Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Antara Aku, Kamu, dan Para Pengejarmu

Bab 12
Mereka membuat aku bersolo
(dari Sisi Rudi)


ā€œSial lu, yanā€¦.masuk kagak ngetok pintu dulu..ā€, kataku agak kesal.

Tangan elsa segera mendorong tubuhku yang sedari tadi menempel di tubuhnya. Kedua tangannya segera menutup dadanya, hendak menyembunyikan payudaranya. Kegugupan nampak diraut wajah istri anak buahku itu, dan matanya yang tadi sayu kini melotot seolah protes padaku.

ā€œsorry bro, elu lama sih ngasih kode ke gue, untuk masuk. Gue dah kagak sabar nungguā€¦ā€, jawab Rian sambil cengar cengir. Segera dia duduk di tengah antara aku dan Elsa. Elsa yang sedari tadi duduk di pinggir sofa semakin melipatkan tangannya. Roman ketakutan namoak di wajahnya, namun anehnya semakin manis. Dan segera aku pindah dari sofa, duduk di sofa single yang ada di depan mereka.

ā€œhmmā€¦kalian rupanya sudah merencanakan ini ya, sudah aku duga sih sebenarnya. Rud, yanā€¦jangan gini akhā€¦aku takutā€¦ā€, ujar Elsa sambil menaikan kakinya dan merangkul kedua dengkulnya di ujung sofa. Dan gilanya Rian, tangannya malah mendarat di betis Elsa yang masih tertutup celana kulot. Sontak Elsa menepisnya. ā€œJangan akh..ā€.

Aku tertawa kecil melihat tingkah laku Elsa. Mantan pacarku ini masih saja menyembunyikan birahinya yang sudah membara akibat pemanasan tadi. Malahan Rian semakin nakal. Setiap Elsa menepisnya, tangan Rian menghindar, dan kembali mendaratkannya lagi di betis Elsa. Akhirnya mereka malah saling bercanda, Rian memegang, Elsa menepis, tanpa kata-kata, mereka mulai cekikikan.

Suasana pun kembali menjadi santai, ketegangan sirna. Dan Elsa sudah mulai menyesuaikan diri. Aku jadi berfikir, apa yang sedang ada dibenak Elsa. Apakah dia hanya ingin menyelesaikan kesepakatan ini, atau dia ingin merasakan sensasi lain dengan mewujudkan fantasiku. Apalagi Elsa sekarang sudah tak menghindar, ketika Rian mulai merapatkan tubuhnya ke tubuh Elsa. Segera Rian dekatkan wajahnya ke wajah Elsa, dan terjadilah percumbuan mereka, percumbuan lembut dan mesra.

Akhirnya, Elsa sudah terjebak hasrat yang dipancing Rian. Sahabatku ini emang jago dalam hal bercinta. Terbukti, hanya kurang dari 5 menit, Rian sudah membuat Elsa sedikit menggeliat dan terdengar lirih mendesah. Cumbuan bibir mereka semakin liar, tangan-tangn mereka sudah saling meraba-raba tubuh lawan. Mata Elsa sudah terpejam, menikmati apa yang diberikan oleh Rian.

Jantungku berdegup kencang menyaksikan ini semua. Aku posisikan diriku sabagai suami Elsa. Perasaan cemburu dan nafsu menyatu, menciptakan sebuah sensasi nikmat. Dan tanganku tentu saja menggenggam milikku yang masih terbungkus celana panjang.

Walau apartment ini berAC, namun aku kegerahan, maka segera aku buka bajuku. Ototku yang menegang yang membuat aku seperti kepanasan. Apalagi mereka mulai beradegan panas. Tangan rian segera membuka resleting celananya, dan secara reflek, tangan Elsa masuk ke dalamnya, menggenggam milik Rian dibalik celana dalam. Sementara Rian belum juga menyudahi melumat bibir Elsa. Elsa membalas apa yang dilakukan Rian, gerakan tangannya seperti mengocok batang milik Sohibku itu.

Sedangkan aku juga mengikuti perlakuan Rian. Aku buka resleting celanaku, dan aku segera melorotkannya sampai dengkul. Lalu telapak tanganku menggenggam benda yang menonjol di celana boxerku. ku elus-elus milikku hingga menegang maksimal. Aku melirik ke benda kebanggaanku ini, ada rasa bangga karena semakin kulihat gemuk. Kebanggaan milik istriku yang akan merasakan kehangatan milik Elsa nanti, untuk yang kedua kalinya. Sejenak terbayang nikmatnya lubang selangkangan Elsa sebulan yang lalu, di rumahnya, dan didepan suaminya.

Kemudian kuarahkan mataku kembali ke dua insan yang terengah-engah di depanku. Danā€¦aku sedikit terkejut dengan apa yang aku lihat. Nampak Elsa sudah tak berbaju, kapan melepasnya, aku tak tahu. Nampak pula Rian melahap bergantian dua tonjolan dipuncak payudara Elsa. Coklat kehitaman, sangat kontras dengan warna buah payudara Elsa. Dan sungguh itu indah dipandang mata.

ā€œEiissstā€¦.akhā€¦.ā€, tubuh Elsa meliuk-liuk. Pemanasan mereka menimbulkan suara-suara khas dari sepasang manusia yang sedang berhasrat, dan aku tak tahu, apakah itu hasrat cinta atau birahi semata.

ā€œAaaakhā€¦Yan, hmmmmā€, nampak kepala Elsa menengadah.

Tangan kanan Rian yang memeluk tubuh Elsa seolah menahan Tubuh wanita itu agar tak terlalu liar menggeliatnya. Sementara Tangan kirinya sudah masuk kedalam celana milik Elsa. Ada gerakan-gerakan khas tangan sohibku di selangkangan Elsa. Aku sangat paham yang terjadi. Sudah pasti jari Rian sedang menelusuri belahan selangkangan itu.

ā€œYan terusā€¦.iya disituuu, aku mauā€¦..aaaakhā€¦ā€. dan tubuh Elsa mengejang setelah beberapa menit Rian semakin liar dengan aksinya. Meungki Elsa tak sadar kalau nikmat yang baru dirasakanya membuat dia tinggikan pinggulnya, sedetikā€¦dua detik, bahkan hingga 10 detik, tubuh Elsa seperti itu. ā€œAkkkh..aku, keluaaaar Yaanā€. Bibir Rian masih berada di payudara Elsa yang sebelah kiri.

Ambruk tubuh Elsa ketika nikmat yang dia rasakan perlahan menurun. Matanya terpejam, pipinya merona merah. Hijabnya sudah terlepas entah kapan, dan nampaklah rambut yang diikatnya. Leher putih itu semakin mempesona, dan aku pun memuncratkan cairan hasratku.

ā€œelu sekarang yang sialan, broā€¦.ngecrot didepan gueā€¦.ā€, kata Rian ketika melihat aku. Tangannya terlepas dari pelukan di tubuh Elsa. Membiarkan wanita itu menikmati sisa pengeluaran hasratnya, namun masih di posisi yang sama yaitu disebelah tubuh Elsa. Aku tertawa kecil sambil segera beranjak dari sofa, menuju kamar kecil. Kulihat Rian meraih minuman dan meneguknya. Sementara Elsa masih terbaring lemas. Gila, senikmat apa yang dia rasakan hingga seperti itu. Apakah kenikmatan yang dia raih merupakan akumulasi dari pemanasan kami tadi, yang sempat tertahan karena sohibku datang? Akhā€¦aku tak tau? Dan di kamar mandi aku segara mencuci milikku yang belepotan akibat tadi.

*******

(dari sisi Rian)

Aku duduk dilantai berkarpet. Didepanku Elsa masih terbaring setengah telanjang. Kedua tangannya dikeataskan. Dadanya turun naik seirama dengan nafasnya. Kedua mata Elsa menutup dan bibir agak terbuka. Rupanya sisa-sisa kenikmatan yang baru diraihnya masih dirasakannya. Kudekati bibirku di bagian atas ketiaknya, dan mencium lembut di area itu.

ā€œElsaā€¦kamu gak apa-apa, maaf jika barusan agak kasarā€™ā€™, kataku, sambil kuhirup wangi tubuhnya.

ā€œhmmmā€¦ā€, elsa membuka matanya, sayu terlihat. Lentik bulu matanya memperindah wajahnya. Pipi yang merah merona menghias wajah nikmat itu. Dan aku sengaja memberikan kesempatan wanita itu untuk normal kembali, walau gejolak hasratku masih membara, ingin dituntaskan. Aku menunggu, aku sabar.

Kini matanya mulai menatap sekeliling, seolah mencari keberadaan Rudi. Aku yang menangkap isyarat dari matanya, mulai membelai pipinya, hangat dan lembut.

ā€œRudi di kamar mandi, kamu gak liat tadi, dia bersolo nyaksiin kamuā€, kataku.

ā€œaku malu, yanā€¦ā€, ujarnya sambil beringsut dan menutup kedua buah dadanya. Rupanya Elsa sudah kondisi normal. ā€œ harusnya tidak seperti ini, apakah aku sudah seperti pelacur, tadi?ā€. Bergetar kata-kata yang keluar dari mulut Elsa, menahan emosi.

ā€œBuang pikiran itu, El. Sungguh aku tak menganggap kamu pelacur. Kamu tetap Elsa yang aku kenal, kamu tetap seorang Wanita yang dicintai Rudi. Aku hanya ingin melakukan keinginannya, Rudi sahabatku, dia tau kebutuhanku, disamping dia ingin mewujudkan fantasinya.ā€

Segera ku daratkan bibirku ke bibir Elsa, dan bibir itu terasa menerima. Namun tidak lama, hanya sekian detik. Dia menghindar pagutan bibirku.

ā€œTetap saja aku malu, yan. Aneh rasanya untuk melakukan itu. Mungkin Rudi pernah cerita bahwa aku pernah bercinta dengannya dihadapan suamiku sendiri. Walau ada sensasi lain, dan aku menikmati, tetap saja aku jengahā€¦ā€, lirihnya.

Kami diam tidak berkata-kata. Yang kudengar hanya suara nafasnya yang lembut. Wajahku masih didepan wajahnya. Mataku masih menatap matanya yang sayu. Kusunggingkan senyumku. Semakin merah merona, pipinya. Entah kenapa pikiranku berpendapat, bahwa Elsa menunggu aksiku selanjutnya. Keyakinanku itu berdasarkan penampakan tubuhnya yang pasrah dengan menaikan kembali tangannya ke atas, seolah memberikan kesempatan aku menikmati keindahan sepasang payudara yang indah. Kedua daging menonjol Elsa memanglah tidak terlalu besar. Serasi dengan tubuhnya yang juga tidak besar. Kemontokan seluruh tubuh wanita bersuami itu membuat aku begitu gemas. Sehingga dengan lembut, kudaratkan ciuman bibirku di puncak buah dadanya.

ā€œmmmmhheā€¦ā€, puting susu yang berwarna semu hitam ku kulum. Aku mulai dengan yang sebelah kiri. Telapak tangan kudaratkan di dada sebelahnya. Sungguh lembut kulit payudara Elsa. Dan seketika tubuh itu meronta.

ā€œoh, hmmmā€. Begitulah yang keluar dari mulutnya. Memberi isyarat bahwa wanita itu kembali merasakan nikmat. Hingga beberapa saat tangan kanannya yang sedari tadi di atas kepalanya, turun dan menyentuh belakang kepalaku. Sedikit menjambak rambutku, dibarengi oleh tekanan tangan Elsa, seolah menyuruhku untuk lebih dalam melumat puncak payudaranya.

ā€œCEKLEKā€¦ā€, pintu kamar mandi terbuka. Dengan masih terus memainkan kedua payudara Elsa, aku melirik sahabatku itu. Nampak Rudi hanya mengenakan handuk yang menutupi miliknya. Nampak pula miliknya sudah menonjol.

ā€œOwā€¦rupanya kalian sudah mulai.ā€

Dan Rudi menghampiri posisi kami. Lalu duduk tepat di sebelah kaki Elsa yang sedari tadi tak mau diam. Segera tangan Rudi melucuti celan kulot Elsa yang masih membungkus tubuh bagian bawahnya. Dan Elsa pun membantu melancarkan celana itu lolos dari tubuhnya, dengan mengangkat sejenak pinggulnya.

ā€œManisā€¦.CD mu sudah basah, kenapa kamu masih betahā€. Dan akhirnya tangan Rudi pun melepas celana dalam warna biru muda berenda itu. Aku melihat dia menghirup-hirup celana dalam Elsa dengan kuatā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..ā€bikin nafsu aroma milikmu, El..ā€.

Dan tanganku meraba miliknya yang sedikit berbulu itu. Namun segera ditepis oleh Rudi.

ā€œYang ini gue nikmatin dulu, elu nikmatin yang itu aja..ā€, dan Rudi mulai mendaratkan wajahnya di selangkangan Elsa.

ā€œsialanā€¦heheheh, klo gitu gue mo bibir yang satu lagi. Mo buktiin apa yang elu bilang..ā€. kataku.

Aku bediri. Melepas celanaku semua tak tersisa. Juniorku sudah sejak tadi ingin bernafas lega. Keras mengacung seolah menagih kenikmatan lubang nikmat wanita. Namun karena Rudi sedang memainkan lubang itu, maka kuarahkan milikku ke bibir Elsa yang sedari tadi terbuka dan mengeluarkan desahan-desahan membahana.

*****

(Dari sisi Elsa)

Ditengah aku yang nikmat akibat jilatan lidah Rudi di milikku, aku dikejutkan oleh benda kenyal menempel di bibirku. Aku buka mataku. Didepanku milik Rian yang berurat dengan ujungnya yang kemerahan. Rian meminta aku untuk mengoralnya, dan aku langsung menggenggam benda keras itu, ya ampun, kelembutan dan kekokohannya membuat aku terkesima. Segera kuciumi sisi batang itu, sebelum aku masukkan ke mulutku. Sensasi luar biasa ini sungguh membuat aku lupa statusku lagi. Ya, aku seorang istri, yang seharusnya menjaga harga diri, kini sedang terbuai di kancah kenikmatan dunia. Aku seorang istri ā€“ yang dulunya ā€“ setia kepada suami, kini bak seorang pelacur kelas tinggi. Pelacur kelas tinggi?

ā€œmmmmfff..ā€, dan masuklah milik Rian ke mulutku. Untungnya mulutku masih mampu menampung gemuknya benda itu, dan mulailah aku permainkan.

Lidahku bermain memutar ujung batang Rian. Kurasakan urat-uratnya menonjol, membuat aku gemas untuk menyedotinya. Ada bola-bola menggelantung dipangkal benda yang aku emut. Dan itu membuat aku gemas juga. Lalu ku mainkan bola-bola itu dengan tanganku. Menggenggam nya dengan lembut. Milik Rian tak berbulu, sama dengan miliku. Seingatku milik Rudi juga. Ini membuat aku lambat laun miar menjilatinya, mengulumnya, dan menyedotinya.

Aku yang terlentang di sofa. Selangkangan Rian yang berada di wajahku. Dan wajah Rudi yang berada di selangkanganku. Kami semua menikmati sensasi masing-masing. Terlebih aku yang multi rasa. Betapa tidak, puting dadaku dipilin-pilin jari rian, kemaluanku dijilati lidah Rudi, dan bonkahan pantatku diremas tangan Rudi. Sungguh aku tak bisa menguasai tubuhku untuk tidak menggelinjang.

Beberapa menit berlalu, permainan ini akan berakhir. Milikku terasa semakin berkejut-kejut, kenikmatan berkumpul di sana. Aku semakin liar menservis milik Rian, dan Rudi tak kalah liar menciumi kelaminku.

Aku menegang, danā€¦..Orgasme ku tiba.

ā€œUwwaaaā€¦.enaaakā€¦Rud..enaakā€¦ā€. teriakku tertahan. Maka terlepaslah Milik Rian dari bibirku bersamaan dengan terlepasnya hasratku di bawah sana. Aku seperti mengeluarkan air kencing, dan air itu mengenai wajah mantanku.

ā€œWoowwā€¦kamu Squirtā€¦ā€. Rudi menghindar air yang memuncrat dari lubang milikku, namun jarinya segera memainkan benda kecil yang bertengger di atas belahanku. Sontak semakin banyak cairan itu keluar dan memuncrat, aku sangat nikmat, sensasi ini baru kali ini aku dapat, yang tak pernah aku duga, aku mampu untuk itu.

ā€œEyaaaā€¦.ā€. aku berteriak, kali ini agak keras. Pinggul kunaikkan ke atas. Rasa itu belum juga berakhir, cairan itu belum juga habis. Tubuhku menghentak-hentak. Kenyamanan yang kurasakan ketika jantungku berdebar. Akal sehatku hilang, ditelan getaran-getaran listrik menyengat. Hingga akhirnya, mereda..dan aku ambruk dengan sejuta nikmatā€¦..


...bahasa sudah mulai sedikit vulgar...
semoga berkenan :ampun:
 
Awal2 ceritanya bagus hu.. Tapi makin kesini makin gak ada emosi nya lagi.. Dikarenakan ada karakter baru, seakan akan si elsa murahan bgt...
Seharusnya lebih fokus tentang (romansa) cara Rudi mendapatkan hati elsa dgn seizin suaminya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd