Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
Part Eleven

Andra tenggelam dalam kegelapan dan kehampaan. Entah berapa lama ia merasa jiwanya terombang-ambing dalam ketidakpastian. Namun perlahan dalam kehampaan itu, ia dapat merasakan perubahan. Hawa panas mendadak membungkus dirinya, nyeri yang terasa di setiap pori-pori tubuh dan bau amis darah membuat perutnya mual, nafasnya mulai terasa sesak. Andra membuka kedua matanya, dia dpat merasakan tubuhnya terbaring di atas permukaan tanah yang lembab dan berbau amis, namun hanya dinding bebatuan yang terpampang di hadapannya. Dengan menahan nyeri di sekujur tubuhnya, ia mencoba duduk dan memandang sekeliling.

"Dimana aku...?" Pertanyaan lirih itu seakan di tujukan kepada dirinya sendiri.

Dinding berbatu ada dimana-mana, membentuk terowongan panjang nan gelap, sementara Andra ada di dalamnya, terduduk diam penuh tanda tanya. Aroma amis dan bau tidak sedap itu berasal dari cairan yang merembes keluar d dinding dan membasahi tanah tempat Andra berada. Tidak hanya itu , lendir berbau tidak sedap itu juga tergenang di mana-mana, memenuhi terowongan batu itu hingga menyebabkan udara nya terasa semakin pengap. Samar-samar, Andra melihat remang cahaya api di kejauhan sana, disalah satu ujung terowongan. Dengan bergegas, Andra bangkit dan mendekati sumber cahaya api itu. Ia tidak yakin di mana saat ini berada dan dia pun sulit mengingat kejadian sebelum nya. Yang terakhir di ingat ia tak sadar diri di sebuah taman.

"Orgghht...! Erght...!"

Sayup-sayup, Andra mendengar suara- suara aneh dari sumber cahaya api itu berasal. Ada keraguan muncul dalam hatinya, sekilas ia menoleh ke arah belakang, Gelap. Tiada banyak pilihan bagi Andra selain menerus kan langkahnya. Semakin dalam ia memasuki terowongan batu itu, semakin pengap udara yang terasa dan semakin amis bau yang tercium.

"Arghhttt... Arghtt...!"

Suara itu terdengar semakin jelas hingga akhirnya tampak wjud aslinya. Andra terperangah dengan mata mendelik, nyaris tak percaya dengan apa yang ia lihat. Lima sosok tubuh manusia yang bertubuh kurus kering tanpa sehelai benang kain pun melekat di tubuh berjongkok mengerumuni bongkahan kayu yang terbakar. Sedemikian dekat mereka dengan sumber api itu sehingga aroma kulit yang terbakar tercium hingga ke tempat Andra berdiri.

Jantung Andra berdegup kencang, keringat dingin membasahi keningnya manakala kelima mahluk berwajah angker itu menatap dirinya. Andra tersurut mundur, keadaan kelimanya sedemikian menyeramkan sekaligus menyedihkan, nyaris tiada lagi menyerupai manusia. Kulit mereka mengelupas, nanah bercampur darah keluar dari setiap pori-pori tubuh mereka. Wajah mereka mengembung di penuhi bisul yang hendak pecah, mengantarkan aroma tidak sedap yang membuat mual. Sorot mata kelimanya sedemikian tajam memperhatikan tubuh Andra, membuat nya merasa cemas. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka.

"Groakhhgh...!"

Mendadak, salah satu di antaranya mengeluarkan suara serak yang menggema cukup kencang, tapi bukan itu yang membuat nyali Andra ciut, melainkan apa yang dilakukan oleh kelima nya itu. Tubuh Andra menggigil menyaksikan pemandangan di hadapannya itu, kelimanya pasang tangan berebutan masuk ke dalam api. Aroma daging terbakar seketika menyeruak, berebutan mereka mengambil seonggok benda yang terbakar dalam api itu. Dengan penuh nafsu mereka mencabik dan melahapnya. Saat itu lah Andra tersadar benda apa yang sebenarnya menjadi bahan bakar api tersebut.

"Hoegkh.... Hoegkh...!"

Andra tak kuasa menguasai dirinya, seisi perutnya di muntahkanke tanah. Kepalanya terasa pening dan perutnya mual manakala menyadari bahwa benda yang mereka makan itu adalah sebuah potongan tubuh manusia. Aroma daging hangus terbakar dan anyir darah memenuhi ruangan itu. Wajah Andra semakin pucat, seketika ia mundur dan menjauh terus menjauh dengan lutut yang gemetar tak karuan.

"Oarght....!"

Suara kelima mahluk itu terdengar nyaris bersamaan seiring tatapan tajam, mereka ke arah Andra, penuh nafsu dan rasa lapar. Tanpa berfikir panjang lagi, Andra membalikkan badannya dan berlari sekuat tenaga, ia tidak peduli dengan kegelapan yang ada di hadapannya. Andra terus berlari bagai kesetanan penuh kepanikan dan tanpa arah. Berkali-kali ia terjatuh dan terjerembab, sekujur tubuhnya di penuhi cairan dan lendir berbau busuk. Namun Andra terus berlari, ia berlari dengan rasa takut luar biasa memenuhi hatinya.

"Jalan keluar..." Pekik Andra kegirangan ketika melihat setitik cahaya di kejauhan sana, ujung akhir dari terowongan yang gelap dan terkutuk ini.

"Whuuaaa...!" Suara Andra melengking tinggi seiring gerakan tubuhnya yang terhenti mendadak di depan mulut gua, lebih tepatnya di sebuah tebing curam, ujung terowongan batu itu.

Wush... Wush...
Angin panas berhembus kencang menerpa tubuh Andra itu. Kerikil tajam dan panas yang terbawa bersama sapuan angin seakan menyayat permukaan kulit dan membuat Andra meringis kesakitan.

Andra terdiam dalam keterkejutan itu, kedua lutut nya yang telah goyah akhirnya jatuh menyentuh tanah. Di depan mulut gua itu, Andra memandang jauh ke depan, kembali ia tidak dapat mempercayai apa yang saat ini ia saksikan. Sebuah jurang maha besar telah menanti kedatangan pemuda itu, menganga di hadapan Andra dengan segala kengerian yang ada di dalam nya. Ribuan mahluk mengerikan seperti yang ia temui di dalam gua tadi tampak bergelimpangan di dasar jurang. Sebagian terbakar oleh api yang menyembur dari dalam tanah dan dinding jurang, sebagian meraung kubangan nanah yang mendidih, sementara sebagian lainnya meratapi nasib dalam kesakitan, mencoba kabur merayap di dinding dan naik.

Andra sungguh terkesiap , tenggorokan yang tercekat dan ia tidak mampu untuk berucap. Langit berwarna merah darah, angin terasa panas dan aroma bau busuk semakin santer tercium. Jauh lebih busuk dari yang ia rasakan dari dalam gua . Andra merasa lemas seakan nyawa nya telah melayang, kemana pun ia memalingkan wajahnya hanya kematian yang ia temui. Raungan dan ratapan mereka menggema memenuhi jurang terkutuk itu.

"Arkhhhhhttt.....!"

Aura yang menyayat telinga terdengar tak jauh dari tempat Andra berdiri. Pemuda itu menoleh ke atas dan melihat bagaimana ribuan sesosok tubuh penuh luka dan sayatan jatuh ke dalam jurang dan di sambut oleh kobaran api yang melalap nya.

Saat itu, Andra menyadari bahwa permukaan jurang berada tak jauh di atas mulut gua. Ia memutarkan pandangan dan melihat bagaimana ribuan mahluk lain juga tampak mengitari sebagian permukaan jurang itu. Satu per satu, mereka berjatuhan dengan kondisi yang sangat mengenaskan, kepala hancur , mata nyaris keluar, lidah terpotong dan tubuh yang tertusuk besi yang amat panas. Andra memalingkan wajahnya, ia tidak sanggup memandang lebih lama. Telinga nya pilu mendengar kan jerit tangis mereka, namun tidak ada daya yang dapat ia lakukan.

Dengan segala kekuatan dan keberanian yang masih tersisa, Andra merapatkan tubuhnya ke dinding gua dan mencoba mendaki ke atas , berharap dapat keluar dari tempat terkutuk ini.

"Auuhhh.. hush...!" Hembusan nafas penuh kelegaan terdengar saat Andra berhasil merayap naik ke permukaan jurang. Bersusah payah, ia mengangkat tubuhnya sendiri hingga ke permukaan.

"Hegh... hegh...?" Nafas Andra tersengal-sengal seraya duduk dan memandang sekeliling nya.

Seorang pria bertubuh kurus merangkak melintasi nya, sekujur tubuhnya di penuhi luka, sebelah matanya mengembung hampir mau pecah dan mengeluarkan nanah, sedang kan logam panas membara melekat di punggung dan membuat dagingnya mengelupas dengan bau yang menyengat.

Andra tersurut mundur, ia menjauh namun gerakan tubuhnya terhenti karena tepat di belakangnya sesosok tubuh melangkah terseok-seok. Wajahnya melepuh , sebongkah bara panas menempel di ubun-ubun kepala nya. Kembali Andra merasakan mual, apalagi melihat isi perut sang mahluk yang terburai keluar dengan usus menjuntai penuh berisi belatung dan lendir kental. Andra membekap mulutnya sendiri dan bangkit berdiri. Ia berjalan dan terus berjalan, mencoba kabur menjauh dari semua penderitaan yang ia saksikan. Hamparan Padang tandus dibawah langit merah dan udara panas yang menyesakkan dada menjadi saksi bisu segala penderitaan mereka. Jeritan demi jeritan terus terdengar slih berganti. Ratapan penyesalan terdengar dimana-mana, namun semua penyesalan itu seakan tidak berarti.

Andra tidak tahu berapa lama ia telah melangkah, hanya siksaan dan penderitaan yang lihat.

"Tt... toolongg...!" Dalam keputusasaan yang tengah ia rasakan.

"Sebenarnya aku ada di mana?" Langkah Andra semakin melambat, rasa nyeri dan panas yang ia rasakan membuat nya hampir menyerah. Ia hanya ingin keluar dari tempat itu. Rasa cemas dan takut membuat nya benar-benar putus asa

"Tt... toolongg....!" Seru Andra lirih.

Angin panas kembali menerpa, menerbangkan debu dan kerikil tajam yang menyayat kulit Andra. Tetapi kali ini , ia hanya diam terkapar dengan segala kepasrahan.

Andra berusaha bangkit kembali, ia tiba-tiba melihat sesosok lelaki tua berpakaian serba putih melangkah perlahan mendekati Andra. Pakaiannya lusuh dan wajahnya sayu, namun keadaannya jauh lebih baik dari mahluk- mahluk mengerikan sebelumnya.

"Tt... toolongg...?" Seru Andra lirih. Tiada jawaban yang terdengar , tetapi lelaki tua itu menoleh dan memandang Andra dengan sayu seakan penuh penyesalan.

"Inilah hari dimana tak ada seorang pun yang dapat menjadi penolong!" Ucapnya lirih nyaris tak terdengar, namun cukup membuat tengkuk Andra merinding.

"Tte... temm... ppat... Apa ini?" Kembali Andra bertanya.

"Yang di tanya tidak lebih tahu dari yang bertanya...?" Jawabnya sembari memandang jauh ke depan , memandang tempat di mana makhluk - makhluk mengerikan menjalani siksaan demi siksaan yang tidak berkesudahan.

"Ap... aa... Ii... nnii... neraka...? Apakah aku sudah mati?" Tanya Andra meyakinkan dia.

"Yang di tanya tidak bisa menjawab dari yang bertanya!"

Beberapa saat kemudian mereka kembali terdiam dan belum sempat Andra membuka suara , mendadak tubuh renta itu melangkah dan membuat Andra tercekat.

"Tunggu...!" Andra berusaha mencegah namun lelaki tua itu tidak memperdulikan.

"Hei... Kau mau kemana ...? Tunggu aku...?" Teriak Andra ketika melihat lelaki tua itu meninggalkan begitu saja.

"Sungguh aku tidak lebih baik dari mereka. Yang ditunggu pun tidak bisa dapat menunggu yang bertanya. Jdi kembali lah kau ke tempat mu. Kau belum saatnya..." Hanya itu jawaban yang terdengar dari kejauhan sementara bayang-bayang lelaki tua itu perlahan mulai lenyap dari pandangan dan menyisakan ganjalan dalam benak Andra.

Angin berhembus kencang , uap panas semakin tebal, lidah api perlahan menjilat keluar dengan besar. Bebatuan mulai terbelah dan merekah. Andra semakin panik.

Krakkkxkk.... Brummshh...
Pikiran Andra membuncah ia serasa terkepung api, ia tidak tahu hendak melangkah ke arah mana. Bebatuan tempat Andra berpijak perlahan mulai retak dan pecah. Sebuah kepasrahan yang kini hanya Andra lakukan. Bahkan ketika tubuhnya terjun kedalam tebing jurang curam itu.

"Aaarrrrrkkkhhhhh.....?"
"Arkhhhhhttt.....


~•••o234o•••~


25242388ffca216e629ab384dc860c7aa7f52471.jpg

Aisha
"Arkkkhhtt...."
"Haghss... Hagsh... "

Andra mulai tersadar dari buah mimpinya itu, seakan mimpinya adalah sebuah teguran dan peringatan. Buah mimpi, sebuah ilusi optik yang terasa nyata di alam bawah sadar setiap insan manusia di semesta ini. Andra mulai mengerjapkan matanya secara perlahan, tatapan nya tertuju pada langit-langit sebuah kamar itu.

"Aku dimana, dan i... ini...,!" Batin Andra sedikit kaget saat melihat ornamen lampu dan dekorasi ruang kamar ini sangat khas seperti di negeri nya sendiri.

"Kakak, sudah bangun? Ini aku bawakan air putih untuk kakak. Mungkin akan sedikit bisa memberikan ketenangan." Tutur katanya begitu lembut seakan menyejukkan hati dalam diri pemuda itu. Andra menoleh ke arah sumber suara, ia begitu terpana melihat seorang wanita berjilbab berjalan dan duduk tepat di sisi peraduan dimana Andra tertidur.

"I... iyaa...!"


Glekkkk...

"Ya udah kakak istirahat aja lagi. Aku mau kembali ke dapur, sedang membuat sesuatu." Ujarnya dan hendak bangkit kembali menuju ke arah pintu.

"Tunggu. Sebenarnya aku ada di mana? Dan adik siapa?" Cegah Andra mencoba bertanya.

"Aku Aisha, kak? Sekarang kakak ada di apartemen pribadi ku?" Balas gadis yang bernama Aisha itu kepada Andra.

"Eeh...! Terima kasih sudah mau menolong ku. Aduh...!" Ucap Andra menatap tajam ke arah Aisha di sertai anggukkan kepala sebagai tanda terima kasih.

"Kakak, kenapa?" Sahut Aisha sedikit panik. Karena tiba-tiba Andra mengaduh kesakitan pada kepalanya.

"Ahh... Tidak apa-apa, Sha? Hanya sedikit pusing!"

"Baiklah, kakak tunggu di sini, biar Aisha bawakan sesuatu yang bisa meringankan efek dari soju yang kakak minum itu?" Tuturnya lirih sambil berjalan ke knok pintu.

"Sebenarnya siapa gadis itu, tatapan nya sungguh membuat hati ku merasa deg-degan, jantung ku berdegup lebih kencang dan dadaku merasakan sakit. Tatapan nya sama saat aku bertatapan dengan kyo in si gadis pendiam. Bahkan suaranya terdengar menentramkan jiwa ku, tunggu....! Gadis itu, juga seperti nya berasal dari negeri yang sama dengan ku? " Gumam Andra membatin dalam hati nya.

"Kak, kak, ini Aisha buatkan wedang ronde untuk kakak, mudah-mudahan wedang ini bisa sedikit menetralisir efek mabuk dri soju itu." Tegur dan tutur Aisha pada Andra yang termenung.

"I... iya... Ss... Sha!"

Suasana kembali hening tak ada pembicaraan di antara kedua nya.

"Emmm. Wedang rondenya manis, dan hangat ekstra gingernya pas. Kamu pandai meraciknya Sha? Bahkan manis nya pun pas. Seperti orangnya cantik dan manis." Kelakar Andra pada gadis itu. Yang membuat pipinya terlihat sudah sangat memerah karena merasa malu di goda Andra.

"Ih... Sok berani ngegombal" cibirnya. Andra yang mendengar hanya senyam-senyum sendiri.

"Oh ya, nama kakak siapa? " Tanya Aisha saat terkesiap duduk tepat di samping Andra terbaring.

"Aku Andra, aku kebetulan tinggal tidak jauh dari Institut Seni CHEONAN itu Sha?" Balasnya sambil menyuap isi dari wedang rondenya.

"Aisha juga studi di institut seni CHEONAN itu, kak. Tempat dimana kakak mabuk dan di pukul orang di sana." Kata gadis itu tampak ceria, tak sedikit pun terbesit perasaan canggung atau semacamnya lah. Bahkan ia begitu supel terhadap pemuda yang baru di kenalnya itu.

"Ah... Begitu ya. Tapi aku jarang melihat mu disana Sha." Timpal Andra membalas nya.

"Hehehe... Ya jelas lah, kakak Andra nggak ngeliat aku di kampus, wong aku ini lagi cari tempat magang disini toh." Balas Aisha sedikit khas nada bicaranya, seperti kebanyakan orang Jawa. Sedikit medok. Andra sedikit tersenyum simpul mendengarnya.

"Kenapa kak, senyum-senyum sendiri kayak gitu. Apa ada yang aneh sama Aisha?" Gadis itu terlihat bingung bahkan bibirnya mencebik.

"Ehemmm... Nggak, nggak ada apa-apa kok? Cuma logat kamu itu bikin aku tersadar kalau kamu berasal dari negeri yang sama dengan ku." Sahut Andra menatap ke arah gadis berjilbab itu.

"Hehehe, asik dong. Jadi nggak perlu oppah oppahan lagi obrolan kita." Ujar Aisha.

"Iya,... Sha! Terlalu belibet omongan nya. Hehehe...!"

"He emm! Oh ya kak, ini aku buatkan nasi goreng spesial telur mata sapi, buat ngeganjel perut kakak." Aisha menyodorkan sepiring nasi goreng padaku.

"Ah... Kau terlalu repot-repot Sha? Aku jadi nggak enak hati jadinya sama kamu"

"Udah nggak apa-apa kak, santai aja sama Aisha." Ucapnya santai dan kembali menyuap makanan nya.

"Aku jadi teringat sama ibu, adik-adik ku disana. Setiap kali kami berkumpul dan tidak ada lauk yang bisa kami makan, terkadang ibu memasakkan kami nasi goreng spesial telur mata sapi seperti ini yang bedanya kami harus bagi berempat. Perbedaannya lagi jika ibu selalu membubuhi potong wortel di bagian bawah telur, seperti emoticon tersenyum. Menurut nya apapun yang kita makan itu, kita harus bisa menerima apa adanya dengan penuh senyum dan bersyukur."

Pikir Andra menerawang jauh kembali ke masa lalunya saat ia masih berkumpul bersama ibu dan kedua adiknya.

"Kak, kak! kenapa? Nggak enak yah?" Tegur Aisha. Menyadari pemuda itu diam terpaku menatap nasi goreng yang ada di hadapannya.

"Eh... Ah... Ehh... Ee.. nakk, kok Sha!" Jawab Andra sedikit terbata karena iya baru tersadar dari lamunan nya.

"Tapi kenapa kakak, kok. Diam gitu, jujur deh sama Aisha!" Ujarnya untuk menyakinkan ucapan Andra barusan.

"Enak kok, seriusan. Aku cuman ngerasa kangen aja sama masak- masakan Indonesia sana!" Ucap Andra menatap ke arah langit kamar.

"Emmm gitu ya. Kalau gitu kakak sering-sering aja main ke apartemen aku kak. Aku bakal masakin makan-makanan menu Indonesia, tenang aja. Hihihi...!" Selorohnya entah dia serius atau hanya sekedar kelakarnya saja.

"Aisshh. Kamu itu Sha. Nggak usah, aku nggak mau terlalu merepotkan kamu Sha?" Kata Andra berbasa-basi menolak tawaran nya itu.

"Nggak kok, kak! Nggak bakal ngerepotin siapapun. Justru Aisha seneng bisa masakin makan-makanan Indonesia untuk kakak. Apalagi kita berasal dari negeri yang sama. Jadi, santai aja!" Sanggahnya.

"Hmmm,.... begitu ya! Baiklah tapi gratiskan. Hehehe." Balas Andra dengan ceplosnya.

"Enak aja gratis, harusnya cowok itu yang modalin bukan malah cewek, huhh...!" Ucap Aisha sambil melengos kan wajahnya ke arah lain.

"Aish. Iya iya, Sha! Udah dong jangan ngambek lagi, atau nanti kakak gelitiki, hehe!" Ujar Andra yang merasa sudah tidak canggung lagi.

Tik... kitik... tikk... Kitikk... Kitikkk... tikk...

"Hua.. haa ha... Ah... ha... haa.. ha... Stoop, stop kak, geli kak... Aaa... brukk..."

Keduanya sama-sama tersentak kaget dan keduanya terjatuh, kini tubuh mungil Aisha berada tepat di bawah tubuh Andra. Tatapan keduanya saling bertemu pandang sedemikian melekat, bahkan tak sedikit pun dari mereka yang berkedip. Entah sebuah keberanian dari mana tiba-tiba saja Andra semakin mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah gadis itu. Pias wajah Aisha sudah sangat merah padam merasakan malu di pandang sedemikian dekat. Hembusan nafas Andra yang memburu sangat terasa menerpa wajah ayu gadis itu, hangat nafasnya seakan menghipnotis Aisha untuk memejamkan matanya.

Tak terasa bibir merah merona keduanya telah menyatu, 'cups' . Bahkan perlahan- lahan lidah Andra menggelitik bibir Aisha. Lambat laun dengan perlakuan yang Andra stimulusikan pada bibir Aisha, membuat dirinya tak bisa lagi menahan rasa penasaran beradu lidah di dalam rongga mulut nya. Dengan lembut Andra menghisap seluruh air liur Aisha didalamnya, dan memasukkan kembali bersamaan dengan air liur miliknya. Mereka sudah saling menyatukan liur, bahkan lidah mereka sudah saling membelit , beradu, dan saling mengulum lidah masing-masing. Baik Aisha maupun Andra nampaknya mereka sudah semakin terhanyut dengan kenikmatan percumbuan itu, bahkan tidak tinggal diam begitu saja, tanpa sadar tangan Andra sudah meremas-remas dan memilin puncak payudara Aisha.

"Mmmpph... Slupprp... Ouh.. ouh... Slurrrrrpph....

Uh... Uh... Ouh... Kaak...


Uh... Uh... Ouh... Kaak...

Suara desahan lembut keluar dri mulutnya, tanpa sadar Aisha mulai menikmati perlakuan yang di lakukan pemuda itu kepada tubuhnya, apalagi bagian yang selama ini ia jaga dan ia tutupi dari laki-laki selain calon suaminya kelak. Pemuda itu melakukan nya dengan begitu lembut, saat meremasi kedua payudaranya secara bergantian dari luar gamis yang melekat di tubuhnya. Bahkan bukan hanya sekedar meremasi kedua payudaranya, tanpa penolakan dari Aisha, tangan kiri pemuda itu tak henti-hentinya mengusapi bagian inti vaginanya. Aisha tak bisa lagi menahan rasa nikmat luar biasa, dengan perlakukan yang Andra lakukan pada tubuhnya.

"Kak... Uhh... Ahh... gelliii.. uhh...

"Jj... jangaan... berentiii.... kakk...

Seberapa Aisha menahan gejolak birahinya, bakal runtuh dengan perlakuan khusus dan lembut pemuda itu, maka tak mampu ia pungkiri jika Aisha pasrah dan merelakan pemuda itu mengekploitasi seluruh tubuhnya untuk di jamah. Aisha juga tidak tahu persis perasaan nya saat ini. Yang ia rasakan saat ini adalah hatinya cukup nyaman dengan perlakuan pemuda itu. Bahkan saat tubuhnya di jamah pun Aisha tak menolak nya.

"Ouh... Kak... teruuss jangann berentiii...
Ouh... Uh... Uh....

Tak ingin menyiakan lampu hijau yang di berikan gadis itu, Andra terkesiap menyingkap jilbab yang di kenakan Aisha. Andra mulai menjilati dan mengulumi telinganya, bahkan tengkuk lehernya tak mau ketinggalan tiap incinya ia jilati bahkan ia hisapi hingga membekas.

"Slurrrrrpp sruupp... Creceppp... Sruppp..."

"Ouhh... Gelii... Kakkk... Ouuhh..."

Erangan Aisha tanpa sadar semakin membuat gairah pemuda yang tengah mencumbuinya semakin tinggi. Tanpa ragu dan malu Aisha pun mendekap tubuh pemuda itu semakin erat menyatu dengan tubuhnya. Tak mau hanya menjilati lehernya, jilatannya turun hingga ke bagian pundak nya. Perlahan tapi pasti Andra mulai membuka tiap kancing yang berada di bagian belakang tubuh Aisha. Dengan sedikit bantuan dari Aisha, Andra pun mampu meloloskan gamis terusan yang Aisha kenakan. Tubuh setengah telanjang Aisha tampak seksi menggoda mata Andra yang melihatnya. Aisha merasa malu di pandang pemuda di hadapannya itu, dengan mati-matian ia menutup dadanya dan inti vaginanya dengan tangan nya. Andra hanya tersenyum kecil melihat apa yang dilakukan gadis itu.

"Kenapa ditutupi sayang, "bisik Andra menjatuhkan tubuhnya dengan di topang satu tangannya.

"Aa... Aisha malu kak?" Ujarnya polos.
"Sedang kak Andra masih berpakaian lengkap." Sambungnya.

Andra yang mendengar jawaban Aisha tersenyum kecil. "Jadi kamu ingin melihat kakak juga sama seperti kamu, sayang!"

Hanya anggukkan ragu-ragu, dan seketika pandangan gadis itu teralihkan ke arah sisi kanannya. Sementara Andra tampak melucuti seluruh pakaian dan celana panjangnya yang masih melekat di tubuhnya.

"Aaaa... !" Sontak Aisha terkejut dan menjerit.

"Kenapa sayang, ada apa?" Bisik Andra bertanya dan menggodanya.

"Ii... Itu... Kenapa kakak melepaskan semua pakaiannya, sampai telanjang bulat." Sahut Aisha dengan polos dan wajahnya sudah sangat memerah dan ia pun menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

"Kan biar sama kayak kamu. Sini sayang!" Ujar Andra.

"Kak, jangan kak... Aisha masih virgin, Aisha nggak mau kayak gini!"

"Sini, sayang. Aku nggak akan melakukan apa-apa sama kamu, percayalah. Aku akan melakukan jika kamu bersedia memberikan nya, jadi kamu nggak usah takut." Ucap Andra ketika menyadari bahwa Aisha sudah tidak kuasai oleh libidonya. Dengan hati-hati Andra merengkuh tubuh mungilnya kedalam pelukannya.

"Udah kamu tidak usah pikirkan tentang apa-apa lagi. Aku nggak akan melakukannya sama kamu, jika dengan paksaan. Aku cuman mau melakukan berdasarkan saling suka dan saling menginginkan." Gumam Andra seraya membelai rambut yang panjang Aisha yang tergerai. Sesekali ia mengecupi keningnya, memberikan rasa nyaman dalam pelukannya.

"Makasih kak, udah mau mengerti Aisha. Aisha belum yakin dengan keputusan yang Aisha ambil. Aisha takut, dan Aisha nggak mau nantinya kakak bakal ninggalin Aisha, itu nggak mau terjadi." Tuturnya lirih tapi cukup jelas terdengar di telinga Andra. Andra juga merasakan tubuh gadis itu bergetar karena ia terisak menahan tangisnya.

"Sudah Sha, kamu jangan menangis. Ini semua murni kesalahan ku, aku sudah terbawa nafsu , tidak bisa mengontrolnya saat menindih tubuh kamu tadi. Aku juga nggak bermaksud untuk melakukan ini semua. Lagian kita juga baru saja berkenalan malam hari ini. Aku juga nggak mau pada akhirnya mendustai mu dengan 'one night love'. " Balas Andra dengan segala kerendahan hati dan mengakui kesalahannya.


"Sekali lagi maafin aku Sha, aku juga bakal pulang malam ini, pasti sahabat dan Paman Han mencari aku." Tambah Andra seraya menutupi tubuh Aisha dengan selimut. Dengan telaten ia meletakkan kepala Aisha di bantal yang ia sandarkan. Sementara Andra bersiap-siap mengenakan kembali pakaiannya sendiri.

"Kak... Jangan pulang dulu. Ini udah sangat larut, udara di luar sangat dingin. Nampaknya badai salju ringan akan menyelimuti seluruh kota ini. Ya kak!" Tiba-tiba Aisha bersuara dan memandang Andra yang sedang mengenakan celana dalam, seketika ia tersadar dan memalingkan wajahnya. Andra hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Wajah gadis bersemu kemerahan dan merasa sangat malu dengan apa yang baru ia lihat.

"Baiklah, jika memang benar menurut kamu , Sha?" Ucap Andra datar. "Kamu tenang Sha, aku bakal tidur di sofa lebar itu. Jadi aku nggak akan menyentuh mu lagi." Timpal Andra lagi.

"Ii... yaa kak...!"

Andra pun terkesiap membaringkan tubuhnya di atas sofa lebar dengan hanya mengenakan celana panjang nya saja. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar Aisha, perlahan mata itu terpejam namun pikirannya melayang dan berkelana dalam hati nya.

"Aisshh, hampir saja semua kejadian buruk menimpa gadis itu. Aku menatap tatapan sedih dan penolakannya sungguh sangat sakit , terasa di dadaku. Bahkan secara kilat nafsuku juga hilang tak berdaya dengan penolakannya. Ada perasaan aneh di hatiku, sama seperti yang aku rasa pada si gadis pendiam Kyo In. Keduanya membuat dadaku sesak kala bertatapan, dan sakit kala ia mengacuhkan. Seperti nya kedua gadis itu adalah sebuah keistimewaan untuk ku jaga dan bakal memiliki tempat terindah dalam hatiku." Batin Andra yang terus bergejolak dalam hati.

~•••o²³⁴o•••~

Aisha terbangun kala matanya susah untuk terpejam lagi. Baru setengah jam tertidur karena perasaan bimbang dan ragu nya itu.
Ia mengedar pandangan nya ke seluruh isi ruang kamarnya. Tatapannya tertuju pada sosok pemuda yang tengah tertidur pulas di sofa besar miliknya. Pemuda itu hanya mengenakan celana panjang. Dada bidangnya terekspos begitu mempesona tatapan mata Aisha.

Aisha terbangun, dan tersadar jika ia masih belum mengenakan pakaian di balik selimut. Ia hanya mengenakan celana dalam dan bra yang masih melekat di dada besar nya. Tanpa pikir panjang, Aisha berjalan sedikit terseok mendekati pemuda yang tengah tertidur pulas itu. Bahkan Aisha pun baru tau jika pemuda yang berada di kamarnya itu, mempunyai tujuan yang sama dengan nya. Ketika tanpa sadar pemuda itu menyebut nama seseorang yang tidak asing lagi baginya, Paman Han. Satu tujuan yang ia sendiri tidak tahu? akhir dari perjalanan hati itu bermuara pada titik apa? Persahabatan, cinta ataukah persaudaraan?

"Hmmm... Ternyata kakak ditugasin untuk menjaga mereka. Berarti kita satu tujuan yang sama dari masa lalu. Aku berharap bisa selalu ada di dekat kakak."

"Kak, kenapa Aisha merasa sakit hati banget, ngomong kaya tadi." Gumamnya dalam hati, saat membelai lembut wajah Andra.

"Padahal, saat kakak melakukan 'kissmark' di leher dan pundak ku, aku begitu menginginkan kakak. Umm aku malu dan takut kakak." Batinnya lagi.

Tanpa ia sadari belaian kasih sayang lembut nya, perlahan mengusapi bagian dada bidang Andra. Sesekali Andra menggeliat karena geli.

"Uoamm.... Mmm...?"

"Suaramu seksi kak, " entah apa yang ada dalam pikiran Aisha membuatnya lupa diri. Memandangi wajah Andra, alisnya yang tebal membuat dia terlihat tegas dan wajahnya yang cukup tampan terlihat amat mengagumkan.

Jari jemari lentiknya berjalan terus menggelitik dan membelai dada bidang Andra. Aisha dapat merasakan otot-otot kekar lengan, dan perutnya yang datar terlihat kotak- kotak.

"Umm... Kamu seksi kak?" Gumamnya lirih.

"Kamu sedang apa , Sha?" Tanya Andra yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Karena ia merasakan ada sesuatu yang menggelitik di dada dan perut nya.

"Eh... Ah... Eh... Aku minta ma...?" Bibir Andra langsung membungkam bibir ranum milik Aisha untuk kesekian kalinya. Andra lah satu-satunya pria yang mengambil 'first kiss' milik gadis itu.

"Mmmm.... Kakkk... Ouhh... Gelliii kakk uoh...

.
.
.
.
.
.
To.... Beee conti.....
 
Terakhir diubah:
Lah kasian dong aisanya secara si andra juga demen Sama Kyo-in ntar Klo Kyo-in nya juga suka Sama andra meranala dikau dek aisah


Mending Sama sbqng aja yuk neng
 
Ternyata aku ketinggalan jauhhhhh yaa.. Tapi tenang udah dikejar naik bajaj
:ampun:
No kripik komeng buat suhu bruno.. Mantap udah
Cuma setelah baca sampe chap ini, aku masih bingung ini konfliknya apa antagonisnya siapa? Perebutan kekuasaan kayaknya yaa.. Pinter banget sih suhunya nyembunyiin dalam cerita :tepuktangan:

Dilema dua cinta, kenapa ya itu selalu ja@$':#$'"[error typing]:gila:
 
Lah kasian dong aisanya secara si andra juga demen Sama Kyo-in ntar Klo Kyo-in nya juga suka Sama andra meranala dikau dek aisah


Mending Sama sbqng aja yuk neng
Apa di kekepin semua aja ya suhu, hihihi
 
Ternyata aku ketinggalan jauhhhhh yaa.. Tapi tenang udah dikejar naik bajaj
:ampun:
No kripik komeng buat suhu bruno.. Mantap udah
Cuma setelah baca sampe chap ini, aku masih bingung ini konfliknya apa antagonisnya siapa? Perebutan kekuasaan kayaknya yaa.. Pinter banget sih suhunya nyembunyiin dalam cerita :tepuktangan:

Dilema dua cinta, kenapa ya itu selalu ja@$':#$'"[error typing]:gila:
Terima kasih atas apresiasi nya suhu...
Kan tag #misteri tersisip hihi
Overall di part membuka tabir di akhir cerita akan terkuak misteri itu semua.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd