Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 30 Days Fall in love in Bali

Empat - Kopi Luwak

shanty​

Gue senyum-senyum sendiri pas sampai kamar, bukan karena gak ada alasan gue senyum-senyum gini.

Soalnya gue malu sendiri karena salah nilai si rey, Dan dugaan gue benar dia seorang manager di perusahaan. Dari gaya ngomong juga beribawa.

Di tambah lucunya gue sama dia gak tau jalan sama sekali, jadinya seharian cuman jalan keliling kuta.

Ganteng-ganteng tapi soal jalan-jalan gak jago juga, lebih jagoan gue sedikit lah. Yang jelas kaki gue lebih pegel dari kemarin,

Mau telepon mama sama papa tapi udah malam, Di traktir makan seharian bikin mata gue cepat banget ngantuk.

"Gak mungkin, dia dekatin gue karena suka" desis gue mengkhayal andai gue jadi pacarnya. pasti pada heboh isi rumah.

Tapi gue ngerasa dia dekatin gue karena masalah kemarin-kemarin, dan traktir gue juga sebagai ucapan permintaan maaf. padahal gue maafin di dalam hati yang paling dalam.

Yang jelas gue mau mandi, rasanya ini badan pada lengket semua dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Bukannya segar malah gerah, memang hawa kamar ini bikin gerah, soalnya ada kipas angin doang. mau gak mau gue lepas baju cuman pakai baju sejenis daster, daripada gak bisa tidur. lagian udah malam gak ada yang liat juga.

Ada suara notif di ponsel, Gue senyum ternyata dari si rey. Dia ajakin jalan lagi pagi-pagi, dan gue setuju aja, walau gak jelas kayak hari ini, tapi gue seneng ada teman yang ajak juga, plus ganteng juga.

Malam ini bakal tidur nyenyak bayangin si rey juga, "Oh senangnya" senyum-senyum gue sendiri serasa gue lagi jatuh cinta.

Tapi emang bener gue lagi jatuh cinta sama dia, tapi gue sadar diri kok buat itu.


***​

"Tok tok" suara pintu gue di ketuk-ketuk, semakin lama semakin cepat. Dan gue lupa ini udah janjian.

"haaa" mata gue melotot liat udah jam 8 lewat, gue langsung buka pintu. Si rey udah di depan ternyata.

"itu kebuka" ucapnya sambil buang muka, gue langsung noleh arah tunjukannya, ternyata ke arah daster gue yang kesingkap, yang gak langsung buahdada gue kelihatan.

"braaakkk!" pintu langsung ketutup keras di ikutin suara teriakan, gue langsung buka lagi. Rey pegang hidungnya.

"Gak apa-apa?"

"Gak kok" Jawabnya sambil pegang hidung, gue bisa lihat di hidung mancungnya keluar darah.

"Masuk dulu, gue ambilin kain."

Kenapa pagi-pagi kayak gini ada aja masalah, bisa-bisa di tuntut gue gara-gara tuh hidung, Mau gak mau gue ambil termos yang isinya air panas sisa semalam.

"haaaa" nafas gue lega ternyata masih hangat, gue langsung masukin ke baskom kecil sambil sapu tangan yang biasa gue pakai.

"Ini bersihin pakai ini aja" kata gue pas dia duduk di lantai,

"aaaaahhh"

"Bruukkkkkkk" kaki gue kesandung kabel kipas angin, kaki satunya gak bisa nahan dan hasilnya gue jatuh menimpa rey yang gak jauh dari gue.

"awasss!" katanya dengan muka yang basah, gak hanya muka tapi bajunya juga, termasuk daster gue.

"Maaf, maaf banget" gue langsung bangun perlahan, dan lagi tali daster gue ke singkap. Bukan satu tapi dua duanya.

Gue yakin rey lihat buah dada gue seutuhnya, muka terasa memerah sambil beresin tali daster lagi.

Rey cuman terdiam, tangannya mengelap bagian yang basah. gue langsung ke kamar mandi dan kasih handuk ke dia.

Jatuh cinta gue gagal, pasti dia langsung ilfeel dekat-dekat gue yang ceroboh kayak gitu. "oon banget sih lo shanty" gumam gue kesal.

"Pakai baju ini, kayaknya muat" gue kasih baju warna pink yang kalau gue pakai emang kebesaran. gue pakai kalau malam aja biasanya pengganti daster kalau di rumah.

"okeh," senyumnya, gue rasa itu senyum terpaksa. dia langsung buka bajunya dan juga kaos dalamnya.

Mata gue terpaku liat postur tubuhnya kayak six pack belum jadi sepenuhnya. Itu bikin gue kagum aja. Harusnya dia cocok jadi model celana dalam, pasti keren banget.

Kalau kerjaan manager biasanya perut one pack,

"Ada yang lucu?" tanyanya pas gue sadar gue lagi senyum-senyum sendiri lihatin perutnya.

"NGak kok, cobain aja dulu bajunya, " gue langsung kasih baju yang tadi, rey gak jawab dia langsung pakai bajunya. Ternyata pas banget atau tepatnya hampir kekecilan.

Tampilan cool nya tiba-tiba hilang pakai baju gue, lebih feminim. Tapi gue gak boleh ketawain takutnya dia sensi.

***

Rey gak keliatan malu atau gengsi ajak keluar dengan baju gue, dia cuek banget. Yang ada sekarang gue enak banget sama dia.

"Kita mau kemana?"

"Hmm, ke kintamani kalau gak salah namanya" jawabnya sambil cek gps. Kalau gak salah itu tempat ada gunungnya, gue pernah baca dan gak rencana kesana karena kejauhan.

"Kok berhenti?" tanya gue pas dia hetiin mobilnya di tempat mirip hotel. dan langsung telepon seseorang.

"tunggu sini, gue ganti pakaian" katanya langsung keluar mobil masuk ke dalam, gue baru inget ini tempat ketemuan buat tuker ponsel. gak salah lagi.

Hampir sepuluh menit dia muncul sama cowok yang kemarin, "Pindah ke bekalang" pintanya buka pintu gue dan cowok itu masuk.

"Yuk berangkat" gue perhatiin udah ganti pakaian.

"oh ia, ini kenalin ini donny yang gue bilang" katanya,

"Shanty" gue cuman saling senyum soalnya dia lagi nyetir.

"Anggap aja teman, gak usah kaku, usianya sama kayak gue kok" rey menepuk-nepuk bahunya sambil naikin alis.

"Yoi,, dan tenang kita gak bakal macem-macemin kok" katanya cengengesan, hal ini bikin gue kwahtir juga. kenapa gue mau aja di ajak jalan,

Tapi selama ini kayaknya dia gak ada maksud apa-apa, dari tampangnya meyakinkan begitu. Kalau dia ada maksud juga, gue punya feeling gak enak.

Orangnya lumayan asik, gak jauh beda sama rey. Donny juga nyambung kalau di tanyanya, intinya mereka berdua orang yang suple sama gue.

Rasanya ngantuk kalau kena ac mobil, di tambah katanya perjalanan lumayan jauh. lagi ngobrol ringan gue ketiduran.

"tidur lagi" suara samar-samar rey atau donny buat gue mulai sadar, apa lagi suara pintu ke buka.

"Bangun" bisik rey buat gue merinding dan langsung buka mata perlahan.

Udaranya ternyata sejuk banget, dan dari sini gue bisa lihat gunungnya. Gue gak tau gunung apa.

"Yuk makan" ajak rey masuk salah satu rumah makan yang cukup ramai.

"Sini kosong rey, " tunjuk donny ke pojokan,

"Cuman dua, gak cukup bertiga" kata gue ragu buat duduk disini, tapi dari sini lebih enak lihat gunungnya. ada sensasi sendiri.

"Gampang, lo aja berdua duluan, yuk ambil makan langsung" gue ngikutin dari belakang, dan baru tau kalau ini restoran prasmanan, sekaligus makan sepuasnya.

"Harganya berapaan rey?"

"Murah kok, makan aja jangan protes"

"Gue gak protes kok, mau tau doang"

"Bercanda hahaa" tawanya, gue cuman manyun sambil antri. kebanyakan bule makan disini.

Dan kebanyakan mereka gak sentuh nasi, paling kentang goreng, sosis, dan sejenisnya, Beda sama gue langsung ambil nasi sekaligus semua lauknya.

Dari mulai mie, ayam, udang sampai terakhir asinan sama sambel, hasilnya satu piring penuh.

Donny sama rey saling tatap pas liat piring gue di meja,

"gak salah itu?" tanya rey duduk sambil bawa makanan dan minumannya, gue lihat isi piringnya beda jauh sama gue. lauk tertata rapih di pinggir nasi, termasuk donny juga.

"hehe, habis kok, pasti gue habisin" jawab gue nyegir, gue lihat donny duduk gak jauh dari gue sama rey.

Mata rey juga sesekali lirik ke donny seolah lagi main mata, jangan-jangan nih anak berdua homo.

"Boleh tanya?"

"Nanti ya, makan dulu. biasain saat makan gak boleh bicara" katanya pelan, entah kenapa aku nurut dan lanjutkin makan secara perlahan.

Dari cara makannya kelihatan udah beda sama gue, benar-benar teratur polanya. Awalnya nasi, lauk, lauk, kuah, lauk lagi, dan juga makannya pakai garpu.

Kalau gue garpu buat lauk, satunya buat sendok nasi, terpaksa gue juga ikutin cara makannya yang perlahan tapi pasti.

***​

Perut gue rasanya udah gak muat, tau gitu gue gak ambil banyak-banyak nasinya. dengan susah payah akhirnya habis juga.

Dan lagi rey susun rapih sendok sama garbu, makannya juga bersih tanpa sisa sedikit pun. tersisa hanya piring dan kuah,

"Mau tanya apa?" ktanya sambil lap mulutnya perlahan.

"Uhm, besok gak ikut jalan lagi, mau daftar ulang buat test"

"Okeh, gak apa-apa. yang ada gue gak enak"

"Ohh, gak kok. malah seneng hehe, dapat teman buat jalan-jalan." gue jadi salah tingkah lihat muka pas senyum.

"Kalau mau habis test kita jalan lagi?"

"berdua?"

"Bertiga sama donny, kalau berdua takut"

"hah takut apa?"

"takut ada yang ketiga gangguin hahaha" aku cuman senyum-senyum dia ngomong gitu, ternyata bisa gombal juga.

"yuk ah, kayak obat nyamuk gue lama-lama liat lo berdua" potong donny yang beridiri gak jauh dari tempat duduk gue sama rey.

***

Gue tinggal duduk manis di dalam mobil, kali ini gue gak tau kemana soalnya gak bilang mau kemana.

"Tempat kopi asik nih" kata donny,

"Boleh, dimana?"

"Gak jauh kok, " beneran gak jauh, masih sekitar kintamani ada tulisan kebun kopi, gue langsung ikutin dari belakang.

Pas masuk udah di kelilingin pepohonan, gue gak tau pohon apa. yang jelas kelihatannya bikin sejuk.

gak lama ada mbak-mbak yang jelasin kalau ini tempat jual beli kopi, termasuk kopi luwak. Kita bertiga langsung masuk dan langsung di suguhin jenis-jenis kopi dan juga teh.

"Cicipin" pinta rey

"Gak doyan kopi"

"cobain dikit, kayak kopi item biasa" mau gak mau gue ambil dan cicipin.

"PAHIIIITTTTTTTTT" desis gue julurin lidah, Rey dan donny tahan ketawa yang akhirnya dia gak bisa tahan.

"Tega banget ihh" rasa pahitnya masih kerasa banget, lebih pahit di banding kopi hitam di warung-warung.

"Jahat ihh" desis gue lagi pas rey ketawanya belum selesai.

"sorry, yah. gak lagi deh" tangannya langsung elus pipi gue pelan, hal itu bikin gue merinding. bukan auranya yang bikin merinding. Tetapi sikapnya.

Seumur-umur belum ada yang pernah elus pipi gue pelan kayak gitu, tapi seolah gemas rey lakuin ke gue.

"Sebagai gantinya, kita cobain kopi luwak asli okeh" donny langsung pesan,

"Bukannya mahal yah kopinya?" bisik gue ke rey pas kopi luwaknya udah datang.

"Gak kok, cicipin gak pahit kok" gue angguk senyum langsung ambil cangkirnya, dari kejauhan aja baunya udah kecium. Wanginya mirip pandan, gue suka sama ini kopi walau dari wanginya aja.

Kalau kata orang, ada rasa ada harga, itu yang cocok buat ini kopi, gak kayak kopi hitam tadi. pahitnya kayak obat.

Bersambung...

#Note, Met malem minggu, jangan lupa ritual.
 

Lima

Benar=Benar Manis

Reynold.​

Manis,,

Bukan kopi luwaknya, tapi lihat wajah shanty. di lihat dari dekat ternyata dia lebih manis.

"Ssstt" si donny paham maksud gue, dia langsung pergi buat ambil foto gue sama shanty lagi.

"Di bibir kamu ada apaan tuh" tangan gue langsung lap pakai jempol, padahal gak ada apa-apa.

Shanty cuman diam, gue tau dia salah tingkah gue lakuin ini. Demi foto apa aja gue lakuin, bukan demi foto. tapi demi lepas dari thalita.

"Yuk, balik, besok ke kampus kan?"

"iah" gue langsung pegang tangannya ke arah mobil, dan tentunya donny foto diam-diam lagi. Gue semakin yakin pasti dapatin si shanty, pegang tangan aja gak nolak.

Shanty langsung lepas tangannya pas lihat donny, masih malu-malu. Perlahan tapi pasti, donny kasih jempol doang pas lirik gue.

"Mau balik apa pulang?" tanya donny.

"Pulang aja kali yah, habis daftar ulang lagi boleh jalan lagi"

"Bolehlah seterah pak supir" sesekali gue noleh ke belakang, shanty cuman tengkok ke jendela. Dan seperti biasa, dia ketiduran lagi, sampai-sampai donny tepok jidatnya sendiri.

"Pelorr pelorrr"

"apaan pelor?"

"Nempel molor, kayak si shanty tuh" tawanya sambil sesekali lirik dari spion tengah

"ponsel lo sini gue mau lihat" donny langsung kasih ponselnya, gue langsung lihat hasil fotonya.

Gue langsung milih foto yang mana menurut gue bagus, dari 20 foto cuman lima yang bagus, dua di tempat makan, dan tiga di tempat kopi.

Dengan begini kerasa kalau gue sama si shanty udah dekat banget, gue yakin.

***

"dah sampai rey, bangunin tuh anak, gue mau cari rokok dulu, asem mulut gue" donny langsung keluar mobil. dan lagi gue bangunin nih anak.

"heii, shanty, udah sampai" gue gak tega banguninnya, dia tidur terlentang, kaosnya juga kesingkap dikit.

Entah kenapa tangan gue elus perutnya yang kesingkap perlahan, "Enggghhh" lenguhnya langsung menggeliat. itu pun beberapa kali elusan di perutnya.

"Udah dimana?" tanyanya sambil buka mata satu,

"Sampai,"

"haa?" shanty langsung lirik ponselnya.

"Kok cepat , baru jam 4 sore"

"Lo sendiri yang bilang kalau mau pulang langsung, gak mau nih? gue ajak jalan lagi"

"iah iah, maaf, " dia gak sadar ternyata elusan di perutnya,

"Thanks ya, donny kemana?"

" lagi cari smoke, " shanty senyum doang sama lambaian tangan kecil. gue terus lihatin dia sampai menghilang di gang. dan sekarang tinggal si donny belum balik.

***

"Dimana lo don?" setelah beberapa kali telepon akhirnya di angkat juga.

"Di 7eleven, gak jauh dari tempat tadi, belok kanan" jawabnya santai banget, kalau nyasar bodo amat gue tinggal tuh anak.

Tapi untungnya gak nyasar, memang ada 7elven di depan, Si donny juga lagi santai duduk sambil ngerokok.

Donny langsung lambaikan tangannya.

"Matiin rokoknya, bau banget"

"iee, siap boss"

"rokok lo masih sama? rokok kretek?" gue mau geleng-geleng kepala lihat rokok si donny, itu rokok kretek yang biasanya buat orang umur 40 tahun ke atas.

"Ya dong , penikmat setia, cobain satu batang aja,"

"No, gue bakal tendang lo dari mobil kalau deketin tuh rokok" gue beneran gak suka bau rokok, baunya bikin sesak dada, walau gak berpenyakitan asma tetap aja asapnya menganggu.

"Ieee santai aja, jadi sensi banget" donny langsung makan permen biar mulutnyga gak bau, gue juga males ngomong sama dia kalau mulutnya bau rokok kayak gitu.

"Ke club yuk, gue ada kenalan nih, ada ceweknya cakep-cakep bule juga" gue berhentiin mobilnya.

"Ia sih, kalau gak mau gak apa-apa" katanya pas gue ambil posisi keluar.

"Gila beneran, masih sensi gara-gara rokok"

"Shut up, lo yang setir males gue,"

"Siap boss" tawa donny langsung pindah posisi.

"Jam berapa?"

"Jam 9an lah, gak ada kendala di kantor kan?" tanya pas gue focus ke foto

"Gak ada, cepetan ah gerah gue mau mandi" gue terus perhatiin foto yang bikin gue berkesan, foto pas gue elus pipinya. Rasanya benar-benar manis tuh anak, tinggal di cicipin suatu saat.

"Strees " suara si donny, gue tau di ledek gue karena senyum-senyum sendiri. tapi biarin aja gue lagi fokus sama ini foto.

***

Rasanya kurang kalau berendam cuman sebentar, ini gara-gara donny ajak gue ke club. Entah berapa tahun gue gak pernah ke tempat kayak gitu lagi.

"Ayo"

"Ada tempat yang bagus "

"dimana?"

"Ikut aja" donny langsung set gps ke sky Garden, gue gak tau tempatnya dimana. yang jelas dari foto-foto yang gue search tempatnya bagus.

Cukup lama, kita sampai di tempatnya. Gak beda jauh sama foto di google,

"Gue ada kenalaan, ayo masukk" ajak donny langsung masuk dan ke lantai dua, di club malam kebanyakn turis asia sama barat, orang indonesia sendiri jarang.

Dan salah satu hal yang gue suka ke club malam, satu musik DJ nya yang bikin detak jantung semangat. serasa masa-masa muda kembali lagi, atau tepatnya gue kembali ke umur 20an.

"rey sini.... kenalin"

"Grace, ini rey, dan rey ini grace" Donny langsung kenali cewek yang gue kira turis jepang, taunya orang indonesia.

Tingginya gak terlalu tinggi sekuping gue, dan gue fokus ke pakaian yang pakai. Dressnya bikin bukit kembarnya seolah tak muat di dalamnya.

"Nice to meet you"

"me to" gue pakai bahasa inggris biar berkelas. emang kelas gue berkelas.

"Hieee nicole, come here" panggil donny, kalau yang ini beneran. dan lagi gue kenalan,

"Kenalin lagi, itu Tommy, " keren juga si donny jarang bergaul punya teman di bali, tiga orang sekaligus. Kalau si nocole, tinggi tapi buah dadanya rata atau tak menonjol.

Kenapa gue jadi deskripsiin orang di sini.

"gue jelasin dikit rey, jadi mereka itu punya tour di bali." jelas donny singkat,

"tapi lo gak jelasin gue siapa?" bisik gue.

"tenang gak kok, slow, gue kenalnya dari grub aja."

"dan lo dekatin tuh grace, gue mau dekatin nicole" senyum donny dengan insting kemesuman tingkat tinggi. emang selera kebanyakan doyan barat,

Dan akhirnya kita misah, dia ngobrol sama nicole, gue sama grace, gue milih duduk di luar sambil bawa minuman, termasuk grace juga.

"Kamu sama donny teman kerja?" tanya grace senyum,

"yups, dia atasan di perusahaan hehe" gue bohong, gak ada untungnya juga kasih tau gue punya perusahaan,yang ada malah si grace malah lengket.

Gue bisa lihat dari gerak geriknya, dia agak genit sama orang yang menurutnya rapih dan dompet tebel.

Kenapa gue bisa nebak yang belum tentu benar, karena pengalaman gue juga sering di dekatin sama cewek dengan berbagai macam sifat.

Tapi gak shanty, karena gue baru lihat cewek kayak bunglon kayak dia, dalam artinya sifatnya kayak bunglon.

"tinggg.." suara minuman kita beradu sambil saling tatap.

***

Entah berapa gelas yang gu habisin yang jelas kepala gue udah terasa pusing, Udah satu botol anggur ternyata habis.

Tapi kerasa umur gue kembali ke umur 20an, walau gak dansa sambil minum tapi ini cukup bagi gue.

Bedanya sekarang gue punya tanggung jawab besar di usia saat ini, Dan masa muda gue terasa sangat sebentar.

"Balik grace??” tanya gue pas lihat mukanya memerah sambil kepala di topang dengan tangan satunya. Gue juga ngerasa demikian,

"bolehhh" grace langssung berdiri, tapi tubuhnya langsung sempoyongan.

"Sorry" bisiknya pas gue tahan, tapi dadanya terasa kenyal pas nempel, lebih besar dari punya thalita. mau gue remas tapi bukan pacar.

"Tinggal dimana?" tangan gue pegang pinggangnya sambil jalan keluar club,

"Gak jauh kok, mau antar? jalan kaki 10 menit" jawabnya senyum, kali ini tanganya ikut pegang pinggul gue.

"Boleh"

Gue jalan perlahan sambil pegangin dia, gak lucu kalau di tiba-tiba terkapar. tapi kali ini kepalanya sandarin ke lengah gue dan tangannya pegang pelan tangan. dia kira gue pacarnya kali langsung di gandeng erat kayak gini.

"Masih jauh?"

"Disana?" tunjuk ke salah satu ruko di pinggir jalan yang udah tutup,

"Tinggal di dalamnya?"

"Iah," grace langsung rogoh tas kecilnya buat ambil kunci, dan langsung menunduk membuka salah satu kunci.

Gue senyum lihat buah dadanya yang mau lompat keluar dari dress nya, mau gue tangkepin biar gak jatuh tapi sekali lagi bukan pacar.

"Sini, aku aja" dan akhirnya rollingdoor sudah terbuka,

"Tinggal sendirian disini?"

"iah, tapi aku ada anak buah kok, sekarang udah malam" jawabnya langsung buka sepatunya, dan di lempar begitu aja, grace langsung berjalan ke lantai dua.

Grace kembali buka pintu, dari tangga bawah gue bisa lihat belahan celana dalam berwarna merah jambu.

Gak lama dia tutup mulutnya sambil lari kedalam, "ueeeeeeekkk" suara muntahan. gue langsung dekatin dia.

Efek kebanyakan minum gue rasa, kalau muntahannya di masukin botol anggur mungkin setengah. Dari tadi belum kelar muntahnya.

Tangan gue perlahan urut tengkuknya, biasanya kalau gue muntah seperti itu. "Thanks" jawabnya, yang jelas mukanya agak pucat.

"Aku antar ke kamar" dia angguk sambil jalan perlahan ke kamar. dan langsung rebahan. tapi grace langsung rangkul leher.

"kamu ganteng banget rey, " ucapya langsung kecup bibir gue.

"kamu mabuk berat grace. tidur aja" bisik gue,

"Tidurinnnnnnnn yahhhh" jawabnya kecup bibir lagi.

Kalau gue kebawa nafsu gue udah langsung pompa grace, tapi harus banyak aspek yang harus di pertimbangkan, salah satunya gak ada namanya condom.

"kamu gak suka yah?" bisik grace langsung lepasin rangkulannya.

"Bukan itu, hanya aja aku gak punya pengaman" kali ini setan di diri gue lebih dominan dari pikiran realitas. bisa aja gue nolak. tapi kalau ada condom gak masalah.

"ihhihii, itu, ada kok aku ambil yah" grace langsung merangkak ke lemari gak jauh dari tempat tidurnya,

Dia langsung ambil kotak kecil, "inii" tunjuknya kembali merangkak ke samping dan langsung letakin kepalanya di paha kanan.

"Sering main ?"

"Gak, "

"ini aku pakai kalau pakai,... uhmmm mainan gitu" jawabnya malu-malu,

"sex toys?" angguknya sambil senyum. baguslah kalau dia sering main laki-laki, gue juga gak bakalan terlalu minat, karena kebersihan dan lain-lainnya harus di pertimbangkan.

Memang ribet jadi gue, harus banyak pertimbangkan. karena gak lucu kalau kebablasan dan hamil. karena masa depan perusahaan juga terancam karena skandal. jadi gue harus hati-hari untuk urusan seperti ini.

Gue elus pipinya, gue senyum kecil karena grace ketiduran di paha gue. Tapi baguslah bukan saatnya juga, lagi pula gue gak terlalu mood hari ini.

Mood untuk soal making love gue harus bertahap gak bisa langsung spontan. memang ribet jadi gue,

Mungkin ini semua karena gue masih penasaran dengan foto shanty, itu saja buat hari ini. Sebelum tinggalin tempat grace gue lihatin terus fotonya. Benar-benar manis.

Bersambung….

#Note, update dikit ya hu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd