Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
Part Ten

Kim_Tae_Hee.jpg

Kyo Sun

Satria

Rumah makan SamWon House, CHEONAN...


Matahari nyaris terbenam sempurna. Sebentar lagi malam akan datang menjelang. Ini adalah waktu di mana para pekerja yang telah lelah bekerja seharian penuh untuk pulang dan beristirahat. Sayang nya tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Ada kalanya keadaan menuntut seseorang untuk beraktivitas melebihi ambang batas kewajaran, menuntut seseorang untuk bekerja lebih keras dan memaksakan diri melawan batas kemampuan yang dimiliki.

Satria duduk di sudut ruangan dengan sedikit merendahkan badan pada sandaran. Tidak seperti biasanya, pemuda itu mengenakan topi yang cukup rendah di bagian depan sehingga wajah nya tidak begitu terlihat jelas. Kaca mata yang biasa ia gunakan juga hanya terselip di kaus putih nya. Pemuda itu memang sengaja mengubah gaya dan penampilan nya.

Rumah makan itu cukup besar dan tertata rapi dengan berbagai hiasan serta pernak pernik khas Korea. Berbagai jenis makanan juga tersaji lengkap di tempat itu. Namun tampaknya, keberadaan Satria di sana bukanlah sekedar untuk menikmati hidangan semata.

Satria memandang lurus ke depan. Dari kejauhan , ia terus mengamati seorang pelayan bertubuh ramping yang berpindah dari satu meja ke meja lainnya, memenuhi panggilan para pengunjung rumah makan. Gadis pelayan berambut panjang dengan pita biru itu tidak lain adalah Kyo Sun. Di tempat itu lah, dia biasanya bekerja setelah pulang bekerja dari Galleria Centre City. Matanya tampak indah mempesona dengan bibir tipis yang menawan. Namun sayang, semua tak mampu menutupi raut wajahnya yang menunjukkan rasa lelah yang luar biasa setelah seharian bekerja dan kini separuh malam ia mesti bekerja lagi di lain tempat.

Satria memandang dengan penuh perhatian atas apa yang tengah di kerjakan oleh Kyo Sun. Tidak dapat ia sangkal bahwa hari demi hari yang ia lalui dengan mengamati gadis itu secara perlahan telah membuat hati nya terusik. Sesuatu yang telah lama tak ia rasakan kembali muncul dan mengganggu kedamaian jiwa nya. Melihat apa yang dilakukan Kyo Sun setiap hari nya seakan menumbuhkan sesuatu dalam hati Satria. Apakah semua itu hanya sebatas simpati? Sesungguhnya, Satria sendiri tidak yakin dengan apa yang tengah di rasakan nya.

Kyo Sun telah membuat bayang-bayang wajah seseorang di masa lalu nya muncul kembali. Seseorang yang pernah mengisi bagian terdalam dari hatinya. Seseorang yang sedemikian ia kasihi, dan sayangi, namun pada akhirnya ia meninggalkan luka yang terdalam di hati Satria. Menyisakan kenangan terpahit yang membuatnya kehilangan arah, membuat nya melupakan makna kehidupan dan mengabaikan masa depan.

Kyo Sun telah menghadirkan kembali semua kenangan terindah itu, sekaligus membangkitkan luka lama yang telah ia lupakan. Melihat perjuangan Kyo Sun yang bekerja siang dan malam membuat Satria terenyuh. Entah ada apa dengan bagian dari dalam dirinya yang seakan tidak rela dengan apa yang harus di jalani oleh gadis itu. Ia dapat merasakan beban yang harus di tanggung oleh Kyo Sun dan sungguh semua itu membuat dada Satria terasa sesak.

Satria terus memandang dengan hati yang gundah , melihat Kyo Sun berlari kecil penuh kepayahan ke sana dan kemari untuk memenuhi panggilan para pengunjung rumah makan yang tidak sabar meminta di layani secepatnya. Dengan segala perasaan yang tak menentu di dalam hatinya, Satria hanya terdiam dan terus mengamati gadis itu tanpa ada seorang pun yang menyadari, apa yang tengah ia kerjakan.

"Hei, Kyo Sun! Bawa mangkuk ini. Yang disebelah sana sudah menunggu." Suara seorang lelaki bertubuh gemuk terdengar dari kejauhan. Dialah sang pemilik rumah makan tersebut. Dengan sedikit kasar , dia terus memberikan perintah pada Kyo Sun.

Memang semakin malam semakin di penuhi oleh para pengunjung dan tentu saja dengan tenaga kerja yang terbatas, mereka cukup sulit untuk melayani semuanya. Tetapi sang pemilik rupanya memilih memaksimalkan tenaga yang ada di bandingkan menambah jumlah tenaga kerja. Tentu saja pertimbangan itu hanya di dasarkan pada ambisi pribadi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

"Sial, kenapa aku tidak bisa berbuat apa-apa!" Satria hanya bisa membatin melihat apa yang tengah di kerjakan oleh Kyo Sun.

"Ini tuan pesanan anda" ucap seorang pelayan yang membuat perhatian Satria sedikit teralihkan.

"Iya, terima kasih!"

PRAAAANNNGGG....!

Baru saja Satria selesai berbicara, mendadak terdengar suara mangkuk pecah dari arah lain. Pandangan sesemua orang tertuju pada Kyo Sun yang tengah sibuk memunguti pecahan mangkuk tersebut, sementara seluruh isinya telah tumpah ke lantai. Sang pemilik yang bertubuh gemuk tampak berdiri tegang dengan wajah menahan amarah melihat apa yang terjadi. Beberapa saat, ia berdiri berkacak pinggang sebelum akhirnya memberi isyarat agar Kyo Sun mengikutinya ke ruang belakang menyusul sang pemilik rumah makan.

"Kasihan Kyo Sun!" tanpa sadar , pelayan yang berdiri di dekat Satria berbicara seorang diri saat melihat rekannya melakukan hal yang membuat sang pemilik rumah makan tempat ia bekerja meradang.

"Ada apa?" Tanya Satria.

"Ah, tidak apa, tuan. Hanya saja, ini sudah yang kedua kalinya temanku itu membuat kesalahan. Pasti ia akan mendapatkan teguran keras dari bos. Saya permisi dulu, tuan!" Sahut sang pelayan dengan sedikit tergesa-gesa meninggalkan Satria , seakan takut mendapatkan masalah akibat ucapannya tadi.


Satria meradang mendengar penuturan pelayan itu. Entah kenapa, ia merasa Kyo Sun tidak sepantasnya mendapatkan perlakuan kasar semacam itu. Apa yang kini ia rasakan benar-benar membuat nya hampir kehilangan kendali. Dengan menahan gundah , Satria bangkit dan beranjak pergi tanpa sedikitpun menyentuh hidangannya yang telah tersaji di hadapannya.
Lebih baik Satria menunggui gadis itu di luaran saja.


•••••000•••••

Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam . Seorang gadis berpita biru melangkah menelusuri jalan setapak di sebuah area pemukiman padat penduduk. Wajahnya menunjukkan rasa lelah luar biasa. Udara malam yang sedemikian dingin melengkapi semua beban yang harus ia jalani hari ini. Telapak tangannya di rapat kan ke dada. Jaket tebal yang ia gunakan belum mampu menepis hawa dingin yang tengah ia rasakan.

Kyo Sun terus melangkah tanpa menyadari seseorang telah mengikuti nya seharian penuh, ia bekerja di dua tempat yang berbeda. Kini hanya separuh malam baginya untuk beristirahat sebelum memulai aktivitasnya kembali di esok hari. Inilah hari-hari yang di jalani Kyo Sun. Betapa pun berat dan letih yang ia rasakan, namun ia harus mampu bertahan. Semua ini bukanlah pilihan bagi nya. Ini adalah perjalanan hidup yang harus ia lalui. Sebuah perjuangan hidup demi masa depan yang lebih baik bagi seorang adik yang amat ia kasihi, dan sayangi, karena dia satu-satunya keluarga yang di miliki Kyo Sun.

"Akhirnya kau pulang juga." Seorang wanita tua menyambut kedatangan Kyo Sun , saat gadis itu melangkah memasuki sebuah gang sempit yang terletak di pinggir jalan.

""Bibi..., Kau menunggu ku...?" Suara Kyo Sun terdengar lemah. Tampak jelas fisiknya sudah amat lelah , bahkan matanya sedikit sembab.

Keduanya berdiri saling berhadapan di gang yang sempit dan sedikit kumuh itu.

"Tentu saja aku menunggu mu. Sudah tiga bulan kau belum membayar sewa kamar. Aku tidak bisa memberi toleransi lagi," ucap wanita tua itu dengan nada yang cukup ketus dan tidak enak di dengar.

Kyo Sun tidak terkejut mendengar ucapan sang pemilik kamar. Ia menyadari semua itu memang salah nya, namun juga menyadari bahwa saat ini ia tak memiliki cukup uang untuk membayar sewa kamar. Beberapa waktu lalu, pihak universitas mengirimkan tagihan sejumlah biaya yang harus di lunasi untuk mempertahankan kuliah adiknya. Untuk itu, ia telah menghabiskan semua sisa uang yang dimilikinya untuk melunasi kuliah Kyo In. Kondisi itupun sudah terhitung lebih baik karena tanpa dibantu uang beasiswa, mungkin selama ini ia tak akan pernah sanggup memenuhi kebutuhan biaya kuliah adiknya itu.

Kyo Sun memandang wajah wanita tua di hadapannya itu dengan sayu. Ia tak tahu harus berbicara apa. Saat ini ia tak memiliki uang. Jangan kan untuk membayar sewa kamar, untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-hari saja, ia sudah cukup kepayahan.

"Maafkan, aku bi. Saat ini....?"

"Saat ini tidak punya uang? Itu maksudmu?" Kyo Sun menundukkan wajahnya. Dadanya begitu sesak, beban yang ia rasakan dan semua masalah yang ia hadapi bagaikan pasak baja yang menusuk jantung nya bertubi-tubi.

"Aku tidak dapat menunggu lebih lama lagi, sebaiknya kau mulai berkemas. Jika dalam waktu tiga hari kau tidak melunasi sewa kamar ini, maka sebaiknya kau persiapkan diri mencari kontrakan di tempat lain.!" Wanita itu berbicara dengan nada yang setengah menghardik. Melihat dari wajahnya, dapat dipastikan ucapannya itu tidak main-main.

Tanpa banyak bicara lagi, wanita tua itu prgi meninggalkan Kyo Sun seorang diri dalam gelapnya malam dan dinginnya kabut. Kyo Sun memandang pintu kamarnya yang terletak di tengah gang sempit itu. Dengan memejamkan mata, ia menyandarkan keningnya ke pintu tersebut. Semua masalah ini membuat dadanya terasa semakin sesak. Sakit sekali rasanya, seandainya saja ia bisa, ia ingin berteriak , ingin rasanya ia melampiaskan semua kepenatan itu. Namun Kyo Sun menyadari semua itu percuma ia lakukan. Ia hanya mampu untuk memendam semua rasa sakit itu di dalam dadanya, menahannya dan merasakan semua kepahitan itu seorang diri.

"Kyo In sudah hampir lulus. Aku harus bisa bertahan," suara Kyo Sun terus sangat lemah. Betapa pun sakit yang ia rasakan, ia harus dapat bertahan.

Kyo Sun tidak ingin adiknya menjalani kehidupan sebagaimana yang ia jalani saat ini. Kyo Sun hanya ingin memberikan masa depan yang lebih baik bagi adiknya, betapapun berat beban yang harus ia rasakan. Ia tak peduli meskipun nafas terakhirnya harus berakhir dalam keterpurukan. Kyo In harus mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hanya itu satu- satunya keinginan Kyo Sun.

Inilah cinta terindah yang dapat diberikan seorang kakak pada adiknya. Kekuatan nya mampu menggetarkan langit dan mengubah segala ketetapan, kasihnya menaungi semesta dengan segala kehangatan, dan pengorbanan nya adalah sebuah sastra terindah dalam kisah perjalanan hidup seorang insan yang membawa nya pada titik akhir sebuah perjalanan hati.

Perlahan , Kyo Sun memasukkan anak kunci dan memutarnya. Tubuhnya yang lemah mencoba untuk bertahan, dengan sisa tenaga yang ada, ia mendorong pintu kamar.

"Kreekkkhh....!

Sedikit senyum terukir di bibir tipis Kyo Sun saat melihat pintu kamar nya sudah terbuka. Namun senyum itu sirna, karena mendadak Kyo Sun merasakan nyeri di kepalanya. Tubuhnya limbung dan ambruk seketika sebelum sempat melangkah masuk ke dalam kamar. Kyo Sun tersandar di dinding tepat di depan kamar nya. Ia tak tahu kenapa rasa nyeri itu mendadak datang menyerang. Ia sudah terlalu lelah, dan hanya ingin beristirahat. Hanya itu yang ingin ia lakukan saat ini, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bangkit kembali. Kyo Sun merasa pandangan nya mulai berat, namun sayup-sayup , ia dapat mendengar langkah seorang berlari menghampirinya. Seorang pemuda dengan wajah yang tidak begitu asing kini berdiri di hadapan Kyo Sun dan memandang nya penuh arti. Meskipun samar dan kabur, Kyo Sun masih dapat mengenali sosok wajah pemuda itu. Sayang ia terlalu lemah untuk bangkit hingga akhirnya mata Kyo Sun terpejam kepasrahan. Semua pandangan nya gelap hanya kesunyian yang ia rasakan.



•••••000•••••



2524237911f14bebec3e2a0e8599c588c6edccd0.jpg

Andra


25242388ffca216e629ab384dc860c7aa7f52471.jpg

Aisha




Disebuah tempat yang berbeda...


Sebuah rumah makan yang terletak tidak jauh dari Institut Seni CHEONAN.......


Bukan hanya Satria saja yang merasa kehilangan selera makan. Di saat bersamaan , Andra juga tengah berkutat dengan kekalutan yang ia rasakan sejak pertemuan terakhir dengan Kyo In tadi siang. Malam ini ia tidak langsung pulang ke apartemen melainkan menyempatkan diri duduk di sebuah rumah makan sederhana dan menghabiskan waktunya di sana.

"Menyebalkan!" Gerutu Andra seorang diri.

Beberapa Soju/ tuak kosong tergeletak di atas meja tepat di hadapan nya. Pemuda itu telah lepas kendali dan meminum Soju melebihi batas maksimal yang dapat di terima oleh tubuhnya. Wajahnya memerah dan mulutnya merancau tak karuan seorang diri. Dirinya telah kehilangan kendali dan tiada lagi berfikir jernih.

Entah apa yang sedang ia pikirkan, entah apa yang tengah ia rasakan. Saat ini, Andra seakan tengah menyiksa dirinya sendiri dengan cara mencoba menyingkirkan secara paksa semua kekalutan yang ada dalam pikiran serta membebani batinnya. Namun sayang , apa yang ia lakukan tidaklah dapat membantu nya. Meminum Soju pada dasarnya tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Semua itu hanya akan menjerumuskan ke dalam permasalahan lain .

Rupanya bukan hanya Andra saja yang sedang bermasalah. Disalah satu sudut ruangan, tampak pula sepasang suami istri yang sedang bertengkar hebat meributkan masa depan perkawinan mereka. Pertikaian mereka semakin lama semakin besar dan mengundang perhatian beberapa pengunjung yang saat itu tengah menikmati makan malam nya.


"Ini semua salahmu! Kau telah selingkuh," hardik sang istri pada suami nya

"Aku tidak akan selingkuh jika, sedikit saja menghargai dan memperhatikan ku,!" Tampaknya sang suami tak mau di salahkan begitu saja.

"Dasar brengseekk"

"Kau yang brengseekk!"

Keduanya sama-sama tidak mau saling mengalah dan tentu suasananya semakin panas. Sang pemilik rumah makan dan pelayannya hanya mengelus dada dan memperhatikan nya dari kejauhan tanpa berani untuk ikut campur.

"Semuanya menyebalkan...!" Kembali Andra merancau. Namun kali ini ucapannya di tujukan pada pasang suami istri yang tengah bertengkar itu. Entah apa yang merasuk ke dalam dirinya karena mendadak Andra bangkit berdiri. Kem melangkah sempoyongan mendekati sepasang suami istri tersebut.

"Akan kutuntut kau ke pengadilan!" Ancam sang istri yang seketika membuat sang suami semakin naik pitam.

"Kau keterlaluan...!" Suaminya nampak amat sangat marah. Dia mengangkat tangan kanannya, hendak melayang kan sebuah tamparan.

Happsh...!

Belum sempat tangan itu bergerak melayang , mendadak seseorang telah mencengkeram nya. Betapa terkejutnya lelaki itu melihat Andra telah berdiri di samping nya. Pemuda itu lah yang telah menahan lengannya. Dengan wajah merah dan sorot mata tajam, Andra memandang lelaki paruh baya itu.

"Apa maumu..." Dengan masih terkejut, lelaki itu menghardik Andra.

Namun naas, bukan jawaban yang ia terima. Mendadak saja , tangan kakan Andra yang terkepal melayang dan mendarat tepat di wajahnya.

"Bukhh... Bukhh...

Semua orang terkejut melihat peristiwa yang terjadi secara singkat tersebut.

"Akhh... !" Suaranya memekik dan lelaki itu jatuh terjungkal bersamaan dengan. Sementara sang istri berteriak histeris. Karena tidak menyangka akan terjadi hal semacam itu.

"Kau sudah.... keterlaluan...!" Ucap Andra antara sadar dan tidak dengan apa yang ia lakukan . Pengaruh minuman keras yang melebihi batas telah merasuk pikiran. Jangankan untuk berbicara lancar, tubuhnya saja sudah tidak mampu untuk berdiri tegap dan sempurna.

Pranngg....!"

Baru saja Andra selesai berbicara, mendadak sebuah botol minuman kosong mendarat tepat pelipisnya.

Ukh... K... K... Kauu" Andra mundur sempoyongan dan ambruk menghantam meja di belakang.

Seorang wanita paruh baya yang tadi memukul Andra dengan botol minuman itu berdiri dengan wajah tanpa penyesalan. Ia adalah sang istri yang tidak rela melihat suaminya di perlakukan sedemikian rupa oleh Andra. Tanpa banyak bicara, wanita tua itu membantu suaminya berdiri. Merekapun pergi meninggalkan tempat itu begitu saja seakan telah melupakan semua permasalahan di antara mereka berdua . Sementara Andra terkapar di atas lantai pandangan nya mulai sedikit kabur dan buram.

"Lihatlah Aisha, kondisinya benar-benar mengenaskan, tetapi sepertinya ia tidak apa-apa!" Ujar seseorang itu pada temannya.

"Ehem.."

"Harus ada orang yang di hubungi untuk membawa pulang ."

Diambang kesadaran antara mabuk dan pukulan keras botol minuman itu. Andra masih bisa mendengar pembicaraan beberapa orang pengunjung yang datang mendekati dirinya. Namun pemuda itu sudah tak kuasa lagi untuk berdiri lagi.

"Biar aku yang akan membawanya ke apartemen" ucap seseorang itu.

"Tapi Aisha, dia ini seorang cowok. Dan kau tak mengenalnya."

"Membantu karena, rasa toleransi!"

"Baik, aku bantu."

Hanya kehampaan yang di rasakan Andra saat ini, membawanya tenggelam jauh ke dalam lembah kelam tiada berbatas.



*******
 
Terakhir diubah:
Wah sudah update...suhu bruno234...
Mantap...keren... lancrotkan suhu..
 
Miris jg ngebayangin jd Kyo in bersodara........,mantap hu....
Iya suhu itu lah sebuah perjalanan hidup yang penuh liku- liku... Yg berakhir pada sebuah kebahagiaan

Sesuai judul akhir dari perjalanan hati . Yg mengantarkan pada sebuah takdir antara persahabatan,cinta dan kebahagiaan.

Hihihi:bata:
 
Pinally.... Update...asik... Kesane lambat buanget... Kalo sinetron... Lagek seperempat jam iki... Trus sponsor....

Ada typo... Coba search kata "kem" kemungkinan itu "kemudian" hehehee...

Lha... Lha... Lha.... Kok dadi tukang kripik aku... Wong rak isok nggawe cerito.... Hadew.....
 
Pinally.... Update...asik... Kesane lambat buanget... Kalo sinetron... Lagek seperempat jam iki... Trus sponsor....

Ada typo... Coba search kata "kem" kemungkinan itu "kemudian" hehehee...

Lha... Lha... Lha.... Kok dadi tukang kripik aku... Wong rak isok nggawe cerito.... Hadew.....

Lambat y pakde, lah drama iku kudu Alon asal mangke kelakon toh, ehh.

Matur suwun lah kripik e, iso di prtimbangke kripik e. Hehehe
 
Bimabet
wah aku ketinggalan moco apdetane sing anyar.
Awak kesel, dadi yo turu gasik.


Yo maklumlah, drama yo ojo kakehen SS.
Nek :konak: wae trus ora metu-metu yo malah gawe mumet ning sirah..... :D
Yo wes aku rapopo, pkde...

Sirah mumet nge jav ae. Ehh.... :ngacir:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd