Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Antara Aku, Kamu, dan Para Pengejarmu

Salut,... konsep cerita enak,.. mo diulang2 jg bisa,..

skali lagi,.... salut gw

:Peace::Peace::Peace:
 
Bab 11
Aku Mau, Rud...
(dari Sisi Elsa)


“gak sekalian semuanya aja, Rud…?”, tanyaku, ketika tubuhku sudah setengah telanjang. Celanaku kulot lebarku masih terpasang, menyembunyikan kain segitiga penutup kemaluanku. Jujur aku sudah terpancing, dengan permainan liar dibagian atas tubuhku. Dari awal ciuman bibir kami sampai permainan mulut Rudi pada payudaraku. Sebenarnya aku tak menyangka seperti ini. Aku tak manyangka bahwa diriku terbawa arus kesepakatan nikmat ini. Milik Rudi seolah menjadi candu semenjak melakukan persetubuhan yang pertama sebulan yang lalu.

Ya, hari ini aku berada di apartemen milik Rudi Sahputra, untuk melakukannya lagi. Kesepakatan gila antara suamiku dan Rudi, yang awalnya ku anggap janggal, sekarang malah kuanggap mengesankan. Malah menjadi mendambakan. Bagaimana tidak, lelaki yang sekarang menjadi boss suamiku itu sangat mampu memberikan sesuatu yang lebih dalam bercinta. Lebih dibanding suamiku, Lukito Anwar.

“Rud, aakh..ssh…aakh….”.

Lelaki itu rupanya tak menghiraukan apa yang aku utarakan. Aku yang sudah setengah telanjang, tak bisa mengendalikan diri saat dipeluk oleh tubuh atletisnya. Percikan-percikan nikmat menjalar keseluruh tubuh. Apalagi ketika pagutan bibir kami terlepas dan Rudi mulai menggelosor ke bawah, melahap dua payudaraku dengan mulutnya, secara bergantian. Sensasi lain itu kembali aku rasakan, yang selama kurang lebih satu bulan aku rindukan. Sensasi yang mampu membuat bulu-bulu halus ditubuhku berdiri, yang mengakibatkan rasa geli nikmat berkumpul di area kewanitaanku.

Lahapan Rudi pada payudaraku tidak seperti awal tadi. Kini sangatlah lembut. Seolah berirama syahdu, dan nikmatku mengalir perlahan. Begitu pintarnya mantanku untuk memancing hasratku, sampai-sampai kedua tanganku menuju kancing celana kulotku, untuk membukanya. Awalnya dengan tujuan mempermuda tangan Rudi bermain disana. Namun tak disangka, tangan Rudi justru menahannya.

Wajah Boss suamiku itu menengadah, menatapku. Tersenyum dengan pesonanya, “ nanti El…tunggu dia balik”, dan kembali Rudi melakukan kegiatan melumati buah dadaku dan menjilati perutku.

Hey….dia??? siapa dia? Siapa yang dimaksud “dia” nya Rudi. Ditengah naik-naiknya birahiku, aku bertanya-tanya dalam hati. Apakah Rian? Temannya Rudi, yang aku kenal juga? “Rian, maksudmu, Rud?”, to the point aku bertanya ditengah birahiku.

“hmmm…”, hanya itu yang kudengar dari mulutnya.

Kekhawatiranku muncul tiba-tiba. Secara reflek moodku turun. Tanganku yang tadi di pangkal celana kulotku pindah kebahunya dan mendorong tubuh Rudi. Mungkin karena agak sedikit bertenaga, tubuh Rudi terlepas dari tubuhku dan tentunya kegiatan menikmati tubuh bagian depanku terhenti.

“gimana maksudnya, Rud?, apakah Iyan kamu ajak beginian?”, tanyaku dengan sisa nafas yang tersengal-sengal.

“gimana menurutmu, setuju?”, ujanya. Aku beringsut dari merebah ke posisi duduk di sofa itu. Aku mencari sesuatu yang bisa menutup dadaku yang terbuka. Dan kutemukan bajuku di lantai, ku ambil dan segera ku kenakan tanpa Bra. Karena kupikir akan memakan waktu lama kalua aku pasang Braku.

“gila apa kamu, Rud?”, kataku sedikit membentak. Sambal ku raih Bra ku yang juga ada dilantai. Dan melipatnya.

Mood Rudi aku yakin menurun juga. Lalu dia duduk disampingku. Diambilnya kaleng minuman, dan segera meminum air didalamya. Nampak raut wajahnya sedikit kecewa, dan Nampak pula kegeramannya. Namun dia pintar untuk menyembunyikan perasaan-perasaan itu. Setelah menaruh kaleng minuman itu di meja, wajahnya kembali kearahku, tersungging senyuman yang mempesona itu, yang mampu membuat aku mulai sedikit tenang.

“ini merupakan keinginanku, Elsa. Maaf jika kamu kaget. Dan tentunya ini hanya bumbu permainan kita. Memang tidak ada dikesepakatan itu. Tapi kemarin-kemarin aku berfikir, aku ingin juga seperti suamimu. Menyaksikan wanita yang aku cinta disetubuhi bukan olehku. Tadinya aku sempet juga berfikir, aku ingin menyaksikan kalian bersetubuh, ya…kamu dan suamimu. Tapi sepertinya kurang mengasyikan. Dan baru dua hari yang lalu aku dapat ide, kenapa tidak Iyan yang menyetubuhimu…”, kepulan asap rokok menthol yang baru disulutnya mengiringi penjelasan Rudi.

“kamu Egois Rud, bukan begini caranya. Kenapa tidak kamu bicarakan dulu dengan aku atau dengan Mas Luki?” kataku dengan tatapan sinis. “dan lagi, tak terbayang olehku untuk bercinta dengan Iyan”.

“loh apa salahnya? Toh sama saja. Tubuhmu dinikmati oleh lelaki yang bukan suamimu? Seperti aku khan?”, sanggah rudi sambal mengepulkan asapnya.

Hmmmm memang ada benarnya apa yang dikatakan Rudi. Aku kini terbawa arus kesepakatan anatara suamiku dan bossnya. Dan aku sudah bersedia, bahkan aku sangat menikmati. Apalagi aku tahu, Rudi masih mencintaiku, walau dia sudah beristri dan beranak dua. Pengakuan dia yang masih mencintai itulah yang membuat aku bersedia untuk bercinta dengannya.

“tapi kamu udah berbohong padaku, Rud. Ketika kita melakukannya dahulu, kamu bilang masih cinta sama aku, masih sayang sama aku, selama ini kamu gak bisa ngelupain aku, walau kamu sudah beristri dan aku hargai itu. Selain untuk kepentingan pekerjaan suamiku, jujur akupun ingin merasakan sentuhanmu yang lebih dari sentuhan waktu kita masih pacaran.”

“tentu aneh bagiku, kini keinginanmu ingin menyaksikan langsung aku disetubuhi oleh lelaki lain, oleh Iyan pula, yang aku tak mengenalnya begitu dekat. Selama aku kenal aku tak pernah tertarik padanya. Hanya rasa senang saja ketika aku dan Iyan mengobrol. Please Rud…jangan permainkan aku. Jangan anggap aku pelacur…”. Ungkapku, dengan sedikit terbata-bata menahan tangis.

Mata rudi tidak menatapku. Namun senyumnya tak kutemukan lagi, malahan wajah itu terkesan datar. Barulah ketika dia palingkan wajahnya kearahku, pesona senyumnya diperlihatkan.

Telapak tangannya meraih telapak tanganku. Terasa olehku jempolnya mengusap-usap punggung tanganku.

“Maafkan aku, Elsa. Aku tak bermaksud itu. Seperti yang aku katakan tadi, ini hanya bumbu permainan. Mengenai persetubuhan ini, jujur saja, aku lakukan dengan rasa cintaku, bukan hanya sekedar nafsu. Nafsu yang dilampiaskan ke seorang pelacur. Maaf kalo ini membuatmu gak nyaman…”. Ungkap Rudi, tanganya beralih mengusap-usap pipku.

Aku tertunduk. Fikirku, kalua saja aku tak mau mewujudkan keinginan Mas Luki, tentu tak aku lakukan ini semua. Namun ketika aku mendengar ungkapannya barusan, sedikit ada rasa bersalah pada diriku. Kenapa aku meninggalkannya. Apalagi dia begitu meyakinkan aku, tentang cintanya.

Elusan-elusan dipipiku sedikit demi sedikit membuatku nyaman dan tenang. Bahkan mulai mematik hasratku. Apalagi ketika jarinya menyentuh bibrku, sejenak aku tak bergeming, namun keinginan untuk mengecup tangan itu menguasaiku, hingga kecupanku ke jarinya kuberikan.

Seolah diberi sinyal, Rudi menghadapkan tubuhnya ke arahku, lalu mendekatkan wajahnya dan bibir kamipun bertemu. Dan kami kembali berpagutan. Pagutan dari bibir Rudi begitu lembut, seolah membuktikan perkataanya. Pagutan penuh cinta yang selama ini dia pendam. Dan akupun membalasnya dengan lembut pula. Aku pancing ingatanku ketika dahulu. Maka munculah rasa itu, aku pun membalas ciumannya dengan cinta. Dan aku berusaha melupakan Mas Luki.

Aku bawa suasana ini ke fase yang lain, kini aku mulai berani membuka diri. Permainan ini akan kulakukan dengan perasaan cinta, bukan hanya tempat pelampiasan hasrat Rudi. Kuputar lembaran lama ketika dahulu aku mencintai dia. Aku menjadi Elsa yang masih SMA.

Nampaknya Rudi pun demikian. Semakin ciumannya begitu penuh cinta. Penuh rasa sayang, seolah aku diperlakukan seperti istrinya sendiri. Akibatnya secara reflek aku menarik bajuku ke atas, karena terhalang oleh pagutan bibir kamu, Rudi mengerti dan menghentikan sejenak aksinya. Dengan lembut ia bantuk gerakananku membuka bajuku. “lantas bagaimana dengan Iyan Rud, aakh….”, kataku sambil mendesah akibat mendaratnya mulut Rudi di puncak payudara sebelah kanan. Telapak tangan kirinya sudah mendarat pula di payudara kiri ku.

Secara reflek pula tubuhku merebah akibat dengan lembutnya Rudi mendorong tubuhku. “Kamu jangan khawatir, aku tak memaksamu, dia juga pasti gak akan buru-buru ke sini,” ungkapnya dan kembali Rudi melanjutkan aksinya.

“Rud…akh…akuuu…akh..”, entah kenapa, ditengah hasratku yang perlahan naik. Timbul dibenakku ide. Bagaimana jika aku coba saja untuk disetubuhi Rian. Dengan membuat kesepkatan lagi. Bukankah di kesepakatan itu aku harus melayani Rudi tiga kali, dan untuk yang sekarang baru dua kali, jadi tinggal satu kali lagi. Sementara jujur, aku ingin segera masalah ini terselesaikan, walau hati kecilku sebenarnya berkata tidak. Artinya kesepakatan ini sangat aku nikmati, dari persetubuhan yang pertama di rumahku, dan kini di apartemennya. Namun dengan alasan untuk menjaga perasaan Mas Luki, aku harus segera menghentikan ini semua.

“Rud..aku boleh bicara dulu,” kataku sambil mendoro kepala rudi, untuk berhenti bermain didadaku. Rudi mengadah, menata wajahku dengan wajah kecewa. “hmmm…aku mau?”, kataku, berharap Rudi mengerti.

“Sabar, sayang…kita panasin dulu milik kita,” lalu kembali Rudi beraksi, namun segera aku cegah.

“Maksudku, bukan ini. Tapi keinginanmu itu”, dan Rudi pun seolah terperanjat kaget, dengan wajah sumringah.

“tentang yang itu. Kamu ingin mewujudkan fantasiku?”.

Aku mengangguk. Hei..apa yang terjadi dengan diriku? Sekilas akal sehatku muncul? Apakah ini keinginanku? Ingin merasakan disetubuhi oleh lelaki yang lain lagi, atau aku ingin seperti yang tadi aku pikirkan? Aku ingin masalah ini seleai.

“Tapi rud, untuk Iyan, anggaplah itu kesempatanmu yang ke tiga”.

“Maksudmu?”, Rudi tersenyum “Oooh….aku mengerti….hmmm…pintar sekali kamu”, dan wajahnya mendekat lagi, bibirnya mengecup bibirku. “Baiklah, Elsaku. Aku setuju…”. Tiba-tiba….

CEKLEK…pintu apartemen terbuka….”aku juga setuju, el….”, kata Rian sambil buru-buru masuk dan menutup pintu apartment itu.

...baiklah para suhu, siap-siap di bab berikutnya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd