mulai meraba buah dada Mei Ling dan meremasnya dengan lembut.
Mei Ling tak mau kalah.. tangan kirinya menyusup di balik rok Lina..
dan dari gerakan di balik rok itu aku tau dia mengelus selangkangan Lina.

Mereka terus saling raba dan remas sambil terus berciuman seperti ini untuk beberapa lama.
Aku hanya bisa terkesima melihat kejadian ini.
Yang biasa hanya bisa aku lihat di film-film porno.. sekarang terpampang langsung di depan mataku.

Aku mulai tak tahan tak melakukan apa-apa. Tangan kananku aku selipkan di balik kerah kemeja Lina..
Kemudian jari-jariku segera menyusup di antara BH dan buah dada Lina yang padat itu.

Kuelus-elus puting kanannya dengan ujung jariku.
Tubuh Lina sedikit bergetar mendapat rangsangan dariku ini.

Tangan kiriku aku julurkan sepanjang mungkin.. sehingga menjangkau pangkal paha Mei Ling.
Dari luar celana jinsnya kuusap-usap kemaluannya dan aku tekan-tekan tepat di lipatan celananya.

Mei Ling membuka pahanya sedikit lebih lebar.
Dengan satu tangan.. susah payah aku buka kancing celana Mei Ling..

Lantas kuturunkan ritsletingnya sejauh jangkauan tanganku.
Tak menunggu lama.. jariku kemudian menyelusup di balik celana dalamnya..

Namun hanya sampai menyentuh bulu-bulunya saja. Kuusap lembut bulu-bulu pendek itu.
Beberapa saat kami masih dalam posisi seperti ini.

Namun sepertinya Lina sudah tak tahan.. dia semakin menggelinjang..
Akhirnya Mei Ling melepaskan ciumannya dan dia bangkit berdiri duduk di kanan Lina..
sehingga sekarang Lina ada di tengah.

Aku dan Lina agak beringsut sedikit ke kiri memberi tempat kepada Mei Ling.
Kedua tangan Mei Ling yang sekarang bebas.. mulai melorotkan celana dalam Lina..
sehingga celana mungil berwarna hijua lumut itu sekarang tergeletak di lantai di dekat kaki Lina.

Tangan kiriku segera menyingkap rok putih Lina..
hingga jari-jariku mulai menggerayangi seluruh alat kemaluan Lina yang sudah terbuka lebar itu.

Rupa-rupanya Mei Ling sudah hafal cara memberi kepuasan kepada Lina.
Dia segera membuka satu per satu kancing kemeja Lina.. sehingga dada Lina kini terbuka lebar.

Tampak behanya yang sewarna dengan celana dalamnya..
Ughh.. hampir-hampir tak bisa memuat payudara Lina yang memang padat berisi itu.

Dengan cekatan jari-jari Mei Ling membuka kaitan BH Lina yang terletak di depan di antara dua mangkuk BH itu.
Blupp..!! Buah dada Lina segera menyembul tak terhalang apa pun.

Mei Ling segera mendekatkan bibirnya ke puting kanan Lina dan mulai menjilatinya.
Lina mulai berdesah penuh nikmat.. "Ahhhh.. ahhhhh.. iya.. ahhhhh..!"

Jari tangan kiriku masih lincah menjelajahi seluruh kewanitaan Lina yang sudah mulai basah berlendir itu.
Dengan ujung jari tengahku aku mengusap klitoris Lina dan kadang meng-gosok-gosoknya ke atas dan ke bawah.

Lina semakin menggelinjang. "Aaaaaahhhhhh.. nikmat.. ahhhhhh ahhhhhh ahhhh..”
Mei Ling segera membantuku untuk menggarap organ kenikmatan Lina.

Jari tangan kanannya dia tusukkan lembut ke lubang vagina Lina yang sudah menganga lebar.
Dengan gerakan perlahan dan berirama.. dia memutar jari itu mengorek seluruh permukaan dinding lubang senggama Lina.

Aku mengimbanginya dengan semakin kuat menggesek klitoris Lina yang sudah tegak berdiri..
seirama dengan korekan jari Mei Ling. Lidah Mei Ling masih menjilati puting kanan Lina.

Aku sedikit membungkuk.. sehingga mulutku bisa mengulum puting Lina yang sebelah lagi.
Aku sedot lambat-lambat sambil aku jilat-jilat putingnya dengan lidahku.

Badan Lina sudah kaku.. seluruh ototnya menegang. Dengan kedua putingnya dijilat dan diisap..
serta klitorisnya aku gosok-gosok ditambah korekan jari Mei Ling di dalam liang kewanitaannya..

Tak pelak.. beberapa detik kemudian Lina mencapai puncak birahinya. "Ahhh.. aahhh..!!”
Tubuh Lina gemetar untuk beberapa saat kemudian kembali kaku menegang..

Ketika kulihat jari Mei Ling yang masih di dalam lubang vagina Lina sudah basah kuyup.
Selangkangannya mengangkang lebar. Lina sudah mencapai orgasmenya.

Kemudian dengan perlahan aku kembali duduk bersandar.. demikian juga Mei Ling.
Kami saling berpandangan dan tersenyum puas karena bisa memberi kenikmatan kepada teman kami.. Lina.

Lina sudah mulai kembali kesadarannya. Pakaiannya masih berantakan.
Dadanya terbuka lebar dengan rok panjangnya menyingkap sampai ke perutnya.

Lina mulai membuka matanya.. menoleh ke Mei Ling dan mencium mesra pipinya,
"Makasih Ling.. tadi nikmat sekali..”

Mei Ling hanya tersenyum manis sambil mengangguk. Lina kemudian menoleh ke arahku.
Bibirnya mencium lembut bibirku lalu berbisik.. "Mas Ben.. Lina puas banget..”

Aku hanya tersenyum dan mengecup dahinya dengan lembut.
Mei Ling kemudian merapat.. kepalanya disandarkan pada buah dada kanan Lina..

Dia memandangku dengan lembut.. bibirnya sedikit terbuka.
Aku pun mendekatkan kepalaku dan kami berciuman di dada Lina.
Sepertinya itu sebuah ciuman untuk merayakan keberhasilan kami memberi kepuasan kepada Lina.

Kemudian Mei Ling berdiri.. dengan celana jins yang masih sedikit terbuka.. dia menarik tangan Lina.
"Kita mandi dulu yuk Lin.. Mas Benny biar tiduran di kamar sebentar..”

Kulihat mereka berdua berjalan masuk ke kamar sambil bergandengan tangan. Kuikuti dari belakang.
Mereka masuk ke kamar mandi dan aku membaringkan badanku di tempat tidur berukuran king size itu.

Aku dengar deburan air di kamar mandi dan kadang diselingi suara cekikikan mereka berdua.
Tak lama mereka di kamar mandi.. kemudian mereka berdua keluar..

Kini hanya mengenakan bathrobe putih berbahan handuk yang disediakan hotel.
Mereka bergandengan tangan dengan mesranya.

Sekarang aku bisa mengamati dengan leluasa. Mei Ling tak setinggi Lina..
namun kulitnya lebih putih dari Lina yang memang sudah putih itu.

Mei Ling sungguh cantik.. wajahnya sangat feminin dan ayu.
Agak berbeda dengan Lina.. walaupun tak secantik Mei Ling tapi dia memiliki sensualitas yang lebih besar.

Wajahnya agak genit menggoda.
Dibanding tubuh Lina yang pada berisi itu.. tubuh Mei Ling kelihatan sangat mungil dan ramping.

Masing-masing memiliki pesona dan keseksian sendiri-sendiri.
Sungguh beruntung aku akan bisa menikmati keduanya malam ini.

"Sekarang giliran Mas Ben yang mandi ya.. perlu dimandiin nggak nih Mas..?” Lina menggodaku.
"Nggak perlulah.. udah gede kok.. aku bisa mandi sendiri hehehe..”

Aku segera masuk ke kamar mandi yang mewah itu.
Tampak setumpuk pakaian mereka tersusun rapi di sebuah rak.

Segera kulepas seluruh pakaianku dan melipat serta menumpuknya di samping pakaian mereka itu.
Lantas aku naik ke bathtub.. menutup tirai dan mulai menghidupkan shower.

Aku mulai mandi dan mengosok seluruh tubuhku dengan sabun.
Penisku yang tadi sempat tegang menyaksikan Lina orgasme sekarang sudah agak tenang lagi.

Tak lama aku mandi kemudian aku membalutkan sehelai handuk di pinggangku.
Di balik handuk itu aku tidak mengenakan apa-apa lagi.

Ketika masuk kamar aku agak tertegun melihat pemandangan yang ada di tempat tidur.
Lina dan Mei Ling saling berpelukan dan berciuman.

Bathrobe yang tadi mereka kenakan sudah tersingkap berantakan memperlihatkan kedua tubuh bugil mereka.
Dari sela-sela belitan tubuh Lina aku bisa melihat tubuh Mei Ling yang begitu putih dan mulus seperti salju.
Seumur-umur aku tak pernah menyaksikan tubuh yang begini putih dan mulus.

Tangan mereka saling menggerayangi dam meraba-raba seluruh permukaan tubuh mereka.
Paha mereka saling menggesek-gesek kemaluan mereka..

Kaki-kaki indah mereka saling membelit seperti ular sedang kasmaran.
Sungguh pemandangan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Aku lalu duduk di kaki ranjang.. sambil terus memperhatikan mereka.
Ketika mereka baru sadar akan kehadiranku.. mereka berhenti berciuman..

Keduanya tersenyum seakan mengundangku untuk bergabung dengan mereka.
Mereka agak bergeser memberi tempat aku di antara mereka.

Aku segera merangkak di tengah mereka berdua. Mei Ling di sebelah kiriku..
Bathrobe yang dikenakannya sudah terbuka lebar mempertontonkan tubuh bugilnya yang mulus.

Buah dadanya tidak sebesar buah dada Lina.. tapi sangat serasi dengan tubuhnya yang mungil itu.
Agak aneh malah kalau tubuh semungil itu memiliki buah dada yang besar.

Putingnya yang berwarna coklat muda mencuat di puncak bukit yang mulus itu.
Lingkaran gelap di sekitar putingnya hanya sebesar coin seratusan tipis menambah indahnya payudara itu.

Pandanganku aku turunkan ke daerah perutnya. Sungguh molek tubuh mulus ini.
Aku tak henti-hentinya mengagumi tubuh Mei Ling. Pinggangnya begitu kecil dan ramping.

Mataku segera menjelajahi bagian yang lebih bawah lagi.
Oh.. kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu pendek yang tercukur rapi.

Bukitnya begitu ranum dan menggairahkan.
Sayang pahanya agak merapat.. sehingga aku tidak bisa mengintip bagian dalamnya.

Pahanya yang mulus ramping berisi sungguh mengundang selera.
Apalagi betisnya yang kecil dan terkesan lebih panjang begit mulus tanpa sehelai bulupun.
Berani sumpah aku belum pernah melihat secara langsung tubuh yang begini putih mulus.

Rupa-rupanya Mei Ling agak malu juga aku perhatikan setiap inci tubuhnya seperti itu.
Dia segera melingkarkan kedua tangannya ke leherku dan menarik kepalaku ke arahnya.

Tubuhku segera menindih tubuhnya dan bibir kami segara bertautan.
Aku jelajahi seluruh permukaan bibir yang tipis itu dengan bibirku.

Lidahku sudah menelusup menggerayangi gigi yang rapi itu. Rasanya sungguh membuaiku ke angkasa.
Agak lama kami berciuman dengan mesra dan agak melupakan kehadiran Lina di kananku.

Erangan lembut Lina yang menyadarkan kami dan kami saling melepaskan ciuman..
menoleh ke arah Lina yang tertelentang telanjang dengan tangan kirinya sudah menggosok kemaluannya sendiri.

Aku beringsut ke bawah dengan posisi masih merangkak sampai lututku menyentuh pinggiran ranjang.
Aku membungkuk dan dengan tangan kugeser pantat Mei Ling..
agar merapat ke panggul Lina yang sudah terbuai ke-awang-awang itu.

Dengan tanganku kupentang lebar paha Mei Ling.. membuka akses ke liang nikmatnya..
Wow.. kini di hadapanku terpampang 2 orang wanita cantik dan mulus dengan paha yang menganga lebar..
Memperlihatkan alat kewanitaan masing-masing.

Baru sekarang aku bisa menikmati pemandangan kemaluan Mei Ling secara jelas.
Sungguh teramat indah benda pusaka milik Mei Ling ini.

Belahan kemaluannya begitu kecil. Klitorisnya yang berwarna pink menyala..
Agak sedikit menyembul seakan mengundang aku untuk menikmatinya.

Bibir bawahnya begitu tipis seakan menyatu dengan liang senggamanya.
Warnanya begitu terang.. coklat sangat muda. Belum pernah aku melihat vagina seperti ini.
Lubang vaginanya juga begitu mungil berwarna pink muda membuat aku semakin tak tahan.

Tanpa basa-basi aku segera menciumi seluruh selangkangan Mei Ling.
Bau wangi yang khas segera menyambutku. Perlahan aku jilat bibir bawahnya yang tipis itu.

Pantat Mei Ling sedikit gemetar manahan gejolak kenikmatan.
"Ooohhhh.. ohhhhh.. shhh shhhh..” Desahan Mei Ling seakan sorakan supporter di telingaku..
membuat aku semakin bersemangat melayani vaginanya dengan bibirku.

Klitorisnya yang kecil itu mulai aku jepit dengan kedua bibirku.
Sekarang paha Mei Ling ikut bergetar. Gairahku semakin menyala.

Lidahku mulai menyapu sekitar lubang kewanitaan Mei Ling.
Pahanya terbuka semakin lebar dan pantatnya sedikit terangkat membuat vagina Mei Ling semakin terjangkau oleh lidahku.

"Ooohhhh.. iya.. ooohhhh Mas.. iya ..” Desahan serak Meiling semakin keras.
"Aahhhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” Erangan Lina menimpalinya.

Aku baru sadar ada wanita cantik satu lagi yang harus aku layani.
Tangan kananku yang tadi memegang paha Mei Ling agar terbuka lebih lebar..
segera aku arahkan ke vagina Lina di kananku.

Ternyata jari tengah Lina sedang menusuk-nusuk lubang vaginanya sendiri.
Jari tengahku yang sedang menggerayang terhalang oleh jari Lina.

Dia segera mencabut jarinya dan menggesernya ke arah klitorisnya.
Jariku segera menggantikan tugas jari Lina mengorek dinding vagina Lina yang sudah basah berlendir itu.

"Ahhhhh.. aaaahhhhh.. Mas Ben.. iya.. ahhh Lina nggak tahan.. ahhhh..”
"Ooohhh.. Mas.. ohhhh.. iya.. iya.. terus Mas ..”

Setiap erangan Lina selalu ditimpali desahan Mei Ling seperti paduan suara di telingaku.
Agak sulit menggambarkan apa yang sedang aku lakukan saat itu..
karena aku begitu sibuknya melayani dua wanita molek yang sedang birahi ini.

Jari tangan kananku sedang menelusuri gua gelap penuh kenikmatan milik Lina.
Sedangkan bibir dan lidahku asik menari-nari lincah di seputar vagina Mei Ling.
Kadang jari kiriku ikut berpartisipasi meng-gosok-gosok klitoris Mei Ling.

Tubuh Lina mulai bergetar tanda benteng tak lama lagi akan ambrol. Aku sudah hafal dengan reaksi Lina.
Posisi segera aku ubah. Sekarang bibir dan lidahku sudah menikmati vagina Lina yang sudah sangat licin itu.

Sementara Mei Ling aku layani dengan jari tangan kiriku yang sudah menusuk masuk keluar lubang kenikmatannya.
Oh.. sungguh sempit punya Mei Ling.

Lidahku semakin dalam menjelajah liang sanggama Lina..
sementara jari tangan kananku sudah memutar klitoris Lina yang sudah sangat keras.

Tubuh Lina sudah bergetar sangat liar.
Tangan kirinya mencengkeram sprei dan menarik-nariknya sampai ujungnya terlepas dari kasur.

"Aahhhhh.. ahhhhhhhh Mas.. Lina.. ahhhh.. sudah.. mau.. ssshhhh.. sampai.. ahhh..!"
Tiba-tiba paha Lina mengatup dan menjepit kepalaku. Pantatnya terangkat dan ototnya menjadi kaku.

Srrr.. srrr.. srrr.. srrr..! Kurasakan ada cairan hangat yang menyiram lidahku,
"Aaaahhhhhhh.. aaaahhhhhh..” Lina sudah mencapai puncak kenikmatannya.

Untuk beberapa saat tubuhnya kaku tak bergerak.
Pahanya masih menjepit kepalaku.. sehingga aku terperangkap di selangkangannya.

Perlahan-lahan otot Lina mulai mengendur.. jepitan pahanya di kepalaku mulai longgar..
Hingga aku bisa menarik kepalaku dari perangkap kenikmatan itu.

Dengan Lina yang sudah mencapai orgasme..
aku segera mengalihkan perhatianku kembali ke Mei Ling.. yang masih aku layani dengan jariku.

Lidahku yang masih belepotan lendir kenikmatan Lina segera aku tusukkan ke lubang vagina Mei Ling.
Tangan kananku yang tadi melayani klitoris Lina segera aku sisipkan ke bawah pantat Mei Ling.

Sekalipun tubuh Mei Ling kecil dan ramping.. tapi pantatnya cukup padat berisi.
Aku segera meremas bukit pantat Mei Ling yang kiri.

"OOhhhhhhh.. iya.. ooohhh.. shhhh iya.. Mas.. iyahh.. hhh..”
Desahan birahi Mei Ling semakin membuatku aktif memuaskannya.

Tangan kiriku sekarang sudah meremas bukit pantat kanannya. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------oOo------------------------------------
 
Terakhir diubah:
---------------------------------------------------------------------------------

Cerita 148 – Bertiga Menguak Takdir [Part 2]


Dengan kedua tanganku aku angkat pantat Mei Ling.. sehingga vaginanya semakin gampang untuk aku nikmati.
Lina yang sudah mu
lai sadar dari hipnotis birahinya mulai membantuku memuaskan sahabatnya yang molek ini.

Bibirnya melumat bibir Mei Ling yang sedari tadi terbuka. Tangan kirinya meremas-remas buah dada Mei Ling.
Jari-jarinya kadang memelintir puting Mei Ling yang aku lihat semakin tegak berdiri.

Pantat Mei Ling sudah mulai bergoyang menikmati permainan lidahku di liang senggamanya.
Dari pengalamanku.. aku tau bahwa sekuat apapun pertahanan Mei Ling..
tapi kalau diserang dari berbagai arah seperti ini akan bobol juga.

Dugaanku tak keliru.. goyangan pantat Mei Ling semakin liar tak terkendali.
Dengan susah payah aku harus mengikuti goyangannya dengan kepalaku agar lidahku tak terlepas dari selangkangannya.

"Ohhhhhh.. Ohhhhhhh.. Mas.. aku.. nggak ta.. han.. massss..!" Paha Mei Ling sudah mengangkang maksimal.
Dia mengangkat pantatnya setinggi-tingginya sampai dia berjingkat dengan ujung jari kakinya.

Punggungnya sudah tak menyentuh kasur. Pantatnya bergerak berkedut-kedut naik-turun tak terkontrol.
"Ohh.. oohhh..!” Cairan lendir kenikmatan mulai meleleh dari liang vagina Mei Ling.

Slruppp.. Aku segera menyapunya dengan lidahku. Oh.. nikmat sekali rasanya.
Cukup banyak cairan yang keluar hingga akhirnya Mei Ling mulai menurunkan pantatnya..
kembali menyentuh kasur dengan perlahan.

Nafasnya masih memburu cepat. "Oooohhhh.. nikmat sekali.. ohh Mas.. aku puas sekali.. Ohhh.."
Aku beringsut dan lantas berbaring telentang di antara mereka berdua.. Mei Ling di kananku dan Lina di kiriku.

Mereka memeluk aku dan tak hentinya menghujani ciuman ke wajahku.
Ucapan terimakasih tak henti meluncur dari mulut mereka karena sudah aku puaskan.
Aku pun sangat puas bisa membuat nikmat dua wanita ayu ini.

Beberapa saat kami saling bercumbu.. atau lebih tepatnya mereka berdua mencumbui aku.
Aku hanya tertelentang masih membayangkan kenangan bathin indah yang baru aku alami.

Lalu tangan Lina yang nakal mulai menggerayangi perutku.
Dengan sekali sentakan lembut.. handuk yang membelit tubuh bagian bawahku terbuka.

Penisku yang sedaritadi sudah tegak langsung menyembul berdiri.
Perhatian mereka berdua segera tersedot ke tongkat kejantananku.

Tangan Mei Ling dan Lina saling berlomba menggerayangi penisku.
Lina mulai beringsut dan dengan tubuhnya tertelungkup di dekat kaki kiriku..
bibirnya yang tebal sensual mulai menciumi batang penisku.

Aku masih berciuman dengan Mei Ling.. ketika Lina mulai memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya yang hangat itu.
Lidahnya mulai menggelitik batang kejantananku yang ada di dalam mulutnya.

Mei Ling yang melirik ke bawah memperhatikan apa yang dilakukan Lina dengan penisku mulai tertarik juga.
Dia segera mengubah posisi.. sehingga sama dengan Lina tertelungkup di dekat kaki kananku.

Dia mulai menciumi pangkal pahaku.
Lidahnya yang lembut mulai menggerayangi selangkanganku di sekitar biji kemaluanku.

Kedua tanganku mulai mengelus lembut kepala mereka.. yang kiri untuk Lina dan yang kanan jatah Mei Ling.
Lina masih terus mengulum penisku.. kadang dimasukkan ke mulutnya sampai pangkalnya.

Mei Ling mulai menjilati bola kembarku.. kadang bibirnya yang tipis menciumi dan menyedot pelan kantong bijiku.
Kedua tangan mereka meng-usap-usap lembut perut bagian bawahku.
Ohh.. sungguh nikmat.. tubuhku seakan terangkat ke kayangan.

Mereka sekarang berganti peran. Mei Ling sudah mengulum penisku di mulutnya..
Sedang Lina yang menjilati sekitar kantong bijiku.

Cara Mei Ling mengoral aku sungguh halus. Tak seperti Lina yang agak binal..
Mei Ling menggerakkan kepalanya mengangguk dengan sangat lembut.

Kadang kepala penisku disedotnya pelan.. diselingi libatan lidah halusnya di sekitar leher penisku.
Aku sangat suka apa yang dilakukan Mei Ling.

"Oooohhhhh.. iya.. terus Ling.. iya Lin.. oh nikmat.. ooohh.." Tak terasa aku mulai mengerang penuh kenikmatan.
Rupa-rupanya kata-kataku semakin menyemangati mereka untuk berbuat lebih hebat lagi.

Kali ini apa yang mereka lakukan sungguh luar biasa.. aku belum pernah merasakan yang seperti ini.
Sulit menggambarkannya dengan kata-kata.

Bibir mereka saling berciuman dengan kepala penisku di tengahnya.
Lidah mereka saling membelit di penisku.

Lidah Mei Ling yang tipis lancip membelai lembut leher penisku..
Sedang Lina menggosok kepala penisku dengan bagian bawah lidahnya yang bertekstur kasar itu.

Aku sudah tak sadar apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan hanya berbaring telentang..
kaki terbujur dengan paha mengangkang se-lebar-lebarnya.

Mulutku terus mengeluarkan erangan dan desahan birahi.
"Ooohhh . ooohhhh.. iya.. oohhh.. nikmat sekali.. iya.. ohhhh.."

Sekarang mereka melakukan hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Bibir mereka masih saling bertaut mengapit penisku.

Mereka gerakkan kepala secara berbarengan menggeleng pelan.. sehingga keempat bibir mereka seakan memeras penisku.
Kepala penisku masuk keluar melalui sudut bibir mereka.. menimbulkan sensasi birahi yang tak pernah aku alami sebelumnya.

Tangan kanan Lina melakukan gerakan mengocok pelan di pangkal penisku.
Tangan kiri Mei Ling meremas dam mengusap lembut kantung bijiku.

Gerakan kepala mereka semakin cepat dan kompak.
"Oohhhhhhh.. oooohhhhh.. oooohhhhh.. ooohhhhh.." Tubuhku mulai gemetar.
Seluruh badanku merinding merasakan apa yang mereka lakukan terhadap penisku.

Mereka merasakan reaksiku.. gerakan gelengan mereka semakin cepat dan kuat.
Kocokan tangan Lina semakin gencar.
Mei Ling menggelitik tengah-tengah kantung bijiku dengan jari-jarinya yang lentik itu.

Aku sudah tak punya pertahanan apa-apa lagi.
Sia-sia aku menahan ejakulasi karena semburan spermaku sudah tak bisa terbendung lagi.

Tubuhku sudah berkelojotan tak terkendali. Seluruh bulu di tubuhku berdiri.
Aku rasakan kenikmatan luar biasa ini sampai ke ujung jari kakiku.

"Ooohhhh..!” Cretts-cretts..! Suuurrrr.. suuurrr..! Cairan spermaku membanjir di mulut mereka.
Lidah mereka saling berlomba menyapu cairan kenikmatanku yang menyembur kencang itu.

Ughhh.. Aku masih merasakan nikmat yang luar biasa.
Sungguh aku belum pernah merasakan kenikmatan sehebat ini.

Spermaku sepertinya terus mengucur ber-liter-liter
Sementara lidah mereka dengan sigap menadahi setiap tetes yang meleleh dari lubang penisku.

Entah berapa lama aku merasa terbang di angkasa kenikmatan ini.
Perlahan aku mulai mengembalikan kesadaranku. Mataku aku buka pelan dan melirik ke bawah.

Mereka masih sibuk saling menjilati kepala penisku yang terlihat basah mengkilat.

Ketika mereka sudah yakin bahwa tidak ada lagi cairan yang keluar dari penisku..
barulah mereka beringsut dan berbaring telentang di sampingku.

Aku peluk mereka berdua. Masing-masing aku hadiahi kecupan mesra di kening dan pipi.
"Makasih Lin.. Ling.. kalian memang sungguh hebat.. aku belum pernah merasakan yang seperti tadi..”

"Mas Ben.. Lina seneng bisa membuat Mas puas.. Lina juga puas kok..”
"Iya Mas.. aku puas juga.. maninya Mas Ben banyak banget ya ..”

Aku mempererat pelukanku ke mereka berdua. Dengan manja mereka menyandarkan kepala ke dadaku.
Aku bergantian menciumi rambut mereka dengan lembut.

Sejenak kami beristirahat dalam posisi seperti ini..
sambil berbincang menggambarkan kenikmatan yang baru kami alami bersama.

Kali ini Mei Ling yang mengambil inisiatif lebih dahulu. Tangan kanannya mulai menggerayangi selangkanganku.
Penisku yang masih lunglai sehabis memuntahkan lahar hangat sebegitu banyak mulai dibelainya.

Jari-jari yang lentik dan mungil mulai mempermainkan penisku yang masih lemas.
Dengan telaten dipijit-pijitnya lembut kepala penisku..

Lalu dengan halus di-belit-belitnya batang kejantananku dengan telunjuknya.
'Adik kecilku' sedikit mulai bereaksi. perlahan dia mulai bangkit membesar lagi.

Lina lalu bangkit berdiri.. dia merangkak dengan posisi kepala mengarah ke selangkangan Mei Ling.
Perlahan dibukanya paha Mei Ling. Dia mulai menciumi vagina Mei Ling.

Lidahnya mulai menjelajah di sekitar lubang kemaluan Mei Ling.
Aku belum pernah melihat adegan seperti ini secara langsung.

Apa yang biasa aku lihat di film-film porno sekarang bisa aku nikmati dengan mata kepalaku sendiri.
Aku mulai terangsang.

Mei Ling juga mulai bangkit lagi birahinya. Tangannya sudah menyingkir dari kemaluanku.
Dia mulai meremas dan membelai buah dadanya dengan kedua tangannya.
Ahhhh.. Sungguh pamandangan yang sangat sensasional.

Lina merangkak menjilati kemaluan Mei Ling sambil tangan kirinya bermain di sekitar vaginanya sendiri..
Sementara Mei Ling merangsang buah dadanya sendiri. Penisku sudah berdiri tegak melihat ini.

Aku segera berlutut di samping Mei Ling..
Penisku aku sodorkan dan aku sentuhkan ke bibir Mei Ling yang tampak begitu merangsang.

Slropp..!! Tanpa perlu dikomando Mei Ling segera mengulum penisku.
Aku gerakkan pantatku perlahan maju-mundur.
Penisku menggesek lembut bagian dalam mulut Mei Ling. Oh.. sungguh nikmatnya.

Kemudian aku mengganti posisi. Aku tidur miring dengan penis mengarah ke mulut Mei Ling.
Mei Ling segera membuka mulutnya dan mengisap penisku.

Aku gamit paha Lina dan mendekatkan selangkannnya ke mulutku. Lina paham apa yang aku mau..
Dia segera berbaring miring.. paha kanannya diangkat kesamping dengan selangkangannya tepat di mulutku.

Aku segera mencium bibir bawah Lina yang begitu menggiurkan.
Mei Ling juga mengikuti kami berbaring miring dengan vagina kembali di bibir Lina.

Dalam posisi ini kami menikmati oral seks bertiga.
Mei Ling mengulum penisku.. aku menjilati vagina Lina dan Lina melumat kemaluan Mei Ling.
Mungkin ini yang dimaksud dengan ‘cinta segitiga’ yang sesungguhnya. Hehehe..

Beberapa saat kami saling menikmati.. kemudian kami berganti posisi.
Lina yang mengisap penisku.. aku melumat vagina Mei Ling dan Mei Ling menjilati lubang kemaluan Lina.

Wow.. ini pengalaman yang aku ingat terus sampai sekarang.
Jilatan dan isapan kami semakin kuat. Sepertinya Lina sudah tak bisa menahan diri lagi. Tubuhnya mulai gemetaran liar.

Aku segera bangkit mengatur posisi kami. Mei Ling masih telentang mengangkang.
Lina merangkak dengan kepala tertunduk.. menjilati alat kewanitaan Mei Ling.

Lututnya bertumpu di pinggiran bawah kasur. Pahanya agak membuka.
Sambil berdiri aku arahkan kepala penisku yang sudah mengkilat ke lubang kenikmatan Lina yang sangat mengundang itu.

Slebbb.. Perlahan aku tusukkan batang kelakianku menembus bibir liang vagina Lina.
"Nghhh.." Tubuh Lina bergetar sedikit menyambut batang kelakianku di tubuhnya.

Selangkanganku aku tempelkan ke pantat Lina yang padat berisi itu..
Jlebb.. otomatis seluruh batang penisku terbenam ke dalam vagina Lina.

Clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb..
Dengan perlahan aku mulai memompa pantatku maju-mundur secara berirama.

Lina mengimbangi dengan jilatan yang semakin liar di klitoris Mei Ling.
"Ooohhhh.. iya ..iya Lin.. ohhhh nikmat sekali..” Mei Ling mulai naik birahi.

Tubuh Lina semakin gemetar.. pantatnya bergoyang memutar tak beraturan.
Aku tau Lina sudah hampir mencapai klimaksnya. Jlebb-jlebb-clebb-clebb-crebb-crebb-crebb..

Gerakanku semakin aku percepat dan perkuat. Tanganku memengang pinggulnya..
Sehingga aku semakin leluasa menyodokkan batang penisku ke vaginanya.

Pantat Lina yang bundar berisi bergoyang seksi dan memukul-mukul pangkal pahaku.
Bukit pantat Lina aku tahan kesamping.. sehingga penetrasiku semakin dalam.

Batang kemaluanku aku tahan di dalam vagina Lina.. sementara pantatku aku gerakkan naik-turun..
sehingga kepala penisku menggesek-gesek dinding gua Lina.

"Aahhhhh.. aahhhh..!" srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr..
Aku merasakan vagina Lina menyemburkan cairan hangat ke batang penisku.

Aku semakin hujamkan semakin dalam.. dan semakin banyak cairan yang meleleh.
Lina sudah mengalami orgasmenya.

Tubuhnya sekarang diam bagai patung. Napasnya tersengal-sengal.
"Aaahhh.. ahhhhh.. nik.. mat.. Mas.. ahhhh.."

Perlahan kucabut batang penisku yang masih tegak menantang dari bekapan liang vagina Lina.
Lina sudah tertelentang lunglai dengan posisi terbalik di samping Mei Ling.
Kepalanya di tepi kasur di dekat kaki Mei Ling tepat di bawah penisku.

Aku segera menarik Mei Ling agar dia merangkak dengan posisi pantat mengarah ke aku.
Mei Ling segera mengerti apa mauku. Dia merangkak bertumpu pada kedua tangan dan lututnya.

Selangkangannya mengangkang tepat di atas wajah Lina dan kepalanya tepat di selangkangan Lina.
Mei Ling segera menjilati vagina Lina yang masih basah berlendir itu.

Dengan kedua tanganku aku membelai pantat Mei Ling yang sangat seksi itu.
Begitu putih dan mulus. Pantat terindah yang pernah aku lihat.

Perlahan tapi pasti aku buka kedua bukit pantat itu..
memperlihatkan liang vagina yang begitu sempit dan merangsang.

Aku arahkan senapanku yang sudah terkokang ke lubang kenikmatan Mei Ling.
Slebbh..! Dengan lembut aku tusukkan kepala penisku sambil menekan perlahan..
sampai seluruh batang kelakianku amblas ditelan gua surga Mei Ling.

Erggghhh..!! Sungguh sempit vagina Mei Ling.. menjepit erat batang penisku di dekapan dinding hangatnya.
Batang penisku yang tak seberapa besar seperti dijepit oleh dinding vagina Mei Ling yang halus licin itu.

Aku ingin menikmati vagina Mei Ling sedari tadi dan keinginanku terwujud sepenuhnya.
Sesuai bayanganku.. vaginanya sungguh hangat dan nikmat.

Dengan sangat perlahan aku mulai memompa pantatku maju-mundur dengan teratur.
Slebb.. slebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. Mei Ling sepertinya sangat menikmatinya.

Kepalanya terangguk-angguk sambil lidahnya terjulur menjelajah selangkangan Lina yang sudah mengangkang lebar.
Mei Ling kemudian sedikit merendahkan pantatnya dengan membuka pahanya lebih lebar..
sehingga klitorisnya tepat di depan mulut Lina.

Lina tak membuang percuma kesempatan itu.
Dengan lidahnya yang panjang dia mulai menjilati dan mengulum klitoris Mei Ling.

Kadang lidahnya men-jilat-jilat kantung bijiku dan pangkal penisku..
yang sedang menusuk-nusuk liang senggama Mei Ling yang nikmat itu.
Ini menambah kenikmatanku.

Jilatan Lina di klitoris Mei Ling semakin liar seirama dengan isapan dan jilatan Mei Ling di vaginanya.
Tubuh kami bertiga bergetar berirama seakan menyatu dalam kayuhan kenikmatan.

Aku tau Mei Ling sudah mendekati puncaknya.. tak heran..
Dengan sodokan penisku di vaginanya dan jilatan liar Lina di klitorisnya.. wanita mana yang bisa bertahan lama.

Lina. yang memang gampang mencapai orgasme tentu juga sudah hampir jebol pertahanannya.
Aku semakin memperkuat goyangan pantatku.

Tanganku sudah aku arahkan meremas payudara Mei Ling dan jari-jariku memelintir putingnya yang mungil itu.
Penisku sudah aku benamkan seluruhnya ke dalam liang vagina Mei Ling.

Pantatku aku gerakkan memutar. Lina segera mencium dan menyedot lembut kantung bijiku.
Aku sudah tak tahan lagi. Aku rasakan Mei Ling juga sudah mendekati puncaknya.

Pantatku semakin aku rapatkan ke pantat Mei Ling. Aku memutar semakin cepat.
Tubuh Lina sudah kaku tak bergerak..
serangan bibir dan lidah Mei Ling di kemaluannya rupanya membuat dia segera menyerah.

"Aahhhhh.. aahhhhh.. ahhh.. hhhh..” Lina terkapar KO lebih dulu untuk keduakalinya.
Mei Ling telah berhenti melumat selangkangan Lina.

Erangan kenikmatan Lina menambah birahi kami..
Hingga beberapa detik kemudian giliran Mei Ling yang mencapai klimaksnya.

Pantatnya ditekan kuat ke selangkanganku. Nyutt.. nyutt.. nyutt.. nyutt..!!
Vaginanya berdenyut-denyut memeras batang penisku yang masih tertancap erat di sana.

"Ohh-ohh-oohh-oohh-hhhh-hhhh-hhh.. Oohhhh..!"
Sedetik kemudian bentengku ikut ambrol juga. Badanku gemetar hebat.

Payudara Mei Ling kuremas kuat-kuat.
Spermaku menyembur bercampur cairan hangat dari vagina Mei Ling.
"Shhhhhh shhhhh..” Crotts.. crotts.. crotts..

Seluruh tubuhku masih merinding ketika Lina setengah memaksa memundurkan selangkanganku..
sehingga penisku tercabut dari vagina Mei Ling.

Lendir orgasme Mei Ling bercampur spermaku meleleh keluar..
sementara penisku masih meneteskan sisa-sisa kenikamatanku.

Kepala Lina sudah mendongak ke belakang.. tengkuknya bersandar pada pinggiran kasur.
Mulutnya yang sudah terbuka lebar segera mencaplok penisku yang masih tegar berdiri.

Diisapnya kuat-kuat kepala penisku..
sehingga sisa sperma yang masih ada di saluran penisku tersedot habis ke mulut Lina.

Aku merasakan kenikmatan secara beruntun.. belum habis aku menikmati vagina Mei Ling..
Sekarang mulut Lina yang meneruskan orgasmeku. Sungguh tak terbayangkan dengan kata-kata.

Setelah Lina puas mengisap habis spermaku..
dia kemudian menjilati vagina Mei Ling yang masih melelehkan lendir birahinya.

Mei Ling nampaknya juga menikmati apa yang dilakukan oleh Lina.
Dia pun semakin giat menyapu vagina Lina dengan usapan lidahnya.

Akhirnya kami bertiga kembali berbaring kelelahan. Aku ciumi Lina dan Mei Ling bergantian.
Mereka dengan suka cita menyambut ciumanku dengan mesra. Lalu mereka pun saling berciuman di dadaku.

"Mas Ben.. aku suka posisi kita tadi.. selama ini aku memang bayangin yang seperti itu..”
"Iya Mas.. Lina juga suka banget.. rasanya nikmat.. Ling gimana.. penis Mas Ben enak kan..?
Lina nggak bohong kan..?”

"Iya Lin.. bener kok.. Mas Ben.. Mas pinter banget deh nyenengin cewek.. pantesan Lina sering cerita soal Mas Ben..”
"Ah.. justru aku yang merasa enak banget.. kalian berdua memang hebat.. udah cantik pinter lagi..”
Pujian ini memang tulus dari dalam hatiku.

Kami masih saling berbincang dan sesekali saling berciuman.
Rasanya aku sungguh beruntung bisa mendapat dua orang dewi cinta seperti ini.

Sekitar setengah jam kami berbaring-baring kelelahan..
Kemudian dengan malas kami bertiga ke kamar mandi saling membersihkan diri.

Dengan masih bertelanjang bulat kami kembali ke kamar.
"Mas Ben.. aku laper nih.. mau pesen makan.. Mas pesen apa..? Kamu pesen apa Lin..?”
"Aku steak medium ama kentang aja deh Ling.. Mas Ben mau apa..?”

"Aku pengin yang seger-seger.. sop buntut aja deh.. pakai nasi ya..”
Mei Ling menekan tombol di telpon dan memesan makanan.. dia juga makan steak persis seperti Lina.

Sekitar 20 menit kemudian bel pintu berbunyi.
Mei Ling berdiri.. mengenakan bathrobe. mengikatnya dengan rapi.. sehingga tubuh bugilnya tertutup rapat.

Dia mengambil dompet dari tas tangannya yang ada di meja..
berjalan ke pintu tembusan ke ruang tamu.. lalu menutup rapat pintunya.

Tak lama kemudian dia memanggil kami ke ruang tamu untuk makan.
Tubuhnya sudah bugil.. Bathrobenya tersampir di sisi sofa. Kami bertiga makan sambil tetap telanjang bulat.

Baru kali ini aku makan sambil bugil ditemani dua orang wanita cantik yang sama-sama bugil.
Satu lagi kenangan yang tak pernah aku lupakan sampai hari ini.

Piring-piring kami segera licin tandas. Rupanya kami bertiga kelaparan karena kegiatan kami tadi.
Jam di dinding menunjukkan jam tujuh lebih sedikit.

Dengan saling berangkulan kami berjalan ke kamar lagi.
Aku duduk di pinggir kasur bersandar ke kepala tempat tidur.

Kuambil remote dari atas meja kecil di samping tempat tidur.
TV aku hidupkan.. aku segera menyimak berita yang sedang di tayangkan.

Lina dan Mei Ling berbaring di sisi kiriku.. mereka mencoba menikmati juga berita di TV.
Tapi rupanya mereka kurang suka. Mereka segera saling berpelukan dan mulai berciuman.

Tangan mereka mulai saling menggerayangi tubuh masing-masing.
Kadang mereka saling bergantian saling mengisap puting satu sama lain.

Sejenak aku agak mengacuhkan mereka.. perhatianku masih terpaku pada TV.
Desahan dan erangan mereka semakin mengacaukan perhatianku ke TV.

Tak lama kemudian aku jadi lebih memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan daripada berita di TV.
Wajarlah.. hanya lelaki edan yang lebih memperhatikan TV..
daripada dua wanita cantik yang sedang telanjang saling merangsang satu sama lain.

Sekarang Lina sudah merangkak di atas tubuh mulus Mei Ling dalam posisi 69.
Mereka saling mencumbu kemaluan satu sama lain.

Hanya desah kenikmatan dan napas terengah-engah yang terdengar dari kegiatan mereka.
Aku sangat menikmati pemandangan ini. TV segera aku matikan dan perhatianku penuh kepada mereka berdua.

Dalam posisi ini pantat Lina yang menungging sungguh seksi dan indah untuk dilihat.
Tak tahan tanganku segera mengelus dan meremas kedua bukit pantatnya yang mulus itu.

Bibirku pun mulai menciumi seluruh permukaan punggung Lina yang putih tak bercacat.
Senjata pamungkasku mulai berdiri lagi.

Tangan kanan Mei Ling segera menggapai batang penisku dan mengocokya dengan pelan.
Kulit tangannya yang halus membelai seluruh permukaan penisku mulai dari kepala sampai ke pangkalnya.

Kepala penisku kadang diselipkan di antara jari-jari yang lentik dan halus itu.
Lidahnya tak berhenti menari di seluruh permukaan kemaluan Lina.

Aku menciumi dan menjilati pantat Lina yang bulat seksi itu.
Sementara Lina semakin agresif melumat vagina Mei Ling dengan bibirnya yang tebal sensual itu.
Kami sangat menikmati permaian ini untuk beberapa saat.

Kemudian Mei Ling berkata.. "Lin.. aku pengin liat kamu main ama Mas Ben.. mau kan..?”
Sebagai jawabannya Lina yang sudah mulai naik birahi itu hanya mengangguk pelan.

Kami segera berganti posisi. Aku telentang di tengah kasur.
Lina segera mengambil posisi tengkurap dengan kepala mengarah ke kemaluanku.

Penisku segera dikulumnya dan dimainkan dengan lidahnya yang sekarang semakin lincah.
Mei Ling berdiri di sisi ranjang mengawasi kami berdua..
seperti seorang mandor sedang mengawasi anak buahnya bekerja.

"Ooohhh.. kalian seksi sekali.. terus Lin.. ohh aku jadi terangsang nih ..”
Sejalan dengan perkataannya.. Mei Ling mulai meremas-remas buah dadanya sendiri.

Lidahnya menjilati bibirnya yang tipis merangsang itu seakan ikut menikmati jilatan lidah Lina di kepala penisku.
Sungguh pemandangan yang langka yang tak bisa terlupakan.

Seorang wanita yang begitu cantik dengan tubuh yang putih mulus..
sedang merangsang dirinya sendiri tak sampai semeter jaraknya dariku.

"Lin sekarang ganti posisi ya.. kamu di bawah ya..”
Lina tak menanti duakali komandoku. Dia segera tiduran telentang dengan paha terbentang lebar.

Liang senggamanya yang begitu menggairahkan sudah mulai basah mengundang.
Aku pegang tumitnya.. kedua betisnya segera kunaikkan ke pundakku.

Sambil berlutut kuarahkan penisku menuju liang kenikmatannya.
Sambil aku putar dengan tangan.. Clebb.. slebbb.. perlahan kutancapkan penisku di liang itu.

"Aaaahhh.. iya Mas.. ahhhh ayo Mas..”
"Oohhhhh merangsang sekali.. ohhhhhh.. terus Mas Ben.. tusuk Lina Mas..” Mei Ling menimpali erangan Lina.

Sekarang kulihat dia sudah mengangkat kaki kirinya di kasur.. sehingga selangkangannya terbuka lebar-lebar.
Kltorisnya yang mungil tampak menyembul keluar di antara bulu-bulunya yang pendek rapi itu.

Tangan kirinya mulai meng-gosok-gosok klitoris itu dan tangan kanannya masih meremas buah dada kirinya.
Penisku mulai terbenam ke dalam vagina Lina yang hangat itu.

Aku mulai memompa perlahan sambil mataku tak lepas dari aksi Mei Ling masturbasi di hadapanku.
Aku sengaja bergerak lambat-lambat.. Aku tak ingin Lina terlalu cepat mencapai klimaksnya.

Aku ingin Mei Ling bisa menikmati lebih lama permainan kami.
Dan sepertinya Mei Ling bisa merasakan apa yang aku lakukan..

Tubuhnya semakin bergoyang mengikuti gosokan jarinya di klitorisnya.
Ketika aku merasakan Lina sudah mendekati puncaknya.. aku menghentikan permainanku.

Plopp..! Kucabut penisku dari jepitan vaginanya. Kayaknya Lina agak kecewa..
"Aaaahhhh Mas.. Mas Ben.. ayo masukin.. ahhhh Lina udah mau sampai nih.. ahh.."

"Sabar Lin.. tahan bentar.. kamu gantian di atas ya..” Aku lantas berbaring telentang.
Lina segera berjongkok di atasku dengan liang vaginanya sudah menyentuh kepala penisku.

Kedua tangannya bertumpu pada lututnya yang tertekuk.. dia mulai menurunkan pantatnya..
Slebbb.. sehingga batang kemaluanku mulai amblas lagi ditelan gua kewanitaannya.

Aku gamit paha Mei Ling yang masih berdiri di sisi ranjang. Aku tarik pelan ke arahku.
Dia segera mengerti maksudku. Dia segera berjongkok berhadapan dengan Lina.

Selangkangannya terbuka lebar tepat di atas wajahku.
Wow.. aku lihat pemandangan yang sangat indah tak sejengkal dari mataku.

Jujur harus aku akui bahwa kemaluan Mei Ling adalah salahsatu yang terindah yang pernah aku lihat.
Warnanya begitu terang dan bentuknya begitu mungil.
Lubang anusnya begitu rapat.. berwarna putih.. hanya sedikit lebih tua dari kulit pantatnya yang mulus itu.

Entah dorongan darimana aku segera menjilati tanpa rasa jijik sedikitpun area mulus antara lubang anus dan vaginanya.
Hanya terhadap Winda istriku aku pernah lakukan ini.
Dengan wanita lain aku selalu ada rasa jijik sekalipun aku ingin melakukannya.

Mei Ling sangat suka dengan apa yang aku lakukan.. dia mengerang penuh kenikmatan.
"Oohhhhh iya.. Mas.. ohh nikmat sekali.."

Lina tentu saja tak tau apa yang aku lakukan dengan anus Mei Ling.
Dia sudah tenggelam dalam dunia kenikmatan menunggangi batang penisku..

Dia sama sekali tak perhatian apa yang dilakukan oleh lidahku.
Hanya desahan kenikmatan yang keluar dari mulutnya. "AAahhhhhhhh ahhhhhhhh.."
Dia memompa penisku semakin kuat dan cepat.

Puas menjilati sekitar anus Mei Ling.. aku mulai menggarap klitorisnya yang dari tadi memanggil-manggilku.
Lidahku aku julurkan sepanjang mungkin.. hingga ujungnya menyentuh klitoris yang sudah sangat sensitif itu.

Berbareng dengan Lina dia juga menggerakkan pantatnya naik-turun..
sehingga lidahku yang kaku menjulur menggesek-gesek klitorisnya.

Sekarang mereka saling berpelukan sambil berjongkok.
Sepertinya bibir mereka saling berciuman karena aku tak mendengar lagi desahan Lina dan Mei Ling.

Gerakan mereka naik-turun semakin seragam dan simultan.
Lina sudah mulai limbung dan tubuhnya mulai bergetar. Gerakan pantatnya naik-turun semakin kuat.

Tiba-tiba selangkangannya dihujamkan dalam-dalam ke selangkanganku.
Batang kemaluanku terhujam sedalam-dalamnya tandas di kedalaman liang senggamanya.

Srrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr.. Ada cairan hangat menyembur batang penisku.
Tanpa sepatahpun keluar dari mulut Lina yang masih dilumat oleh mulut Mei Ling.
Tapi aku tau Lina baru saja mencapai orgasmenya.

Perlahan tubuhnya mulai melemas. Dia beranjak turun dari atas tubuhku.
"Gantian kamu ya Ling.. aku sudah puas banget.. makasih Mas Ben..”

Dia mengecup lembut pipiku. Mei Ling segera menggantikan posisi Lina.
Dia sudah jungkok dan mulai mengarahkan penisku dengan tangannya ke liang kewanitaannya.

Perlahan-lahan ditancapkannya senjata kejantananku ke lubang sempit di selangkangannya.
Slebbb.. Dengan sangat lembut dia turunkan tubuhnya..
sehingga penisku mulai memasuki gua kenikmatannya.

Gaya Mei Ling agak berbeda dengan Lina.
Mei Ling sangat lembut sedangkan Lina agak binal.. Jujur.. aku lebih suka gaya Mei Ling.

Dia mulai duduk di selangkanganku.
Pahanya yang mulus dan padat menduduki kedua pangkal pahaku.

Lututnya setengah bertumpu di kasur.
Lalu dengan sangat halus dia mulai memaju-mundurkan pantatnya.

Semua ini dia lakukan dengan penuh perasaan.. seakan ingin menikmati setiap detik yang kami lalui bersama.
Aku mulai memperhatikan Mei Ling yang berada di atas tubuhku.

Matanya terpejam rapat menghayati setiap gerakannya.
Kedua tangannya dia letakkan di belakang bukit pantatnya seakan membantu goyangannya.

Buah dadanya yang sangat menggairahkan semakin membusung.
Betul-betul pemandangan yang sangat merangsang dan indah untuk dinikmati.

Tangan Lina mulai menggerayangi payudara kiri Mei Ling.
Lidahnya mulai menjilati puting Mei Ling yang tegak menantang itu.

Tanpa aku sadari tangan kiriku mulai ikut meremas buah dada Mei Ling yang kanan.
Gerakan pantat Mei Ling semakin teratur dan dengan perlahan dia mulai menaikkan tempo goyangannya.

Dari mulutnya yang terbuka sedikit mulai terdengar desah-desah birahi.
"Oooooohhhh.. ooooohhhhhhh.. ooohhhhhh..”

Aku mulai merasakan gerakan pantat Mei Ling semakin menguat.
Batang penisku semakin tercekik di dalam liang vaginanya yang sempit itu.

Aku mulai mendekati puncak kenikmatanku. Sementara.. dari getar tubuh dan lenguhan napasnya..
aku juga tau bahwa keadaan Mei Ling sudah tak jauh berbeda dengan aku. Puncak surga sudah mulai terlihat di sana.

Tiba-tiba Mei Ling mengubah posisinya tanpa membuat penisku tercabut dari gua senggamanya.
Tubuhnya ditelungkupkan di atas tubuhku. Payudaranya yang padat kenyal menindih dadaku.

Kakinya sudah diluruskan menimpa kakiku.
Selangkangannya yang halus menempel ketat ke selangkanganku.

Aku segera membuka lebar pahaku.
Sekarang kedua pahanya yang halus mulus itu terletak di antara kedua pahaku.

Aku segera menjepitnya.
Saat pahanya terjepit pahaku otomatis selangkangannya agak terangkat sedikit.

Pahaku aku kendorkan lagi.. sehingga selangkangannya kembali menempel.
Demikian terus aku lakukan. Jepit kendor.. jepit kendor.
Dengan jarak terbatas penisku menusuk maju-mundur dinding vagina Mei Ling.

Kami berdua sudah tak ingat akan kehadiran Lina sama sekali.
Tubuh kami seakan menyatu dan napas kami sudah saling memburu.

Tubuh Mei Ling mulai bergetar.
Kuangkat pantatku setinggi mungkin.. sambil masih melakukan gerakan jepit kendor secara teratur.

"Oooohhhh.. ohhhhh.. ooohhhhh..” Desahan serak-serak basah Mei Ling di dekat telingaku..
membuat aku semakin cepat mendaki puncak khayangan.

Dalam dua tiga detik ke depan aku tau gawangku akan bobol.
Rupanya Mei Ling juga setali tiga uang kondisinya.

Tubuhnya sudah bergetar menggelinjang seperti orang kena setrum.
Aku sudah tak ingat apa-apa lagi.

Aku rasakan cairan hangat meleleh di penisku dan pada detik itu juga spermaku meledak tak kuat menahan kenikmatan.
"Oohhhh..!" Mei Ling melolong panjang.. melepas derita nikmatnya.

Crotts.. crooots.. crooots..! “Oohhhhh..!" Kurasa lolonganku tak kalah panjangnya.
Kami berdua sampai di puncak Himalaya secara bersamaan.

Tubuh kami masih menggigil menyatu menikmati birahi yang baru kami reguk sepuasnya untuk beberapa saat.
Ciuman lembut Lina kemudian menyadarkanku kembali ke alam nyata.

Aku lihat tubuh Mei Ling yang masih menindihku sudah mulai lemas lagi.
Perlahan aku lihat Mei Ling mulai membuka kedua matanya yang selama episode nikmat tadi selalu terpejam rapat.

"Mas Ben.. makasih.. aku puas sekali Mas..”
Mei Ling berbisik sambil mendaratkan kecupan lembut di pipiku.
"Oh Ling.. aku juga nikmat sekali..” aku balas kecupannya.

Malam itu kami bertiga terus menikmati manisnya madu birahi..
sampai akhirnya kami tertidur kelelahan.. entah jam berapa.

Aku terbangun karena bunyi gemercik air dari kamar mandi.
Kulihat Lina dan Mei Ling sudah tak ada di sisiku. Mereka rupanya sedang mandi berdua.

Kuambil arlojiku di meja kecil samping tempat tidur.. jam 9 kurang sedikit.
Aku jadi ingat kalau jam 11 nanti aku sudah harus ada di kantor rekan bisnisku.

Segera aku bangkit.. dan bersamaan aku lihat Mei Ling dan Lina berjalan beriringan..
keluar dari kamar mandi hanya memakai pakaian dalam. Wajah mereka sudah segar dan ceria.

"Pagi Mas Ben.. wah tidurnya nyenyak banget kayak bayi..” sapa Mei Ling sambil tersenyum manis.
"Iya Mas.. kayak bayi yang habis kerja lembur.. ha ha ha..” Lina tertawa renyah.

Aku belum sempat berkomentar apa-apa ketika mereka masing-masing mendaratkan kecupan mesra di kedua pipiku.
"Mas Ben mandi dulu ya.. katanya ada janji jam 11.. aku sudah pesan sarapan.. bubur ayam suka kan Mas..?” Celetuk Mei Ling.

Aku mandi agak lama sambil berendam air hangat melepaskan kepenatan badanku.
Selesai mandi aku lihat mereka berdua sudah berpakaian lengkap sedang berdandan di depan cermin di meja rias yang besar itu.

Aku segera berpakaian dan kami menyantap sarapan yang sudah siap di meja ruang tamu.
Selesai makan Lina berpamitan.. "Lina jalan dulu ya Mas Ben.. udah ditungguin tante..”

"Lho kamu jadi pergi..? Ntar malem udah balik ke sini kan..?”
"Ya jadi dong Mas.. udah janji ama tante. Ntar malem ya nggak bisa balik.. kan Lina keluar kota.. 3 hari baru balik..”

"Wah gimana dong..?”
"Gimana apanya Mas..? Kan ada Mei Ling yang nemenin Mas ntar malem..” Lina berkata sambil melirik Mei Ling.

"Iya Mas.. aku bebas kok ntar malem.. aku temenin deh.. mau kan..?” Mei Ling menimpali.
"Eh iya deh.. selamat jalan ya Lin.. ati-ati. Makasih atas segalanya.
Besok aku juga harus balik ke Jkt.. jadi nggak bisa ketemu deh..”

Aku segera memeluk dan menghadiahi Lina dengan ciuman yang mesra.
Lina menyambutnya dengan tak kalah mesranya.

"Ok Mas.. Lina juga makasih.. jangan lupa call Lina kalau Mas ke sini lagi..
Ling.. aku duluan ya.. jaga Mas Ben baik-baik lho..” kata Lina sambil tersenyum menggoda.

"Nggak usah kuatir Lin.. aku pasti jagain Mas Ben.. salam buat tante Yenni ya..”
Ujar Mei Ling membalas senyum menggoda Lina dengan mengedipkan mata.

Mei Ling mengecup pipi Lina sambil mengantarnya ke pintu. Tinggal kami berdua di ruang tamu.
Kami berbincang sejenak sambil berpelukan. Aku lihat arloji.. tak terasa sudah jam 10 lewat.

Kami sempat berciuman beberapa saat dan keluar kamar berdua.
Mei Ling mengantarku ke kantor rekan bisnisku.

Kami atur untuk saling kontak via HP nanti sore..
Karena aku tidak tau sampai jam berapa aku selesai dengan urusanku.

Di sepanjang perjalanan aku sudah membayangkan betapa indahnya semalam bersama Mei Ling. Ahh.. (. ) ( .)
-------------------------------------oOo-----------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd