Afifa Yang Sangat Berbeda
Bonus tanpa bumbu sex.
Mulustrasi Afifah Tanpa Cadar.
Mulustrasi Afifah
Usia anakku afifah sekarang sudah 20 tahun, sekarang dia kuliah di salah satu perguruan tinggi islam di jakarta.
Penampilan afifa mirip sekali dengan ibunya, memakai hijab panjang dan cadar. Hanya saja ada perbedaan yang membedakan mereka berdua. Fifa sangat strict dalam beragama. Sifatnya yang jutek, membuat semua lelaki yang mendekati enggan.
Tetapi berbeda dengan kedekatan fifa denganku. Afifa sangat menyayangiku. Dia tidak hanya kuliah, afifa punya usaha kecil-kecilan. Jadi sekarang afifa sudah tidak merepotkanku. Sungguh sangat berbeda kan?
Meski begitu aku tau, banyak lelaki mengejar-ngejarnya. Sikapnya yang jutek justru menantang setiap lelaki untuk mendapatkannya. Mereka tidak tau, afifa anti pacaran. Dan dia juga belum minat menikah.
Aku tau semua itu karena akulah yang menjadi teman curhat anakku. Sikap yang berbeda lagi dengan vania, afifah menomor satukan pendidikan. Sekarang afifa mengambil jurusan filsafat islam. Katanya dia ingin menjadi dosen filsafat. Dan akan melanjutkan pendidikan S2 dengan biaya hasil kerjanya sendiri.
Saat itu aku sedang duduk menonton berita di tv, berita yang aku tonton adalah konflik israel-palestina.
Pemerintah israel dan dunia mengutuk peran hacker yang katanya berasal dari indonesia. Selang beberapa menit ditampilkan foto DPO interpol itu.
Aku terkaget, itu foto afifa. Yang pertama foto afifah memakai cadar dan afifa tanpa cadar. Afifah masuk dalam buronan CIA juga, karena menyulut perang yang lebih besar lagi di timur tengah.
Rudal balistik milik iran dikendalikan afifah untuk menghantam kapal logistik amerika yang akan menuju israel.
Hampir pingsan aku melihat berita itu, aku cari-cari afifa anakku dengan perasaan campur aduk. Anakku sudah dicap teroris oleh dunia.
Dalam hatiku, kabur nak, kabur yang jauh. Abi akan mengikutimu dan melindungimu apa pun yang terjadi. Dan tidak peduli siapa kamu.
Kulihat afifah masih tertidur pulas di kamarnya. Wajahnya yang cantik membuatku tersenyum.
Kudekati anakku, lalu aku duduk di sampingnya. Afifa yang tau kedatanganku terbangun.
Hoam, afifa melihatku dengan tatapan bertanya-tanya.
Mataku berkaca-kaca, kurapikan rambut yang menutupi kening dan wajahnya.
Abi gapapa kan? Tanyanya.
Abi gapapa. Aku berbohong.
Brak, seperti suara tendangan. Aku coba keluar untuk melihat, rumah kami sudah dikepung.
Aku membangunkan fifa, ayo kabur nak, bangun. Buru-buru fifa memakai hijab panjangnya dan cadar. Di saat kondisi yang mencekam seperti ini dia masih memikirkan bagaimana auratnya tetap tertutup. Batinku.
Dengan cekatan afifa mengambil tasnya, aku dan afifa berlari mencari jalan untuk kabur dari sergapan.
Anakku tidak membawa senjata, apalagi memiliki senjata. Hanya laptop bututnya yang selalu dia bawa.
Kita memanjat pagar. Sini abi pegangin. Aku memegang tangan afifah. Lalu Afifah memanjat ke tembok.
Terima kasih abi. Kita memanjat dan meloncat dari pagar tembok yang tinggi. Berlari menyusuri gang gang kecil melewati perkampungan kumuh.
Ternyata afifah memiliki teman yang terkoneksi dengan AL Qassam di perkampungan kumuh itu. Sepasang suami istri, abdul latif dan nurul fatimah.
Akhirnya untuk sementara waktu kita sembunyi di rumah mereka. Dan dipersiapkan berangkat ke timur tengah.
TAMAT