Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karena Hasrat Harus Dibayar Tuntas

Status
Please reply by conversation.
Sambungan....

Part 10 : Hanya Seorang Bocah

“Katakan Ratri, bagaimana kau bisa sampai disini?” Suara lembut Kirana, atau Ratri memanggilnya Budhe Kirana mengawali perbincangan hari itu.

Ratri terdiam, bukan karena ia tidak bisa menjawab, tetapi ia bingung harus darimana ia baiknya bercerita. Ada terlalu banyak kisah yang ingin ia ceritakan. Ada terlalu banyak pilu yang ingin ia bagi. Diperkosa rame-rame, kehilangan suami dan harta bendanya, bahkan untuk sampai ke sini ia harus lagi-lagi dientot lagi oleh Pras, yang sebenarnya masih seorang Suromenggolo.

Tetapi akhirnya Ratri menumpahkan semuanya pada Kirana. Walau dengan alur yang acak dan penuh nada emosional, ia berhasil menuntaskan kisah pilunya. Sedang Kirana dengan cermat mendengar semua curahan hati Ratri. Putri tunggal Kakek Nogo ini memang mudah bersimpati pada seseorang.

Kirana berumur kira-kira empat puluh tahun dan belum bersuami. Badanya padat berisi, dengan susu yang besar dan kenyal. Ini karena ia selalu memakai kembem, membuat susunya kenyal tapi kencang. Kulitnya kuning langsat cenderung coklat, bola matanya hitam dan rambutnya agak berombak. Ia mirip sekali dengan Marini Zumarnis, dengan versi tetek yang lebih wow.

“Baiklah, Ratri, Wira istirahatlah dahulu. Aku akan siapkan kamar untuk kalian.”

“Aku akan membantu Budhe…”

“Tidak usah Wira, kau duduklah disini. Kalian tidur sekamar khan?”

“Tentu saj….”

“Ehm…..jika boleh kami ingin tidur terpisah, Budhe…”, Ratri menyela.

Apa?

Sebuah petir menggelegar di hati Wira. Ibunya ingin tidur sendiri, tanpa dirinya? Apakah ibunya benar-benar lelah dan ingin beristirahat? Padahal nafsu Wira sudah diubun-ubun. Terbayang bagaimana Pras menggenjot ibunya dengan tiga jurus, entotan gaya klasik, gaya anjing kawin dan gaya belitan ular binal. Wira sudah ngaceng bukan kepalang. Ia sudah membayangkan memek dan anus ibunya. Minimal tetek. Tapi semua itu tinggalah harapan.

“Mungkin ibu lelah.” Bisik Wira lirih.

“Ohya, kapan Kakek akan pulang, Mbak Kirana?” tanya Ratri. Kali ini ia menyebut Kirana dengan sebutan Mbak.

“Tidak tahu, mungkin besok sore.”

Hari itu kami makan siang, membantu Budhe Kirana membersihkan rumah dan tidur. Rumah Kakek Nogo sangat tradisional. Dindingnya masih terbuat dari kayu, dan atapnya dari genting dan jerami. Di sekelilingnya tampak tumbuh bermacam-macam bunga yang indah. Juga tanaman sayur dan buah. Ada pepaya, mangga, rambutan, juga kelapa. Ada pula cabe, sawi, bayam, dan kecipir.

Malamnya mereka semua memasak makanan. Kirana berencana memasak sayur urap, bebek bakar dan kerupuk.

“Wira, ibu akan membuat urapnya, kau bersihkan bebeknya ya, nak!”

“Baik, Ibu.”

Kirana dan Ratri adalah dua wanita yang hebat, terutama Kirana. Dengan cekatan ia siapkan semuanya. Ratripun tak kalah tangkas. Nampaknya, selain ahli ngentot, ia juga koki yang hebat. Beruntung pria yang mampu menjadi suaminya. Atau tuannya.

“Ratri, dimana bebeknya?”

“Wira yang membersihkannya mbak. Kenapa anak itu lama sekali?”

“Sudah aku akan mengambilnya.”

“Tidak mbak, biar aku saja.”

Lalu Ratri berjalan ke samping, menemui Wira. Tetapi begitu ia membuka pintu, ia kaget bukan kepalang. Nampak Wira, dengan tubuh nyaris bugil sedang mempecundangi jenasah bebek yang sudah ia cabuti.

“Ah, Ratri….anusmu enak….dalam….ah….asyik…auhhh aku rogol lagi ya sayang….ahhh Mas Wira akan memuaskanmu sayang.” Nampak Wira tengah jongkok. Tangan kirinya memegang leher si bebek, sedang tangan kanannya masuk ke anus bebek malang itu. Sedang kedua matanya merem melek, dan mulutnya tak henti meracau.

“Enak kan Ratri, ahh….ah….Ratriku….semokku….”

“Wira!!!!”

Wira langsung terkejut. Mukanya pucat pasi ketika tahu yang memanggil namanya adalah Ratri, ibunya sekaligus fantasi seksnya.

Plak…Plak

Dua tamparan keras mendarat di pipi kiri dan kanan dari anak ingusan berusia 10 tahun itu.

“Kamu ga ada bedanya ya sama mereka! Kamu anggap ibu ini apa? Mainan? Tempat membuang pejuh? Anjing betina?”

“Ini Ibu kamu Wira, yang merawat dan membesarkan kamu!” Ratri meneruskan. “Kenapa kamu tega melakukan ini?”

“Tapi, bukankah Ibu sendiri yang ingin jadi budak seks Wir….”

Plak Plak Plak

Tiga tamparan keras. Lebih keras dari dua yang pertama. Hidung Wira berdarah. Pipi putihnya berubah meram memerah.

“Kamu memang anak durhaka! Ibu malu sama kamu!”

Lalu Ratri mengambil sebuah sapu, dan bersiap memukul Wira.

“Sudah…sudah….” Tiba-tiba Kirana datang dan merebut sapu itu.

“Wira….ibu kecewa sama kamu…” Ratri langsung pergi sambil menangis.

“Ratri!!!” Kirana mengejar Ratri masuk.

Tinggallah Wira melongos. Tangan kanannya masih merogol anus bebek.

Makan malam berlangsung dengan kaku. Ratri nampaknya masih marah. Sedang Wira merasa bingung. Antara galau dan sedih. Juga merasa bersalah. Hanya Kirana yang terus menerus berusaha memecah kebisuan.

“Loh, kok ga dimakan bebeknya Ratri?”

“Bebeknya sudah jadi lonte. Ga sudi”

“Ratri, sudahlah. Wira juga anakmu kan.”

“Justru itu, mbak. Aku kecewa. Harusnya dia bisa melindungiku. Menjagaku. Bukannya menganggapku sebagai liang kenikmatan berjalan yang hanya layak dientot dan dirogol.”

Kirana geleng-geleng. Ratri masuk kamar lebih cepat.

Malam itu Wira menangis dalam hati. Hatinya hancur tak keruan. Lima kali tamparan ibunya mendarat di pipinya. Sementara itu di kamar Ratri.

“Uh……………Uh…..” Ratri melenguh.

“Hahaha…..mantab sekali lenguhanmu…”

Ratri hanya tersenyum. “Nanti anusku juga ya mbak.”

“Oke”, Kirana menjawab sambil terus mengkobel memek Ratri. Ia bertujuan membersihkan meki ibu Wira itu. setelah bersih, ia masukkan sebatang tongkat kecil yang sudah direndam campuran ramuan khusus. Lalu ia masukkan pelan-pelan ke meki Ratri.

“Iyesss…..ah…..”

“Hahaha, kalau aku laki-laki, sudah aku perkosa kamu. Sudah, sekarang anus. Cepit kuat-kuat ya.”

“Iya mbak….ach…..hemmmmmmm….”

Slurppp…slurppp…slurppp…

Satu jam, ritual bersih memek selesai. Sekarang baik meki dan anus Ratri sudah seperti perawan lagi.

“Memang mau dipake kapan?”

“Ga tau mbak, mungkin seminggu lagi.”

“Memang kamu tahan? Hahahaha….” Lalu Kirana pergi ke cendela. Di sana tergantung sebuah kandang berisi seekor burung hantu.

“Bambang, lakukan tugasmu ya. Bawa sini kekasih hati ponakanku. Nanti ia bisa mati edan. Hahahaha”

Burung hantu itupun terbang. Bambang namanya, burung hantu sakti peliharaan Kakek Nogo. Dengan itu, ia memanggil salah satu sekaligus satu-satunya orang yang tahu kediaaman Kakek Nogo. Pras!

“Terima kasih, mbak!”

“Sudah, sekarang kamu berendam air mawar dulu. Trus jangan lupa tidur awal. Besok pagi mau ngentot kan?”

Ratri tersenyum.

“Tapi mbak minta satu encrotan ya, hehehe” Kirana berbisik.

Ratri mengangguk.

Nogo Gombyok memang hebat, mbak!” ujar Ratri mantab.

“Iya, tiap Pras kesini, mbak juga ga lupa minta jatah,” Kirana menjawab.

“Udah ayo tidur, besok kita layani gusti Pras. Ohya, Wira gimana?”

Ratri terdiam.

“Biarin saja mbak.”

Matahari telah cukup tinggi ketika Wira baru membuka mata. Ia kucek matanya yang sembab karena menangis semalam, meratapi dirinya yang lemah tak berguna.

“Sudah siang, tapi kenapa sepi sekali?” Wira membathin.

Ia kemudian berkeliling rumah, mencari Kirana atau Ratri. Cukup lama ia mencari, tetapi yang dicari tidak juga ketemu. Tiba-tiba ada suara memanggilnya.

“Hei, anak muda?”

“Siapa itu?” Wira ketakutan. Bulu kuduknya meremang. Wajahnya pucat pasi. Darahnya berhenti mengalir.

“Hei, lihat aku?”

Wira menoleh kebelakang. Demi apa yang ia lihat, ia langsung menjerit!

Seekor kucing hutan tambun dengan hidung emas sedang duduk di jendela.

“Ikut aku!”

“Siapa kau?”

“Cepat, ikut aku!”

Kucing itu melompat. Ia kemudian berlari ke arah hutan. Wira mengejarnya, walau hatinya tidak yakin.

Ternyata kucing itu membawanya ke tengah hutan. Cukup jauh dari rumah Kakek Nogo.

“Ikut aku, tetapi tetap waspada. Pastikan dirimu tidak terlihat!” Kucing itu memberi perintah.

Wira menurut. Lalu….

Deg……

Apa yang ia lihat benar-benar membuat jantungnya copot. Lima orang, tiga lelaki dan dua wanita sudah berbugil ria. Ya, dua wanita itu adalah Ratri dan Kirana. Sedang tiga orang lelaki itu adalah Pras beserta dua jongosnya, Kemin dan Gawon.

Nampak Pras sedang berdiri. Dibawahnya, diantara dua kakinya, Ratri ibunya sedang menjilati kontol isi gotrinya yang ia banggakan. Sedang tangan lelaki itu menjelajahi tubuh Kirana, yang wajahnya sangat mirip Marini Zumarnis.

“Hmmmmm…hmmmm…aegggghhhh”

Kirana mendesah. Bibirnya saling melumat dengan bibir Pras. Lalu sejurus kemudian, ia gerakkan kaki kanannya, ia tendang Ratri yang sebelumny asyik mengoral penisnya.

“Sayang, sama perempuan cantik kok galak sih?”

“Biarin dong bulek. Budak memang harus diperlakukan seperti budak. Nanti ngelunjak.” Lalu tangan kirinya mengkobel memek Kirana. Memek hitam yang dikeliling jembut belantara.

“Ach ach ach ach…..”

Lima menit dua insan itu saling memagut. Lalu kirana ganti mengocok rudal Pras dengan dua tangannya. Kocokan yang lembut. Kocokan seorang pro!

“Bulek jongkok ya, saya mau jilat anus Bulek.”

“Iya sayang. Lalu Pras terlentang. Kirana naik ke mukanya. Lalu jongkok persis diatas mukanya. Kemudian ia jilat anus buleknya. Seru sekali. Kemudian Pras berhenti.

“Hoi, Ratri jangan Cuma diem!”

“Hamba, tuan!”

“Cepet bersihin kontolku lagi.”

“Terimakasih Tuan.”

Ratri langsung merangkak. Ia langsung melakukan oral. Tak kalah pro!

“Sebentar bulek. Hei, Kemin, Gawon, cepet sini. Ratri! Kocok kontil mereka biar gede”

“SLurppp………..slurppp….hamb…….slurppp..ba tuan.” Ratri menjawab sekenanya sambil terus mengoral. Kali ini tangan kanannya mengocok kontol Gawon, yang kiri mengocok milik Kemin. Dua jongos Pras itu merem melek. Tak lama Gawon muncrat. Kemudian disusul Kemin.

“Min, aku ga pernah ngimpi dikocokin bidadari kaya gini.”

“Iya, Won, mantab banget!”

“Ah……aku mau sampai sayangggg!”

“Tunggu bulek. Cepet njengking!”

Kirana lalu njengking. Dengan cepat Pras berdiri. Lalu ia tancapkan kontolnya ke memek bulek iparnya itu!

CLobbbbbb!
“Ah…..enak sayangggg….”

Jott….jotttt……….jotttt….

Lalu dengan 5000 rpm, ia genjot Kirana.

Tak sampai sepuluh menit, Kirana sampai.

“Makasi bulek”

“Aku yang makasi, sayang”

Mereka berciuman lama….

“Anjing, sekarang giliranmu!”

Lalu pras menjambak Ratri. Ia seret Ratri, ia hempaskan ke tanah. Lalu dengan kasar ia entot mekinya. Kedua tangannya meremas susu, sedang kontolnya yang nanggung menujeb memiaw Ratri.

“Ah……enakkkkkk……enak………sedaaaaapppp tuaaaaa!”

Pras merapal mantra.

Ratri makin kesetanan. Lalu Pras mengambil berdiri. Ia melipat kedua kaki Ratri ke atas, dan menggenjot mekinya.

“Ayo Gawon, Kemin, sikat!”

“Baik, den!”

Mereka bukan hanya kompak menjawab, tapi juga kompak mengerjai Ratri. Kemin memperkosa mulut Ratri dengan kontrolnya, Gawon menjilati susu Ratri yang kanan. Yang kiri ia remas.

“Ah…….”

“Edan, sepongane muanteb tenan, bleh!”

Kemin sampai, ia muncratkan semua pejuhnya ke mulut Ratri. Awalnya Ratri menolak menelan, tapi…

“Telan, bangsat!” Perintah Pras. Ratripun menurut.

Setelah itu Pras terlentang.

“Beri aku anus rasa memek!”

Ratri langsung paham. Ia langsung jongkok.

Sleb…

Seperti seorang pro, dalam hentakan pertama, manuk Pras bersarang di anusnya. Ia goyang atas bawah. Pras tidak tinggal diam, ia kobel meki Ratri.

Lalu Gawon datang. Ia sumpal mulut Ratri dengan kontolnya. Ingin cepat jongos itu pergi, Ratri berkonsentrasi mengoral Gawon. Sepuluh menit, Ratri dapat semprotan pejuh lagi.

Kini setelah Gawon tumbang, ia bisa fokus melayani Pras. Apalagi meki dan anusnya serasa baru.

“Gila, enak banget. Anjing, enak….”

“Terimakasih tuan!”

“Ini lubang paling enak yang pernah aku perkosa!”

“Tuan terlalu memuji….”

Kemudian ia mendorong Ratri hingga terpelanting. Ratri berusaha bangkit, tapi Pras menerjangnya. Kali ini, Pras ingin paka jurus 96. Dua alat kencing mereka saling dijilati.

Setelah puas, Pras mengkobel anus Ratri dengan lidahnya.

“Hebat, anus tapi ga bau!”

Hampir satu jam mereka saling jilat, hingga kemudian Pras menyeret Ratri lagi. Ratri ia tidurkan di tanah. Lalu dengan gaya ciak samping, ia genjot meki Ratri dari samping.

“Uh……Uhh……Hamba mau sampai tuan….”

“Bareng-bareng ya, njing!”

“Baik tuang…..”

Bukan hanya tusukan kontol sebesar Nogo, tapi juga karena tri gotri yang dengan cepat berotasi sekaligus berevolusi, membuat meki Ratri tersiksa. Ia seakan melambung ke langit ke tujuh. Menggapai bintang-bintang yang belum pernah ia raih.

Kemudian Pras mengejan. Putaran gotrinya makin edan. Ratri sampai duluan. Lalu kemudian disusul Pras. Pejuhnya moncrot, muncrat menghujam rahim Ratri. Lalu menetes dan meleleh keluar.

“Ehmmmm enakkkk….gurih…”

Ratri tak mau menyia-nyiakan. Ia jilati kontol tuannya.

Setelah semua itu, mereka berduapun merasa lelah.

Pras masih ndlosor di tanah. Disampingnya Ratri memeluknya mesra.

“Kita istirahat dulu. Nanti kita bercinta lagi.”

“Baik tuan.”

“Ohya, terus Wira bagaimana?” Pras bertanya.

“Tidak usah dipikirkan tuan. Biar anak itu cari makan sendiri.” Ratri menjawab mantab. Sambil mengemut pentil Pras. Dua meter dari mereka Kirana sudah tertidur. Berpelukan dengan Gawon dan Kemin.

“Mau kemana kau anak muda”

“Jangan pedulikan aku!”

“Kau cemburu?”

“Diam kau!”

“Kau marah?”

“Kucing jelek, kau tak bisa diam ya?”

“Kalau kau mau membalas Pras, kau harus jadi kuat!”

“Pergi kau!!!”

“Hahaha, dasar anak lemah. Cengeng!”

Kucing itupun pergi. Meninggalkan Wira yang melangkah gontai pulang, menuju kediaman Kakek Nogo.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Banyak like+komen, next episode langsung meluncrud. Kita akan saksikan perjuangan seorang botjah bernama Wira.....
 
wah ibunya wira ternyata pelin pelan... katanya dia mau jadi budak sex anaknya kok.sekarang mlh gak peduli hhhhhhhh kasian wira.


AYO WIRA TUNJUKAN .............MU
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd